Terdengar dua langkah kaki berjalan memasuki sebuah ruang rawat inap, seorang suster mempersilahkan dua lelaki berjas hitam itu masuk ke dalam. "Silahkan, tuan Kaivan sudah menunggu.."
"Terimakasih.." Ujarnya segera masuk ke dalam.
Sorot mata tajam menyambut kedatangan mereka berdua, sementara para suster melepas satu-persatu alat rumah sakit yang melekat pada tubuh kekar lelaki itu. "Apa kau sudah membawa apa yang ku butuhkan, Reiki?.."
"Hmm, berikan jasnya!.." Suruh Reiki kepada sang asisten, yang membawa keperluan Kaivan.
Setelah para suster menyelesaikan tugas, mereka semua berlalu pergi meninggalkan ruang inap itu.
Kaivan memakai pakaian jas hitamnya dibantu asisten, lelaki itu kembali memancarkan kharisma sang pemimpin besar, seperti statusnya sekarang penerus utama perusahaan DYNDRA Group.
"Apa kau yakin dengan keputusanmu itu?.." Tanya Reiki.
Tidak ada jawaban dari Kaivan, ia hanya fokus mengancingkan jas kebesarannya. "Mana surat perceraian yang ku minta Rei?.."
Reiki mengeluarkan. "Ini..."
Kaivan menerimanya. "Jangan biarkan Shena pulang ke rumah dulu, aku tak mau putriku melihat hal yang tak diinginkan terjadi, bawa saja bermain dengan si bibi!.."
"Aku mengerti, sekarang istrimu Elsa ada di perusahaan.." Ujar Raiki. "Aku harap ini pilihan yang tepat, jangan sampai kau menyesalinya Van.."
Kaivan menyunggingkan senyum sinis. "Shena bisa hidup bahagia tanpa Elsa!.."
"Hmm, baiklah kalau begitu.."
Reiki memberikan dua buah map kepada atasan sekaligus sahabatnya itu, tanpa bicara lagi Kaivan berlalu pergi meninggalkan rumah sakit. Menancap gas mobilnya dengan kecepatan tinggi, menuju perusahaan besar Dyndra Group.
...~...
Suara kecapan bibir terdengar di seluruh ruangan, menukar saliva lebih agresif lagi, seolah mengisyaratkan perasaan masing-masing yang sedang dimabuk cinta.
Elsa melepas pagutan panas, ia mengalungkan tangannya pada leher sang kekasih. "Mau makan siang bersama?.." Tanyanya.
"Boleh.."
Tangan lelaki itu mengelus lembut wajah kekasihnya. "Kau semakin cantik saja sayang.."
"Kau juga semakin tampan Roy.."
"Waktu kita banyak, suamimu di rumah sakit masih dalam keadaan diambang kematian. Nanti malam ke rumahku, kita habiskan waktu bersama di sana.." Lirih Roy tak berhenti menatap Elsa.
"Tentu saja.." Balas Elsa dengan senyum manis.
Tanpa pikir panjang keduanya kembali beradu bibir, menukar saliva penuh agresif.
Tok tok tok!!...
Elsa melepas pagutan, ia bahkan turun dari atas pangkuan Roy saat ruang CEO utama diketuk seseorang. "Siapa di luar!.."
"Sela nyonya!!.." Jawabnya.
Elsa berjalan menghampiri pintu ia langsung membuka. "Ada apa??.."
"Gawat nyonya! tuan Kaivan kembali dari rumah sakit, dia sekarang sudah di perusahaan menuju ruangan ini!.." Ujar asisten.
Mata Elsa melotot. "Apa!!!..." Ia menutup pintu, tanpa pikir panjang Elsa menghampiri Roy. "Cepat sembunyi!.."
"Ada apa El??..." Roy kebingungan.
"Aku tidak mau tahu, cepat sembunyi Kaivan sebentar lagi ke sini!!..." Panik Elsa mendorong kasar dada kekasihnya.
"What!..."
"Cepat Roy sembunyi!!.." Elsa menunjuk tempat yang bagus untuk bersembunyi.
"Ck!..." Decak Roy tak terima, mau tak mau ia akhirnya bersembunyi di lantai dua tempat istirahat CEO perusahaan.
Elsa mengatur nafas agar bisa tenang, ia kembali merapikan penampilannya yang hampir aut-autan karena sehabis bercumbu.
Cklek!
Pintu dibuka, masuklah Kaivan. Kaivan menuruni anak tangga dengan bersiul, wajah tampan itu tersenyum menatap sang istri yang berdiri di meja kebesarannya.
"Sayang???..." Ujar Elsa. "Apa yang kau lakukan di sini? kamu seharusnya di rumah sakit."
Tidak ada jawaban dari Kaivan, ia menyerahkan sebuah map, Elsa langsung menerima dan melihatnya. "Semua sel kankernya hilang. Jadi kanker paru-parumu sudah sembuh?.."
Tanpa bicara Kaivan mengangguk, ia meraih perut ramping istrinya menarik Elsa ke dalam dekapan. Elsa mengembangkan senyum palsu ia membalas pelukan erat Kaivan. "Kenapa kamu tidak memberi tahuku?.."
"Kejutan.."
"Sayang, aku sangat bahagia!.." Elsa kembali memeluk erat Kaivan dengan senyum palsunya, tatapan wanita itu tertuju ke lantai dua dimana Roy berada, panik tentunya.
Kaivan sontak melepas pelukan, ia mengikuti tatapan istrinya. "Serta ini!..."
Kaivan mengeluarkan map memberikannya kepada Elsa, Elsa langsung menerima. "Apa ini?.."
"Hadiah untukmu!.."
Wanita itu langsung membuka, membaca sebuah berkas yang dimaksud hadiah oleh sang suami.
Seketika raut wajah tampan Kaivan berubah menjadi dingin.
Mata Elsa melotot hampir keluar. "Surat perceraian!!!.."
Mata Elsa melotot hampir keluar. "Surat perceraian!!!.."
Tangan wanita itu seketika gemetar, tidak ada angin juga hujan. Hubungan dengan Kaivan yang baik-baik saja, kini tiba-tiba ia menggugat cerai.
"Apa maksudnya ini!.." Ujar Elsa menghampiri sang suami yang berjalan ke arah kursi kebesaran.
Kaivan mengambil bolpoin dari meja kerja, memberikannya kepada Elsa tanpa ekspresi apapun. "Tanda tangani surat itu, bukankah hadiahnya membuatmu bahagia?.."
Elsa meletakkan di atas meja. "Apa kau sedang nge-frank sayang? anniversary pernikahan kita dua hari lagi, jangan becanda!..."
"Aku tidak becanda! cepat tanda tangani surat itu. Hubungan kita berakhir pulanglah kepada orang tuamu, dan jangan berani membawa Shena, dia bahagia tanpa dirimu!..." Dingin Kaivan penuh penekanan.
Deg!
Elsa panik tubuhnya semakin gemetar, orang yang sangat berpengaruh di hidupnya tampak berubah drastis. Jika ia dan Kaivan berpisah apalah artinya Elsa ke depan?..
"Tidak akan ku tanda tangani! yang benar saja, kau tak memiliki alasan masuk akal Kaivan, aku masih mencintaimu. Katakan alasan yang bisa ku terima!!..."
Mata tajam Kaivan menatap lekat Elsa, tidak lama tatapannya beralih ke lantai dua. "Orang yang bersembunyi di sana, cukup kuat untuk ku jadikan alasan!..."
Seketika bolpoin yang dipegang Elsa terjatuh, bibirnya kelu tak bisa bicara lagi. Bagaimana bisa? perselingkuhannya dengan Roy bisa diketahui Kaivan, mereka berdua menutupnya begitu rapat.
Roy yang mendengar hanya terdiam, ia keluar dari persembunyiannya turun menuruni tangga, menghampiri suami istri yang sedang adu mulut itu.
Mata Elsa melotot, perasaannya kini benar-benar tak terkontrol. Panik luar biasa. "Roy!..."
"Aku harus mengakuinya kau selama ini kekasihku Elsa!..."
"Cih!.." Sinis Kaivan, sangat lucu sekali melihat pengkhianatan di depan mata seperti ini.
"Aku bukan kekasihmu! kita hanya rekan kerja. Enak saja!.." Bantah Elsa, ia langsung meraih tangan kekar Kaivan. "Jangan mempercayainya, aku istrimu Kaivan!.."
Tubuh Elsa mundur beberapa langkah saat Kaivan menepisnya.
"Lucu sekali!..." Sinis Kaivan.
"Tidak, dengarkan aku dulu!.." Ujar Elsa dengan mata sudah berkaca-kaca.
"Sayang stop!.." Roy menghalangi.
"Diam! kamu bukan kekasihku Roy apa-apaan!.." Pekik Elsa berontak.
Dalam waktu bersamaan 3 orang bodyguard masuk ke dalam ruang CEO utama, Kaivan memberi kode lewat gerakan tubuh.
Ketiga orang itu menyeret Elsa juga Roy untuk keluar. "Mari tinggalkan perusahaan ini!.."
Elsa berontak. "Tidak lepaskan! aku nyonya kalian, berani sekali, br*ngsek!..."
"Kaivan kau benar-benar tega! aku tidak akan pernah menandatangani surat perceraian itu!..." Pekik Elsa dengan isak tangisnya.
Para bodyguard berhasil menyeret mereka berdua, Kaivan menjatuhkan tubuh kekarnya di kursi kebesaran. Menghela nafas panjang dengan tatapan kosong sembarang arah. "Sangat muak juga menjengkelkan!..." Gumamnya, mencoba menenangkan diri...
Setelah menghubungi Reiki, tidak lama sekretaris itu datang ke ruang CEO utama. "Apa ada sesuatu?.."
Jari Kaivan berhenti mengotak-ngatik layar komputer. "Bawakan aku beberapa wanita penghibur!.."
Reiki mengerutkan kening. "What!..."
Tatapan tajam Kaivan tertuju kepadanya, Reiki peka ia tidak bisa membantah. "Baiklah bersenang-senanglah, aku akan membawakannya untukmu.."
"Hmmm.." Jawab singkat Kaivan.
...*...
...*...
...*...
Wanita paruh baya yang masih tampak cantik, berlari kecil menghampiri seseorang yang hendak memasuki mobil. "Tunggu mama Bel!..." Ia tersenyum menyeringai saat menatap name tag yang melekat pada kemeja putih sang anak. 'Arabella Khanza'
"Iya ma?.."
"Jangan sampai kemalaman kayak kemarin ya! mama gak mau tahu kamu anak perempuan loh.." Ujarnya.
Arabella tersenyum. "Tentu ma, nanti sore juga sepulang dari Rianty Bella pulang.."
"Iya hati-hati, mama juga mau ke rumah sakit anterin bekal buat papa katanya piket malam.."
"Oke..."
Arabella masuk ke dalam mobil menancap gas membelah jalanan raya, setelah sang putri hilang dari pandangan, mama Sonya kembali masuk ke dalam rumah.
Sebelum menemui Rianty sahabatnya, Bella mampir ke mall untuk membeli sesuatu. Tidak lama ia keluar, kembali masuk ke dalam mobil.
Mata indah wanita itu seketika membulat sempurna, saat seorang anak kecil ikut masuk ke dalam mobilnya. "Ah ya ampun!!..."
"Kakak ayo jalan aku dikejar orang jahat!.." Rintih nya memegang lutut yang berdarah.
Bella seketika melihat ke belakang, ternyata benar saja 3 orang berbaju hitam menghampiri mobil Bella. Langsung saja ia memasangkan sabuk pengaman kepada gadis kecil itu. Melajukan mobil dengan kecepatan tinggi.
"Tenang jangan nangis ada kakak!..."
"I-iya..."
Melihat anak gadis yang diasuhnya berlari dikejar orang jahat, si bibi ketar-ketir ia langsung berlari ke arah sang tuan yang baru saja datang menjemput.
"Tuan Kaivan!.." Panggilnya dengan nafas terengah-engah.
Kaivan yang baru keluar dari dalam mobil mengerutkan kening. "Ada apa bi? dimana Shena!..."
"I-itu! non Shena melarikan diri dikejar mereka.." Panik si bibi, menunjuk tiga orang berbaju hitam di depan sana.
"Apa!.."
Tanpa pikir panjang dua bodyguard Kaivan berlari, di area mall itu terjadi perkelahian. Mata tajam Kaivan mengikuti Shena dari kejauhan, putrinya masuk mobil dibawa kabur oleh seseorang. "Ck! berani sekali!..."
"Aduh tuan gimana ini? siapa itu yang membawa non Shena!..." Rasa khawatir si bibi semakin menjadi.
Tanpa berucap, Kaivan masuk ke dalam mobil menancap gas dengan kecepatan tinggi. Lelaki itu menggertakan rahangnya menahan emosi juga panik.
Arabella berdecak saat sebuah mobil mengejarnya di belakang. "What! siapa itu? kenapa jadi seperti ini!.."
Mobil Kaivan menyalip terus menghalangi jalan mobil yang membawa kabur sang putri, Bella tak mau kalah menambah kecepatan tinggi, berniat menyelamatkan diri dari kejaran orang br*ngsek. Pikirnya.
"Kak itu sepertinya papa!..." Lirih Shena melihat mobil di belakang.
"Hah! papamu? sepertinya bukan, pasti itu para br*ngsek yang tadi!.." Timpal Bella, ia melirik dari kaca spion, jika dipikir-pikir wajahnya beda dengan yang tadi, kini tampan berwibawa bukan berkulit hitam menyeramkan.
"Iya kak itu papa..." Ujar Shena lagi..
Arabella terdiam, ia kini melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Kaivan yang melihat itu mengerutkan kening, ia semakin kebingungan dengan mobil yang membawa kabur putrinya mampir ke apotek. "Lihat saja, tak akan ku ampuni berani sekali menyentuh putriku!.."
"Luka di lututmu harus diobati ya, kakak bawa ke sini.." Ujar Bella memarkirkannya di parkiran apotek.
Gadis kecil itu tersenyum. "Iya kak..."
Arabella keluar dari mobil, ia hendak berjalan untuk membukakan pintu Shena. Namun...
"Hey kau!!..."
Bella menoleh, tatapan matanya beradu dengan manik tajam yang sedang menatap ke arahnya. "Bukankah lelaki itu yang disebut papa tadi??..."
Tangan kekar Kaivan mengepal kuat, ia menghampiri wanita cantik dengan rambut bergelombang itu.
Gret!!..
"Akh!..." Pekik Bella saat lehernya dicengkeram kuat, bahkan lelaki yang tak ia kenal itu menyeretnya hingga mentok di dinding parkiran dalam. "A-akh!!..." Bella menepuk-nepuk tangan yang mencekiknya agar terlepas, namun sayang kekuatannya lebih besar.
Kaivan mengangkat tangan kekarnya, mata Arabella seketika membulat lebar, saat ini saja ia kesakitan susah bernafas apa akan ditambah dengan pukulan?...
Hampir saja pukulan mendarat, Kaivan menatap lekat wajah cantik yang kesakitan itu, ia menurunkan tangannya, juga melepas cengkraman.
Entah apa yang dipikirkan Kaivan.
Tangan kekarnya beralih mengelus pipi Bella, menatap lekat wanita cantik yang terengah-engah di hadapannya, bahkan Kaivan dapat merasakan nafas Bella, karena posisi keduanya yang sangat dekat.
Menyadari tatapan lelaki itu, Bella langsung menepis tangannya keluar dari kungkungan. "Berani sekali menyakiti wanita!..."
"Kau yang membawa kabur putriku!..." Sinis Kaivan.
"Tidak pah, kakak ini malah menyelamatkan Shena, papa salah paham!.." Potong gadis kecil memegang ujung jas Kaivan.
Arabella terdiam ia masih merasakan sakit pada lehernya.
"Benarkah?..." Kaivan beralih menatap Bella.
"Iya pah, kakak ini juga membawa ke sini untuk mengobati luka lutut Shena.." Ujarnya. "Kakak terimakasih banyak ya.."
Bella tersenyum menyeringai ia mengangguk. "Sama-sama.."
"Arabella..." Batin Kaivan yang membaca name tag wanita itu.
"Terimakasih!.." Timpal Kaivan tanpa ekspresi apapun.
Bella beralih menatap wajah tampan yang menatap tajam ke arahnya juga. "Hmmm..." Jawabnya singkat karena masih kesal.
Seketika Bella teringat Rianty, ia mengelus pipi gadis kecil yang berumur 4 tahun itu. "Kakak harus pergi, see you!..."
"Iya kak.." Shena tersenyum.
Bella melangkah menuju mobil, ia meninggalkan pelataran apotek menuju tempat dimana sahabatnya berada, jujur moodnya berubah setelah bertemu Kaivan.
Benar saja, di sebuah kafe Rianty tampak menunggu. Bella yang baru sampai langsung duduk di hadapannya.
"Lama banget Bel, gue hampir setengah jam nungguin lo.." Ujar Rianty.
"Sorry banget Ri, bisa dikatakan gue sial dalam perjalanan tapi untungnya anak itu selamat.." Timpal Bella..
"Anak siapa?.."
"Gak tahu.." Bella menceritakan kejadian saat perjalanan ke cafe. "Sakit banget leher gue, rasanya ingin memaki!.."
Rianty mengembangkan senyumnya. "Gak papa dia juga tahu hanya salah paham Bel.."
"Ya gak gitu juga, kasar banget sama perempuan Ri! terus tatapannya.....
"Kenapa tatapannya??..." Tanya Rianty saat Bella memotong ucapan.
"Ah enggak lupakan!..."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!