NovelToon NovelToon

ISTRI SIRI CEO

KECELAKAAN

'Brak'

Suara tabrakan sebuah mobil mewah dan sepeda motor mengagetkan para siswa yang baru saja keluar dari gerbang sekolah. Siswa-siswi yang baru saja mendengar pengumuman bahwasanya mereka lulus dari bangku sekolah menengah atas.

Suara tabrakan itu sontak membuat para siswa berkerumun mendekat. Betapa naasnya seorang lelaki paruh baya tergeletak dengan bersimbah darah. Sedangkan pengemudi mobil mewah tersebut tak berani keluar dari dalam mobilnya.

Jihana gadis berusia 18 tahun berlari menghampiri para kerumunan karena penasaran siapa yang menjadi korban kecelakaan. Begitu Jihan mendekat jantungnya bedegup kencang saat tahu motor siapa yang hancur tergelatak diaspal. Matanya memindai dari ujung kaki sampai ke wajah pengemudi motor itu.

Suara teriakannya menggema ditelinga para teman-temannya yang sedang melihat pengemudi yang bersimbah darah tersebut.

"Ayah !!!" teriak Jihan ia sontak menaruh kepala Ayahnya diatas pangkuannya.

"Ayah kumohon bangunlah" tangan Jihan gemetar dan menangis sejadi-jadinya.

Tak lama datanglah sebuah mobil ambulans, korban kecelakaan yang bernama Raymon yang merupakan Ayah Jihan langsung dibawa para petugas kesehatan masuk ke dalam mobil begitupun Jihan ikut masuk menemani di dalamnya.

Sepanjang perjalanan Jihan begitu panik dan terus menangis melihat kondisi Ayahnya yang sedang ditangani oleh petugas medis.

"Pak, tolong selamatkan Ayahku ku mohon" ucap Jihan dengan suara yang bergetar karena menangis.

"Nona tenang dan sabarlah sebentar lagi kita sampai dirumah sakit" ucap salah satu petugas medis yang menenangkan Jihan sedangkan petugas satunya sedang berupaya menghentikan aliran darah dengan perban dikepala Tuan Raymon.

Beberapa saat kemudian tibalah mobil ambulans tersebut dirumah sakit. Tuan Raymon segera ditangani oleh para dokter dan suster bahkan dimasukkan ke dalam ruang operasi.

Jihan melangkahkan kakinya kebagian administrasi ia bertanya berapa biaya yang harus ia keluarkan untuk operasi dan pengobatan Ayahnya. Padahal ia juga sama sekali tidak memiliki uang bahkan harta karena ia bukanlah dari keluarga berada.

"Suster, berapa biaya operasi dan pengobatan Ayahku ?" tanya Jihan ragu-ragu ia pasti tahu pasti bianyanya sangat mahal mengingat rumah sakit ini adalah rumah sakit yang paling bagus dikota tempatnya tinggal.

Ketika suster menyodorkan satu lembar kertas yang berisikan total uang yang harus Jihan siapkan betapa terkejutnya ia saat melihat nominal angka tersebut. Air matanya menetes dari mana ia mendapatkan uang sebanyak itu.

"Sus..suter apa ini tidak salah, 170juta ?" tangannya bergetar memegang kertas tersebut.

"Iya Nona, tapi semua sudah dibayarkan atas nama Tuan Anggara"

"Tu..tuan Anggara ?" Jihan bingung dengan jawaban suster tersebut siapa Tuan Anggara yang dimaksud, bahkan Jihan tak mengenal sama sekali orang itu.

"Tuan Anggara adalah pemilik rumah sakit ini, nah itu beliau beserta isterinya" suster menjelaskan pada Jihan dan menunjuk Tuan Anggara beserta istrinya yang berjalan ke arah mereka.

Jihan membalikkan tubuhnya dan menatap pasangan suami istri yang berjalan ke arahnya.

"Apa kau anak korban yang kecelakaan itu ?" tanya lelaki paruh baya yang bernama Tuan Anggara pada Jihan.

"I..iya" jawab Jihan dengan mata yang memerah dan sebab karena terlalu banyak menangis.

Istri Tuan Anggara yang bernama Sonia langsung memeluk Jihan seolah turut merasakan apa yang Jihan rasakan.

"Tak apa, kita doakan Ayahmu pasti baik-baik saja" ucap Nyonya Sonia menenangkan Jihan yang kembali menangis dalam pelukan Nyonya Sonia.

Jihan, Tuan Anggara dan Nyonya Sonia sedang menunggu didepan ruang operasi ini sudah 1 jam berlalu namun belum juga operasi itu selesai.

Jihan memberanikan bertanya pada pasangan suami istri tersebut karena ia penasaran siapa mereka sebenarnya.

"Tuan dan Nyonya siapa ? dan kenapa kalian membayar biaya rumah sakit ayahku ?"

Tuan anggara menghela nafasnya sedangnya Nyonya Sonia mengenggam erat lengan suaminya itu mereka pasti akan mendapatkan pertanyaan seperti itu dari Jihan.

"Sebenarnya kami..."

MR. FABRIZIO

"Sebenarnya kami adalah orang tua pelaku yang sudah menabrak Ayahmu, Nak" jawab Tuan Anggara dengan mata yang sendu.

"Ap..apa ?" Jihan terkejut mendengar jawaban Tuan Anggara.

"Nak..kami tahu ini berat bagimu, tapi tolong bisakah kita fokus pada Ayahmu dahulu setelah ini kita bicarakan hal ini selanjutnya" Nyonya Sonia menenangkan Jihan kembali.

Jihan menganggukkan kepalanya dan menghapus air matanya kemudian kembali menatap pintu ruang operasi didepannya.

"Apa kau baru saja lulus sekolah, Nak ?" tanya Sonia saat melihat seragam putih abu-abu Jihan yang banyak coretan tanda tangan dan cap warna warni.

"Iya Nyonya, hari ini adalah hari kelulusanku" jawab Jihan menatap nanar rok sekolahnya yang terdapat cap warna warni. Seharusnya ini adalah hari kebahagiaannya.

"Namamu cantik, Jihana Almayra" Nyonya Sonia berusaha terus menenangkan Jihan.

"Terimakasih Nyonya" ucap Jihan tanpa melihat Nyonya Sonia disampingnya, pikirannya terus terfokua pada Ayahnya.

Tak lama pintu ruang operasi terbuka, Tuan Raymon segera dipindahkan ke ruang rawat inap. Bahkan ruang rawat inap yang ditempati Ayah Jihan adalah ruang President Class. Jihan duduk dikursi samping ranjang Ayahnya. Air matanya kembali menetes melihat kondisi ayahnya.

"Ayah, apa kau tahu. Aku lulus dengan nilai tertinggi disekolahku, bahkan aku mendapatkan beasiswa kedokteran. Putrimu ini suatu saat nanti akan menjadi seorang dokter. Bukankah kau sangat menginginkanku menjadi seorang dokter. Maka dari itu segeralah sadar dan sehat agar aku bisa membahagiakanmu" Jihan berceloteh sambil menitihkan air matanya dan menganggang erat telapak tangan Ayah tercintanya. Sedangnya Nyonya Sonia yang mendengar itu hatinya begitu terhenyu dengan ucapan Jihan. Ia mengelus pundak Jihan agar Jihan lebih sabar dan tabah.

Sedangkan disisi lain diruangan CEO rumah sakit, Tuan Anggara sedang menatap putra semata wayangnya yang menundukkan wajahnya kebawah. Dia adalah Fabrizio lelaki berumur 28 tahun pewaris Diamon Group. Perusahaan yang bergerak dibidang kesehatan dan bisnis dalam maupun luar negeri.

"Kenapa kau begitu ceroboh ! Kau bermain ponsel saat mengemudi dijalan, kau lihat akibatnya sekarang nyawa seseorang jadi taruhannya !" bentak Tuan Anggara pada Fabrizio.

Fabrizio mengangkat kepalanya ia tak terima jika hanya dia yang disalahkan dalam kejadian tersebut. "Aku tidak sengaja Pa, lagipula aku tidak tahu kenapa tiba-tiba pengendara motor itu ada didepan mobilku !" Fabrizio membela diri tak mau disalahkan.

"Kau lihat sekarang bahkan para reporter sedang memburumu karena kasus ini, kalau Papa tidak memiliki kekuasaan pasti kau sudah mendekam dipenjara saat ini juga !" Tuan Anggara mengusap wajahnya kasar masalah yang ditimbulkan oleh putranya begitu besar jika Fabrizio sampai terliput oleh awak media maka nilai saham perusahaannya pasti akan turun.

"Apa orang itu baik-baik saja ?"

"Tidak ada harapan" lirih Tuan Anggara, saat ia tahu pernyataan dari dokter yang menangani Tuan Raymon bahwa pasien hanya mampu bertahan dua atau tiga hari karena benturan yang cukup keras dikepala. Jika pasien mampu bertahan ia akan mengalami kelumpuhan seumur hidup.

"Apa maksud Papa ?" Zio membulatkan matanya mendengar jawaban tersebut.

"Jika dia mampu bertahan ia akan lumpuh selamanya"

"Berarti kalau dia meninggal, lalu..." suara Zio tercekat tak mampu meneruskan kata-katanya.

"Pa, aku tidak mau dipenjara. Tolong aku Pa, aku mohon" ucap Zio mengiba dan duduk dibawah kaki Papanya.

"Tolong aku Pa, lagipula aku akan menikah dengan Cindy tiga bulan lagi"

Tuan Anggara menatap sendu Zio ia sudah memikirkan keputusannya dengan matang bersama Sonia, saat ia tahu Tuan Raymon memiliki seorang anak perempuan.

"Kau bisa bebas dari hukuman hanya dengan satu syarat dan ini pasti akan berat bagimu Zio" balas Tuan Anggara.

"Apapun akan ku lakukan, Pa" jawab Zio cepat menatap wajah Papanya.

"Menikahlah dengan..."

MENIKAHI JIHANA

"Menikahlah dengan Jihan, anak Tuan Raymon yang sudah kau tabrak" ucap Anggara dengan tegas.

Zio membulatkan matanya ia tak menyangka syarat yang diberikan oleh Papanya diluar dugaannya. Ia pikir ia akan dikirim ke luar negeri untuk sementara waktu tapi ternyata ia harus menikah namun itu dengan wanita lain.

"Papa jangan bercanda, aku hanya akan menikah dengan Cindy Pa !" Zio tak terima dengan syarat yang diberikan oleh Papanya.

"Hanya itu yang bisa menyelamatkan masa depanmu Zio, jika kau menolak maka kau harus siap mendekam dipenjara" Tuan Anggara berdiri dari duduknya dan hendak meninggalkan Zio yang diam terpaku. "Tuan Raymon dan anak gadisnya berada di Ruang Presiden Class 04, temui mereka. Waktumu tidak banyak Zio, cepatlah berfikir dan mengambil keputusan" Tuan Anggara meninggalkan Zio dan pergi keruang rawat inap Tuan Raymon.

Saat suara pintu tertutup kembali Zio sadar dari lamunannya ia menatap lurus jendela kaca yang menampilkan pemandangan ibu kota. "Menikah dengan wanita lain.." ia menyunggingkan senyuman namun bibirnya begetar kala mengucapkannya. Tak lama muncul sebuah ide bagaimana ia juga nanti bisa menikahi Cindy karena publik sudah tahu bahwa mereka akan menikah 3 bulan lagi. Iya, ia akan berusaha melakukan negosiasi bersama anak Tuan Raymon.

... ....

Dua hari berlalu..

Fabrizio datang menemui Tuan Raymon didalam ruangan itu sudah ada kedua orang tuanya. Ia melihat seorang gadis duduk dibangku sebelah ranjang pasien milik Tuan Raymon.

"Aku akan menikahinya Pa, tapi dengan syarat pernikahan kami hanya dilakulan secara sirih karena aku tidak mau membatalkan rencana pernikahanku dengan Cindy" ucap Zio pada kedua orang tuanya.

"Baiklah kita adakan pernikahan kalian secepat mungkin saat Tuan Raymon sadar nanti" jawab Tuan Anggara.

"Nak Jihan, apa kau tidak keberatan Nak ?" ucap Sonia pada Jihan yang masih diam terpaku menatap pria dihadapannya kini pria yang begitu tampan dan mempesona dimatanya. Jihan kembali sadar dan menatap Sonia disampingnya. Ia pun tak tahu harus mengambil tindakan seperti apa karena yang ia pikirkan saat ini adalah Ayahnya.

"Aku tidak tahu Nyonya, lagipula aku tidak akan menuntut apapun dari kalian. Aku hanya minta pada kalian tolong bertanggung jawab saja pada kesembuhan Ayahku, karena hanya dia yang aku punya di dunia ini" jawab Jihan dengan suara yang bergetar.

Tak lama jari jemari tangan Tuan Raymon bergerak Jihan yang melihat itu sangat antusias, begitupun Tuan Anggara dan Nyonya Sonia. Dokter datang memeriksa keadaan Tuan Raymon yang tampak sudah membuk matanya. Tuan Raymon masih dapat bebicara dengan jelas walaupun kondisinya sangat lemah.

"Ayah.." Jihan mengenggam tangan Ayahnya dan tersenyum bahagia.

"An..nakku Ji..han"

"Iya Ayah, Jihan disini" jawab Jihan antusias.

"Tuan Raymon saya Anggara, atas nama orang tua anak saya yang sudah membuat anda celaka saya mohon maaf" ucap Tuan Anggara dengan mata yang sendu.

"Ti..tidak apa-apa Tuan, mungkin sudah takdir" jawab Tuan Raymon.

"Kami akan bertanggung jawab atas dirimu dan putrimu Tuan Raymon, jika tuan tidak keberatan kami akan menikahkan anakmu dengan putra kami sebagai bentuk tanggung jawab anak kami"

"Tuan..serius ?" jawab Tuan Raymon semakin lemah.

Semua mengangguk setuju kecuali Jihan ia hanya diam menatap Ayahnya. Tuan Raymon menatap Jihan mungkin sudah saatnya ia pergi dari dunia ini, mendengar bahwa Jihan akan menikah ia tersenyum bahagia setidaknya saat ia pergi ada orang-orang baik yang menjaga Jihan.

Pernikahan pun dilakukan pada siang hari di dalam ruangan itu, Jihan yang sudah mengenakan kebaya putih wajahnya dirias dengan menggunakan make up tipis. Terlihat cantik dan anggun. Sedangkan Zio hanya menggunakan setelan jas dan itupun pakaian kerjanya tadi pagi yang ia kenakan. Karena ia tak berniat sama sekali dengan pernikahan ini.

"Saya terima nikahnya Jihana Almayra dengan mas kawin yang tersebut" Zio mengucapkan ijab kabul dalam sekali tarikan nafas.

"Bagaimana saksi ?"

...'sah' ...

'sah'

"Alhamdulillah...Barakallah hummakumma wabarakah alaikumma wajaalnabainakumma fikhair"

Zio menyematkan cincin dijari manis Jihan dan Jihan mencium punggung tangan Zio yang sudah menjadi suaminya itu. Mereka saling menatap dalam perasaan yang sulit diartikan, karena mereka menikah tanpa saling mengenal.

Pandangan mata Tuan Raymon perlahan mulai menggelap ia sudah tahu pasti ini adalah waktunya ia pergi. Ia memejamkam mata dan menghembuskan nafas terakhirnya dalam genggaman tangan putri tercintanya, Jihana.

"Ayah..." suara tangisan Jihan begitu menyayat hati, Ayah yang ia cintai kini sudah pergi dan kembali kepangkuan sang illahi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!