...Sinopsis...
Cinta? Apa arti cinta? Mungkin sebagian orang mengerti tentang cinta, namun bagaimana dengan aku?. Ini kisah ku Fadlan Al-Ghifari, seorang Ustadz di salah satu kampung di pinggiran kota Jakarta. Di tengah hiruk-pikuk kota Jakarta yang sangat padat penduduk aku cuma menjadi seorang marbot di salah satu Masjid di kampung pinggiran kota Jakarta.
Entah bagaimana bisa aku berjumpa dengan seorang wanita bernama Riana Marwah, dia sangat cantik namun ada sesuatu yang aneh pada dirinya. Apa dia jatuh hati padaku? Atau sebaliknya?.
ooOoo
Matahari bersinar di ufuk timur berikan sinarnya yang terang sembari menunggu datangnya sang fajar menyingsing, aku tak tahan melihat cahaya terang yang begitu besar nan indah namun tak pelak cahyanya memberikan tanda tanya terhadap perasaan ku yang berkecamuk antara kebimbangan dan juga ketidak pastian yang membuat aku tak percaya akan indahnya cinta, naluri ku bertanya ada apakah gerangan dengan misteri yang selalu saja timbul dalam kehidupanku yang membuat aku tak mampu melalui setiap proses dalam kehidupanku.
Aku tak gentar namun juga yakin tapi tak pelak hati kecilku pun bertanya apakah aku mampu memenuhi hajat hidupku dengan baik, angin nampak riuh ciruh yang membuat aku kedinginan kemudian aku selimuti badanku dengan jaket tebal yang aku bawa dari rumah. Entahlah aku baru menyadari bahwa ini adalah musim hujan dan sepertinya akan turun hujan lebat, kemudian aku tutup jendela kamarku sembari aku melihat rintikan tetesan air hujan yang tak pelak menetes dan juga membasahi area kebun rumah nenekku.
Semua akan berganti siang akan digantikan malam, begitu pula dengan matahari yang tak akan mungkin bersinar ditengah malam. Apa cuma aku yang terdiam sendiri, sejenak aku berfikir dengan setiap sekenario yang Tuhan buat untuk ku, semuanya ambigu gak jelas, tapi juga membuat aku takut.
Sang waktu berjalan tak pelak kau tak memberikan aku waktu untuk sejenak melupakan egoku, aku tahu semua hal yang aku lakukan dengan sadar ataupun tidak mungkin menyakiti hatimu, bukan sang waktu yang salah bukan kita pula yang harus menafikan setiap hal yang telah terjadi. Lihatlah aku yang disini melawan getirnya hidupku sendiri tanpamu aku lemah melawan pahit getirnya hidupku sendiri.
Aku sadar setiap jam menit detik gak akan mudah mengucapkan kata maaf meski demikian egoku masih membuat aku merasa takut. Aku sendiri melawan getir pahitnya mentari bersama dengan sinarnya yang selalu menjagaku dalam setiap keluh kesah yang aku lalui, meski ku sadar sang fajar tak semudah itu menyingsingkan setiap hal yang membuat aku sadar aku bukan kamu dan kamu bukan aku.
Setiap hal yang terjadi dalam kehidupan kita nyatanya kayak sebuah dongeng yang terus berkembang dari akar yang satu ke akar lainnya, suka atau gak suka kita cuma bisa menjalankan setiap perjalanan yang udah Tuhan siapkan seperti layaknya Sutradara yang ngasih arahan ke kita, meskipun semua gak mudah setiap rentetan peristiwa yang hadir dalam kehidupan ini kayak sebuah misteri yang terus berjalan.
Ada kalanya kamu tersenyum, dan ada kalanya pula kamu bersedih setiap jalan panjang yang kamu lalui itu gak mudah tiap jalan penuh halangan dan juga rintangan, kamu ingin bahagia tapi semua butuh proses panjang dan harus kamu sadari bahwa Allah selalu bersamamu.
Bagaimanpun juga semua akan terjadi dan setiap hal akan menjadi kisah perjalanan hidup yang penuh dengan fantasi, bersama dengan sosok sahabat yang selalu menemanimu di kala kamu suka maupun duka kita takkan pernah berjalan sendirian selalu ada seseorang di belakang kita entah mereka sebagai sosok penyelamat maupun sosok antagonis.
Egois ku rasa bila aku mengeluh saja tanpa mau berusaha, entah kenapa goresan pena ku sampai pada titik kosong dimana tinta hitam yang ku tulis diatas kertas putih ternyata telah habis, setiap yang ku tulis sesuai dengan perjalanan hidup dimana hati menangis menjerit menceritakan setiap perjalanan hati yang lirih, meski sang waktu berbicara dengan nada yang lirih sambil di temani sang piano yang terus berbunyi dengan merdunya seperti melodi sendu yang menohok hati.
Jarum jam terus berdetak kencang ke arah sumbu yang tak terbatas dengan penuh ke haluan aku terus bertanya kepada diriku sendiri, hari ini apakah akan lebih baik dibandingkan hari-hari sebelumnya atau malah akan memberikan aku kesibukan uang sebenarnya membawaku pada rasa takut untuk memulai perubahan.
Riana Marwah seorang gadis yang kuat dan juga teguh pendirian dia selalu saja jadi bahan Bullyan kalau dia itu gak laku, padahal waktu itu dia sempet punya cowok namanya Gusti Anugerah tapi sayang di pertengahan jalan Gusti malah ninggalin dia, dan gak ada kabarnya sama sekali seolah-olah menghilang bak ditelan bumi.
Sedangkan Maryam adalah sepupu Riana yang selalu ada untuk Riana, Maryam ini adalah tempat curhatnya Riana dia itu umurnya hanya beda 2 Tahun dari Rania, tapi tampangnya yang imut membuat Maryam seperti sebaya dengan Rania.
Abang Iz adalah teman dari Ustadz Fadlan Al-Ghifari, dia salah satu sahabat dari Ustadz Fadlan yang baru ia kenal di Jakarta. Untungnya ia bertemu dengan Abang Iz, sehingga ia memiliki teman dan juga Abang Iz yang mengajak Ustadz Fadlan untuk tinggal di rumahnya.
Ustadz Fadlan Al-Ghifari adalah salah satu teman Maryam, singkat cerita Rania naksir sama Ustadz Fadlan padahal sebenarnya Maryam yang udah duluan dekat sama Ustadz Fadlan dan mengenalkan Rania pada Ustadz Fadlan. Akhirnya hubungan Rania dan Maryam jadi hancur gara-gara rebutan Ustadz Fadlan yang Ganteng.
Sementara itu ada Aisyah Cahya dia sangat cantik dan juga dekat sama Ustadz Fadlan tapi belum ada yang tahu siapakah Aisyah sebenarnya.
Mereka semua sempat mewarnai kisah Rania yang sangat mendebarkan ini, begitu pula dengan beban Rania yang makin meningkat karena dia harus merelakan kalau dia harus cuti kuliah karena kehabisan biaya, apalagi saat ini dia sangat sulit mencari pekerjaan.
Suatu perjalanan hidup saat kamu mencoba melupakan setiap masa lalu yang udah terjadi tapi yang kamu alami adalah saat kamu melihat sosok orang yang ada di depan mata kamu ternyata tak lain dan tak bukan adalah sosok orang yang berbeda dari yang kamu kenal.
Aku bukan pilihan, tapi aku juga tak sanggup untuk memilih. Rasanya ini tak adil bagiku, namun juga melewati setiap batas dalam hidupku. Aku yang berusaha untuk melupakan setiap hal yang ada dalam hidupku, aku yang hanya bisa mencoba untuk melupakan setiap masalah dalam hidupku.
ooOoo
...Kisah Bermula...
Mereka semua sempat mewarnai kisah Rania yang sangat mendebarkan ini, begitu pula dengan beban Rania yang makin meningkat karena dia harus merelakan kalau dia harus cuti kuliah karena kehabisan biaya, apalagi saat ini dia sangat sulit mencari pekerjaan.
Suatu perjalanan hidup saat kamu mencoba melupakan setiap masa lalu yang udah terjadi tapi yang kamu alami adalah saat kamu melihat sosok orang yang ada di depan mata kamu ternyata tak lain dan tak bukan adalah sosok orang yang berbeda dari yang kamu kenal.
Aku bukan pilihan, tapi aku juga tak sanggup untuk memilih. Rasanya ini tak adil bagiku, namun juga melewati setiap batas dalam hidupku. Aku yang berusaha untuk melupakan setiap hal yang ada dalam hidupku, aku yang hanya bisa mencoba untuk melupakan setiap masalah dalam hidupku.
ooOoo
Suatu perjalanan hidup saat kamu mencoba melupakan setiap masa lalu yang udah terjadi tapi yang kamu alami adalah saat kamu melihat sosok orang yang ada di depan mata kamu ternyata tak lain dan tak bukan adalah sosok orang yang berbeda dari yang kamu kenal.
Aku bukan pilihan, tapi aku juga tak sanggup untuk memilih. Rasanya ini tak adil bagiku, namun juga melewati setiap batas dalam hidupku. Aku yang berusaha untuk melupakan setiap hal yang ada dalam hidupku, aku yang hanya bisa mencoba untuk melupakan setiap masalah dalam hidupku.
Jarak terkadang membuatnya menjadi asing, membuat seseorang tak percaya akan kekuatan cinta. Silangit yang sama kamu berada, namun belum kamu temukan satu sosok pilihan-Nya.
Bagiku hidup hanya selalu hitam dan putih, kebahagiaan akan selalu berbanding lurus dengan kesedihan. Kita hanya menunggu waktunya bergiliran bukan?.
Meski dalam keramaian aku masih merasa kesepian, entah kenapa sunyi sepi ku rasa tanpa seseorang yang bisa menemani ku di kesendirian ini, tak terasa sudah semakin jauh aku berjalan sendiri.
Egois ku rasa bila aku mengeluh saja tanpa mau berusaha, entah kenapa goresan pena ku sampai pada titik kosong dimana tinta hitam yang ku tulis diatas kertas putih ternyata telah habis, setiap yang ku tulis sesuai dengan perjalanan hidup dimana hati menangis menjerit menceritakan setiap perjalanan hati yang lirih, meski sang waktu berbicara dengan nada yang lirih sambil di temani sang piano yang terus berbunyi dengan merdunya seperti melodi sendu yang menohok hati.
"Ustadz!" Panggil seorang anak laki-laki yang berlari menghampiri sang Ustadz.
"Ia ada apa?" Tanya Ustadz Fadlan.
"Nanti ngaji gak?" Tanya bocah kecil itu polos.
"Owh insyaallah, pengajian masih kita laksanakan seperti biasanya!" Jawabku.
"Kok Pak Ustadz, lagi jalan sendirian ajah?" Tanyanya lagi.
"Enggak, saya tadi sama Abang Iz tadi. Tapi sekarang tau dia kemana?" Jawabku menanggapi murid ku.
Aku Fadlan Al-Ghifari atau biasa di panggil Ustadz Fadlan, aku mengajar ngaji di salah satu Masjid di kampung ini. Walaupun sebenarnya yang mengaji sedikit tapi aku tetap melaksanakan yang penting aku bisa membagikan ilmu agama ku untuk anak-anak di kampung ini, walaupun tanpa di bayar sedikit pun. Tetapi jika ada yang bayar ya aku sangat bersyukur, di kampung kecil pinggiran kota Jakarta ini sebenarnya adalah tempat aku merantau. Dan sebenarnya aku orang asli Tasik, namun sudah lama juga tinggal di Jakarta.
Aku sendiri sebenarnya pernah bermukim di kampung aku, di salah satu pondok pesantren terkemuka di sana. Dan Alhamdulillah aku mendapat banyak sekali ilmu pengetahuan, dan juga aku berharap ilmu agama yang aku punya bisa di amalkan dan juga bisa aku bagikan ke anak-anak sehingga bisa bermanfaat baik di dunia maupun akhirat.
Aku sendiri sebenarnya mempunyai keluarga yaitu Abah dan juga Ambu di Tasik, tapi karena sekarang aku sedang tinggal di Jakarta terkadang rasanya sangat rindu dengan orang tua ku di desa.
Kemudian tiba-tiba ada seseorang berlari dari belakang dan menepuk pundak Ustadz Fadlan.
"Hei!" Serunya.
"Astaghfirullahaladzim, kamu ngagetin aku aja Iz!" Ujar Ustadz Fadlan saat di kejutkan oleh Abang Iz yang tiba-tiba datang dari belakang.
Abang Iz adalah teman dari Ustadz Fadlan Al-Ghifari, dia salah satu sahabat dari Ustadz Fadlan yang baru ia kenal di Jakarta. Untungnya ia bertemu dengan Abang Iz, sehingga ia memiliki teman dan juga Abang Iz yang mengajak Ustadz Fadlan untuk tinggal di rumahnya.
"Ia aku dari tadi nyariin kamu, tapi kamu nya gak ada!" Jawab Abang Iz.
"Ia maaf tadi aku jalan duluan, abis kamu lama benget sih aku jadi males nungguinnya." Ungkap Ustadz Fadlan.
"Kamu udah bawa belum peralatan yang tadi?" Tanya Abang Iz
"Owh iya ini aku bawa nih, aku kira kamu lupa?" Jawab Ustadz Fadlan kemudian memberikan sebuah buku tulis kepada Abang Iz
"Nah untung ajah tadi gak ketinggalan" Ujar Abang Iz
"Lagian kamu beli buku tulis buat apaan sih Iz?" Tanya Ustadz Fadlan.
"Biasa, buat nulis kebutuhan nanti di Masjid. Abisnya buku yang lama udah penuh sama corat-coretan aku!" Jawab Iz
"Lagian kamu mah aya aya wae, sagala buku kamu pake buat corat-coret. Padahal kamu kan udah gede!" Ujar Ustadz Fadlan.
"Ia aku paling suka nulis soalnya" Jawab Iz
"Entar jadi pengajian bapak-bapak?" Tanya Ustadz Fadlan.
"Enggak tau deh, kayaknya sih jadi soalnya banyak yang nyariin kamu. Soalnya kalau gak ada Ustadz Fadlan siapa yang mimpin" Jawab Iz
"Bukannya ada Pak Ustadz Syaiful?" Tanya Fadlan.
"Pak Ustadz Syaiful mah banyak jadwal ceramahnya, eta di kampung sabelah wae banyak atuh yang ngundang dia." Jawab Iz
Sudah hampir setahun aku tinggal di Jakarta, awalnya aku masih takut karena belum kenal siapa-siapa tapi untungnya ada Iz yang ternyata orang dari Tasik juga. Kalau ada dia aku berasa kayak ada keluarga, maklum aku sendirian dan juga belum ada tempat tinggal. Tapi untungnya Iz datang dan menolong aku, aku merasa terbantu dengan adanya Iz meskipun aku juga merasa malu karena terlalu merepotkan dia.
"Bagaimana sih Pak Tisna ini udah jatuh tempo kalau gak di lunasin juga maka semua barang di rumah bapak akan saya sita!" Ujar seorang lelaki berpakaian serba hitam, wajahnya menyeramkan dan sorot matanya tajam. Dia seorang depkolektor yang datang untuk menagih hutang, dan yang di tagih ialah salah seorang Bapak yang anaknya mengaji dengan ku.
"Ada apa ini ribut-ribut?" Tanya Ustadz Fadlan.
"Hmmm" Bapak Tisna hanya tertunduk diam.
"Ini dia belum bayar hutang!" Ujar Depkolektor tersebut.
ooOoo
...Ini Kisah Ku...
Sudah hampir setahun aku tinggal di Jakarta, awalnya aku masih takut karena belum kenal siapa-siapa tapi untungnya ada Iz yang ternyata orang dari Tasik juga. Kalau ada dia aku berasa kayak ada keluarga, maklum aku sendirian dan juga belum ada tempat tinggal. Tapi untungnya Iz datang dan menolong aku, aku merasa terbantu dengan adanya Iz meskipun aku juga merasa malu karena terlalu merepotkan dia.
"Bagaimana sih Pak Tisna ini udah jatuh tempo kalau gak di lunasin juga maka semua barang di rumah bapak akan saya sita!" Ujar seorang lelaki berpakaian serba hitam, wajahnya menyeramkan dan sorot matanya tajam. Dia seorang depkolektor yang datang untuk menagih hutang, dan yang di tagih ialah salah seorang Bapak yang anaknya mengaji dengan ku.
"Ada apa ini ribut-ribut?" Tanya Ustadz Fadlan.
"Hmmm" Bapak Tisna hanya tertunduk diam.
"Ini dia belum bayar hutang!" Ujar Depkolektor tersebut.
ooOoo
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 165 yang artinya:
"Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah...."
"Memangnya hutangnya berapa si pak sampai ribut-ribut begitu, malu atuh diliat banyak orang!" Ujar Ustadz Fadlan.
"Hutangnya sebesar dua juta" Jawab Depkolektor itu tegang, dengan bringasnya ia menatap Ustadz Fadlan.
"Ia, ia sabar atuh Pak!" Ujar Iz sembari memegang Bapak Depkolektor tersebut.
"Mau apa kamu pegang-pegang saya!" Seru Depkolektor tersebut.
"Sudah Iz tak apa, biar saya saja yang urus!" Jawab Ustadz Fadlan sembari memegang Abang Iz, karena ia hendak meleraikan.
"Ini saya ada uang satu juta sisanya bapak bisa ambil lagi nanti, atau bapak simpan saja nomor telepon saya. Nanti biar saya saja yang urus, dan saya minta jangan ada keributan lagi kasian Bapak Tisna hanya seorang buruh pekerjaannya juga tak menentu" Ujar Ustadz Fadlan kepada Depkolektor tersebut, kemudian Depkolektor itu pergi.
"Hmmm, astaghfirullahaladzim!" Ujar Iz, sembari melihat kelakuan Depkolektor yang seolah-olah tak punya hati.
"Makasih Pak Ustadz!" Ujar Pak Tisna sembari memegang tangan Ustadz Fadlan.
"Makasih Pak Ustadz, kalau tak ada Pak Ustadz, sama siapa lagi saya bisa minta bantuan. Sebab orang-orang disini sama sekali tak ada yang mau meminjamkan saya uang, sementara saya gak punya uang dan anak-anak saya butuh makan" Ujar Pak Tisna sembari meneteskan air matanya.
"Sudah Pak Tisna gak usah dipikirin, insyaallah rezeki gak akan kemana" Ujar Ustadz Fadlan.
"Hmmm" tangisan seorang anak kecil yang tadi bertemu Pak Ustadz Fadlan di jalan.
"Kenapa kamu nangis Tito?" Tanya Pak Ustadz.
"Saya sedih aja Pak Ustadz liat bapak saya" Jawab bocah kecil itu sembari menghapus air matanya.
"Yawdh jangan nangis lagi tadi kan sudah di bantu sama Pak Ustadz" ujar Ustadz Fadlan.
"Ia makasih Ustadz" Jawab bocah kecil itu sembari memeluk Ustadz Fadlan.
"Udah kamu jangan nangis lagi, nih buat kamu!" Ujar Ustadz Fadlan.
"Apaan nih Ustadz?" Tanya bocah tersebut.
"Ini nasi bungkus!" Jawab Iz
"Makasih Ustadz, makasih Abang Iz!" Ujar bocah tersebut sembari memegang bingkisan yang diberikan Ustadz Fadlan.
"Terimakasih Pak Ustadz, saya gak tahu lagi harus ngomong apa. Pak Ustadz sudah mau menolong keluarga saya tanpa Pak Ustadz, saya bisa apa Pak tapi insyaallah uang Pak Ustadz akan saya ganti" Ungkap Pak Tisna.
"Gak usah pak, bapak gak usah ganti. Semuanya saya lakukan ikhlas kok" ujar Ustadz Fadlan.
Namun di balik semua itu pasti saja ada orang-orang yang tak bertanggung jawab yang juga mencemooh dan juga tak suka pada Ustadz Fadlan.
Ia, siapa lagi kalau bukan Pak Haji Komar. Ia adalah ayahnya Aisyah, dia sangat kaya raya dan juga terpandang di kampung tersebut tetapi saya meskipun dia sudah pergi haji dua kali tetapi sifatnya sangatlah sombong dan juga angkuh. Dia juga yang memberikan pinjaman hutang kepada para warga di kampung Pulo dengan bunga yang sangat besar dan mencekik sehingga para warga di kampung Pulo sangat mengeluh dan juga semakin miskin karena terlibat hutang dari Pak Haji Komar yang merupakan seorang rentenir.
"Ngapain kamu pulang lagi?" Tanyanya.
"Apa ada hasilnya?" Tanyanya lagi.
"Hmmm, palingan juga gak mampu bayar lagi?" Ujarnya sinis sembari melihat wajah Depkolektor yang merupakan karyawannya.
"Ini Pak Haji!" Jawabnya sembari memberikan sepuluh lembar uang seratus ribuan kepada Pak Haji Komar.
"Gampang amat kamu nagih dia?" Tanyanya sinis sembari menghitung lembaran uang seratus ribuan di tangannya.
"Ia, tadi untungnya ada yang bayarin Pak Tisna!" Ujar si Depkolektor penagih hutang tersebut.
"Siapa yang bayarin utang dia?" Tanyanya sinis sembari menghisap cerutu di bibirnya.
"Itu biasa Ustadz Fadlan!" Jawab Depkolektor bertampang seram dengan tato-tato di tangannya.
"Hmm, bisa-bisanya si Bocah tengil itu nolongin warga!" Ujarnya sambil memarahi orang suruhannya.
"Ia tadi saya lagi nagihin hutang ke Pak Tisna, tapi kemudian ada Ustadz Fadlan yang lewat kemudian dia nolongin Pak Tisna. Dan dia juga bilang sisanya akan di bayarkan nanti." Ujarnya sembari menundukkan kepalanya seraya takut di marahi oleh Pak Haji Komar yang terkenal jahat, kejam dan juga arogan.
Sifatnya Pak Haji Komar memang berbeda dengan Title yang ia gelar meskipun dia sudah pergi haji dua kali tetapi kelakuannya sangat tidak terpuji, dia bisa melakukan apa saja dengan uang yang ia punya. Namun ia tak menyadari kalau semua warga di sekitar rumahnya, semuanya tak ada yang menyukai dirinya tetapi tetap saja ia berprilaku seolah-olah dia adalah sesepuh kampung Pulo padahal warga tak ada yang mau mengakui dirinya. Namun karena mereka semua takut kepadanya akhirnya semua memilih Pak Haji Komar sebagai RW di kampung Pulo Jakarta.
Banyak warga yang menyesal telah memilih Pak Haji Komar sebagai seorang RW, mereka semua sebenarnya tak ingin memilih Pak Haji Komar untuk menjadi RW. Tetapi karena Pak Haji Komar sangat garang maka tak ada yang berani menentang beliau, alhasil selama tiga periode berturut-turut tak ada yang menggantikan posisi Pak Haji Komar yang merupakan seorang RW di kampung Pulo.
"Ayah!" Panggil seorang putri yang cantik jelita, siapa lagi kalau bukan Aisyah seorang gadis belia yang sangat cantik dan juga baik hatinya.
"Kenapa nak?" Tanya Pak Haji Komar kepada putrinya yang cantik
"Ini tadi ibu nelpon katanya dia akan pulang hari ini!" Jawab Aisyah
"Owh ibu kamu akan pulang!" Ujarnya santai.
ooOoo
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!