NovelToon NovelToon

Transmigrasi Psikiater Cantik

Namaku Renata Bukan Angel

Hal inilah yang dialami Renata Carissa, putri dari seorang Panglima TNI sekaligus Psikiater cantik. Wanita mandiri yang tidak pernah mengetahui bila sang suami──Jefra Annefall, bekerja sebagai Intelijen Negara.

Keduanya sudah menikah selama 25 tahun. Namun, Renata baru mengetahui pekerjaan Jefra sebagai mata-mata setelah sang suami meninggal dunia. Pria yang sangat dicintainya sepenuh hati.

Ini memang kebodohannya yang tidak pernah memperhatikan bahwa Jefra sering pergi untuk waktu lama, karena bekerja jauh dari rumah. Dan itu cukup membuktikan kebenaran yang begitu mengejutkan tentang indentitas sebenarnya Jefra.

Renata awalnya hanya mengenal Jefra sebagai seorang Bodyguard dari suami sepupunya. Lalu mereka jatuh cinta dengan cara yang begitu manis dan akhirnya menikah. Mereka telah memiliki satu anak laki-laki yang begitu tampan, yang bernama Radion Isireilov.

Renata meneteskan kristal bening yang begitu banyak saat membaca surat-surat pengakuan Jefra, serta rasa menyesal karena telah membohonginya selama ini. Renata baru mengetahui jika sang suami adalah pria yang hebat melebihi apa yang dia kira. Kisah mengenai kehidupan Jefra telah membuat Renata terkagum-kagum.

Renata melihat kebelakang dan berpikir tentang kehidupan macam apa yang dimiliki suaminya. Namun, Jefra tetap bertahan dengan dirinya.

Sepeninggal suami tercintanya, Renata pun meninggal karena mengalami sakit keras.

"Aku berharap bisa bertanya kepadanya, mengapa aku tidak pernah tahu?"

"Apakah aku bisa bertemu dengan Jefra-ku lagi?"

Itulah harapan terakhir Renata.

"Radion, maafkan Mama yang meninggalkan kamu untuk menyusul Ayahmu."

Renata dapat melihat putranya yang menangis tersedu-sedu sebelum dirinya menuju kegelapan, menghembuskan napas terakhirnya.

**

Perlahan-lahan jari itu bergerak dan mencoba membuka kedua matanya. Sepasang bola mata berwarna cokelat mulai nampak dan memfokuskan apa yang pertama kali dilihat.

Ruangan serba putih dan bau obat yang sangat menyengat.

"Ugh.." erangnya saat merasakan kepalanya berdenyut nyeri.

Renata mencoba berpikir keras. Bukankah dia sudah meninggal? Kenapa masih merasakan rasa sakit?

"Apa ini di akhirat?" gumam Renata.

"Akan lebih bagus jika kamu pergi ke akhirat. Kenapa beban keluarga sepertimu masih saja hidup?" ucap seseorang dengan sinis.

Renata langsung melirik si pemilik suara yang berada tepat di samping ranjang yang ditidurinya.

Garis wajah tegas, bola mata hijau yang menatap tajam, bibir tipis, hidung mancung, alis menyatu, dan rambut pirang cokelat terang.

Mata hijau? Apa ini di Eropa?

Si pria tampan semakin menatap tajam, "Berhentilah menatapku, Jal*ng!"

Renata sontak bangkit, duduk di ranjang, bahkan dia mengabaikan kepalanya yang berdenyut lagi, ditatapnya si pria marah.

Siapa Pria itu? Berani-beraninya memakiku Jal*ng!

Si pria tampan agak terkejut dengan tatapan Renata yang tajam. Seperti baru pertama kali mendapatkan tatapan tajam dari gadis itu.

"Siapa kamu? Apa mulutmu tidak pernah merasakan bangku sekolah? Seenaknya saja memaki!"

Si pria semakin terkejut dibuatnya. Dia terlihat tidak menyangka kalau-kalau Renata berani berseru kencang padanya, terlebih lagi tidak mengenalnya.

"Apa kamu sedang bercanda, Angelica Renata Tan?"

Jantung Renata terpompa karena mendengar nama yang terasa familiar itu.

Kenapa aku dipanggil dengan nama itu?

"Aku──"

Baru saja ingin menyangkal jika itu bukan namanya, perkataan Renata terpotong oleh suara pintu yang terbuka dengan kasar.

"Angel!" seru seorang pria paruh baya yang tidak Renata kenali, "Bagaiman bisa kamu membuat Sanaya celaka! Sudah Ayah bilang jangan rusak rumah tangga Sanaya dan Alvaro!"

Renata hanya terdiam, dirinya sungguh bingung dengan keanehan yang sedang dialaminya.

Angel, Sanaya, dan Alvaro. Dia ingat dengan nama-nama itu.

Bukankah itu nama-nama tokoh dari novel yang aku dapatkan dari salah satu pasienku dulu?

Pikir Renata sungguh terheran-heran.

"Sudah, Ayah. Ini bukan salah Kak Angel, dia tidak sengaja," ucap si perempuan yang terbalut perban di kepala.

"Dia mencoba menabrak kamu, Sanaya! Jangan membelanya terus!" seru si wanita paruh baya.

"Tapi, Ibu──"

"Tunggu!" seru Renata memotong perkataan Sanaya.

Seketika semuanya menatap Renata.

"Kalian siapa? Namaku bukan Angel, sepertinya kalian salah orang," ujarnya kemudian.

"Angel kamu.... hilang ingatan?" kata seorang pria yang sejak tadi diam tanpa ekspresi.

Namun, Renata juga tidak mengenali pria tampan itu.

"Ck, paling juga dia sedang bersandiwara," decak pria yang pertama kali Renata lihat.

"Sebaiknya kalian keluar, adikku tidak membutuhkan kalian yang justru semakin memperparah keadaannya!" seru si pria tanpa ekpresi.

"Tapi, Kak Zayn. Aku juga khawatir dengan keadaan Kak Angel," ucap Sanaya berkaca-kaca.

"Sayang, kamu memang terlalu baik pada pelakor busuk itu. Pantas saja Angel selalu memanfaatkan kebaikanmu ini," ucap si pria bermata hijau sembari merangkul pundak Sanaya.

"Alvaro, Hiks..."

Sanaya menangis, entah apa yang membuatnya menangis.

"Kenapa menye-menye sekali sih jadi cewek," ucap Renata tanpa sadar.

"Apa kamu bilang?" Alvaro menatap tajam Renata.

"Ah, tidak," jawab Renata kalem.

Alvaro semakin terheran-heran dengan sifat kalem gadis yang terduduk di ranjang rumah sakit itu. Biasanya, gadis itu selalu cari perhatian dan bersikap layaknya jal*ng. Bahkan sampai merendahkan harga diri menjadi pelakor demi menarik perhatiannya yang kini sudah menikah dengan Sanaya.

'Apa dia sungguh hilang ingatan?' batin Alvaro.

"Baiklah, urus anak tidak berguna ini, Zayn. Ayah juga tidak sudi jika harus terus melihat anak pembawa sial ini," ucap si pria paruh baya──Rendra, begitu pedas dan menyakiti hati.

Dan entah kenapa hati Renata nyeri mendengarnya. Hatinya terasa seperti tercubit saat mendengar ucapan itu.

"Ayah, jaga perkataanmu. Mau bagaimanapun juga Angel juga putrimu," wajah Zayn terlihat mengeras, terlihat tidak suka dengan ucapan Ayahnya.

"Tapi Angel sudah berniat membunuh Sanaya. Meskipun mereka bukanlah saudara kandung, tapi tidak seharusnya Angel melakukan itu, hiks... " ucap si wanita paruh baya──Santy dengan linangan air mata, "Padahal aku sangat menyayangi Angel seperti putriku sendiri, tapi dia justru.... "

"Stt, sudah jangan seperti ini, ayo kita keluar dari sini," ujar Rendra pada Santy, sang istri.

Kemudian pasangan paruh baya itu keluar, diikuti dengan Alvaro yang membantu Sanaya dengan mendorong tiang infus istrinya itu.

Kini hanya tertinggal Renata dan Zayn.

Renata terdiam bagai orang bodoh. Dia berpikir jika siapa yang sebenarnya gila di sini? Dirinya atau orang-orang yang memanggilnya Angel? Apa dirinya tidak jadi meninggal?

"Di mana Radion?" tanya Renata tiba-tiba.

Ya, Renata harus mencari Radion, putranya.

"Siapa Radion? Kenapa kamu mencarinya, Angel?" Zayn bertanya balik dengan mengeryit dahi.

Renata menatap kesal Zayn, pria itu masih saja memanggilnya Angel.

"Hei, anak muda! Namaku Renata bukan Angel, Radion itu putraku!" seru Renata dengan lantang.

Sebenarnya di mana Renata sekarang?

_To Be Continued_

Novel 'SUARA HATI SANAYA'

"Apa ini untukku?" tanya Renata pada seorang wanita yang terduduk di hadapannya.

Diterimanya Novel dengan cover berwarna kelabu, yang berjudul SUARA HATI SANAYA.

"Ya, Dokter Renata. Aku memberimu novel karyaku sebagai ucapan terima kasih. Itu adalah cetakan pertama."

Renata terlihat senang, "Terima kasih."

Pasiennya itu memang baru saja sembuh dari penyakit psikis yang diderita cukup lama. Sebenarnya Renata tidak membutuhkan hadiah apapun, karena kesembuhan pasiennya sudah cukup membuatnya senang.

Sepeninggal pasiennya, Renata mulai membaca novel itu. Sekarang dia tidak ada jadwal konsultasi lagi, jadi ada waktu luang untuk membacanya. Sejatinya Renata sangat menyukai membaca novel, kadang dia sering mengajak Jefra untuk menemaninya ke toko buku untuk membeli sebuah novel.

Oh, bicara tentang Jefra, wanita itu jadi merindukan suaminya itu. Pria tampannya itu memang sudah seminggu tidak pulang ke rumah karena memiliki pekerjaan di luar kota.

"Mungkin dengan membaca novel aku akan mengurangi rasa rinduku pada Jefra," gumam Renata.

Renata mulai fokus pada novel, matanya dan pikirannya tertuju pada buku yang cukup tebal itu, selembar demi selembar dibacanya dengan penuh penghayatan.

Novel itu menceritakan tentang wanita bernama Sanaya yang menikah dengan pria bernama Alvaro. Mereka menikah karena sebuah insiden one night stand. Sanaya yang mabuk di hari ulang tahunnya justru tidur dengan pacar Angel──kakak tirinya. Alvaro yang berasal dari keluarga baik-baik tentunya tidak lari dari tanggung jawab dari perbuatannya yang sudah menodai Sanaya, bahkan dia memutuskan Angel secara sepihak.

Beberapa orang berkata, cinta datang karena terbiasa. Witing tresno jalaran soko kulino.

Sanaya dan Alvaro yang awalnya biasa saja, karena sering bertemu, berlanjut menciptakan suatu rasa yang baru. Walaupun pernikahan mereka berawal dari ketidaksengajaan, lama-kelamaan keduanya jatuh hati.

"Semesta terkadang suka bercanda, mempertemukan seseorang tanpa memberi tahu apa alasannya," gumam Renata senyum-senyum sendiri.

Lalu Renata kembali membalik kertas novel itu lagi. Ekspresi berubah menjadi masam.

Konflik mulai muncul. Angel yang tidak terima jika Alvaro direbut oleh Sanaya mulai melakukan hal-hal licik untuk menghancurkan hubungan keduanya. Mulai dari menabrak Sanaya dengan mobil, membayar orang untuk memperkosa Sanaya, menculik, bahkan menggoda Alvaro seperti wanita jal*ng.

"Pelakor tidak tahu diri. Andai ada pasal pelakor. Pasti Angel bakalan terciduk duluan."

Renata benar-benar kesal dengan sosok antagonis itu. Tentu saja dia kesal, karena dulu dirinya juga pernah berurusan dengan pelakor.

"Tapi, kenapa namanya harus mirip denganku, sih? Angelica Renata Tan," protes Renata dengan mencebikkan bibir sebal. Sepertinya dia harus membuat petisi untuk mantan pasiennya. Petisi untuk mengganti nama si antagonis.

Cerita novel berlanjut dengan semua kegagalan usaha Angel untuk menghancurkan hubungan Sanaya dan Alvaro. Nasib tokoh antagonis itu berakhir bunuh diri karena tidak sanggup dengan tekanan yang diterimanya, benar-benar menyediakan dan tragis.

"Kasian, sih. Tapi, siapa suruh jadi pelakor."

Knock... Knock...

Suara ketukan pada pintu ruang prakteknya mengganggu konsentrasi membaca Renata.

"Duh, siapa, sih? Mengganggu saja," gerutu Renata sebal.

Kemudian wanita cantik itu bangkit dari kursi kebanggaannya, melangkahkan kaki jenjang yang memakai sepatu pantofel hitam ke arah pintu. Lalu memutar handle pintu untuk membukanya.

Renata terkesiap tatkala karangan bunga tulip putih yang pertama kali dilihatnya. Begitu cantik dan wangi.

Senyumnya langsung merekah. Oh, sepertinya Renata tahu siapa orang yang berada di balik karangan bunga tulip itu.

Seseorang yang tertutup karangan bunga tulip putih perlahan terlihat ketika bunga itu diambil Renata.

"Je..."

**

"...fra."

Renata terbangun dari tidurnya. Air mata menetes dari pelupuk matanya. Dia sangat merindukan orang itu.

Ternyata dirinya hanya bermimpi.

Kenapa mereka tidak bertemu lagi? Padahal Renata berharap jika kematiannya akan mempertemukan dirinya dengan suami tercinta.

Ya, Renata sudah menyadari itu.

Dirinya masuk ke dalam novel 'Suara Hati Sanaya.' Lebih parahnya lagi, Renata menjadi tokoh antagonis yang dulu sangat dibencinya.

"Akan lebih baik kalau aku pergi ke akhirat."

"Jangan berbicara macam-macam."

Renata menengok untuk sekedar melihat Zayn yang sedang menyetir di jok sebelah. Mereka berdua sedang berada di dalam mobil. Kini Renata sedang dalam perjalanan pulang bersama Zayn, tentunya pulang ke kediaman keluarga Tan.

Zayn Frederic Tan. Kakak kandung dari si tokoh antagonis yang berprofesi sebagai CEO perusahaan Tan Group, satu-satunya orang yang tidak membenci Angel. Sepertinya, Renata bisa menjadikan Zayn sebagai sekutu. Lagi pula kekuasaan Zayn cukup berpengaruh di keluarga Tan yang menganggapnya beban keluarga.

Yang bisa Renata lakukan saat ini adalah bersikap baik pada Zayn.

"Kehilangan ingatan bukanlah akhir dari dunia. Setidaknya dengan ini kamu akan melupakan Alvaro dan menjalani hidup tanpa mengharapkan sesuatu yang tidak akan pernah kamu gapai itu," sambung Zayn.

"Ya, Kakak."

Zayn agak terkejut dengan hal yang didengarnya. Adik perempuannya memanggilnya kakak, padahal selama ini gadis itu tidak pernah memanggilnya dengan sebutan itu.

"Lagi pula aku sudah tidak menyukai Alvaro."

Zayn melirik adiknya yang sedang melihat ke arah jendela kaca mobil. Sudut bibirnya terangkat sedikit, tersenyum tipis. Dia yang awalnya khawatir, kini merasa lega karena perubahan sikap dari gadis itu. Dokter memang mengatakan jika sang adiknya mengalami Amnesia, yang menyebabkan hilangnya ingatan mengenai suatu peristiwa secara acak. Tidak heran jika gadis itu membantah namanya sendiri, bahkan menyebut orang lain sebagai putranya.

Sedangkan Renata sedang menatap matahari terbenam, serta beberapa kendaraan yang berbaris rapi di jalan raya, sesekali bunyi klakson mobil atau motor saling sahut, dan banyak orang yang berjalan di trotoar jalan. Ternyata suasana dunia novel tidak ada bedanya dengan dunia nyata.

Renata hanyut dalam pikirannya. Sudah lima hari jiwanya terjebak di dalam novel. Selama itu pula, banyak sekali pertanyaan yang ingin dia tanyakan tapi mulutnya seakan menahan itu semua, pikirannya terasa rumit. Semakin dipikirkan, semakin tidak masuk akal. Renata berharap setelah tidur dia akan terbangun dari mimpi aneh ini. Namun, hasilnya adalah dia tetap berada di tubuh si tokoh antagonis.

Kenapa bisa dia yang seharusnya sudah meninggal justru masuk ke dalam novel?

Apa yang harus dia lakukan sekarang? Mengikuti alur novel dan mati dengan tragis, atau mencoba mengubah takdir untuk hidup bahagia?

Renata menatap pantulan dirinya pada kaca pintu mobil. Lebih parahnya lagi, wajah Angel sama persis dengan wajahnya ketika dirinya berumur dua puluh tahun. Bukan hanya nama, wajah pun juga mirip. Jangan bilang jika si pembuat novel memang sengaja membuat tokoh antagonis ini dengan terinspirasi darinya.

Renata menghela napas berat.

"Kenapa, Angel?" tanya Zayn yang sadar dengan helaan napas Renata.

Renata kembali mengalihkan tatapannya untuk melihat Zayn, "Mulai sekarang Kak Zayn harus memanggilku Renata."

"Kenapa tiba-tiba ingin dipanggil dengan nama tengah?" tanya Zayn mengeryit heran.

"Aku berniat merubah hidupku menjadi lebih baik lagi. Mengawalinya dengan meninggalkan kenangan masa lalu yang hanya membuatku merasa tersakiti. Begitupun dengan keinginanku yang ingin dipanggil Renata."

Sudah diputuskan, Renata akan mencoba menerima kehidupannya di dalam novel. Mungkin ini adalah takdir untuknya, takdir yang harus dia hadapi.

Salah satu tangan Zayn terulur untuk mengacak rambut adik perempuannya, "Adikku ternyata sudah bisa berpikir dewasa. Baiklah Kakak akan memanggilmu Renata."

Renata tertegun sesaat, dia yang tidak pernah merasakan kasih sayang seorang Kakak pada akhirnya dapat merasakannya juga.

Ternyata hidup di dunia novel tidak buruk juga. Senyum terbit di bibir pink miliknya.

Dengan ini, Renata sudah bertekad untuk melawan takdir si tokoh antagonis. Tentu saja dia tidak mau jika harus menderita dan berakhir bunuh diri.

_To Be Continued_

Kehidupan Baru

Tanamkan kebaikan dalam diri, hapus memori yang terus menyelimuti karena pagi ini kita harus menjadi pribadi yang terus memperbaiki diri.

"Selamat pagi dunia tipu-tipu!" seru Renata seraya membuka jendela balkon kamarnya.

Ibu dari satu anak itu. Ups, ralat. Gadis belia berumur dua puluh tahun itu terlihat bersemangat pada pagi ini.

Meskipun Renata masih tidak percaya akan hal ini, tapi dia mengalaminya sendiri, jiwanya berpindah ke tubuh seorang tokoh antagonis novel.

Yang Renata tahu, sebelumnya Angel mengalami kecelakaan mobil karena mencoba menabrak Sanaya, benar-benar sudah gelap mata karena termakan api cemburu.

Angel sangat mencintai Alvaro, mereka sudah menjalin hubungan selama empat tahun, bahkan akan tunangan sebentar lagi, tapi dengan seenaknya Sanaya merebut Alvaro. Tentu saja Angel marah. Sebenarnya Sanaya juga jahat di sini. Namun, mau bagaimana lagi, gadis itu adalah si tokoh utama. Semua orang pasti akan lebih bersimpati pada wanita lemah lembut dan penyayang.

Ternyata nasib Angel begitu menyedihkan karena tidak dianggap Ayahnya sendiri. Sang Ayah selalu menganggapnya sebagai anak pembawa sial. Hal itu bermula ketika Angel berumur lima tahun, sang Ibu meninggal karena menyelamatkan dirinya yang ingin tertabrak truk. Rendra yang sangat mencintai istrinya selalu menyalahkan Angel atas itu. Hingga sampai berlanjut menjadi benci pada putrinya sendiri. Bahkan Rendra lebih menyayangi Sanaya yang bukan putri kandungnya.

Setelah bertahun-tahun terpuruk karena kematian sang Istri, kini Rendra telah menikah dengan janda anak satu, yakni Ibu Sanaya. Awalnya Angel begitu senang karena telah memiliki Ibu baru, dia mengira jika kedatangan Santy dan Sanaya akan membuat Ayahnya menerima kematian Ibunya dan menyayanginya. Namun, justru Sanaya merebut segalanya, dari kasih sayang Ayahnya hingga Kekasihnya.

Tidak heran jika Angel sangat membenci Sanaya, bahkan hidup gadis itu akan berakhir bunuh diri karena tidak tahan dengan segala tekanan dan kebencian dari orang-orang di sekitarnya.

Sejatinya Angel adalah gadis lemah yang terhasut rasa iri dan cemburu.

Jika ditanya kenapa Renata tahu, itu karena beberapa ingatan Angle saling bermunculan di kepalanya dan tentunya dia tahu alur novelnya.

"Angel, hidupmu ternyata begitu berat. Aku menyesal karena dulu sempat membencimu," gumam Renata sembari menatap gumpalan awan yang berarak.

"Aku Renata Carissa berjanji untuk memperbaiki takdir burukmu, karena kamu dan aku pantas mendapatkan kebahagiaan," gumam Renata seolah tengah berbicara pada Angel.

Meskipun harus merubah alur novel yang telah diatur, Renata akan berusaha mewujudkan janjinya itu. Janji pada dirinya sendiri dan Angel.

Setelah menepati janjinya itu, Renata berharap agar mati dengan tenang dan dapat bertemu dengan Jefra-nya yang pastinya sedang menunggunya di surga.

Kemudian Renata beranjak untuk bersiap-siap memulai kehidupan barunya sebagai Angelica Renata Tan.

"Pertama-tama aku harus menghapus image pelakor yang disandang diriku saat ini."

Knock... Knock...

Suara ketukan pintu menghentikan langkah Renata yang ingin ke kamar mandi. Diurungkannya niatnya itu. Langkahnya beralih menuju pintu. Lalu dibukanya pintu bercat putih itu.

Cklek

Terdengar bunyi pintu terbuka setelah Renata memutar handle pintu.

"Kak Zayn?"

Zayn si pelaku pengetuk pintu. Renata menatap bingung pria yang sudah rapi dengan stelan jas mahal itu.

"Ponselmu, Renata," ucap Zayn seraya menyodorkan sebuah ponsel keluaran terbaru, "Aku habis memperbaikinya karena sempat rusak saat kamu kecelakaan."

Renata langsung menerima ponsel yang disodorkan Zayn. Dia hampir melupakannya, ponsel adalah benda yang sangat penting di dunia manapun. Renata dapat lebih mudah mencari informasi tentang orang-orang terdekat Angel melalui benda persegi itu, sekaligus mencari informasi lainnya.

"Terima kasih, Kak," ucap Renata tersenyum manis.

Zayn membalas dengan tersenyum tipis, "Aku senang karena akhir-akhir ini kamu lebih sering tersenyum."

"Karena senyum adalah ibadah!" seru Angel dengan semangat.

"Untunglah."

"Hmm?" Renata bingung dengan perkataan Zayn.

Apa yang untunglah?

"Tidak apa-apa," Zayn mengacak rambut Renata. Dia hanya merasa bersyukur dengan keceriaan yang ditunjukkan adik perempuannya itu.

"Kamu paling suka membuat rambutku berantakan," gerutu Renata sembari merengut sebal.

Zayn tidak sanggup menahan tawanya saat melihat ekspresi Renata yang begitu lucu saat cemberut. Pada akhirnya balok es mencair juga.

Renata berkedip beberapa kali saat melihatnya, "Wah, Kak Zayn ternyata tampan juga saat tertawa," ucapnya blak-blakkan.

"Ehmn," Zayn berdeham untuk menghentikan tawa, wajahnya merona tipis, "Yasudah, sebaiknya kamu mandi dan bersiap-siap. Bukankah kamu harus bekerja?"

Renata memukul pelan keningnya, "Aduh, aku hampir lupa! Aku bisa telat kalau tidak buru-buru!" serunya dengan lucu.

Zayn terkekeh pelan dibuatnya.

Di sisi lain, tepatnya di belokan dekat tangga, tidak jauh dari tempat dua bersaudara itu mengobrol.

Seseorang sedang memperhatikan dengan tatapan tidak suka dan iri. Tangannya terkepal sehingga kuku-kuku jari memutih.

"Angel," desisnya.

**

Setelah obrolan singkatnya dengan Zayn, Renata segera melakukan ritual mandinya yang tertunda.

Hari ini dia akan masuk kerja setelah libur beberapa hari karena kecelakaan.

Padahal umurnya masih dua puluh tahun, bukannya melanjutkan kuliah tapi justru memilih langsung bekerja. Renata juga tidak habis pikir dengan jalan pikiran Angel yang lebih mementingkan cintanya dari pada pendidikan, masa depannya.

Angel bekerja di perusahaan milik keluarga Alvaro, yakni Tj Corp. Alasannya tentu saja untuk mengejar Alvaro. Gadis itu memang sudah banyak berkorban untuk pria yang sayangnya sudah memiliki istri. Meskipun selalu dianggap tidak berguna oleh Ayahnya, Angel adalah gadis yang pintar. Buktinya, dirinya dapat dengan mudah bekerja sebagai Admin di perusahaan nomor satu hanya berbekal ijazah SMA yang memiliki nilai sempurna.

"Apa aku resign saja, ya? Toh aku mana sudi mengejar Alvaro seperti yang Angel lakukan. Aku akan resign dan melanjutkan kuliah."

Sepertinya itu adalah pilihan yang terbaik. Renata akan melanjutkan kuliah dengan mengejar gelar dokter spesialis kesehatan jiwa. Renata berniat menjadi seorang Psikiater, sama seperti di kehidupan sebelumnya.

Renata membuka lemari pakaian. Betapa terkejutnya ketika dia melihat pakaian-pakaian yang terlihat seksi alias kurang bahan.

Oh, Renata melupakan penampilan Angel yang selalu memakai pakaian seksi dan memakai makeup tebal. Dia jadi bergidik membayangkan jika dirinya berpenampilan seperti wanita penggoda.

Pokoknya Renata harus membuang pakaian-pakaian seksi milik Angel, lalu menggantinya dengan pakaian yang nyaman untuk dipakainya.

Kemudian Renata mulai mengobrak-abrik isi lemari untuk mencari pakaian yang lebih tertutup. Dan pilihannya jatuh pada blouse berwarna putih dengan outfit one set berupa suit dan mini skirt warna cream. Sesudah memakai pakaiannya, Renata segera memoleskan makeup tipis pada wajahnya yang seputih keju, dan diakhiri dengan goresan lipstik merah muda pada bibir penuhnya. Rambut hitamnya diikat setengah yang membuatnya semakin manis.

Gadis itu tersenyum puas melihat pantulan dirinya di cermin.

Setelah merasa siap dengan penampilannya, Renata segera keluar kamarnya untuk ke ruang makan.

"Mari kita lihat bagaimana reaksi mereka dengan perubahanku," gumam Renata tersenyum miring.

Kaki jenjangnya memasuki ruang makan yang sudah terdapat lima orang yang duduk manis di kursi makan.

"Good Morning," sapa Renata.

Kelima orang itu tercengang saat melihat penampilan Renata, benar-benar seperti orang lain saja. Bahkan mereka hampir tidak mengenali gadis itu.

'Kenapa Angel berubah menjadi cantik sekali?'

Itulah isi hati dari Zayn, Alvaro, Rendra, Santy, dan Sanaya.

_To Be Continued_

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!