NovelToon NovelToon

Pendekar Ke 13

3 pendekar telah turun.

"Lu Jia, Shu Peng, Wan Wan!! ayo makan!!" terdengar teriakan dari dalam rumah berbentuk kerucut dengan atap dari rumput jemari yang dikeraskan. Seorang tua berjenggot putih panjang dan bertelanjang dada berdiri didepan pintu masuk rumah, kedua tangannya ditaruh dipinggang.

Dari atas sebuah pohon jeruk 2 bayangan putih terbang ketanah. Gerakan mereka sangat cepat tapi seakan tak berbobot. Bahkan ketika menapakkan kaki kaki mereka ditanah tidak ada debu yang berterbangan. Ilmu mereka cukup tinggi, mereka bisa mendarat ditanah bak segumpal kapas tipis.

"Eh mana Wan Wan?" tanya Lu Jia kepada Shu Peng.

"Ayok..aku lapar! nanti juga datang dia" Namun baru saja Shu Peng berkata tiba tiba sebuah bayangan hitam melesat diatas kepala mereka dan mendarat dihadapan keduanya.

Lu Jia agak kaget dan mundur satu langkah.

"Ah kau! kaya hantu saja! ngagetin" ucap Lu Jia. Memang diantara ke 3nya Wan Wan ilmunya paling tinggi. Bahkan ketika mereka loncat dari atas pohon sebenarnya Wan Wan sudah terbang tapi karena ilmunya tinggi mereka tidak bisa mendeteksi keberadaan Wan Wan.

"Ayo boys! makan dulu..sup panas sudah siap!" teriak Hang Zhu sang maha guru didepan pintu rumah.

Udara di pegunungan HuangShan memang sedang dingin dinginnya, musim dingin sedang melanda negara tirai bambu. Diseluruh dataran batu diatas pegunungan itu sudah tertutup salju tebal. Hang Zhu sang maha guru mengatakan tempat yang ideal untuk berlatih Kung Fu.

...<●○●○●○>...

Hang Zhu menuangkan sup panas kesetiap mangkuk besar dan membagikan kepada 3 orang yang duduk bersila dihadapan tungku panas yang digantungkan diatas bara api.

"Ayo makan yang banyak..sup daging rusa ini bagus untuk sendi sendi tulang kalian" ucap pak tua Hang Zhu.

"Kapan kita akan turun gunung pak guru?" tanya Wan Wan.

"Secepatnya..kita makan dulu setelah itu aku akan katakan rencana besar kita..ayo Shu Peng makan, taro pedangmu dulu"

"Biar saja pak tua..kalo dia ga mau, aku yang abisin" tukas Lu Jia.

Cepat cepat Shu Peng menyandarkan pedangnya yang super besar ditembok dan mengambil mangkuk.

Mereka makan dengan lahap, racikan sup rusa sang maha guru memang enak sekali, ada rasa asin tapi juga agak pedas, kesukaan Lu Jia.

Diluar mereka mendengar deru angin kencang menerpa tembok rumah. Ke 3 pendekar itu melirik kearah luar sebentar tapi mereka acuh..sup panas terus mereka habisi bahkan Wan Wan yang biasanya hanya makan 1 mangkuk kini ia sudah minta untuk yang ke 2 kalinya.

Setengah jam kemudian semua sup habis terkuras.

"Ayok bereskan mangkuk mangkuk itu dan setelah itu semuanya kumpul di api unggun itu. Ucap Hang Zhu sambil menunjuk kearah api unggun ditengah ruangan rumah

Wan Wan seorang pendekar kelahiran gunung HuangShan. Ayahnya meninggal didalam pertempuran dilembah merah, begitu juga ibunya setelah dirawat 3 bulan lamanya ahirnya meninggal juga, ia terkena panah beracun yang bersarang diperutnya. Wan Wan ketika itu baru berumur 10 tahun ia diambil oleh Hang Zhu seorang kepala regu penyerang yang berhasil menyelamatkan diri dan lari pulang dan menetap digunung Huang Shan.

Lu Jia, anak dari Peng Shui dan Xi Ma. Kedua orang tua Lu Jia meninggal dalam pertempuran dilembah merah. Peng Shui sang ayah adalah murid kesayangan Hang Zhu sang maha guru. Lu Jia, diangkat jadi murid ke 2 setelah Wan Wan ketika itu umurnya baru masuk tahun ke 9.

Si bungsu Shu Peng adalah murid no 3, kedua orang tuanya juga meninggal dalam pertempuran dilembah merah. Mereka semua adalah bagian dari laskar hijau dibawah pimpinan Kaisar Qin Shi. Shu Peng sebagai murid terahir dibawa sang maha guru ketika berumur 8 tahun. Selain jago Kung Fu, Shu Peng mempunyai paras yang ganteng.

...<●○●○●○>...

"Baik..semuanya sudah kenyang ya. Besok pagi pagi sekali sebelum cahaya terang kalian sudah harus bangun. Bawa bekal makanan secukupnya jangan bawa banyak banyak..bawa 2 helai baju dan celananya. Kalian turun gunung dan berangkat ke selatan menuju pantai. Perahu kita ada disana, Kalian harus sampai dikota Yuyang sore hari. Menetap disana 1 malam dan cari orang yang bernama Go Shi. Dia akan menjadi pemandu kalian"

"Lalu, Apakah Go Shi akan membawa kita masuk keistana?" tanya Wan Wan.

"benar..Go Shi adalah pemandu kalian..dia yang mempunyai jaringan bawah tanah dengan orang orang sana kalian akan menyerbu istana Gremsing dan membunuh kaisar Zao Gao"

"Baik..kami mengerti semua arahan guru"

"Setelah selesai..maka selesailah tugas kalian dan langsung kembali kegunung..jangan buang waktu disana" ucap sang maha guru.

"Apa konsekuensinya kalau kami tertangkap?" tanya Shu Peng.

"Kalian akan ditangkap dan kalian harus saling bunuh dihadapan kaisar gila itu! pemenangnya akan diadu dengan 100.000 pendekar istana yang setia dengan kaisar!"

"Itu tidak bisa terjadi! kita harus bisa membunuh kaisar dan menghilang secepat kilat untuk kembali kesini" ujar Wan Wan.

"Betul sekali! masih ada jalan terahir..apabila kalian tertangkap..makanlah buah kurma beracun ini..jangan sampai kalian tertangkap..lebih baik kalian mati bunuh diri daripada kalian saling bunuh" Hang Zhu menyerahkan 3 kantung kecil berwarna merah yang mana berisikan 2 buah kurma yang sudah membusuk dan beracun ular kobra.

"Disana kalian hati hati..ada sekelompok wanita penjual cinta, mereka selalu memakai pakaian berwarna ungu. Jangan sampai kalian bercinta dengan mereka! Mereka biasanya menyediakan arak beracun, sekali teguk kalian akan pingsan dan akan menceritakan semua rahasia tanpa sadar..awas! jangan lupa itu! khususnya kamu Shu Peng hati hati!"

"Baik guru..saya akan ingat selalu!" jawab Shu Peng.

"Baik! ayo kalian sekarang matikan api dan semua istirahat..besok perjalanan panjang dan berbahaya, istirahatlah anak anakku"

...<●○●○●○>...

Malam itu Hang Zhu tidak bisa tidur, ia memilirkan nasip ke 3 anak asuhnya. Semoga mereka semua selamat sampai tujuan dan berhasil melakukan misi yang gila ini.

Sudah berpuluh puluh tahun lamanya dendam kesumat ia simpan dalam hati dan pikirannya. Ia masih ingat dengan jelas ketika permaisuri Liu Kang tergeletak bersimbah darah dipangkuannya.

Kata kata terahir sebelum ia menghembuskan nafas terahir adalah.."Sayangku..kamu harus bisa membunuh jahanam itu..sampai jumpa lagi di Nirwana sayang.."

Gemetar, Hang Zhu mendekatkan wajahnya kewajah kekasih gelapnya. Ia mengecup bibir kering Liu Kang. Dengan sisa tenaganya ia mengangkat pedang panjangnya dan dengan sedih ia meninggalkan jasad Liu Kang.

Dengan beberapa kali loncat ia menghilang dikegelapan abu tanah yang meninggi akibat pertempuran yang maha dahsyat dilembah merah itu.

Hatinya beku, ia tidak mampu kembali ketempat pertempuran itu. Satu satunya cara adalah menghilang untuk nanti entah kapan kembali membalas dendamnya.

...■□■□■□...

Pendekar ke 4 bernama Bahadur Syam.

"Bangun! ayo jangan ngorok aja!" ucap Wan Wan sembari menendang pantat Shu Peng.

"Eit Hiya!" Shu Peng kaget dan secara reflek ia melepaskan satu pulan kearah perut Wan Wan. Namun dengan mudah pukulan maut itu ia hadang dengan sebelah kaki dan selanjutnya kaki yang ia buat perisai tadi telah bertengger dileher Shu Peng. Sekali lagi dihentak kedepan patahlah leher Shu Peng.

Wan Wan melirik kearah Lu Jia, namun priya itu sudah bangun dan berdiri kearah kamar mandi.

"Jangan lama lama dikamar mandi Lu Jia kita harus berangkat sekarang secepatnya mumpung masih gelap" ujar Wan Wan.

Lu Jia membalikan badannya dan memberikan salut.

Bersamaan dengan itu sang maha guru Hang Zhu juga terbangun. Ia atur napas sebentar dan langsung duduk bersila, kedua tangannya dicakupkan didadanya dekat dengan ulu hati dan jari jari tangannya diturunkan. Cakupan tangan yang disebut Muspa diagama Hindu adalah sebuah penyerahan hormat atas keseimbangan tubuh dan Butha Yadnya.

Maha guru Hang Zhu bukanlah beragama Budha namun Hindu, meskipun ia berasal dari daratan Cina tapi sejak kecil ia diasuh oleh seorang pendeta Hindu dari India dan semua ilmu silat dan ilmu kesaktiannya didapatkan dari Maha resi Dea Simha.

Selang sepuluh menit kemudian maha guru membuka matanya, kini dihadapannya ke 3 murid yang sudah dianggap sebagai anak duduk bersila menunggu dirinya memberikan blessing.

"Wan Wan..mendekatlah anakku, buka kedua telapak tanganmu"

Wan Wan mengikuti perintah maha guru dan merentangkan kedua tangan sekaligus membuka telapak tangannya.

Hang Zhu sang maha guru merapalkan mantra, ia mengangkat kedua tangannya keatas Ubun ubun. Dan kemudian meletakkan tangannya diatas kedua telapak tangan Wan Wan.

Seberkas cahaya biru mengalir dari tubuh Hang Zhu dan masuk kedalam telapak tangan Wan Wan. Priya gagah perkasa itu merasakan sebuah getaran keras dan memaksa masuk kedalam tubuhnya.

"Tahan Wan Wan! Jangan kepaskan tanganku!" teriak Hang Zhu. Sejurus kemudian cahaya biru itu semua telah menghilang masuk kedalam tubuh Wan Wan.

"Sudah! semua sudah masuk kedalam tubuhmu. Ini adalah ilmu mencakar langit. Hanya digunakan apabila semua keahlian silatmu tak mampu lagi menghalau musuh..sangat berbahaya, jadi digunakan dalam keadaan posisi ahir. Nanti dari tanganmu akan keluar cahaya biru dan ia mampu menghancurkan apa saja, batu, pohon besar atau apapun.."

Wan Wan merasakan beban berat dikedua tangannya. Bahkan ia tidak dapat mengangkatnya, ia biarkan kedua tangan dilantai.

"Tidak apa apa..dalam beberapa saat lagi ia akan menjadi ringan..biarkan dilantai dulu" ujr Hang Zhu melirik kearah Wan Wan.

Kemudian Hang Zhu mengalihkan pandangannya kepada Lu Jia, ia memanggil Lu Jia dengan menggerakkan jari telunjuknya, Lu Jia beringsut mendekat maha guru.

"Tolong ambil kotak besar itu" kata Hang Zhu sambil menunjuk kesebuah kotak berwarna merah.

Hang Zhu membuka kotak besar itu dan mengeluarkan 2 pedang. 1 besar dan 1 kecil. Ia menyerahkan kedua pedang itu kepada Lu Jia.

"Ini adalah pedang milik permaisuri Liu Kang. Dengan pedang pedang ini khusus engkau kuberikan tugas untuk memenggal kepala kaisar Zao Gao. Permaisuri berpesan waktu dulu sebelum ajalnya berahir agar dengan pedang pedang ini sesorang dari laskar harus bisa memenggal kepalanya. Jangan kau perlihatkan lambang kerajaan kepada orang lain. Lambang ini khusus kepunyaan kaisar Qin Shi suami permaisuri Liu Kang"

Terahir Hang Zhu memandang anak didiknya yang paling muda. Hang Zhu memanggil pemuda itu.

"Hehe Shu Peng! sini kamu nak" Dari ke 3 memang Shu Peng yang paling ia sayangi. Hang Zhu menarik sebuah kotak panjang dari bawah tempat tidurnya, ia membuka dan menarik pelan pelan sebuah pedang besar dimana pada tengah tengah bilah pedang terdapat ukiran naga berwarna hijau keemasan.

"Terimalah pedang naga hijau ini..Inilah pedangku yang aku pakai dalam pertempuran dahulu kala ketika menyerbu kerajaan Gremsing. Pedang ini warisan dari maha resi Dea Simha yang didapat dari sebuah kawasan selatan nirwana"

"Terima kasih maha guru Hang Zhu!" serentak ketiga laki laki gagah perkasa memberi hormat.

"Berangkatlah kalian dan aku doakan keselamatan kalian semua..ingat! Jangan sampai kalian tertangkap! Saling bantu satu sama lain, apabila sangat berbahaya makan buah kurma, jangan sampai mereka menangkap dan menyiksa mu!"

Ke 3 pendekar gunung HuangShan memberi hormat dan berjalan keluar rumah, mereka langsung disambut deru angin pagi yang amat dingin.

"Tutup badan kalian dengan mantel!" teriak Wan Wan.

...<●○●○●○>...

"Ka Wan Wan! ayo kita lompat! udara ini terlalu dingin untuk berjalan!" teriak Shu Peng.

Setelah ke 3 pendekar itu mengenakan mantel tebal..satu persatu tubuh nereka melenting tinggi diudara dan kira kira 5 meter mereka hinggap didahan pohon dan melenting lagi.

Setelah 1 jam mereka melompat dan melompat ahirnya mereka sampai dipinggir sebuah telaga.

"Kita berhenti sebentar di telaga itu!" teriak Wan Wan.

Ke 3 pendekar itu berhenti melompat dan mulai berjalan. Mereka tidak sadar sepasang mata memperhatikan. Dengan gerakan super pelan ia mengambil sebuah batu berukuran satu jempol.

Wiisssh..

Yang pertama kali merasakan adanya sebuah benda melayang secara kilat adalah Wan Wan. Ia melirik kekiri..

"Awas!" teriaknya.

Wan Wan meloncat keudara salto kebelakang dan menangkap batu misterius dan dengan gerakan super cepat ia melepaskan batu itu kepada Sang pengirim. Kali ini ia lempar dengan sedikit tenaga dalam.

Tidak jauh dari posisi Wan Wan dan teman temannya mereka melihat sosok meloncat dan mendarat dengan ringan ditanah.

"Tidak salah! hehe.." ia tersenyum dan kini terbang kearah Lu Jia.

"Lu Jia!" teriak Wan Wan.

Lu Jia sudah lebih dulu menyiapkan diri dan membuka jurus perangkap bambu. Kedua tangan ia rentangkan.

Dalam hitungan detik, datanglah pukulan dan tendangan. Lu Jia sibuk menangkis semua serangan dan tidak bisa menangkap wajah sang penyerang.

Dalam satu kesempatan penyerang berhasil menyepak kaki kanan Lu Jia hingga ia oleng dan ketika oleng itulah si penyerang menghujamkan satu jari telunjuk kedada Lu Jia.

Seketika Lu Jia kaku, seluruh badannya mengencang.

"Hehe..huup!" Dengan sekali tekan tubuh Lu Jia lemas kembali namun ia jatuh ditanah seakan tidak punya tenaga.

Penyerang itu duduk bersila dihadapan Lu Jia, ia menyalurkan kekuatan ketubuh Lu Jia hingga ahirnya kekuatan Lu Jia bangkit.

"Maafkan aku sobat..aku hanya ingin berkenalan" ucap sipenyerang.

Geram, Lu Jia memukul dada sipenyerang, namun ia tidak menangkis dan membiarkan pukulan keras itu menghujam dengan keras.

Ia jatuh terkapar..muntah darah segar dari mulutnya.

"Hah?? kenapa tidak kau tangkis?!" tanya Lu Jia.

Sipenyerang tersenyum dan mengatupkan kedua tangan didadanya.

"Perkenalkan nama saya Bahadur Syam, saya tau siapa kalian bertiga..kalian adalah para murid maha guru Hang Shu"

...■□■□■□...

Telah muncul I Han.

Wan Wan mendekat dan ia mengucap salam hormat.

"Maafkan kami..kami tidak mengenal anda dan dari negara manakah anda?" tanya Wan Wan hati hati.

"Ayah saya dan maha guru Hang Zhu adalah sahabat kental, ayah saya dulu diutus Maha resi Dea Simha untuk menolong laskar hijau yang dipimpin oleh Hang Zhu namun beliau gugur dalam pertempuran bersama banyak para kesatria laskar hijau..kini saya datang ketanah cina untuk menebus kekalahan ayahku"

"Dari mana anda tau bahwa kami para murid maha guru Hang Zhu?" cecar Wan Wan.

"Kalian bertiga memakai ikat rambut warna hijau dan emas..mungkin maha guru lupa menyuruh kalian untuk mengganti ikat tali rambut..sebaiknya kalian lepaskan dan ganti dengan warna hitam saja"

"Hmm..betul juga katamu..siapa nama ayahmu?"

"Beliau bernama Rangga Syam, panglima perang negara Argasthan"

"Baik..kenalkan saya Wan Wan, ini Lu Jia dan yang muda itu Shu Peng..kita akan istirahat ditelaga dan nanti berangkat lagi"

"Mohon maaf atas kelancangan saya" Ia kembali mengatubkan kedua tangannya didada.

Ke 4 pendekar itu berjalan dengan gagah menuju tepian telaga dan beristirahat disana.

...<●○●○●○>...

"Bahadur..sebentar lagi kita harus berangkat menuju pantai, diusahakan sore ini disana..masalahnya kontak kita akan menunggu diYuYang. Sedikit saja kita terlambat maka kontak kita akan menghilang dan kita akan hilang arah"

"Baik..kalau begitu sekarang saja, mumpung masih siang" jawab Bahadur.

Ke 4 pendekar berdiri..satu persatu mereka melesat dan menghilang. Kecepatan dan ketrampilan Wan Wan dalam meringankan badan menarik perhatian Bahadur. "Hmm..ilmu meringankan tubuh Wan Wan sudah sempurna..cepat sekali ia bergerak, seperti angin saja" gumamnya dalam sambil mencoba mengejar Wan Wan.

Sebelum sore mereka telah berada ditepi pantai, Shu Peng yang pertama kali melihat sampan milik maha guru Hang Zhu.

"Lihat! tanda didepan sampan! itu perahu kita!" ucap Shu Peng.

Dengan cepat mereka mendatangi sampan dan mengecek semua sisi dan bawah sampan. Ternyata keadaannya bagus dan kuat.

Wan Wan mendongakkan wajahnya kelangit, ia geleng geleng kepala melihat tebalnya awan hitam dilangit.

"Kita harus berangkat sekarang! langit sangat hitam..sebelum badai datang kita harus sampai sana! Ayok naik semua!"

Beruntung badai hujan terlambat datangnya, dengan dorongan angin kencang perahu sampan bergerak cepat memecah ombak dan melaju kedepan.

Lewat 1 jam mereka berlayar Wan Wan melihat dikejauhan garis hitam memanjang.

"Sebentar lagi kita sampai! Tutup muka kalian dengan kain selendang, tutup juga pedang pedang kalian. Shu Peng pedangmu panjang sekali, dibungkus pake jubahmu supaya tidak terlalu menyolok. Liu Jia pakai topi capingmu"

...<●○●○●○>...

Pasar buah yang berada ditengah kota YuYang sebentar lagi bubar, beberapa pedagang sudah mulai membereskan dagangannya. Sore itu cukup banyak pelanggan yang datang dipasar dan salah satunya adalah seorang pendeta Budha, I Han.

Dari semenjak siang tadi ia berjalan keliling pasar mencari orang yang menjual kayu manis dan kemenyan.

Salah satu penjual kemenyan dari dataran Utara Cina merasa aneh, karena I Han membeli begitu banyaknya kemenyan dan kayu manis.

"Hai pendeta muda, untuk apa kemenyan sebanyak ini kau beli?" tanya sang penjual.

"Maafkan saya bapak..saya adalah pendeta Budha..sore ini saya akan berdoa banyak dikuil Lentera biru diatas sana..diperlukan banyak sekali kemenyan untuk acara doa itu" ucap I Han dengan lemah lembut.

"Hmm gitu ya..kau punya wang banyak untuk membayar semua ini?" tanya pedagang dengan suara ketus.

Tiba tiba dari sebelah kiri muncul seorang laki laki tua dan mengatakan,."Biarkan ia berbelanja..kalaupun ia tak mampu saya akan membantunya"

I Han terkejut dan menoleh kearah laki laki itu seraya menundukkan kepalanya. "Om Mani padme hom.." ucap I Han sambil mengatubkan kedua telapak tangan didadanya. Ia mengucapkan doa yang artinya: "Aku bersujud kepada permata dalam teratai"

Laki laki tua itupun menundukkan kepalanya dan tersenyum.

Setelah berbelanja I Han meninggalkan pedagang dan beranjak pergi sebelum meninggalkan bapak tua itu.

Sang bapak mengejar dengan jalan cepat, entah bagaimana pergerakkan jalan I Han begitu cepat. Ia berjalan dengan belok kekanan dan kekiri meliwati para pelanggan pasar yang terlihat masih cukup ramai berdesakan.

"Heh..? cepat sekali dia bergerak..tidak salah penglihatanku..itulah I Han anak asuh pendeta terkenal Fa Shien" ucap pak tua..ia berjalan pelan tidak sanggup mengikuti gerak I Han. Ia mendekati beberapa kursi dipinggir pasar dan duduk disana.

Tiba tiba dari arah belakang punggung ia mendengar seseorang.

"Apa yang kau cari pak tua?"

Bapak tua itu kaget dan menileh kebelakang. I Han sudah berdiri dibelakangnya dengan senyum diwajah.

"Oh..cepat sekali kau bergerak" Pak tua itu berdiri dan membisikan didekat wajah I Han.

"Namaku Go Shi, aku ditugaskan mengumpulkan para pendekar..aku melihat pendeta sudah hadir disini..engkau adalah I Han murid Fa Shien..betul?" bisiknya.

I Han tidak mengucapkan kata kata..ia hanya menganggukan kepalanya dan mengucapkan..

"Om Amideva Hrìh.." atau dalam bahasa Indonesianya agar semua rintangan dan kesusahan dapat diatasi..

I Han adalah pendekar ke 5 yang akan ikut menyerang kerajaaan Grimseng. Ia ditugaskan Fa Shien seorang pendeta terkenal yang sudah melanglang buana untuk menumbangkan kaisar Zao Gao yang sangat bengis.

"Ayok..sambil menunggu yang lainnya kita singgah dikedai minum dulu"

Go Shi mempersilahkan pendeta muda I Han berjalan lebih dahulu sebagai penghormatan kepada pendeta.

...<¤●¤●¤●>...

Hampir saja malam turun dibumi YuYang, sampan Wan Wan telah sampai ditepian dermaga YuYan. Nampaknya para nelayan sedang bersiap siap untuk melaut.

Wawan dan rombongan seakan acuh kepada mereka para nelayan. Mereka sengaja bergaya seakan hanya pelancong kota yang baru saja mendarat dari perjalanan laut.

"Kita langsung mencari kedai minum ditengah kota..katanya Go Shi akan menemui kota disana"

ujar Wan Wan.

"Hati hati dengan polisi pantai..sebaiknya saudara Bahadur berpisah jalannya agar tidak terdeteksi"

Bahadur setuju dengan langkah santai ia berjalan kearah tukang jualan ikan dan menanyakan harga ikan ikan kecil.

Ke 3 pendekar dengan langkah sigap berjalan ketengah kota. Kota YuYan memang terkenal ramai dan banyak sekali wanita malam mulai keluar mencoba keberuntungan ditengah tengah hilir mudik para pelancong.

Karena kota pelabuhan, disana ada bermacam macam tipe ras. Ada Warga India, Arab, Persia dan juga suku Melayu bugis. Mereka semua berlayar dan mencoba peruntungan di negeri yang indah itu.

"Jangan lupa..jangan dekati wanita wanita sebagaimanapun cantiknya..Shu Peng tutup wajahmu!"

Wan Wan sadar bahwa Shu Peng yang berparas ganteng itu akan menarik perhatian kaum penjual cinta.

...■□■□■□...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!