NovelToon NovelToon

Perfect Life

Bab 1. Ratu Bisnis

Seorang wanita berjalan anggun menuju mobilnya setelah keluar dari Bandara. Setiap orang yang dilewatinya berdecak kagum akan sosoknya.

"Itu Riana Wijaya kan si Ratu bisnis," decak seorang wanita.Tatapannya menatap kagum.Bagaimana tidak wajahnya selalu menghiasi layar kaca televisi.Kesuksesannya di usia muda membuat semua orang begitu mengaguminya.

"Nona Riana." Seorang wanita menghadang langkahnya.Seketika Bodyguardnya bersiap melindunginya, menjadi tameng di depan Riana.

"Santai saja." Riana menyuruh Bodyguard itu kembali ke belakangnya.

"Kita harus segera ke perusahaan A." Asistennya mengingatkan.

Riana mengangguk merespon ucapan Asistennya yang bernama Angela.Lalu kembali fokus kepada seorang wanita yang masih berdiri di depannya dengan tatapan kagumnya.

Riana tersenyum. "Ada yang perlu di bantu, Bu?"

Seketika sikap ramah Riana membuat kedua wanita itu tersenyum senang.

"Ternyata Nona Riana orang yang sangat ramah.Boleh saya minta tanda tangan, saya penggemar berat anda." Wanita itu menyodorkan buku kepada Riana.

Riana segera membubuhkan tanda tangannya di buku itu lalu mengembalikannya dengan sopan.

"Terima kasih Bu, boleh sekalian minta foto?" pinta wanita itu lagi.

Riana tersenyum menunduk membuat Asistennya menggelengkan kepala dengan sikap atasannya itu.Sikapnya begitu ramah padahal saat itu waktu mereka tidak banyak karena harus menghadiri sebuah acara penting.

Riana segera bergegas menuju mobilnya setelah kedua wanita itu pergi dengan perasaan puas.

Riana didampingi Angela memasuki gedung itu menuju tempat acara di gelar.Wanita itu selalu penuh pesona, setiap laki-laki yang memandangnya pasti di buat takjub akan kecantikannya juga keramahannya yang selalu tersenyum kepada siapapun.

"Hai Riana," sapa laki-laki tampan menyambut kedatangannya.

Riana hanya tersenyum lalu meninggalkan laki-laki itu.

"Dasar sombong," umpat laki-laki itu.

Langkah Riana tertuju ke arah CEO perusahaan itu. "Selamat ya atas peluncuran produk barunya." Riana mengulurkan tangannya memberi selamat.

"Terima kasih atas kerjasamanya.Berkatmu, perusahaanku bisa bangkit dan maju seperti saat ini." Kevin menjabat balik tangan Riana.

Perusahaan Kevin hampir saja bangkrut tapi dengan bantuan Riana yang menanamkan saham kepada perusahaan Kevin serta pamornya yang begitu gemilang membuat perusahaan itu perlahan bangkit bersaing dengan perusahaan besar lainnya.

Tampak seorang pria mengamatinya Riana dari kejauhan. Pria itu tersenyum sinis menatapnya. Langkahnya perlahan mengayun menuju dimana Riana berdiri.Pria itu tersenyum menatapnya tapi beda dengan Riana.Riana membelalakkan mata menatapnya.

"Apa kabar Riana." Pria itu tersenyum menyeringai menatapnya.

"Kau!" sentaknya.

Riana merasakan sakit yang luar biasa ketika menatap pria di depannya.Pria yang sampai saat ini tidak pernah menghargainya sedikit pun dan mengabaikannya begitu saja.Pria kejam itu kini berdiri di hadapannya dengan senyum ketus menatapnya.

"Jangan kau pikir aku Riana yang dulu, akan ku buat kau menyesal!"tegas Riana menatap tajam pria itu.Langkahnya mengayun meninggalkan tempat itu diikuti Angela juga dua Bodyguardnya.

"Riana." Pria itu mengejar lalu mencekal paksa tangan Riana membuat Bodyguardnya langsung turun tangan, menghajarnya.

"Kamu akan menyesal, akan ku buat kau hancur berkeping-keping!" umpat pria itu.Diusapnya sudut bibirnya yang berdarah dengan jempolnya.

Bodyguard Riana hampir menghajarnya kembali tapi Riana segera menghentikannya karena tidak ingin terjadi keributan di tempat itu.

.

.

"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Angela saat mobil telah melaju di jalanan .

"Aku baik-baik saja." Riana terlihat lesu.Saat itu matanya mulai mengembun namun dengan segera diusapnya agar tidak jatuh.Riana tidak ingin orang lain melihat kesedihannya walaupun saat itu rasanya air matanya tak bisa tertahan lagi.

Angela langsung memeluk sahabatnya itu."Jangan hiraukan pria brengsek itu."

"Siapa yang bisa menggetarkan seorang Riana Wijaya.Kau tahu aku, kan?" Riana bersikap seolah-olah tidak terjadi apapun padanya padahal saat itu batinnya begitu rapuh.

Mobil terus melaju hingga berhenti halaman mansion.

"Mommy."

"Aunty."

Putranya langsung berlari memeluknya begitu Riana turun dari mobil.Kedua keponakannya juga tak mau ketinggalan.Ketiga malaikat kecil itu sudah menunggunya di teras sedari tadi.Riana mensejajarkan tingginya dengan tinggi mereka.

"Baru beberapa hari tidak bertemu kalian sudah setinggi ini." Riana kembali memeluk ketiganya.

"Aunty, mana oleh-olehnya?" Nayya menagih janji Riana.Gadis kecil itu mengulurkan tangannya meminta.Riana memang menjanjikan oleh-oleh sebelum berangkat asal mereka bersikap manis saat dirinya pergi ke Perancis selama seminggu.

"Apa kalian bersikap manis,kalian tidak membuat Mom Mel repot kan?" Riana menatap ketiga lalu melirik sekilas Melati yang berdiri di belakang mereka.

"Mom, aku cama Kak Nay dan Kak Juna belsikap manis kok," sambung Steve.

"Iya Aunty." Juna ikut membenarkan perkataan Steve.

Riana dan Melati mengulum senyum melihat ketiga malaikat kecil itu yang begitu mengemaskan membuat Riana akhirnya menyerah.

Riana menatap ke belakang meminta oleh-oleh yang dibawa Angela.

Ketiganya bersorak senang setelah Riana membagikan oleh-olehnya kemudian berlari masuk ke dalam rumah dengan sorak bahagia.

"Angela pulanglah, kamu pasti lelah!" perintah Riana.

Angela mengangguk lalu kembali masuk ke dalam mobilnya berlalu pergi.

Riana kemudian memeluk kakak iparnya itu. "Mbak, bagaimana kabarmu?"

"Mbak baik kok," jawab Melati.

"Dimana Kak Riko?" tanya Riana.

Tiba-tiba mobil hitam Mercedez Benz memasuki halaman rumah itu.Seorang pria tampan keluar dari mobil itu dengan senyum merekah.

"Wah si Ratu bisnis udah balik." Riko melangkah mendekati keduanya.

"Ah, Kakak." Riana tersipu malu dengan pujian kakaknya itu.

Riko langsung memeluk Melati. Kecupannya mendarat di kening Melati.

"Ah, mulai lagi kalian!" Riana berdecak kesal meninggalkan keduanya masuk ke dalam rumah.

"Salah sendiri, banyak pangeran tampan yang melamar tapi selalu kau tolak dengan alasan belum siap." Riko berbicara sambil berjalan di belakang Riana.

"Ah Kakak nggak ngerti," sahut Riana.

"Mommy." Riana memeluk Mommy nya yang duduk di samping ketiga cucunya yang bermain dengan mainan barunya.

"Bagaimana keadaan, Mommy?" Riana mengusap wajah tua namun masih terlihat cantik itu

Melati dan Riko ikut duduk di sofa melihat keasyikan kedua buah hatinya juga keponakannya.

"Mommy, baik-baik saja," jawab Nani.

Terlihat Nayya, Juna dan Steve antusias bermain dengan mainan baru oleh-oleh dari Riana.

"Mom, bonekanya cantik banget kan?" Nayya memperlihatkan satu set boneka Barbie lengkap dengan bajunya di dalam kontak.

"Iya Sayang." Melati tersenyum menanggapi Nayya.

"Mom, mobilan Juna juga bagus,kan?" Juna memperlihatkan mobilannya berwarna biru kepada Melati.

"Mom, punya Steve juga bagus,kan?" sela Steve tak mau kalah dari kedua kakaknya menunjukkan mobilannya yang berwarna merah. Melati mengacungkan jempolnya membuat ketiga bersorak senang.

Seketika tingkah bocah berumur 3,4 dan 5 tahun itu membuat semua orang di ruangan itu senang.

"Makan malam sudah siap, Nyonya besar." Bik Minah memberitahu Nani.

"Terima kasih Bik," jawab Nani.

"Ayo kita makan." Nani bangkit dari duduknya diikuti anak-anak juga menantunya.

Setelah selesai makan Riana beranjak naik ke kamarnya untuk membersihkan diri.

Riana mengguyur kepalanya dengan shower membuatnya sedikit rileks.Saat itu tiba-tiba ingatannya tertuju pada pria yang di ditemuinya tadi.

"Sial kenapa aku harus bertemu lagi dengan bajingan itu, aku kira bajingan itu sudah mati!" Riana berdecak kesal segera menyelesaikan mandinya.

Riana duduk di tepi ranjang sambil mengusap rambutnya yang basah dengan handuk.

Kamu akan menyesal, akan ku buat kau hancur berkeping-keping.Dasar pelacur. Kata-kata itu kembali terngiang di telinganya membuatnya sedikit cemas.

"Sebelum kamu menghancurkan aku,akan ku buat kau lebih dulu hancur!" Riana mengepalkan tangannya.Tatapan menatap satu sudut dengan tatapan penuh dendam membara.

...----------------...

Riana Wijaya : Wanita, usia 25 tahun, Lulusan S3 Harvard University, wakil Ceo Wijaya grup, wanita berpengaruh di dunia bisnis wajahnya sering muncul di televisi karena kesuksesannya di usia muda.

Ciri fisik : Cantik, kulit putih, Berat badan 52 kg, tinggi 165, rambut sebahu, penampilan modis.

Erick Dhanurendra : Pria usia 30 tahun, lulusan S1 Universitas Indonesia, Asisten pribadi Riko Wijaya.

Ciri fisik :Tampan, kulit sawo matang, Berat 70 kg, tinggi 170 cm, rambut belah tengah,.

Niko Byantara : Pria, Usia 27 tahun, Lulusan S3 Universitas Trisakti , Pengangguran.

Ciri fisik : Tampan, Berat badan 67 kg, tinggi 175 cm, kulit putih, berlesung pipit, rambut cepak.

Bab 2. Bekerja Dan Bekerja

Pagi-pagi Riana bersiap menuju kantornya setelah seminggu di tinggalkannya.

"Sayang, Mommy berangkat kerja dulu ya." Riana menghujani Steve dengan kecupannya.

"Aunty." Juna menyodorkan pipinya meminta kecupan dari Riana.

Cup.

Riana mengecupnya beberapa kali lalu mengelus kepala keduanya.

Angela sudah menunggunya di sofa dengan tatapan tak lepas menatap atasannya itu.

"Ayo!" Riana berjalan lebih dulu menuju mobilnya.

"Aunty," teriak Nayya seketika menghentikan langkahnya.

Nayya berlari dari ujung tangga menuju Riana lalu mendekapnya.Riana mensejajarkan tingginya dengan tinggi Nayya. Kecupannya mendarat ke pipi Nayya.

"Sekolah yang pinter ya kesayangan Aunty." Riana mengelus kepala Nayya yang saat itu sudah rapi dengan seragam sekolahnya.

"Siap bos." Nayya memberi tanda hormat sebagai tanda kesiapannya

Riana kembali melanjutkan langkahnya tapi langkahnya melambat melihat sosok gagah di depan matanya.

"Erick," gumamnya dalam hati.

Riana terus melangkah hingga melewati Erick sementara Erick menunduk sopan.

"Hai Erick," sapa Angela.

Keduanya nampak berbincang membuat Riana menatap tajam Angela karena saat itu dia harus segera ke kantornya.Angela sengaja melakukannya demi melihat apakah ada kecemburuan di hati atasan juga sahabatnya itu.

"Angel cepat kita akan terlambat!" pekik Riana saat Angela sudah berada di belakangnya.Angela menangkap jelas sinyal kecemburuan dari wajah sahabatnya itu walaupun Riana sendiri menyangkalnya.Beberapa kali Angela menanyakan perasaan Riana pada Erick tapi Riana selalu menyangkalnya dengan mengatakan sudah melupakan pria yang pernah menempati hatinya itu.Angela pun bersiasat selalu menggodanya.Saat bertemu Erick Angela sengaja bersikap berlebihan membuat Riana selalu cemburu hingga meyakinkannya kalau sahabatnya itu masih menyimpan rasa pada pria tampan itu.

Sesampainya di kantor Riana duduk di kursi kebesarannya mendengarkan agendanya hari ini yang padat membuatnya berdecak kesal.Mulai hari Senin sampai Minggu jadwalnya selalu padat membuatnya kehabisan waktu hanya ingin menghabiskan waktu dengan putra semata wayangnya.

Angela mengelus punggung Riana memberi semangat. "Ayo kita selesaikan semua dengan cepat agar kita bisa pulang secepatnya," Seru Angela.

Riana pun mengangguk bersemangat karena semua kesuksesannya itu diraih karena semangat juga kerja keras dari Angela yang tidak pantang menyerah membantunya.

***

Sekitar pukul 10 malam Riana tiba di rumahnya.Riana melangkah dengan gontai masuk ke dalam langkahnya mengayun menuju kamar Steve.

Nampak Steve sudah tidur lelap.Riana mengusap lembut kepala Steve.

"Maafin Mommy, sayang." Riana mengecup lembut pipi Steve.

Riana bangkit dari tempat tidur Steve nampak Melati berdiri di depan pintu menatapnya.

"Mbak." Riana mendekati Melati.

"Apa kamu sudah makan?" tanya Melati.

Riana menggeleng.Keduanya menuruni tangga menuju meja makan.

Melati memanaskan sayur untuk Riana.

"Terima kasih Mbak, sudah membantuku dan Steve.Aku nggak tahu gimana kalau nggak ada Mbak Mel." Riana memeluk Melati.

Karena kesibukan Riana, Melati meminta Ibu mertua juga Steve pindah ke rumahnya agar bisa menjaga mereka saat Riana sedang pergi. Steve pun menganggap Melati sebagai mommy keduanya.

"Mbak berharap, kamu meluangkan waktu sedikit untuk Steve. Kasian anak itu," tutur Melati.

Riana mengangguk sambil melempar senyum kepada kakak iparnya itu.

Selesai makan dan membersihkan diri Riana merebahkan tubuhnya diatas ranjang.Rasa nyaman langsung menyeruak memenuhi batinnya.Dari hari Senin sampai Minggu dihabiskannya untuk bekerja dari pagi buta sampai malam dia selalu bekerja dan bekerja.Bahkan dia sudah tidak ingat lagi bagaimana rasanya tidur nyenyak.

"Aku selalu bekerja dan melupakan waktu hanya untuk diriku sendiri," keluhnya.

Tiba-tiba ingatannya kembali mengingat kejadian beberapa hari lalu saat dirinya bertemu dengan orang yang telah merusak hidupnya.

'Kenapa aku harus bertemu dengan bajingan itu lagi,belum puas merusak hidupku lalu apalagi yang akan bajingan itu lakukan untuk menyakitiku,' guman Riana.

Sementara Melati memasuki kamarnya setelah mengurus makan adik iparnya itu.Melati tampak sedikit termenung duduk di tepi ranjangnya.

"Ada apa, sayang?" Riko yang melihat gelagat aneh istrinya lalu meletakkan ponselnya di atas nakas.

"Aku hanya kasian dengan Riana mas.Setiap hari dia selalu kerja mati-matian sampai lupa, untuk apa dia bekerja sekeras itu," terang Melati.

Riko menatapnya bingung karena istrinya itu berbicara tanpa dia tahu kemana arah pembicaraannya.

"Apa maksudmu?"

"Bicaralah baik-baik, nasehati dia untuk membahagiakan dirinya sendiri dan juga Steve.

Saat itu Riko langsung tersenyum istrinya itu tidak pernah berubah selalu saja memikirkan orang lain termasuk kebahagiaan adik iparnya.

"Terimakasih sayang, kau selalu saja memikirkan kebahagiaan keluargaku.Kau bahkan mengurus mommyku, adikku juga keponakanku." Riko menarik tangan Melati mendekap ke tubuhnya lalu kecupannya mendarat di kening istrinya itu.

Bab 3. Kembali Mengusik

Pagi-pagi sekali Riko mengetuk pintu kamar Riana.Riko ingin berbicara dengan adiknya itu tapi karena kesibukan Riana yang selalu padat berangkat pagi-pagi dan pulang larut malam membuatnya tak punya waktu sekedar mengobrol.

"Ada apa Kakak pagi-pagi mencariku?" Riana berdecak kesal karena saat itu dia masih terbaring di ranjangnya namun kakaknya itu dengan sengaja menganggu tidurnya.Riana melihat ponsel menunjukkan pukul 6 pagi.

"Sial!aku bisa terlambat." Riana melompat dari ranjangnya hendak menuju kamar mandi.Disaat yang bersamaan Riko menahan pergelangan tangannya.

"Kak lepas, kalau tidak aku akan terlambat!" Riana mendesis kesal.

"Duduklah sebentar, Kakak ingin bicara serius!" Riko menatap penuh harap membuat Riana tidak bisa menolak perintah kakaknya itu.

"Lima menit aja ya, cepat katakan!"Riana melirik jam di nakasnya.

"Berhentilah,urus Steve!kau dan Steve berhak mendapatkan kebahagiaan."

Selama ini Riko tahu adiknya itu sangat bekerja keras hingga melupakan kebahagiaannya sendiri.Bahkan Riana selalu menolak lamaran pria yang ingin memperistrinya dengan alasan ingin fokus bekerja.

"Kau ingin apapun Kakak bisa memberikannya untukmu, kau hanya perlu bahagia!" tegas Riko.

Saat itu tidak ada yang keluar dari bibir Riana.Wanita itu menundukkan kepalanya dengan bibir bergetar menahan ucapannya.

Riana bertekad sukses untuk bisa melupakan masa lalunya yang kelam dan juga membuktikan pada dunia kalau dirinya bukan wanita lemah yang pernah berpikir untuk mengakhiri hidupnya sendiri.Namun kini saat dirinya sudah berada di puncaknya, kakaknya itu memintanya mundur begitu saja.

'Apa kau tahu Kak, tidak mudah bagiku untuk berdiri di tempatku sekarang, lalu kau ingin aku menyerah begitu saja,' gumam Riana dalam hatinya.Sesaat Riana menatap wajah kakaknya lalu kembali menunduk.

"Aku akan memikirkan semuanya Kak tapi Riana tidak akan melepaskan begitu saja karir Riana.Riana janji akan lebih memikirkan kebahagiaan Riana dan Steve, kakak tenang saja." Riana berucap dengan kata-kata lembut karena jika membalas kakaknya dengan emosi itu tidak akan menyelesaikan masalah.

"Ok.Kakak akan memberimu kesempatan tapi jika kau terus saja seperti ini terpaksa Kakak akan bertindak tegas!" Riko memberi peringatan setelah itu melangkah pergi dari kamar Riana.

Saat itu Riana terus menatap punggung kakaknya hingga hilang di balik pintu yang kembali di tutup oleh Riko.

Riana sadar semua yang dilakukannya kakaknya itu hanya untuk kebahagiaannya sehingga Riana akan memanfaatkan satu kesempatan itu untuk memperbaiki hidupnya untuk lebih memikirkan kebahagiaannya juga Steve.

***

Sepulang kerja Riana berencana pergi ke supermarket untuk berbelanja beberapa bahan masakan karena hari ini dia berencana memasak makanan spesial untuk keluarganya.Sudah lama Riana tidak menikmati makan malam bersama keluarganya karena kesibukannya selalu pulang larut malam.

Riana memilih bahan makanan yang ingin di belinya tapi dia sedikit bingung mau masak apa karena Angela yang selalu menemaninya tiba-tiba ada acara keluarga yang mengharuskannya segera pergi.

"Mbak Riana kan?" Seorang wanita menatapnya penuh kekaguman.Wanita itu terlihat sangat cantik dan mungkin seumuran dengannya.

Riana membalasnya dengan senyuman khasnya yang begitu ramah menyapa siapapun yang menyapanya.Wajahnya yang sering menghias di layar tivi tentu membuatnya terkenal.

"Kau sangat hebat, aku benar-benar mengagumimu." Puji wanita itu masih dengan senyum yang menghias bibirnya.

Riana pun kembali tersenyum menanggapi pujian wanita itu.

"Sayang." Seorang pria memanggil wanita itu dari arah belakang.Melihat pria itu mata Riana terbelalak karena pria itu begitu dikenalnya.

Tanpa memperhatikan wanita di depannya pria itu mencium pipi wanitanya mesra dan mempertontonkan kemesraannya di depan Riana.

"Sayang, lihat siapa di depan kita." Wanita itu menceritakan siapa yang di temuinya di supermarket itu.

"Oh." pria itu berekspresi datar saat menatap wanita di depannya itu.

"Kok oh sih, ini Riana yang sering muncul di tivi itu lo," jelas wanita itu.

"Sebaiknya kita pergi!" Pria itu menarik tangan wanitanya pergi meninggalkan Riana tanpa berkata sepatah katapun.

'Kau bahkan sebahagia itu hingga sedikit pun kau tak melihatku.Kau lupa bagaimana kau merusak hidupku dan kau malah hidup nyaman.Kau brengsek!' Riana mengumpat dalam hatinya.

Riana pun kembali ke aktifitasnya karena tidak ingin memikirkan kejadian tadi dan memilih mengabaikannya.Pria tadi juga sedikit mengabaikannya membuatnya berpikir mungkin pria itu sudah bertobat tidak akan mengusik hidupnya lagi.

Sesudah mendapatkan semua belanjaan yang diinginkannya, Riana beranjak pergi menuju mobilnya.Baru beberapa langkah keluar dari supermarket itu langkahnya terhenti karena seorang pria yang beberapa menit lalu ditemuinya kini menghadang jalannya dengan tatapan tajamnya.Riana terus saja melangkahkan kakinya tak menghiraukan namun tiba-tiba pergelangan tangannya ditahan pria itu.

"Lepas!" Riana memekik membuat orang -orang di sekitarnya memperhatikan keduanya.

"Kau diam atau aku sebarkan video *****." Pria itu memperlihatkan ponselnya membuat Riana mendelik ke arahnya.

"Kau kurang ajar!" Riana emosi berusaha melepaskan cekalan pria itu tapi pria itu lebih kuat darinya sehingga pemberontakannya itu sia-sia saja.

Air mata Riana pun menitik karena sudah tak bisa lagi menahan rasa sakit yang semakin menusuk hatinya.Bagaimana tidak, pria itu kembali mengusik kehidupannya yang mulai bangkit.

Melihat ekspresi Riana yang menangis membuat pria bernama Niko itu langsung menarik tangan Riana masuk ke dalam mobilnya karena orang-orang disekelilingnya memperhatikan keduanya.

"Diam!" hardik Niko.

Saat itu Riana berniat untuk keluar dari mobil itu tapi untuk kedua kalinya Niko menahannya.

"Apa maumu, bunuh saja aku!"

Riana benar-benar diambang keputus asaanya karena apapun yang dilakukannya untuk bangkit tetaplah jatuh di lubang yang sama.Lubang yang digalinya sendiri.

Niko tertawa dengan keras mendengar ucapan Riana seakan semua hanya bahan candaannya.

"Kau ingin mati!kau tak boleh mati begitu saja karena aku akan membuatmu mati perlahan." Niko kembali tertawa karena saat-saat inilah dia bisa memuaskan batinnya.

Tidak ada yang keluar dari mulut Riana hanya isakan yang semakin kuat.

Saat itu Niko kembali memutar video ***** Riana.Saat itu dia berpikir untuk membuat kesepakatan dengan Riana, tentu kesepakatan yang hanya menguntungkan dirinya sendiri.

"Kau ingin video ini tetap aman kau harus menuruti semua keinginanku," tawar Niko dengan serigai liciknya.

"Kau tidak bisa mengancamku dengan cara murahan seperti ini!" Riana merebut paksa ponsel di tangan Niko dan membantingnya dengan kasar.

"Kau!" Niko yang emosi langsung menampar wajah Riana dengan sangat keras membuat Riana menatap tajam ke arahnya.

"Kau jangan pernah menatapku dengan tatapan seperti itu, wanita murahan!" Hardik Niko.

"Kau pria kejam!"

Mendengar itu Niko kembali menampar wajah Riana untuk kedua kalinya membuat Riana semakin terisak kuat.Saat itu Niko langsung menyuruh anak buahnya yang berada di luar mobilnya untuk mengeluarkan Riana dari mobilnya karena pria itu sudah sangat emosi.Riana yang mengetahuinya langsung turun dari mobil sebelum akhirnya mobil iblis itu melaju pergi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!