Seorang laki-laki bertubuh tegap dengan pahatan wajah yang sangat sempurna yang mampu meluluhkan setiap hati wanita. Kini keluar dari mobil yang mengantarnya disebuah pertemuan para pembisnis luar biasa di negara Prancis. Dengan balutan jas yang membalut tubuhnya membuat tingkat ketampanan laki-laki itu meningkat. Dan hal tersebut membuat semua para perempuan disana terkesima bahkan tak urung mereka berbisik-bisik manja mengenai laki-laki itu. Tak hanya disitu saja, para perempuan itu juga tak urung berniat untuk berdekatan dengan laki-laki tersebut walaupun mereka tau pada akhirnya laki-laki itu akan mendiami mereka.
Dan saat laki-laki itu tengah berdiri tegap di red karpet dengan jepretan beberapa wartawan yang mengambil foto dirinya, tak ia sadari jika ada seseorang yang tengah mengincar dirinya di balik salah satu ruangan di gedung bertingkat yang berseberangan dengan tempat yang didatangi laki-laki itu.
Dengan senyum miringnya, orang tersebut kini mengarahkan sebuah senapan kearah laki-laki tersebut. Perlahan namun pasti ia membidik laki-laki tersebut tepat di jantungnya.
"Good bye, tuan Digo yang terhormat," ucap orang tersebut dan bertepatan dengan ia mengucapakan hal tersebut, ia menarik pelatuk senapannya hingga.
Dorrr!!
Suara tembakan nyaring terdengar bertepatan dengan suara tembakan itu peluru dari senapan tadi berhasil menembus tubuh seseorang. Bukan, bukan laki-laki yang menjadi target utama dari orang tadi yang terkena tembakan itu melainkan salah satu orang yang berada di belakang laki-laki tersebut. Dan bertepatan dengan ambruknya laki-laki tadi, membuat semua orang disana panik seketika. Mereka berlomba-lomba untuk menjauh dari tempat tersebut untuk menyelamatkan nyawa mereka.
Sedangkan laki-laki tadi dengan wajah datarnya ia menatap kearah laki-laki dibelakangnya yang kemungkinan sudah tidak bernyawa itu, sebelum tubuhnya mendapat dorongan dari anak buahnya saat suara tembakan kembali terdengar.
"Shittt," umpat si penembak tadi dan laki-laki tersebut secara bersama.
Hingga saat si penembak akan kembali ingin menarik pelatuk senapannya tadi, bertepatan dengan itu pula mata tajam nan dingin dari laki-laki tersebut menatap kearah dirinya berada.
"Damn it!" Umpatnya saat ia merasa jika tempat persembunyian kini telah di ketahui oleh targetnya sendiri. Dan dengan cepat ia beranjak dari tempat tersebut sebelum dirinya di tangkap oleh anak buah laki-laki tersebut.
Tapi sayangnya saat dirinya baru keluar dari tempat persembunyiannya beberapa orang berbadan kekar sudah berdiri di depan ruangan yang ia gunakan tadi. Ia berdecih dan dengan mengandalkan ilmu bela diri yang ia punya, ia mulai melawan satu-persatu orang-orang berbadan kekar tadi. Hingga membutuhkan waktu beberapa menit, akhirnya ia bisa melumpuhkan orang-orang itu di bantu dengan pisau kecil yang selalu ia bawa kemana-mana.
Dan saat dirinya ingin melarikan diri, tiba-tiba....
Dorrr!
Satu tembakan yang berhasil mengenai kaki sebelah kanannya itu mampu melumpuhkan dirinya.
"Arkhhhh!" Desisnya saat merasakan panas peluru menembus kulitnya. Dan belum sempat dirinya ingin mencoba kembali kabur, beberapa orang yang memiliki postur tubuh yang sama dengan orang-orang sebelumnya dengan sigap memegang kedua lengannya serta merebut paksa dengan cara menggoreskan belati di tangan orang tersebut agar pisau kecil itu terlepas dari genggaman tangannya. Rintihan kesakitan tak bisa lagi orang tersebut tahan. Namun rintihan itu seakan hiburan bagi orang-orang berbadan kekar itu pasalnya mereka justru menampilkan sebuah senyuman yang sangat memuakkan bagi orang tadi. Bahkan kini tanpa belas kasih, kedua orang yang memegang lengannya kini menyeret tubuhnya mengikut langka mereka.
Segala macam cara pemberontakan telah ia lakukan tapi sayangnya setiap kali ia berontak, goresan belati itu kembali melayang di lengannya hingga kucuran darah segar terus menerus mengalir keluar. Namun ia tak boleh menyerah begitu saja, hingga karena ia terus memberontak, salah satu orang berbadan kekar tadi melayangkan dua bogeman mentah di kepalanya bahkah tak hanya disitu saja, mereka juga menyuntikkan obat bius ke dalam tubuhnya hingga akhirnya perlahan tubuhnya yang terus memberontak tadi perlahan melemah dan tak sadarkan diri.
"Geledah ruangan yang dia tempati tadi. Bawa semua yang kalian temukan disana yang menurut kalian sangat mencurigakan!" perintah salah satu orang bertubuh besar tadi yang diangguki kawannya yang lain. Dan saat beberapa orang bergerak masuk kedalam ruangan yang dijadikan persembunyian tersangka, sebagian lainnya kini membawa tubuh orang tadi menuju ke dalam mobil yang telah mereka persiapkan.
Sedangkan satu laki-laki yang memberikan perintah tadi, ia bergegas berlari menuju ke tempat bosnya berada tadi. Namun saat dirinya sudah berada di sana, ia tak menemukan bosnya itu hingga membuat dirinya panik sendiri sebelum akhirnya matanya melihat siluet orang yang ia cari tengah mengobrol dengan seseorang tanpa memperlihatkan rasa takut sedikitpun di wajahnya.
Ia menghela nafas saat ia mengetahui bosnya dalam keadaan baik-baik saja. Namun kakinya kini melangkah mendekati bosnya itu.
"Tuan," panggil orang itu yang membuat bosnya menolehkan kepalanya kearahnya sebelum ia mengalihkan pandangannya kembali kearah lawan bicaranya tadi yang sepertinya tengah meminta maaf kepada laki-laki tadi. Hingga beberapa menit setelahnya laki-laki tersebut pergi dari hadapan lawan bicaranya tadi menuju kearah anak buahnya.
"Saya tidak ingin mendengar kegagalan kalian," ucap laki-laki tersebut saat dirinya sudah berdiri didepan anak buahnya.
"Apakah kita pernah mengecewakan tuan?" Tanya orang tadi yang hanya mendapat gedikkan bahu dari bosnya.
"Cepat katakan. Apa kalian gagal?" Orang tadi menghela nafas saat ucapan tajam itu di lontarkan dari mulut laki-laki yang sayangnya bosnya sendiri itu.
"Tidak. Kita berhasil melumpuhkan pelaku penembakan tadi," ucapnya.
"Bagus. Jadi dimana dia sekarang?"
"Dia dibawa ke markas," jawabnya yang hanya diangguki oleh laki-laki tadi.
Lalu tanpa mengucapakan sepatah katapun laki-laki tadi melangkahkan kakinya menuju ke sebuah mobil yang tadi mengantarnya ketempat tadi. Meninggalkan anak buahnya yang masih berdiri di tempatnya tadi dengan gerutuan di bibirnya.
"Apakah kamu ingin berdiri disana selamanya?" Teriak laki-laki tadi yang berhasil membuat anak buahnya tadi menghentikan gerutuannya.
"Jika memang kamu mau disitu silahkan!" Teriakan itu kembali terdengar yang kini membuat anak buahnya tadi berlari kearahnya. Dan dengan susah payah juga membelah para kaum hawa yang tadi memenuhi mobil bosnya dengan memperlihatkan wajah ketakutan mereka, siapa tau laki-laki incara setiap wanita itu bisa luluh dengan salah satu diantara mereka disana sehingga dengan berbaik hati akan menenangkannya dan mengantarkan mereka pulang ke rumahnya, pikir mereka. Orang tadi akhirnya bisa masuk kedalam mobil bosnya setelah mendorong beberapa wanita butuh belaian tadi menyingkir dari pandangannya.
"Wanita-wanita menyebalkan," gerutunya sembari memasang sabuk pengamannya. Lalu tanpa melihat sekitar dan tanpa peduli dengan para wanita yang mengerumuni mobil tadi, orang itu langsung saja menancap gas meninggalkan tempat tadi. Tak peduli dengan para wanita yang kemungkinan tadi terserempet olehnya tadi. Suruh siapa mereka menghalangi jalannya, jika saja mereka minggir maka tubuh mereka juga tidak akan jadi sasaran empuk dari mobil yang ia kendarai itu bukan. Jadi jangan pernah menyalahkan dirinya, salah kan saja para wanita tadi yang tak memiliki aturan dan sogan satun sama sekali.
...****************...
Harap di perhatikan ya sayang. Disini aku pakai nama panggilan Alsheyres dengan sebutan Digo ya bukan Al lagi karena panggilan Al hanya di perbolehkan disebut oleh orang-orang kesayangan Al. Jadi semua orang akan mengenali dirinya dengan nama Digo bukan lagi Al. Paham kan? Semoga paham ya. And welcome to my new novel. Semoga suka. Happy reading jangan lupa tinggalkan jejak. Jangan jadi secret reader ya, awas aja. And see you next eps bye 👋
Mobil itu kini berhenti di sebuah rumah minimalis yang di jadikan markas dari seorang Alsheyres Devra Rodriguez atau yang sekarang dikenal dengan nama Digo dengan para anak buahnya. Saat mobil itu telah berhenti, salah satu anak buahnya yang berada di luar mobil langsung membukakan pintu mobil itu untuk bos besar mereka.
Dengan wajah datar nan dinginnya yang selalu ia perlihatkan, ia keluar dari mobil tersebut. Kemunculan dari bos besar itu membuat para anak buahnya langsung bersikap hormat kepadanya hingga ia berjalan melewati mereka.
"Di ruang mana mereka membawa orang itu?" Tanya Digo kepada salah satu anak buahnya yang sedari tadi mengikuti dirinya dari belakang.
"Di ruang bawah tanah pintu nomor 3 tuan," jawab anak buahnya itu yang diangguki oleh Digo.
Ia terus berjalan menyusuri lorong gelap, melewati beberapa pintu yang terkunci rapat hingga langkahnya terhenti saat ia sampai di pintu nomor tiga sesuai dengan apa yang dikatakan oleh anak buahnya tadi.
Saat pintu ruangan tersebut terbuka, ia langsung memasuki ruangan gelap itu hingga lampu di ruangan tersebut menyala yang membuat dirinya langsung menatap tajam kearah seseorang yang tubuhnya tengah terikat berdiri menggunakan rantai di kedua tangannya yang terangkat keatas.
Sudah banyak darah yang mengaliri tubuh orang tersebut, kemungkin luka itu dari para anak buahnya yang memang sangat kejam. Tapi hal tersebut justru membuat senyum smrik dari bibir seorang Digo terlihat.
"Good," ucap Digo yang ia peruntukan kepada para anak buahnya itu sebelum dirinya kini melangkahkan kakinya menuju kearah seseorang yang sepertinya masih tak sadarkan diri.
Ia menatap tubuh orang tersebut dari atas sampai bawah dengan smrik yang sedari tadi menghiasi wajah tampannya.
"Ambilkan air dingin kesini!" Perintahnya tanpa menolehkan kepalanya kepada anak buahnya yang tengah berjejer rapi di belakangnya.
Dan sesuai perintah dari bos mereka, dua orang kini telah keluar untuk mencarikan apa yang diinginkan bos mereka.
Hingga beberapa saat kemudian, dua orang tadi kembali ke ruangan yang selalu di gunakan untuk menghukum orang-orang yang telah lancang mengganggu kehidupan Digo.
"Ini bos," ucap salah satu anak buahnya dengan menaruh satu ember air dingin dengan es yang juga berada di dalam tempat tersebut.
Digo melirik sekilas kearah anak buahnya tadi, "Taruh saja," ucapnya yang di turuti oleh anak buahnya tadi. Lalu kemudian mereka berdua kembali ke barisan belakang.
Sedangkan Digo, ia kini menelisik wajah orang yang masih menutup matanya. Dan setelah puas mengamati wajah yang tak terlihat jelas karena ada bekas darah yang mengering di wajah orang tersebut. Digo kini beranjak untuk mengambil satu ember air es tadi kemudian...
Byurrr!!!
Tanpa rasa kasihan sedikitpun ia mengguyur tubuh yang penuh luka tadi dengan menggunakan air es.
Dan apa yang ia lakukan tadi mampu membuat orang tersebut membuka matanya dengan mendesis merasakan perih di sekujur tubuhnya.
Digo yang melihat hal tersebut menyeringai kemudian ia kembali mendekat dan tanpa aba-aba lagi, ia mencengkram kuat rahang orang yang sekarang berada di bawah kendalinya itu.
"Nyali anda sepertinya sangat besar, tuan," ucap Digo dengan menatap manik mata orang di hadapannya tersebut.
"Katakan apa motivasi anda ingin membunuh saya?" Lanjutnya. Tapi pertanyaannya tadi sama sekali tak mendapat jawaban sedikitpun dari orang di hadapannya tersebut.
"Katakan sialan!" Geramnya dengan mengeratkan cengkramannya di rahang orang itu hingga membuat orang tersebut meringis kesakitan.
"Sialan!" Umpat Digo yang sudah mulai terpancing emosi.
"Katakan!" Perintahnya dengan memberi satu pukulan di perut orang tersebut. Hingga membuatnya terbentuk.
Tapi apa yang ia lakukan itu sama sekali tak membuat orang di hadapannya segera membuka mulutnya.
"Apa perlu saya sobek dulu mulut anda agar anda bisa menjawab pertanyaan saya?" Lagi-lagi tak ada jawaban dari orang tersebut. Dan hal tersebut membuat Digo sudah tak tahan lagi untuk menahan emosinya hingga tangannya kini bergerak untuk mengambil satu pisau tajam yang sudah di sediakan oleh para anak buahnya.
Dan saat dirinya sudah mengacungkan pisau tadi tepat di depan bibir orang tersebut, suara seseorang masuk kedalam indra pendengarannya.
"Berhenti tuan," ucap orang tersebut yang membuat Digo berdecak sebal sebelum ia melirik tajam kearah seseorang yang berani-beraninya menghentikan aksinya tadi.
Sedangkan orang yang berada di hadapan Digo kini menghela nafas lega, setidaknya nyawanya terselamatkan walaupun hanya beberapa saat saja. Tapi entahlah untuk kedepannya.
"Berani-beraninya kamu!" Geramnya dengan melempar pisau yang berada di genggamannya tadi kearah anak buahnya. Tapi untungnya anak buahnya itu bisa menghindari pisau tadi sehingga nyawanya masih aman sekarang.
"Maaf tuan. Saya tidak bermaksud untuk menghentikan aksi tuan, tapi ada sesuatu yang perlu saya beritahu tuan tentang laki-laki itu," ujar orang tersebut yang membuat Digo berdecih.
"Tunggu di ruangan saya!" Ucapnya yang di angguki anak buahnya tadi. Dan tanpa menunggu bosnya kembali mengamuk, orang itu langsung berlari menuju ke ruang pribadi milik bosnya.
Sedangkan Digo yang melihat anak buahnya sudah ngacir dan tak terlihat lagi, tatapan matanya kembali mengarahkan ke orang yang sedari tadi menatap dirinya dengan tatapan permusuhan.
"Nikmati hidup anda yang tinggal beberapa jam lagi," ucapnya dengan menepuk-nepuk pipi orang tersebut sebelum dirinya beranjak dari hadapan orang itu sembari mengelap tangannya yang seakan-akan telah kotor karena menyentuh kulit orang yang sudah menjadi musuhnya itu.
Dan saat dirinya melewati gerombolan anak buahnya, ia memberikan kode agar mereka melakukan tugas mereka yaitu menyiksa orang tersebut mungkin hingga orang tersebut merasa hidup segan matipun enggan.
Digo terus melangkah hingga ia memasuki salah satu ruangan yang ia jadikan sebagai ruangan pribadi miliknya. Dan saat dirinya sudah masuk ia langsung mendudukkan tubuhnya di singgasana miliknya.
"Katakan apa informasi yang kamu dapatkan?" Ucapnya to the point.
Dan hal tersebut membuat orang yang duduk di salah satu sofa di ruangan tersebut berdecak sebal.
"Bisakah kamu basa-basi terlebih dahulu untuk memulai percakapannya?" Ujar orang tersebut yang justru mendapat tatapan tajam dari Digo.
"Ya elah santai saja kali Al. Aku juga cuma bercanda tadi," ucapnya dengan raut wajah ketakutan. Ya siapa orang yang tak takut jika sudah di tatapan tajam oleh bosnya sendiri yang terkenal dengan kekejamannya.
"Sudah saya bilang bukan, jangan panggil saya dengan sebutan itu! Kamu bukan keluarga saya yang berhak memanggil saya dengan sebutan itu, Henry," tegas Digo dengan raut wajah tak bersahabat dan hal tersebut membuat Henry kesusahan menelan salivanya sendiri.
"Cepat katakan apa yang sudah kamu dapatkan!" Ulang Digo tak sabaran.
"Baiklah-baiklah. Aku akan mengatakannya sekarang," ujar Henry dengan menyerahkan satu keras hasil penyelidikannya tadi. Hmmm lebih tepatnya hasil dari anak buahnya karena sedari tadi dirinya ikut Digo tanpa ikut terlibat dalam penyeledikan.
"Semua hasil dari penyelidikan sudah tertulis di dalam kertas itu. Dan untuk buktinya, kita bisa lihat di lantai satu," jelas Hendy dengan tatapan mata yang tertuju kearah Digo yang sekarang tengah membaca deretan hasil penemuan dari para anak buahnya tadi.
"AXT?" Ucapnya dengan mengalihkan pandangan kearah Henry yang justru kini tengah mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Tulisan itu kita temukan di senapan yang dia gunakan untuk menembak kamu tadi. Dan apa kamu pernah lihat senjata itu darimana?" Tanya Henry.
"Saya pernah melihatnya dulu saat kita punya masalah dengan salah satu pengusaha besar dari Belanda. Apa kemungkinan dia merupakan suruhan pengusaha itu?"
"Hmmmm sepertinya. Tapi tak menutup kemungkinan jika dia menggunakan senapan dengan lambang itu hanya untuk mengelabuhi kita atau hanya untuk mengadu domba kita dengan pengusaha asal Belanda itu. Karena jika di pikir-pikir, mereka cukup bodoh menyerang kita secara terang-terangan seperti tadi. Lagi pula bukannya kita juga sudah menandatangani persetujuan dengan pihak lawan. Jika mereka berani menyerang kita lagi, berarti mereka siap menyerahkan semua harta miliknya kepada kita. Dan satu lagi, kita juga sudah mengirim beberapa mata-mata di sekitar pengusaha itu dan sejauh ini keadaan disana baik-baik saja. Tak ada yang perlu di curigai," ujar Henry.
Digo tampak terdiam, memikirkan apa yang sudah di ucapkan oleh Henry tadi. Dan sepertinya memang benar apa yang diucapkan anak buah sekaligus tangan kanannya itu. Jika orang yang tengah mereka jadikan tawanan itu hanya mengelabui dirinya dan jika dia lengah maka lawan yang asli akan muncul untuk menghancurkan dirinya.
"Sialan!" Umpatnya dengan menggebrak meja yang membuat Henry terperanjat kaget.
"Licik juga permainan dari orang yang berada di belakang laki-laki itu," ujarnya.
"Lanjutkan penyelidik tentang dia. Temukan identitas dia secepat mungkin," ucap Digo dengan menatap tajam kearah Henry. Lalu setelah mengucapkan hal tersebut ia mulai beranjak dari duduknya.
"Lho terus kamu mau kemana?" Tanya Henry menghentikan langkah Digo.
"Memberikan pelajaran ke dia yang sudah lancang ingin membunuh saya. Dan mencoba memaksa dia untuk mengucapakan siapa dalang di belakang dirinya. Jika dia masih tidak mau menjawab, musnahkan saja. Orang seperti dia tidak berguna lagi jika masih hidup di dunia," ucap Digo dengan entengnya. Dan saat dirinya sudah melangkah kakinya beberapa langkah kedepan, ia kembali menghentikan jalannya lalu menolehkan kepalanya kearah Digo yang kini mematung di tempat.
"Satu lagi, jika kamu berani menghentikan saya lagi, kamu yang akan saya bunuh!" Ucapnya penuh dengan penekanan dan aura mematikan yang terpancar. Dan ucapannya tadi mampu membuat tubuh Henry merinding seketika.
"Astaga. Sejak kapan anak piyik yang dulu aku kenal sebagai anak pendiam menjadi semenyeramkan seperti sekarang. Haishhhhh salah aku juga yang mau berteman dengannya dari TK sampai bangkotan seperti saat ini," gumam Henry dengan menatap pintu ruangan didepannya yang sudah tertutup rapat itu. Ia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat perubahan besar dari Digo. Ia tau perjalanan hidup Digo dan ia juga tau alasan kenapa laki-laki yang dulunya terkenal dengan wajah datar dan sifatnya sedingin es itu berubah menjadi sosok Digo dengan kekejamannya tanpa menghilangkan sifat dingin yang sedari kecil ia miliki. Bahkan laki-laki itu kini tak segan-segan membunuh musuhnya tanpa rasa iba sedikitpun. Benar-benar sangat menyeramkan dimata siapapun yang melihat kemurkaan dari sosok Digo yang sekarang.
Digo telah kembali kedalam ruangan yang didalamnya masih banyak anak buahnya yang menyiksa satu orang yang mungkin sekarang sudah tak sadarkan diri lagi. Tapi saat mereka melihat Digo, mereka langsung menghentikan aksinya itu. Dan tanpa di minta, mereka yang tadi mengerubungi orang tersebut menyingkir dan memberikan jalan untuk bos mereka.
Digo yang sudah berhadapan dengan orang tersebut yang sudah menutup matanya pun ia menampilkan senyum miringnya. Tapi senyuman itu hilang saat ia melihat tubuh orang yang ada di hadapannya itu sepertinya tak mendapatkan luka sedikitpun karena di lihat dari baju yang dia kenakan saat ini, tak ada darah sedikitpun disana. Walaupun orang yang ada di hadapannya itu memakai baju hitam tapi ia masih bisa membedakan basahnya baju itu bukan karena darah melainkan karena keringat dan air yang ia siramkan ke tubuh orang itu sebelumnya. Mungkin ada sedikit tapi Digo yakini itu adalah darah dari tetesan wajah dan lengan orang itu.
Karena penasaran, Digo kini memegang baju tadi dan benar saja, baju yang dipakai oleh orang tersebut hanya karena air saja.
"Apa kalian tidak mendengar perintah saya tadi?" Tanya Digo dengan suara yang cukup tegas yang menggema di ruangan tersebut hingga membuat siapapun merasa takut apalagi aura yang di keluarkan laki-laki itu membuat semua anak buahnya tak berani menatap punggungnya. Ya, mereka kini tak berani menatap punggung bos mereka karena Digo tadi berbicara tanpa menolehkan kepalanya kearah para anak buahnya itu.
Beberapa menit telah berlalu, tapi pertanyaan dari Digo tadi tak kunjung mendapat jawaban dari para anak buahnya itu hingga membuat dirinya kini menolehkan kepalanya dengan tatapan tajamnya.
"Siapa yang suruh kalian tidak menjawab pertanyaan saya?" Diam, mereka semua masih takut untuk menjawab.
"Apa perlu saya merobek mulut kalian? Atau mau saya potong lidah dan saya rusak pita suara kalian, supaya kalian menjadi bisu sekalian?" Kini para anak buahnya itu dengan serentak menggelengkan kepalanya.
"Jangan bos. Maaf atas keterdiaman kita. Saya akan mewakili mereka semua, jika kita melakukan semua yang di perintahkan oleh bos. Kita menyiksa dia dengan berbagai cara. Kita tadi juga memberikan cambukan rantai berduri di tubuh dia." Tanpa menimpali ucapan dari salah satu anak buahnya yang memberanikan diri untuk menjawab pertanyaannya tadi, Digo kembali menatap orang yang ada di depannya itu.
Ia menatap tampilan dia dari atas sampai bawah. Jika memang benar mereka memberikan cambukan menggunakan besi berduri, bukannya baju yang orang itu kenakan akan banyak bercak darah yang sangat banyak disana. Tapi yang ia lihat sekarang justru sebaliknya, hanya ada beberapa saja. Dan yang paling aneh lagi, kenapa celana orang itu justru yang banyak darahnya. Apa anak buahnya itu tadi juga memotong kelamin orang itu? Jika benar, Digo akan mencari siapa diantara anak buahnya itu yang berani melakukan hal tersebut. Bukan, ia bukan ingin memberikan sebuah hukuman melainkan ia akan memberikan sebuah hadiah, hmmmm mungkin berupa motor sport untuknya.
Mata Digo kini kembali menyorot baju yang di kenakan oleh orang tersebut, hingga tangannya kini bergerak untuk menyingkap baju tersebut. Dan saat baju itu naik keatas, Digo sempat terdiam dengan menatap lurus satu obyek yang membuat dirinya kini mengerutkan keningnya. Dan karena ia penasaran akhirnya tangannya kembali bergerak menuju ke obyek tadi yang kini membuat dirinya langsung mengumpat.
"Damn it." Digo menjauhkan tangannya bahkan dengan tubuhnya dari orang tersebut.
Lalu setelahnya ia memutar tubuhnya dan menghadap kearah para anak buahnya.
"Lepaskan dia. Dan kurung dia di kamar atas," ucap Digo yang membuat para anak buahnya itu tampak melongo tak percaya.
Tapi hal tersebut tak di pedulikan oleh Digo, dan ia sekarang memilih untuk melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tersebut dengan memijit pangkal hidungnya saat kenangan di masa lalunya tanpa permisi berputar di otaknya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!