NovelToon NovelToon

Risalah Hati

Prakata

Novel ke2 setelah Love not Scenario

Squel dari novel pertama

Kali ini aku mau bawain cerita novel ini dengan sudut pandang orang ketiga.

Bismillah,

Author masih butuh banyak masukan, jadi untuk pembaca setia jangan sungkan untuk memberi kritik dan saran ...

Dan kisah ini akan segera dimulai, semoga dan semoga cerita ini dapat di terima juga bisa dibaca oleh para pembaca sekalian

****

Tokoh pria; Rudy Firansyah. Lajang berprofesi sebagai dokter. Usia 30 tahun. Punya senyum yang menawan maklum bawaan dari lahir juga tugasnya yang mendukung karena seringnya bersosialisasi dengan orang banyak.

Sementara tokoh wanita yakni Elvina Felicia Soraya. Yang lebih dikenal dengan nama Soraya, berprofesi sebagai artis.

Kemampuan akting masih terbilang pas-pasan, namun wajah cantiknya yang mendukung membuatnya tetap bisa bertahan di dunia hiburan.

Namanya juga kerap diperbincangkan, bukan dalam hal prestasi namun lebih mengarah pada sensasi. Wajah cantiknya sering muncul di layar televisi, sebagai bintang tamu variety show hanya untuk klarifikasi.

Bagaimana kisahnya ikuti saja..

###########

Dering alarm memenuhi seisi ruangan, tubuh Soraya mulai menggeliat sebab terganggu oleh suara yang memekakkan telinga. Tangannya kini mulai meraba, meraih ponselnya guna menghentikan kebisingan.

"Setengah enam pagi," gumamnya.

Ia kemudian beranjak sambil menguap menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Dua puluh menit kemudian ia keluar dari kamarnya sudah berganti dengan setelan baju olahraga, serta sneaker sudah ia kenakan. Tak lupa, ia juga menelan satu butir obat yang rutin ia minum setiap paginya.

Keluar dari rumah, ia mulai berlari kecil mengitari komplek tempat tinggalnya. Soraya berlari dengan earphone terpasang di telinga, bait lagu mengalun seiring langkah kakinya, seakan memberi semangat baru di tiap pijakan.

Tak terasa ia sudah semakin jauh melangkah, kini ia telah berada di keramaian. Matanya mengedar, dilihatnya banyak pejalan kaki, anak sekolah, para pekerja hilir mudik di jalanan. Pantas saja karena ia kini sedang berada di trotoar berlanjut ia menyebrang menunggu lampu merah.

Sepuluh menit kemudian Soraya tiba di rumah sebab ia tadi lebih memilih pulang menggunakan jasa ojek online. Bergegas membersihkan diri lalu menuju ruang makan untuk mengisi perutnya.

Sepi, ia terduduk sendiri menikmati sarapan. Usai makan ia beranjak keluar rumah, karena hari ini tak ada agenda apapun ia memilih untuk keluar mencari udara segar.

Awalnya ia memilih menuju ke tempat salon, melakukan perawatan.

"Pagi Cin," sambut pegawai salon dengan gaya khasnya.

"Pagi, cuci rambut kayak biasa," kata Soraya lalu mendudukkan diri di kursi salon yang sudah disediakan.

Tak pakai lama pegawai salon yang sudah sering melayani Soraya mengerjakan tugasnya.

Soraya mulai menikmati pijatan di kepalanya, hingga suara panggilan dari arah sampingnya mulai mengintuksi, dan terpaksa membuatnya membuka mata. Lalu orang di sampingnya mulai bertanya. "Jadi berita di media itu benar?" Disodorkannya ponsel ke arah Soraya.

Tangan Soraya tak bergerak, namun matanya melirik ke arah ponsel.

"Aku sih gak percaya. Itu cuma gosip, jangan dipercaya. Media itu selalu membesar-besarkan. Dibumbui dikit jadi boom! Biar masyarakat awam kayak kita ini terpedaya, mudah dihasut. Padahal itu gak benar kan Cin?" sela pegawai salon menyanggah ucapan orang di sebelah Soraya.

Sementara Soraya hanya menanggapinya dengan tersenyum. Ia sendiri tak mengerti kenapa dirinya bisa diberitakan seperti itu, berita kontroversi melekat pada dirinya. Dan entah, sekarang semua orang sudah berpikiran negatif bila mendengar namanya.

Rasanya sudah tiada mood lagi berada divtempat ini, setelah urusan rambutnya selesai ia memilih untuk pergi.

Hari menjelang siang, ia memilih mengemudikan mobilnya menuju Caffe guna menenangkan pikirannya.

Episode 1

"Cappucino atau Latte," gumamnya pelan.

Soraya kini sedang berdiri sambil mengamati papan menu Caffe. Sedang di hadapannya berdiri seorang barista yang siap melayani pesanannya. Setelah beberapa detik berfikir akhirnya Cappucino menjadi pilihannya.

Pesanan terselesaikan. Ia kini melenggang mencari tempat duduk. Pandangannya mengedar, ia mendapati bangku kosong paling ujung bersebelahan dengan kaca jendela, cukup strategis untuk melihat pemandangan luar.

Setelah mendudukkan diri, ia membuka ponsel pintarnya dan memeriksa beberapa pesan masuk. Pelan ia menghela nafas setelah membacanya, karena disana tertulis, Sore ini ada wawancara dengan wartawan.

Tanpa menjawab pesan tersebut dirinya beralih membuka sosial media. Sudut bibirnya kini tercetak senyum yang bisa dikatakan miris, dikarenakan apa yang dilihatnya sungguh sangat di luar dugaan.

Terpampang di layar ponselnya tertulis 'Artis berinisial SRY diduga terlibat kasus prostitusi online'.

Kepalanya mulai berdenyut. Bagaimana bisa muncul berita yang demikian. Atas dasar apa dan apa alasannya sampai-sampai media memberitakan hal yang tidak benar tentang dirinya. Dan menuduh tanpa bukti itu sudah masuk dalam kategori fitnah. Tidak ada yang benar dalam berita itu, hingga membuat orang-orang selalu berfikiran negatif ketika mendengar namanya.

"Ini Cappucinonya." Ucapan seseorang serta merta membuat dirinya terkaget, saat Soraya menoleh yang dilihatnya adalah seorang waitres yang mengantarkan pesanannya. "Maaf, telah mengagetkan anda dan mengganggu konsentrasinya," imbuhnya.

"Ngak apa-apa," sahut Soraya singkat dan tersenyum tipis ke arah waitress tersebut.

Setelah waitres itu meletakkan pesanannya kini berucap, "selamat menikmati."

"Terimakasih," kata Soraya dan dibalasi senyuman oleh waitres tersebut, kemudian berbalik badan sambil kembali membawa nampannya.

Getaran ponsel yang berada di atas meja kini mengalihkan perhatiannya. Di layar tertera nama Angel, yakni sepupu yang juga merangkap sebagai managernya. Angel bertugas menangani segala keperluan Soraya, mulai dari mengatur jadwal, menajemen baik kontrak maupun promosi.

"Halo, iya Angel?"

"Kamu dimana?"

"Di Caffe Mentari," jawab Soraya singkat.

"Jam lima jadwal wawancara, jam setengah empat kamu harus sudah sampai sini. Jangan sampai terlambat. Kamu paham!"

"Hmm." Ucapan Angel hanya dibalasi gumaman, setelah itu percakapan mereka terputus, karena dari pihak Angel yang mematikan sambungan telpon terlebih dahulu. Soraya yang sudah paham akan watak sepupunya itu, memilih tak ambil pusing dengan sikap seenaknya tadi.

Tak bisa dipungkiri menjadi seorang artis merupakan profesi dambaan setiap orang. Sering tampil di TV, job-job manggung, juga main sinetron. Apalagi semakin muncul di media, popularitas akan semakin naik. Tenar dan nama melejit yang otomatis menghasilkan pundi-pundi rupiah yang semakin banyak.

Kalau ketenaran yang diiringi prestasi tiada masalah, melenggang kemana pun banyak yang mendamba bahkan fans bertaburan dimana-mana, tapi berbanding terbalik dengan ketenaran karena sensasi belaka yang pasti heaters bermunculan siap menghujat dimana saja.

Soraya termasuk salah satu di dalamnya, artis cantik berusia dua puluh tujuh tahun yang kerap muncul sebagai pemeran pembantu atau figuran karena bakat yang dimiliki tak seberapa tapi wajah cantiknya cukup cantik bisa diperhitungkan untuk masuk dalam layar kaca. Sensasinyalah yang sebenarnya selalu mengiringi jalannya di dunia hiburan.

Kini pandangannya mulai mengedar menatap sekitar, cukup ramai dan dia juga menangkap beberapa pasang mata tengah memperhatikannya. Soraya bisa menilai bahwa apa yang tengah dia lihat adalah pandangan orang yang tak suka melihat dirinya, sinis bahkan terlihat seperti tengah melihat seekor lalat yang sedang hinggap. Tapi Soraya memilih mengabaikannya.

Pergerakannya berlanjut mengambil cangkir Cappucino di depannya, menyeruput sedikit demi sedikit berlanjut meneguknya.

Tak berapa lama ia mulai merasakan keanehan dalam dirinya, kepala yang awalnya pusing kini seakan lebih dari sekedar pusing. Detak jantung berdetak tak karuan lebih cepat dari sebelumnya.

Cangkir yang ia pegang kini terlepas dari genggamannya meluncur jatuh mengenai meja hingga berakhir mendarat di lantai dan menyebabkan kegaduhan.

"Pranggggg."

Bunyi cangkir pecah itu memecah fokus dan aktivitas dari sekian banyak orang disekitarnya. Kini mata mereka tertuju pada sosok wanita yang tengah mengalami sesak nafas disertai muntah. Orang-orang kini terkaget sebab wanita yang dilihatnya kejang dan mereka segera berjalan mendekat, tapi tak berapa lama yang terjadi justru wanita itu hilang kesadaran.

To be Continue

ditunggu kritik dan sarannya yaaaa

Episode 2

Tubuhnya kini tak berdaya di sekelilingnya berdiri banyak orang, dengan pandangan mata yang terlihat cukup miris. Sebab bukannya cepat memberi pertolongan namun malah sibuk merekam kejadian.

Hal tersebut membuat geram seorang lelaki yang tengah menyeruput minumannya, awalnya ia berfikir masa bodoh karena banyak orang yang mendekati wanita malang itu. Tapi tak sesuai dugaannya, akhirnya ia memilih bangkit dan berjalan cepat menerobos kerumunan.

Ia berjongkok dan memeriksa keadaan wanita itu yang tak lain adalah Soraya. Dengan geram ia berujar sambil membentak. "Apa yang kalian lakukan! Cepat bawa ke rumah sakit!"

Orang-orang terkesiap akan suara bentakan itu, lalu lelaki itu kembali berujar, "Bantu angkat dan bawa ke mobil saya."

Dan kini orang-orang yang berada dalam Caffe itu segera bergegas memberi pertolongan.

Mobil melaju dengan kencang, pria itu berkendara dengan kecepatan tinggi. Sebab kondisi wanita itu makin melemah detak jantung yang kian melambat. Setelah sampai di depan pintu rumah sakit, beberapa orang yang ada di dalam mobil bergegas turun dan memanggil petugas yang berada disana untuk segera mengambil brankar. Dengan segera dan tergesa brankar didorong menuju ruang IGD.

Suasana di ruang IGD kian panik, seorang dokter jaga kini berusaha memberikan pertolongan pertama. Namun detak jantung pasien semakin melemah, hingga dia berujar, "Cepat panggil dokter Rudi!"

"Tadi sudah dihubungi dok," ucap seorang perawat menyahuti.

"Kalian cari, karena kondisi pasien semakin kritis."

Dengan segera perawat keluar dari ruangan mencari dokter Rudi. Rudi adalah dokter spesialis penyakit dalam. Sementara yang sedang menangani Soraya tadi adalah dokter umum.

Perawat tersebut kini menemukan dokter Rudi yang berada di koridor. Sempat ia menghentikan langkahnya, karena yang ia lihat adalah pemandangan sang dokter yang sedang mengulurkan tangannya pada seorang wanita yang mungkin saja terjatuh, karena posisi wanita itu terduduk di lantai.

Samar perawat itu mendengar dokter Rudi memanggil wanita itu dengan sebutan Rara. Tapi tak kunjung mendapat respon dokter Rudi kembali memanggilnya dengan sebutan Amaira seraya mengulurkan tangannya.

Perawat itu mendegus akibat panik mengingat pasiennya yang sangat membutuhkan pertolongan. Dengan segera ia mendekat lalu berujar, "Maaf dok, kondisi pasien semakin kritis."

Setelah berucap, dokter Rudi dan wanita yang dipanggil Amaira tersadar. Dengan segera Amaira bangkit berdiri sendiri dan berucap permisi meninggalkan Rudi juga perawat yang mengamati kepergian Amaira.

Lalu perawat itu kembali berujar hingga menyadarkan Rudi dari lamunan dan dengan segera mereka bergegas menuju ruang IGD untuk menangani kondisi Soraya. Cukup lama di dalam ruang penanganan, setelah berbagai tindakan dan upaya yang dilakukan Rudi. Kini dia keluar dari ruang IGD.

Ceklek

Suara pintu terbuka, beberapa orang kini mendekat mengerubungi Rudi, sambil membawa kamera, mickrofon dan juga alat perekam lainnya.

"Bagaimana keadaan pasien, dok?"

"Apa penyebab Soraya tak sadarkan diri, dok?"

"Apa karena percobaan bunuh diri?"

Dan serentetan pertanyaan lain yang terlontar pada Rudi.

"Siapa keluarga pasien?" ucap Rudi setelah melepas masker. Matanya mulai mengedar karena di sekitaran terlihat cukup banyak orang yang ia yakini bahkan itu adalah wartawan.

Karena tak ada yang menyahuti ucapan Rudi, kini lelaki yang menolong dan membawa Soraya berucap, "Saya walinya."

"Ikut saya," ucap Rudi singkat, yang kemudian berjalan menuju keruangannya.

Setelah tiba di ruang milik Rudi, kemudian Rudi mempersilahkan lelaki itu untuk duduk, hingga mereka saling berhadapan.

"Kalau boleh bertanya anda siapa dari pasien?" tanya Rudi.

Lelaki itu tampak berfikir sejenak lalu berujar, "Saya temannya."

"Dimana keluarga pasien?"

"Mereka sepertinya belum tiba. Apa ada hal buruk terjadi pada teman saya?" tanyanya memastikan.

"Pasien sudah melewati masa kritis. Dari diagnosa pasien mengalami keracunan yang disebabkan oleh makanan. Kami dari tim dokter masih akan menyelidiki lebih lanjut penyebabnya."

To be Continue

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!