NovelToon NovelToon

BINAR CAHYA : Twin in Love story, Sunshine

Visual Tokoh.

Azura Paramitha Pramudya.

Gadis berusia 16tahun, memiliki putri cantik berusia dua tahun. Jatuh bangun Azura membesarkan Bianca Aurora sendirian di usianya yg belum genap lima belas tahun.

Kepahitan hidup dijalaninya dengan iklas.

Hidup berpindah-pindah dari satu kontrakan ke kontrakan lain demi menghindari hujatan masyarakat yg mengatakan bahwa putrinya Bianca adalah anak haram.

Tapi benarkah Bianca adalah anak haram???

Dan bagaimana isi hati Azura kepada pria yg dipilih putrinya sebagai daddynya.

Sedangkan Azura tahu pasti bahwa pria yg dipilih Bianca justru masih memiliki rasa pada kakak iparnya sendiri.

Ardiansyah Syakieb Al Ghifari.

Putra kedua keluarga pengusaha sukses Ahmadi Syakieb Al Ghifari. Pria yang terjebak pada cinta masa kecil. Pria yang tak bisa move on dari kakak iparnya sendiri. Bahkan menyimpan nama yg haram baginya untuk selalu disimpan dalam hatinya.

Satu-satunya pemuda yg sangat di sayangi Bianca. Satu-satunya pemuda yg dipilih Bianca menjadi daddynya.

Hanya padanya gadis itu akan patuh dan tergantung. Adriansyah pun sangat menyanyangi Bianca sepenuh hati dan jiwanya.

Tapi hanya Bianca sajakah yang dicintainya? dan bukan ummynya Bianca??

Apakah benar begitu???

Nanda Briandika Putra Syahril.

Agen Intelijen IT ini sudah lama menaruh hati pada Azura. Tapi Brian sangat bisa mengartikan tatapan tak biasa gadis itu pada adik sepupunya. Ya Brian sangat tahu bahwa Azura memiliki rasa pada adik sepupunya.

Brian sangat ingin melindungi Azura dengan segenap jiwa raganya. Bahkan segenap isi bumi ini bisa Brian persembahkan padanya.

Bagaimana lika-liku Brian dengan cinta dalam diamnya???

Dan apa yg dilakukan Brian saat Ardiansyah justru menyakiti hati Azura dengan tidak menanggapi perasaan gadis itu. Dan malah terus-terusan menyakitinya.

Akankah Brian diam saja??

Nathaniel Alexis Mahardika

Pemuda baik hati blesteran Indonesia- Korea, teman sekelas Azura, sangat mengenal baik siapa Azura dan juga yang menjadi kunci siapa sebenarnya nya Bianca Aurora. Pemuda yang selalu berada di sekitar Azura tapi tak mampu mendekati nya. Pria yang selalu ada untuk Azura tapi tak mampu menggapainya. Pemuda yang mencintai Azura dengan segala kekurangannya, tapi sayang....

Mereka berbeda keyakinan.

Haruskah salah satunya menjadi murtad????

Bianca Aurora

Gadis kecil pencuri hati Ardiansyah Syakieb Al Ghifari.Gadis yang tumbuh dari tangan Azura sejak bayi.Gadis yg tidak pernah merasakan nikmatnya susu, karena Azura hanya mampu memberinya tajin nasi.

Gadis kecil yg selalu di bully dengan sebutan anak haram, walaupun sejatinya Bianca sendiri tak tau artinya. Tapi hidupnya berubah setelah berada dalam genggaman Ardiansyah. Bianca menjadi permata hati di keluarga Syakieb. Boneka bagi om dan auntynya. Dicintai semua keluarga besar Syakieb.

Bahkan disini Bianca bisa hidup dengan sangat layak.

Dan bagaimanakah cerita dibalik kehadiran Bianca dalam hidup Azura.

***************************************

Guys..tunggu kelanjutannya ya...

Cerita ini lanjutan dari Childhood Love Story ya guys....

Review visualnya dong, sudah pas atau belum??

Kira-kira Azura berlabuh dengan siapa????

Cerita Rangga Ara masih berhubungan disini, jadi yg tidak ada disana bisa ada disini...

Jangan lupa difavoritkan biar nggak ketinggalan update tiap harinya.

Jangan lupa juga pencet like nya😍😍

Syukur-syukur mau kasih vote juga😊

Komentar nya ditunggu ya guys..., boleh kritik juga asal nggak ngebully aja ha..ha..ha...

Terimakasih sebelumnya...

Thanks you for reading...

Matur suwun sanget...

Pertemuan pertama

" Kak! Kak Sha...." Teriak Saga sambil menuruni tangga.

" Apa sih Saga, masih pagi sudah berisik..." Ucap Shanum.

" Kak tolong kerjain PR Kimia Saga kak, kurang 2 nomor, Saga nggak ngerti..." Saga menarik lengan Shanum untuk kembali duduk dimeja makan.

Sementara mama Vera dan papa Vino hanya menggeleng melihat tingkah Saga.

" Ini mudah Saga!, bukankah kemarin waktu ke Jakarta uncle Rangga udah menjelaskan tentang ini!" Seru Shanum.

" Sorry kak, Saga masih nggak konek, kakak tahulah gimana otakku kalau udah deketan sama Meera itu isinya apa?" Sahut Saga.

" Emang apa isinya!!" Ucap papa Vino dingin dan tegas.

" Oh..i..itu..itu..., Meera itu..." Ucap Saga gelagapan.

" Itu....Meera..?" Kini mama Vera ikut mengintimidasi Saga.

" Iya ma, Saga susah konsentrasi mah, Meera selalu lewat-lewat terus..." Jawab Saga gaje.

" Apa hubungannya coba nggak konsen sama Meera lewat..." Ucap papa Vino lagi.

" Meera terlalu manis pah, untuk tidak dilihat upsss..." Saga menutup mulutnya cepat dengan mata melotot.

" O.....gitu..." Ucap papa Vino santai, menganggukan kepala dengan mata melirik pada Vera yang mengulum senyumannya.

" Ihhh, bocil sekarang sableng!!" Shanum mentoyor kening Saga yang tertawa ngakak.

" Papa mau berangkat, kalian pergi sendiri-sendiri saja ya. Papa harus mampir ke RS nengokin kakek. Nggak keburu ngantar kalian..." Ucap papa Vino yang mulai telah berdiri dari duduknya.

" Pah Saga bareng papa deh, peralatan basket Saga ada di mobil soalnya, bentar Saga ambil tas dulu..." Saga berlari menaiki tangga, kembali ke kamarnya.

Sementara Shanum dengan penuh konsentrasi mengerjakan PR Saga.

" Nih...PR lo, inget push rank game gue upahnya!!" Shanum menyodorkan buku PR milik Saga, dan Sagapun menerima nya lalu bergegas mengejar papanya.

Tapi kesalahan terjadi, saat Saga memakai sepatunya di teras samping, buku PR dan bekalnya tertinggal disana.

Untung saja terlihat oleh mama Vera yang baru akan menjemur baju.

" Astaghfirullah anak itu..." Gumamnya.

" Shanum....Sha....." Teriak mama Vera sambil berlari mengejar motor Shanum yang mulai berjalan.

Mendengar suara mamanya, Shanumpun mengurangi kecepatan laju motornya.

" Mah, ada apa?" Tanya Shanum cemas, dilepasnya helm dikepalanya cepat.

" Nih lihat, buku PR dan bekal adikmu tertinggal, tolong kamu anter ke sekolahnya ya, kasihan tadi dia nggak sempat sarapan kan.." Ucap mama Vera dengan menyodorkan buku dan kotak bekal adiknya.

" Ya Tuhan, Saga ini ihhhhh gemes gue!!" Shanum mengacak rambutnya gemas.

" Hufft tenang Sha..... Gadis cantik nggak boleh marah..." Gumamnya pelan.

" Waduh, masuk sekolah Saga bikin Shanum keder mah" Ucap Shanum dengan susah panyah menelan ludahnya.

"Halah sekali ini aja kok..." Bujuk mama Vera.

" Lagian ya sekalian cuci mata lah Sha.., disekolah Saga kan gudangnya cowok keren kali..." Mama Vera tetaplah Vera centil yang menggemaskan dulu

" Halah mah, nggak ada yang keren kalau bukan Sunnyku...." Ucap Shanum sedih.

" Cukup lah mengingat Sunny, biarkan dia tenang disisi Tuhan sayang...." Mama Vera menepuk-nepuk bahu Shanum pelan.

" Ya udah mah, Sha berangkat dulu Assalammualaikum..."

Sepanjang jalan menuju sekolah Saga, Shanum terus saja melamun.

Shanum akan marah jika orang-orang selalu menyebut Sunnynya telah tiada. Karena di sudut hati Shanum masih sangat percaya, bahwa jenasah yang ditemukan oleh uncle Brian beberapa tahun yang lalu itu bukanlah Sunnynya.

" Tidak!!, Sunnyku masih hidup. Dia masih hidup..hik..hik..." Shanum menangis dalam diamnya.

Sepuluh menit cukup untuk sampai di sekolah khusus putra, dimana Saga menuntut ilmu.

Untung saja sekolah Shanum hari ini ada acara pekan olahraga, jadi bisa bebas keluar masuk sekolah tanpa harus memanjat pagar karena takut terlambat seperti biasa.

Shanum sengaja memarkirkan motor maticnya diluar gerbang. Karena Shanum sendiri tidak tau tepatnya gedung sekolah Saga itu yang mana.

Karena sekolah Saga adalah Yayasan sekolah khusus putra dari jenjang TK sampai SMU.

" Selamat pagi pak, saya mau mengantarkan buku adik saya pak, gedung SMP yang sebelah mana ya pak?" Tanya Shanum di pos security.

Pak security yang biasa melihat ribuan siswa cowok pun seolah-olah mendapatkan imun yang nyata saat ada cewek kesasar masuk kandang singa seperti ini. Apalagi Shanum jelas memiliki kecantikan yang jauh diatas kata lumrah. Bibit tinggi tegap tampan milik Vino dipadukan wajah imut dan menggemaskan Vera tentu dapat menghasilkan bibit yang luar biasa keren.

" Oh, gedung SMP ya..." Sahut siswa yang kebetulan lewat.

" Mari saya antar cantik..." Ucapnya lagi.

Ntah kenapa kehadirannya membuat pak security menjadi kicep tiba-tiba.

" Emmm, baiklah.." Jawab Shanum dan mulai melangkah mengikuti cowok yang jauh lebih tinggi darinya itu.

" Perkenalkan saya, Arnov. Ketos SMU disini, walaupun begitu saya kenal sebagian anak SMP. Siapa nama adikmu?" Tanya Arnov sopan.

" Saga, Saga Vino Malik" Jawab Shanum.

" Oh..Saga...."

" Kamu kenal adikku?"

" Jelas dong, adikmu termasuk yang tertampan disini. Kamu juga cantik, cocok jadi kakak Saga.." Ucap Arnov.

" Ha..ha..kamu bisa saja, tapi makasih..." Jawab Shanum.

" Nov!! Lo ditunggu di ruang rapat !!" Teriak seorang siswa dari ujung tangga.

" Oke bentar.., oh ya kamu lurus ke depan aja nanti ketemu lapangan, disana ada 2gedung, nah kamu ambil gedung kiri, itu gedung SMP, ingat yang kiri..."

Shanum memperhatikan ucapan Arnov dengan seksama.

" Baiklah terimakasih banyak ya...maaf udah ngerepotin.."

" Nggak lah, kalau nggak ada rapat pasti aku anter kamu sampai ketemu Saga.." Arnov sedikit mencuri pandang wajah cantik Shanum sekilas.

" Nov..cepetan.." Teriak siswa itu tadi lagi.

" Oke, ya udah gue tinggal dulu ya..," Arnov bergegas berlari segera menaiki tangga.

" Duh gue lupa nanya namanya lagi.." Gumam Arnov sambil menoleh pada Shanum yang melambai padanya.

" Duh manis banget dia.." Batinnya

Sementara Shanum juga sedikit berlari menuju arah yang telah ditunjukan oleh Arnov tadi.

Selama melangkahkan kakinya menuju tempat yang dituju, mata para siswa seolah-olah ingin menelan Shanum hidup-hidup.

Ih..gue berasa jadi rusa yang berjalan diantara para vampire.

Gila sebegini menegangkannya menjadi satu-satunya cewek diantara cowok.

" Cantik...godain abang dong..."

" Heii cantik..."

" Cantik senyum dong..."

Suara-suara berisik dari para penghalu ayang begitu membuat Shanum jengah. Tapi herannya tak satupun yang berani mendekat.

Tepatnya mereka jelas takut dengan sesosok yang berjalan dibelakang Shanum semenjak dari pos security tadi. Sosok misterius yang berjalan dibelakang Shanum, walau Shanum sendiripun tak menyadarinya.

Sesampai di lapangan Shanum lupa, yang kiri atau yang kanan. Dan Shanum pun memilih kanan.

Sementara sosok dibelakang Shanum hanya menggelengkan kepalanya.

"Otaknya ternyata tumpul, belum setengah jam juga udah nggak ingat lagi" Batin sosok dibelakang Shanum.

"Ampun gue, terakhir ini aja gue kesini!! sialan mata gue bisa buta!!" Umpat Shanum geram.

Gedung yang dituju Shanum rupanya gedung lama yang tak terpakai. Dimana tempat itu adalah tempat nongkrong para anak berandalan untuk merokok dan main game online mereka.

Anak-anak dengan seragam yang semrawut ada disana, beberapa bahkan ada yang sedang mengasah senjata tajam mereka.

Tak hanya itu, ada sebagian yang menyelundupkan pacar-pacar mereka.

Adegan tak senonohpun seolah biasa. Satu cewek dicumbu oleh tiga sampai empat cowok di depan matanya membuat Shanum merasa mau muntah.

Gadis itu berniat untuk segera berbalik badan, karena jelas Shanum salah gedung.

" Hei sini sayang, mau ikut pesta?" Panggil seorang siswa yang sedang bersama kekasihnya saat melihat ada mangsa yang masuk markas.

Shanum menggelengkan kepalanya takut.

" Hey manis sekali dia..." Ucap yang lain dengan menjulurkan lidahnya. Benar-benar menjijikkan.

Shanum jelas ketakutan, gadis itu bergetar tak karuan dan mundur dengan cepat.Tapi...

Brugh!!

Shanum menabrak tubuh seseorang yang jelas lebih tinggi darinya.

" Mm..maaf, saya salah jalan. Saya mau ke gedung SMP.." Ucap gagap Shanum tanpa mengangkat wajahnya. Tubuhnya bergetar begitu hebat.

Cowok yang ditabrak oleh Shanum bisa melihat dengan jelas ketakutan Shanum.

" Bin, bawa sini..., lo bawa mangsa lagi buat kita ya..." Ucap beberapa cowok disana.

" Nggak!!, dia tersesat!! " Ucap sosok itu dengan mata yang melirik pada Shanum.

" Ayo ikut saya, biar saya antar..." Ucap cowok itu datar.

Shanum meliriknya sekilas. Cowok dengan masker menutupi hidung dan mulutnya itu mempersilahkan Shanum untuk berjalan di depanya.

Sementara para cowok hidung belang itu marah.

" Hei Binar!!, bawa kesini dia!!, gue mau dia titik!!!"

" Binar!!, jangan bilang lo mau pake untuk lo sendiri!!, brengsek lo...".

Binar terlihat murka, kedua genggaman tangannya mengepal kuat.

" Sorry bro nggak bisa, dia tamu terlapor!!, dia masuk lewat depan.., dia legal datang kesini " Ucap Binar dingin dan tegas.

" Lo bisa habisin siapapun yang masuk sekolah ini jika dia lewat belakang!, itu peraturan kita. Ingat itu!!" Lanjut Binar.

Shanum benar-benar bersumpah tidak akan masuk lagi ke sekolah ini.

Mereka berjalan tanpa ada satu ucapanpun yang keluar dari bibir keduanya.

Tapi entah kenapa, berjalan berdua seperti ini membuat Shanum merasa sejuk, hatinya terasa dingin. Dan ada rasa yang pernah dia rasakan dulu....dulu sekali.

" Nah tuh, adikmu disana..." Tunjuk Binar pada Saga yang sedang bermain basket di lapangan.

" Saga!!!" Panggil Binar.

" Kamu kenal juga dengan adikku.." Tanya Shanum penasaran.

Sudah dua orang yang mengenali adiknya, dan jelas keduanya anak SMU.

" Saga pemain basket terbaik di yayasan kami, semua mengenalnya.."

" Kak......" Saga berlari menghampiri Shanum dan Binar.

Plak..pluk...plak...

Shanum memukulkan buku ditanganya pada kepala dan bahu Saga bertubi-tubi.

" Ini untuk pertama dan terakhir kali kakak mengantarkan bukumu yang tertinggal Saga!!, lain kali kakak nggak peduli!!" Ucap Shanum dengan menyodorkan kotak bekal dan buku itu dengan kasar pada Saga.

Tapi saat ingin berterima kasih pada Binar, rupanya anak itu telah pergi begitu saja.

Pertemuan Kedua

Shanum begitu gelisah dalam tidurnya, berulang kali sekelebat tatapan Binar terus saja mengusik ketenangannya.

Kenapa aku merasa mengenal tatapan itu.

Ahh, tidak! Aku tidak pernah punya teman dengan nama Binar sebelumnya.

Shanum mengusap wajahnya pelan, menyanggul rambutnya dan melangkah menuju meja belajarnya.

Ditariknya satu buku bersampul hitam dengan tulisan bertinta emas. 'MANGGALA SUNNY', nama yang begitu indah tertulis rapi si sampul buku itu.

" Sunny,..... Dahulu kau melarangku memiliki pacar sampai kau datang kan?"

" Sunny, bahkan tahun ini aku akan lulus SMU..., lalu kapan kau datang...?"

" Sunny, kamu akan datang kan?, aku percaya janjimu Sunny, walaupun orang lain menganggap aku tidak waras.."

Shanum mengeluarkan sebuah fotonya bersama Sunny saat mereka datang di acara pernikahan sahabat orang tua mereka.

Shanum menarik sweater yang dikenakannya saat ini. Di pergelangan tanganya tertulis nama,

'Manggala Sunny ' disana. Bukan sebuah tatto, hanya tulisan menggunakan hena yang terus diperbarui agar tidak pudar.

" Aku terus menebalkan tulisan namamu disini Sunny, tak akan ku biarkan namamu pudar..."

" Tulisan namamu ditanganku adalah kenang-kenangan yang tidak akan pernah ku buang..., love you Sunnyku..."

Shanum mengecup pergelangan yang terdapat nama Sunny itu.

Bahkan jam tanganpun tak pernah dia memakainya agar tidak merusak tulisan itu.

...***...

" Saga tunggu..." Shanum mendekati Saga yang telah duduk bersiap di motornya.

" Ya kak, ada apa kak?" Tanya Saga cepat.

" Saga, siapa cowok yang mengantarkan kakak kepadamu kemarin?" Tanya Shanum cepat.

" Kak Binar, Binar Buana Sanjaya. Ada apa? Kakak diapain olehnya?" Tanya Saga dengan raut khawatir.

"Kakak jangan berurusan dengannya.., kak Binar orang yang berbahaya..." Ucap Saga lagi.

Tangannya bersiap memakai helmnya.

" Tunggu Saga..." Ucap Shanum lagi dengan tangan menahan helm Saga.

" Bahaya bagaimana?" Tanya Shanum kepo.

"Kak Binar itu ketua klan Black Tiger di sekolah kami. Saat mereka tawuran, siapapun yang berhadapan dengan kak Binar akan berakhir di rumah sakit, bahkan ada yang langsung ke kuburan.."

Bisik Saga dengan suara yang rendah.

" Hahhh, mak..mak..maksud kamu Binar itu pembunuh?" Shanum menutup mulutnya tak percaya.

" Ssstttt, kakak jangan sembarangan menyebut nama kak Binar"

Shanum semakin membulatkan matanya.

" Kak Binar itu sedang diburu banyak genk, tak hanya genk tawuran sekolahan. Bahkan genk-genk diluaran juga banyak yang mengincarnya.." Lanjut Saga dengan masih berbisik.

" Tapi kenapa dia memakai masker---"

" Tentu saja!!, di kehidupan normalnya dia menyembunyikan wajahnya, tapi saat akan pergi 'perang' dia membukanya"

Shanum menggelengkan kepalanya pelan. Begitu ngeri mendengarnya.

" Sudah?, mau tahu apalagi tentang kak Binar?" Tanya Saga dengan tangannya yang sigap memakai helmnya.

" Binar itu kelas berapa?"

" Sama kayak kak Sha, kelas XII..udah ya kak, Saga mau berangkat!!"

" Oh ya kak!!, ingat ucapan Saga tadi. Jangan dekat-dekat kak Binar!!" Ucap Saga.

Shanum hanya mengangguk, lalu merapikan rambut dan tas punggungnya.

...***...

" Aya...pukul 17.00 kita kumpul ke cafe Heroes, seberang alun-alun....Alexa mau traktir kita makan disana, katanya dia jadian dengan gebetannya dari SMU Putra Bangsa.." Ucap Ayu, sahabat Shanum.

Mereka saat ini sedang berada di Mall, untuk membeli keperluan untuk kerja kelompok.

Shanum Cahaya Nilam, kalau disekolah teman-temanya memanggilnya dengan nama Cahaya, atau Aya.

" SMU Putra Bangsa? " Ucap Shanum.

" Ya, sama seperti sekolahan Saga kan..." Ucap Ayu.

" Hiii...." Shanum bergidik ngeri mengingat kejadian kemarin saat dia kesasar di gedung 'tengkorak' disalah satu gedung di komplek yayasan sekolah Putra Bangsa.

" Kenapa Aya, lo pucat amat saat gue sebut SMU Putra Bangsa.."

" Gue...., nggak papa sih... Tapi yang jelas gue akan minta papa gue untuk pindahin Saga ke sekolah lain saat adekku itu sudah SMU.." Sahut Shanum.

" Kenapa?, Sekolah PB itu keren loh Ya, basketnya, robotiknya, cerdas cermat dan literasi mereka unggul loh Ya..." Sahut Ayu cepat.

" Nggak ada!!!, Sekolah Putra Bangsa itu bagiku hanya sampah!!"

" Sstttt Aya, jaga mulutmu..." Ucap Ayu pucat. Saat Shanum sedang menjelekkan sekolah Putra Bangsa, justru sesosok dengan seragam sekolah tersebut melintas dibelakang Shanum.

Lirikan mata tajam terhunus dari mata sosok yang menggunakan masker itu.

" Ma...maafkan teman saya, dia asal bicara..." Ucap Ayu dengan bibir bergetar.

" Kamu ngomong apa sih Yu!!" Ucap Shanum yang tak menyadari sosok Binar yang berdiri dibelakangnya.

" Lah, gue ini ngomong serius kok, Sekolah Putra Bangsa itu benar-benar sampah isinya, gue liat sendi---emmpphhh" Sebuah tangan kekar membungkam mulut Shanum dengan kasar.

Shanum yang pernah belajar bela diri bersama Shine dan uncle Brianpun berusaha melepaskan diri.Dan berhasil.

" Lo!!, sekali lagi ngomong yang nggak bener tentang Putra Bangsa!!, mati lo!!" Ucap Binar tegas. Matanya menatap mata Shanum bagai pembunuh yang lapar.

" Ngomong yang nggak benernya sebelah mana?, mata gue lihat dengan jelas bagaimana bobroknya sekolahan lo!!" Jari telunjuk Shanum menusuk dada Binar dengan kuat.

" Ingat kerdil!!!, gue ampuni lo untuk saat ini, selanjutnya jika lo jatuhin sekolah gue lo....." Binar menujuk lehernya dan menggesernya ke samping.

" Kerdil???, lo sebut gue apa???" Shanum melotot marah saat ada seseorang menyebutnya kerdil lagi.

Karena dahulu ada satu orang yang memanggilnya begitu. Ya, dia adalah Sunny.

" Jangan menyebutku kerdil brengsek!, apalagi dengan mulutmu itu" Teriak Shanum penuh emosi.

Padahal sedari tadi pagi, Shanum ingin setidaknya bisa bertemu Binar untuk mengucapkan terimakasih.

Tapi, pertemuan macam apa yang terjadi saat ini.

Binar berlalu begitu saja tanpa rasa bersalah sedikitpun karena telah mengatai Shanum kerdil.

" Shanum, please jangan cari gara-gara dengan SMU Putra Bangsa deh, bisa mati semua kita kalau genk tawuran mereka menyerang.." Ucap Ayu bergetar.

" Lo juga tahu tentang itu Yu..?" Tanya Shanum penasaran.

" Iya, soalnya kak Tama kakak sepupuku sampai hilang keempat jarinya saat tawuran dengan SMU Putra Bangsa" Ucap Ayu dengan berbisik.

" Katanya ketua mereka itu iblis Ya, beberapa anak yang pernah berhadapan dengan dia kebanyakan langsung pingsan ditempat saking ngerinya dia.." Bisik Ayu lagi.

" Masa sih?, tapi kita nggak pingsan tuh?" Ucap Shanum

" Maksud lo?" Tanya Ayu bingung.

Shanum menepuk bibirnya seolah ingat sesuatu. Hampir saja dia membongkar siapa sosok barusan.

...*...

" Mah..., Shanum berangkat ke cafe Heroes bareng Ayu..." Teriak Shanum dibawah tangga.

" Iya, nanti sempetin sholat maghrib!! " Jawab mama Vera di ujung tangga.

" Siap mah, Assalamualaikum.."

" Waalaikumsalam, hati-hati sayang..." Jawab mama Vera.

Cafe Heroes, sore itu sudah dipadati oleh sebagian anak SMU Putra Bangsa, terlihat dari berkerumunnya cowok-cowok berkaos hitam disana.

Ayu dan Shanum duduk di kursi yang tersisa, kebetulan ada tiga kursi yang kosong dan merekapun duduk disana. Di sebelah kursi Shanum tergeletak sebuah tas ransel hitam yang lumayan besar.

Shanum berniat sedikit menggesernya, agar ada ruang untuknya meletakkan tasnya. Tapi baru saja tanganya hendak menyentuh tas itu...

Plakkk....tepisan keras membuat tanganya terasa kebas.

" Awww...ahhhh sakit!!!" Jerit Shanum dengan meniup-niup tanganya yang teramat panas.

" Jangan berani-beraninya kau menyentuh barangku" Bentak seseorang bermasker membuat Shanum terjingkat. Jelas dia ingat betul suara orang ini.

Beberapa anak cowok dari sekolah Shanum terlihat tegang. Begitu pula dengan anak genk SMU Putra Bangsa.

" Ada apa ini?" Seorang pemuda dengan tatanan rapi dan bersih menghampiri mereka.

" Dia...." Tunjuk Shanum pada Binar dengan mata berkaca-kaca. Tanganya sangat pedih ditepis sekasar itu oleh Binar.

" Arnov???" Ucap Shanum saat tahu siapa yang pemuda yang menghampirinya itu.

" Hey kamu, ada apa?. Apa yang terjadi cantik?" Tanya Arnov ramah. Matanya mengkode Binar agar pergi.

Tapi Binar justru mengangkat tasnya dan duduk begitu saja di samping kursi Shanum.

" Lihat Nov, tanganku merah seperti ini karena dia, aku hanya ingin menggeser tasnya saja, tapi lihat apa yang dilakukan padaku!!!, si brengsek itu melukai tanganku"

Shanum menoleh dengan genangan air dimatanya. Menatap penuh kebencian pada Binar yang sama sekali tidak perduli dengan deritanya.

" Dia memang begitu menyayangi tasnya, dia memang tidak akan membiarkan siapapun menyentuh tasnya, bahkan kami di Putra Bangsa selalu menyebutnya pria berkekasih tas...ha..ha.." Bisik Arnov pada Shanum.

" Duduklah biar aku urut tanganmu..." Arnov duduk di antara Ayu dan Shanum. Arnov hendak menyentuh tangan Shanum tapi dengan cepat Shanum menolaknya.

" Biarlah Nov nggak usah, biar nanti aku minta obat memar dari Saga.."

Shanum duduk kembali di kursinya. Tak sengaja bahunya menyenggol sedikit bahu Binar.

Lagi, lirikan mata Binar membuat Shanum merinding.

" Oh ya, kakak nya Saga, kemarin gue lupa belum berkenalan dengan baik. Oke mari kita ulang. Gue Arnov, dan itu teman gue Binar.." Arnov menyodorkan tanganya pada Shanum dan disambut hangat oleh Shanum.

" Gue Shan.., ah maksudnya gue Cahaya dan itu teman gue Ayu.." Shanum memunggungi Binar. Baginya cowok bangsat dibelakangnya adalah sampah yang telah melukai tanganya.

Arnov menjabat tangan Shanum begitu lama, sampai-sampai deheman Binar mengagetkan keduanya.

Shanum menoleh sejenak, lagi-lagi Binar menatap nya tajam.

" Nov, loe pindah sini. Gue duduk disitu, hawanya disini lembab deh Nov. Auranya serasa dipenuhi mahluk astral. Apalagi belakang gue...ihhhhh seremmmmm" Ucap Shanum dengan buru-buru berdiri.

Binar melotot tak percaya mendengar ocehan Shanum, sementara Arnov tertawa terbahak-bahak melihat kelucuan dan keberanian Shanum mengganggu Binar.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!