NovelToon NovelToon

Ghost Partner

Chapter 1 : Sweet Pea.

 Chapter 1: Sweet Pea.

 Hari pertama di tempat persembahan makanan untuk para arwah dupa dupa masih menyala mengisi udara disana di sebuah tempat peristirahatan terakhir untuk jiwa yang sudah meninggal yang terletak di pinggir jalan umum. Seorang hantu cantik sedang memakan donat kentang hangat dan gurih dengan saus tomat.

"Apa yang kamu makan?" tanya hantu berambut panjang berbaju putih.

"Donat kentang" jawab Si Hantu Cantik.

"Kau tidak makan makanan hantu?" tanya Si Hantu berambut panjang.

"Tidak" Jawab Si Hantu cantik.

"Tapi, itu kan makanan manusia. Dari mana kau mendapatkan itu?" tanya Si Hantu berambut panjang.

"Aku tahu tapi aku ingin makan ini" kata Si Hantu Cantik.

 Mereka berdua bersandar duduk di pagar depan tempat pemakaman disana menatap ke arah jalan raya yang amat rumit untuk dijelaskan.

"Aku ingin bersekolah seperti mereka" kata Si Hantu Cantik.

"Permintaanmu tidak masuk akal" kata Si Hantu temannya itu.

"Sepertinya mengasyikkan" kata Si Hantu Cantik.

"Jangan berulah takdir kita sudah menjadi hantu" kata Si Hantu temannya itu.

"Aku akan menjadi manusia yang baik" kata Si Hantu Cantik membuat janji.

"Siapa yang suka merusak pemakaman ini?" tanya Si Hantu berambut panjang.

"Itu aku. Oke, aku tahu. Aku selalu buat masalah disini" kata Si Hantu Cantik.

"Apa mereka tidak lelah hampir setiap hari seperti itu?" tanya Si Hantu berambut panjang.

 Dari dua kubu yang berbeda dari wilayah berbeda sedang memperebutkan entah apa itu membuat semua yang melihatnya langsung lari menjauh dari segala aksi mereka. Senjata yang mereka bawa tak segan untuk digunakan saling serang dengan masih memakai seragam sekolah mereka terlibat tawuran antar sesama sekolah menengah atas dengan berbeda sekolah. Kedua hantu ini datang lebih awal di hari yang seperti biasa mereka melakukan aktivitas itu di hari hari sebelumnya sudah bersiap dengan makanan yang mereka bawa layaknya akan menonton film di sebuah bioskop.

"Geser ke kanan kami juga ingin menonton mereka berkelahi" kata Hantu yang lain datang ikut menonton aksi tawuran antar pelajar.

 Hantu hantu duduk berjejer di depan makam dengan tertib menonton aksi tawuran yang sudah menjadi tontonan biasa di wilayah itu.

"Hitung berapa bangunan yang rusak akibat mereka?" Kata Si Hantu berambut panjang.

 Para hantu sedang bersaing menghitung berapa jumlah bangunan yang telah rusak.

"Tiga puluh" kata Hantu yang lain berambut merah diikat ke arah atas kepala.

"Kau kalah, aku akan menjadi pemilik wilayah ini minggu ini" kata Si Hantu berambut merah.

 Semua hantu memberikan sebagian makanan yang mereka punya untuk pemenang kuis sore ini.

"Apa kita perlu ikut campur urusan mereka?" tanya Si Hantu Cantik.

"Kau ingin dimarahi penjaga pemakaman umum ini" kata Si Hantu berambut merah.

"Iya. Tidak jadi, aku anak baik" jawab Si Hantu Cantik.

"Berhenti memarahi junior mu" kata Si Hantu berambut panjang.

"Aku tidak memarahinya, tapi aku pernah melakukan apa yang ingin ia lakukan" kata Si Hantu berambut merah.

"Dan dia digantung selama seminggu di pohon dibelakang kita" kata Hantu berambut pendek berwarna orange.

"Aku ingat itu" kata Si Hantu Cantik'

"Terimakasih sudah memberi ku makan waktu itu" kata Si Hantu berambut merah kepada hantu cantik.

 Hantu yang dibilang cantik adalah hantu yang minggu sebelumnya telah menguasai wilayah pemakaman itu di minggu berikutnya setelah kekuasaan berganti mereka sama seperti hantu yang lainnya yang memang semua hantu disana berwujud sama saja seperti selayaknya seorang hantu tak ada perbedaan.

"Dari mana kau dapat linen dress itu?" tanya Si Hantu Cantik.

 Hantu berambut merah menjawab, dan berkata  "Aku mendapatkan ini di pasar malam baru di dekat sini".

"Lalu kau, cotton dress mu?" tanya Si Hantu Cantik.

 Si Hantu berambut panjang menjawab "Sama juga dengan dia".

"Aku akan mencari baju baru juga di sana" kata Si Hantu cantik.

"Kau tidak ingin menonton pertandingan mereka sampai selesai?" tanya Si Hantu berambut panjang.

"Kabari aku siapa yang menang nanti. Aku pergi" kata Si Hantu Cantik.

 Dia pergi berlari menuju pasar malam para hantu  tentu saja untuk membeli baju baru yang ia inginkan.

 Sampailah Si Hantu Cantik di pasar malam gaib yang tidak jauh dari pemakaman keramat tempat ia tinggal bersama dengan yang lainnya kira kira berjarak satu setengah kilometer jauhnya jika dihitung seperti perhitungan manusia.

 Si Hantu cantik langsung saja memilah dan memilih pakaian yang ia butuhkan dan cocok sesuai gaya berpakaian yang ia sukai.

"Aku dapat!" Kata Si Hantu Cantik berteriak agak keras.

 Semua hantu hantu disana mendengar Hantu gadis ini berbicara cukup keras. Satu linen pants berwarna putih dan satu sweatshirt berwarna hitam ke abu abuan dengan gambar kepala harimau di belakangnya ia pilih.

 Gadis ini membayar dengan dedaunan dengan jumlah sepuluh lembar kepada penjual untuk  pakaian yang ada di lengan kirinya.

 Dia bergegas cepat pergi ke toilet umum yang tersedia disana dengan kecepatan bertambah ia berlari.

"Salah siapa memakan makanan manusia, kau kan hantu" kata Si Hantu Cantik sedang tiba tiba mengalami sakit perut.

 Dia telah selesai dengan urusan pribadi di toilet umum itu. Saat ia keluar dari sana sama saja ekspresi yang biasa hantu perlihatkan dengan berbagai ekspresi kekocakkan mereka. Mereka sedang berpesta malam ini.

"Aku harus cepat pulang, jangan sampai mereka menyeret ku mengikuti pesta malam ini" kata Si Hantu Cantik.

 Si Hantu Cantik tak ingin ikut serta dalam pesta karena ia takut dengan orang orang yang tidak ia kenal meski ia tahu mereka juga sesama hantu sepertinya.

"Kabur cepat!" kata Si Hantu Cantik. Dia terbang menghilang dari tempat itu untuk segera pulang.

 Dia lupa dia cuma hantu sederhana dia tidak bisa seenaknya terus pergi menghilang seperti hantu hantu seniornya.

 Di hari yang belum terlalu malam dia masuk kedalam bus untuk alat transportasinya agar cepat sampai di rumah sendirian disana bergabung dengan manusia manusia yang juga terlihat sedang sibuk dengan aktivitas mereka.

 Si Hantu Cantik menjaga keseimbangan dengan memegang alat yang tersedia di atasnya berdiri sekarang. Dia juga melihat seorang paranormal yang ia tahu dia bukan dari wilayah ini lebih tepatnya orang itu baru saja ia lihat di dalam bus yang sama ia naiki ini.

 Ia turun dengan perasaan putus asa tanpa mempedulikan Si Hantu Cantik dia hanya menatap sejenak dan segera turun dari dalam bus.

 Dia tak sadar bahwa sesuatu miliknya telah tertinggal di kursi bus tempat ia duduk sebelumnya disana lalu hantu cantik itu mengambil sebuah botol kecil berukuran tujuh sentimeter dengan tertutup rapat tutup yang terbuat dari kayu sebuah benda cair berwarna biru gelap ada didalam botol kecil itu.

 Si Hantu Cantik sedang memeriksa botol itu dan mencoba membuka tutup botol itu dan akan meminum isi dari botol yang ia temukan.

 Bus berhenti secara tiba tiba lalu botol dan seluruh isinya terlempar mengenai pundak gadis yang ada di depan si hantu.

 Gadis itu tak mungkin merasakan apa yang akan diminum oleh si hantu karena si hantu tahu isi dari botol itu adalah sebuah mantra yang langka yang ia tahu sebuah mantra yang memudahkan setiap hantu bisa menjadi manusia meski dengan batas waktu yang tidak menentu.

"Bagaimana ini, aku kehilangan mantra dari paranormal itu?" tanya Si Hantu Cantik sedih.

 Si Hantu Cantik terus memandangi gadis itu dengan rasa marah seperti kebanyakan hantu jika sedang marah.

 Gadis itu turun dari bus lalu Si Hantu Cantik ikut turun setelah gadis itu turun dari bus.

"Kenapa dia juga terlihat sedih, padahal menjadi manusia sungguh sangat sempurna" kata Si Hantu Cantik.

 Si Hantu Cantik mengikuti langkah kemana gadis ini pergi dia dengan gaun putih dan bersepatu hak sedang berwarna coklat dan ponsel di tangan.

 Bagaimana gadis ini berjalan, Si Hantu Cantik mengikut persis gaya gadis ini berjalan.

"Apa dia habis di bully. Sayang sekali tangan dan kakinya banyak terdapat luka" kata Si Hantu Cantik.

 Hantu ini berjalan didepan gadis ini dengan berjalan mundur menatap gadis ini terus menerus.

"Apa dia lapar, tapi tidak mungkin. Gadis jaman sekarang suka diet" kata Si Hantu Cantik.

"Lalu dia kenapa, tidak mungkin karena alasan itu. Dia terlihat masih baik baik saja. Beruntungnya kamu" kata Si Hantu Cantik.

"Kamu kenapa, kenapa nangis sejak turun dari bus tadi?" tanya Si Hantu Cantik.

"Raganya sangat wangi, sangat cocok dengan ku pula. Itu mungkin karena dia terkena mantra yang tertumpah di pundaknya tadi" kata Si Hantu Cantik.

"Hai gadis cantik, aku hanya merasa kasihan padamu. Mungkin aku bisa menolongmu" kata Si Hantu Cantik.

 Dia membuka pintu masuk rumah sebuah rumah di lantai ketiga rumah vertikal yang dihuni banyak orang dari golongan kelas menengah kebawah.

Dia terlihat marah juga sedih saat berbicara dengan seseorang di dalam ponsel.

"Berhenti menyuruh ku lagi, aku tak akan tertipu lagi dengan ucapanmu" kata Gadis yang diikuti oleh Hantu ini.

 Ponselnya bergetar lagi namun ia tak meladeni orang yang sedang memanggilnya sekarang.

"Ku kira dia akan mengajakku pergi ke sebuah pesta ternyata dia memerintah ku untuk membeli barang haram itu" kata Gadis ini menghapus make up natural yang ia pakai di wajahnya dengan micellar water yang ia taruh diatas kapas putih.

 Gadis ini kabur setelah ia tahu akan dimanfaatkan oleh seseorang yang ia kenal untuk membeli barang barang yang akan digunakan saat akan melakukan tawuran.

 Si Hantu ikut bercermin di cermin yang sama dengan gadis di sebelahnya. Gadis ini tak menyadari keberadaan hantu cantik itu.

 Seharusnya dia lebih tertarik dengan bisnisnya sendiri tapi hatinya sangat berat kepada gadis yang ia temui secara tak sengaja di bus. Dia tertarik reaksi apa yang akan ditimbulkan dari sebotol kecil mantra dari paranormal tadi terhadap gadis ini.

 Hantu ini menunggu gadis ini sampai ia tertidur dan itu sangat lama. Ia harus ikut belajar bersama menunggu gadis ini tidur.

 Gadis ini sudah berganti pakaian berselimut tipis berwarna abu abu tidur diatas tempat tidur tipis di rumah sendirian.

 Hantu Cantik dengan segera masuk kedalam raga gadis yang baru ia temui tadi.

"Aku bisa menjadi manusia?" tanya Si Hantu Cantik.

 

 Dia langsung bangun dari tempat tidur pergi kemudian mengambil cermin pecah yang dimiliki pemilik raga gadis itu.

"Wahhh. Wajah gadis ini berubah menjadi wajah ku" kata Si Gadis Hantu Cantik.

 Dia sangat senang dengan mimpinya yang telah terwujud.

 Menari kegirangan di dalam rumah dengan menyetel musik dengan suara keras di tengah tengah malam hampir menuju pukul satu pagi.

"Apa apaan aku ini, ini sudah malam" kata Si Hantu Cantik.

 Karena ulahnya ini bayi bayi dan anak anak kecil tetangganya terbangun dan menangis.

 Hantu Cantik ini seperti mendapatkan kesempatan kedua untuk bisa menjadi manusia seperti di kehidupan sebelum ia meninggal dulu.

 Hantu itu juga merasakan mengantuk.

"Aku bisa merasakan mengantuk, apa karena aku ada di dalam raga gadis ini. Anggap saja iya" kata Si Hantu Cantik.

 Dia tertidur seperti manusia pada umumnya.

 Jarum jam dinding rumah terus berputar tiap detik hingga pukul empat pagi.

 Jam alarm berbunyi di dekat bantal gadis ini tidur.

 Waktunya bersiap untuk berangkat ke sekolah.

"Apa yang terjadi dengan ku?" Tanya Si Hantu Cantik.

 Dia mengambil cermin milik gadis ini lagi. Bercermin kembali.

"Aku tidak bisa keluar dari tubuh gadis ini, bagaimana ini?" tanya Si Hantu Cantik.

 Dia mulai panik dia berusaha mencari jalan keluar dari masalah yang ia alami sekarang. Dia ingin segera pergi mencari seseorang untuk membantunya keluar dari tubuh gadis itu.

"Aku baru ingat, gadis ini bukan hantu" kata Si Hantu Cantik.

 Dia bersiap akan masuk ke kamar mandi membersihkan diri dan berganti pakaian bersih.

 Gadis ini tidak pergi ke sekolah meja yang ia duduki saat ini kosong tak terisi oleh siapapun.

 Dari luar kelas di jam istirahat sekolah pertama  datang sendirian berstyle keren belum sempurna tinggi juga tampan. Setiap langkah kehadiran remaja ini semua siswa terlihat takut pada remaja ini. Hidupnya selalu tak pernah susah itulah pandangan semua orang tentang Jun.

 Remaja ini mencengkram kerah salah satu siswa di kelas pemilik raga gadis yang dirasuki oleh hantu cantik.

"Dimana dia?" tanya seorang remaja laki laki kepada salah satu teman kelas gadis yang tubuhnya dirasuki oleh Hantu Cantik.

"Aku tidak tahu, dia tidak masuk hari ini" jawab teman gadis yang  dirasuki oleh hantu cantik.

 Dia melepaskan tangannya dari kerah baju remaja laki laki tersebut kemudian pergi setelah melihat gadis yang ia cari  temuk

"Malang benar teman kita disukai oleh preman seperti dia" kata salah satu siswi di kelas itu.

 Siswi ini adalah siswa yang menyandang siswi tercantik dan terkeren di sekolah juga gadis tergolong mulai jarang di trampolin cerita. Lalu dari keluarga. Berambut panjang dan tak pernah lupa di styling setiap berangkat ke sekolah, penampilan adalah yang utama. Bee teman teman sekolahnya memanggil.

 Si Hantu Cantik berlari naik bus menuju tempat pemakaman itu yaitu tempat tinggalnya dengan menggunakan raga gadis yang ia temui tadi malam.

 Jemari tangan manisnya tidak berhenti mengetuk besi yang ia pegang dari dalam bus yang tak jauh dari kursi tempat ia duduk didalam bus.

"Seandainya saja aku tak ingin menjadi manusia, pasti ini takkan terjadi" kata Si Hantu Cantik kepalanya ia bentur-benturkan  di dalam kaca bus.

Chapter 2 : Masa aku harus bilang aku hantu.

Chapter 2: Masa aku harus bilang aku hantu.

 Hantu Cantik turun dari bus dia kembali pulang di tempat tinggalnya selama ini. Semua hantu hantu teman temannya tercengang dengan apa yang mereka lihat ingin tak percaya tapi semua yang mereka lihat adalah nyata.

 Semua berlari mencoba kabur dari kejaran Hantu Cantik karena ketakutan bahwa yang mereka lihat bukan teman mereka tapi manusia.

 Aksi kejar kejaran berlangsung dalam beberapa menit dan itu tidak mudah membuat teman temannya percaya bahwa dia masih temannya yang dahulu, dia belum berubah.

 Dari beberapa mereka bersembunyi diatas pohon dan di balik pohon bahkan ada yang sudah jauh pergi entah kemana.

"Ada apa dengan kalian?" Tanya Si  Penjaga Makam atau mereka sering memanggilnya Si Penjaga Rumah.

 Dia kaget dan jatuh pingsan melihat hantu yang berubah menjadi seorang manusia.

 Butuh hampir satu jam membuat Kakek Penjaga Rumah itu bangun akibat pingsan.

"Kamu berulah lagi?" tanya Si Penjaga Rumah.

"Tidak. Ini tidak sengaja" kata Si Hantu Cantik.

"Lalu, kenapa kau kemari. Orang orang akan salah paham jika dia disini" kata Si Penjaga Rumah.

"Aku tidak bisa keluar dari raga ini" kata Si Hantu Cantik.

"Kenapa tidak bisa itu sangat mudah untuk kalian para hantu?" tanya Si Penjaga Rumah.

"Aku tidak tahu, tapi lihat ini?" Kata Si Hantu Cantik.

 Aliran darah dari nadinya bergerak sangat cepat menjadi memerah namun seperti bukan darah manusia biasanya.

 Si Penjaga Rumah  itu akan memukul Si Hantu Cantik tapi ia mencegahnya karena ia teringat bahwa yang ia lihat saat ini bukanlah seorang hantu tapi manusia.

 Si Hantu Cantik kemudian menceritakan secara detail mengapa hal ini bisa terjadi kepadanya. Si Penjaga Rumah menahan amarahnya kepada Si Hantu, dia kemudian memberikan sebuah kartu nama kepada Si Hantu Cantik.

"Untuk kalian, jangan pernah meminum sebuah ramuan yang berwarna biru dari siapapun. Meski dia tidak meminumnya, entah apa yang akan terjadi pada teman kalian ini nanti" kata Si Penjaga Rumah.

 Si Hantu Cantik pergi dengan petunjuk yang ia dapat untuk menyelamatkan hidupnya. Hantu ini menggunakan bus lagi untuk alat transportasi.

 Dia menempuh perjalanan menuju tempat yang ia tuju dengan memakan waktu hingga dua jam lamanya.

"Aku juga tak bisa makan makanan ku lagi, aku sudah menjadi manusia. Aku lapar dan gadis ini tidak punya uang" kata Si Hantu Cantik.

"Kasihan sekali gadis ini" kata Si Hantu Cantik.

 Gadis ini sudah sampai tujuan di sebuah gedung berkaca tinggi sebuah kantor perusahaan yang cukup besar.

"Wahhh. Jangan mudah terkejut, Bling" kata Si Hantu Cantik.

 Dia pergi masuk kedalam gedung menuju meja resepsionis di lantai pertama kantor.

"Saya mencari Tuan ini?" Kata Si Hantu Cantik.

"Presdir Ma sedang meeting. Saya akan memberi tahu kedatangan Nona. Nona bisa tunggu disana?" Kata Wanita yang berjaga di meja resepsionis.

 Bling duduk di kursi tunggu lantai pertama kantor bersama orang orang yang juga memiliki keperluan disana.

"Kenapa aku sangat mudah diterima, apakah dia sudah tahu maksud kedatanganku?" tanya Bling.

 Gadis berbaju dan rok hitam ini bermain ponsel milik gadis yang ia rasuki. Dia melihat isi galeri foto milik gadis itu.

 Dia juga mendapat kiriman foto dari seseorang dari sebuah pesan dari layanan aplikasi.

"Tampan sekali. Dia orang yang sama dari foto kontak nomor yang menghubungi gadis ini tadi malam" kata Bling.

 Dia mulai bosan menunggu Presdir Ma di ruang tunggu.

 Semua karyawan yang melihatnya menyapa dia yang sedang berjalan datang menuju ke arah Bling duduk di kursi ruang tunggu perusahaan.

"Nona sudah menunggu lama?" tanya Presdir Ma.

 Dia kemudian duduk tidak jauh juga tidak dekat dengan Bling duduk disana sekarang. Tentu orang orang juga melihat ini, tapi kemudian mereka lebih menyibukkan diri dengan pekerjaan mereka yang harus diselesaikan.

 Presdir Ma tidak asing bagi Bling dia agak sedikit tak mengenali orang yang ada di sebelahnya itu.

"Saya bukan orang jahatl, jangan takut" kata Presdir Ma.

"Apa aku tidak salah lihat, Paman orang yang ku lihat di bus tadi malam kan?" tanya Bling.

"Benar. Apa yang terjadi kenapa kau bisa masuk ke raga gadis ini?" tanya Presdir Ma.

 Bling menceritakan kembali kronologi yang ia alami. Dia merespon dengan senyum bijaknya.

"Itu sebuah mantra yang sulit diatur dan bisa pergi kemanapun ia mau" kata Presdir Ma.

"Ternyata aku salah duga ku kira aku bisa menjadi manusia. Lalu, apakah aku bisa lepas dari raga ini?" tanya Bling.

"Bisa. Itu tergantung bagaimana dengan dirimu" kata Presdir Ma.

"Jadi, apakah ini akan berlangsung lama?" tanya Bling.

"Ku rasa kau harus menjaga raga gadis ini untuk sementara waktu, itulah sebuah tanggung jawab" kata Presdir Ma.

 Presdir Ma disana berkomunikasi dengan Bling memberikan arahan positif kepada Bling. Dia juga akan menjadi wali dari hantu ini dari sekolahnya yang akan ia masuki besok pagi sebagai siswi baru di sekolah yang sama dari gadis pemilik raga gadis yang ia rasuki saat ini

 Bling langsung pulang diantar oleh  asisten pribadi Presdir Ma setelah selesai berbelanja seragam sekolah dan pakaian untuk Bling.

 Bling membawa tas belanja menuju apartemen milik gadis pemilik raga gadis yang ia rasuki. Dia menaiki lift di sana setelah menekan nomor lantai yang ia tuju ia menunggu di dalam lift hingga pintu lift terbuka.

 Ada seorang remaja menunggu didepan pintu apartemen gadis itu. Bling tak mungkin menyapa remaja itu.

"Siapa kamu, ini kan rumah Red?" tanya Jun.

"Red. Ini juga rumahku" kata Bling.

"Dimana Red?" tanya Jun.

"Aku juga menunggunya sejak kemarin, dia belum terlihat" kata Bling.

 Jun pergi setelah mendengar jawaban dari Bling.

 Bling masuk kedalam rumah, dia langsung menutup pintu.

"Dia lebih menakutkan dari hantu" Kata Bling.

 Jun menghubungi Red dan nada dering dari ponselnya terdengar.

 Bling mengangkat panggilan dari Jun tanpa bersuara.

"Kau mendengar ku, dimana kamu. Aku mencari mu?" tanya Jun.

Bling benar benar diam tak berbicara apapun dengan Jun.

 Jun sampai bolos sekolah untuk menemui Red namun dia tak menemukan Red di apartemen tempat tinggalnya.

"Aku harus mencarinya kemana lagi?" tanya Jun pada diri sendiri.

 Jun berada di depan apartemen kemudian memakai helm yang ia bawa sedari tadi saat menunggu di depan apartemen Red.

 Dia memberikan bukti kepemilikan kendaraan bermotor kepada petugas keamanan yang berada di depan apartemen tempat ia menaruh kendaraannya.

 Tirai putih Bling buka dari dalam apartemen melihat Jun yang mulai menyalakan motornya lalu beranjak pergi dari depan gedung apartemen.

"Dia sudah pergi" kata Bling.

 Bling melihat barang yang baru ia miliki sekarang dia memutar ide yang muncul di dalam pikiran.

"Aku harus pergi ke suatu tempat" kata Bling.

 Bling menaruh tas tas yang berisi barang miliknya kedalam lemari klasik milik Red.

"Mengapa kuncinya langsung patah?" Kata Bling saat mencoba mengunci pintu lemari.

 Bling mencari lem kayu yang mungkin ia bisa temukan di dalam laci dekat tempat tidur.

"Ketemu" kata Bling.

 Bling memasang gagang pembuka lemari dengan mengelemnya dengan lem kayu.

"Sudah terpasang lagi. Aku harus pergi cepat" kata Bling.

 Rumah flat milik gadis yang bernama Red ia kunci.

 Bling berlari menuju ke lift apartemen dia nampak terburu-buru.

 Dia mencari sebuah toko yang berada tidak jauh dari sekarang ia berdiri di depan apartemen. Dia membeli kartu nomor ponsel baru mengganti menambahkan kartu miliknya di dalam ponsel Red tanpa harus membuang kartu ponsel milik Red. Dia cukup menonaktifkan kartu milik Red dan mengaktifkan nomor ponsel miliknya.

 Jun belum menyerah untuk mencari orang yang ia sukai. Di tempat biasa dia dan teman temannya mendiskusikan rencana solidaritas mereka. Jun tidak bisa fokus jika diajak bicara oleh teman temannya disana jika isi pikirannya bercabang-cabang.

"Kita sudah siap dengan tawuran sore ini?" tanya salah satu temannya, Ben.

"Hari ini kita libur" kata Jun.

"Hahaha. Libur?" tanya Ben.

"Libur. Kau dengar kan?" tanya Jun menatap tajam Ben terlihat mulai marah.

"Oh. Baiklah" kata Ben.

 Jun pergi meninggalkan teman temannya lalu kembali lagi.

"Kalian semua bubar, pulang saja" kata Jun lalu pergi.

 Jun berjalan jauh meninggalkan teman temannya tanpa memberikan arahan lain lagi.

"Untung saja hari ini kita libur" kata Ben.

"Kau benar. Aku tidak dimarahi Ibuku hari ini" Kata Good.

"Aku juga bisa berkencan dengan pacarku" kata Ben.

"Ayo kita pergi. Jangan sampai para polisi melihat kita disini" kata Good.

 Bling sedang mencari pekerjaan kesana kemari sampai waktu berjalan sore dan dia belum mendapatkan pekerjaan.

"Mudah sekali mencari pekerjaan Tuhan" kata Bling.

 Bling mengusap keringat di dahinya dengan pergelangan tangannya. Dia ada tepat di luar kantor polisi.

"Dia kan temannya Red" kata Bling melihat Jun dari luar kantor polisi.

"Bagaimana jika dia melaporkan tentang kehilangan Red dan ponsel ini?" tanya Bling.

"Aku harus mengganti ponsel ini dengan ponsel yang baru yang diberikan oleh Presdir Ma" kata Bling.

 Dia berbalik arah cepat mencari bus yang mengarah ke arah tempat tinggal Red.

"Tak ada waktu lagi ini sangat genting" kata Bling.

 Dia gugup jika polisi akan menangkapnya karena sebuah kesalahan yang tidak sengaja ia lakukan.

"Mereka akan melihat wajahku, meski aku tahu ini adalah raga Red" kata Bling.

 Bling dengan sikap sederhananya berpikir ini semua adalah kesalahan yang ia lakukan. Dia seperti telah melakukan kejahatan kepada seluruh negeri.

"Bagaimana ini, aku juga tak ingin menyeret nama Presdir Ma atas kesalahan ku" kata Bling.

 Bus berjalan cepat sesuai aturan yang berlaku dalam batas kecepatan yang aman mengemudikan alat transportasi. Bling masih dengan perasaan sangat cemas.

"Tolong aku. Siapapun?" Kata Bling  menggigit bibir bawahnya.

 Telapak tangan Bling penuh keringat keduanya saling menggenggam erat  duduk disana dia sendiri dalam baris kursi bus yang ia naiki. Sore ini bus tidak cukup ramai mungkin karena bukan waktunya untuk pulang kerja jadi sedikit lengang.

 Bling dalam lamunan kecemasan di dalam bus dia masih dalam perjalanan pulang ke rumah.

"Brugg!"

 Sebuah suara menyadarkan Bling dari lamunan.

"Nenek tak apa?" tanya Bling.

 Seorang Nenek dengan barang bawaannya yang terlihat berat tanpa bantuan siapapun.

"Aku saja yang bawa Nek" kata Bling.

 Bling membantu Nenek itu saat wanita renta itu terjatuh di depan Bling terjatuh di lantai bus.

"Duduklah disini Nek" kata Bling.

 Bling mengambil satu persatu barang barang Nenek tersebut yang jatuh ke lantai.

 Satu lembar brosur terjatuh dari tas kotak coklat milik Nenek ini tas yang ia pakai di lengan kanan.

Bling mengambil brosur yang terjatuh dan memberikannya lagi kepada Si Nenek.

"Tunggu. Apakah aku bisa kerja disini?" tanya Bling pada Si Nenek.

 Nenek ini memandang wajah Bling dalam beberapa detik.

"Kamu yakin mau bekerja disini?" tanya Si Nenek menerima brosur dari Bling.

"Kenapa tidak, aku mau kerja di tempat Nenek?" Tanya Bling.

 Nenek itu menyambut dengan senyum dari perkataan gadis hantu ini.

"Datanglah jam lima sore ini dan ini untuk mu" kata Si Nenek memberikan satu brosur kepada Bling.

 Tujuh menit kemudian Nenek itu turun dari bus, Bling juga membantu Nenek itu turun dari bus.

 Sambil membaca brosur yang baru saja ia dapat dia sedang berpikir ulang tentang orang yang baru saja ia temui tadi.

"Nenek itu kan, nenek penjual donat kentang yang sering aku lihat tempo lalu" kata Bling.

"Aku tidak salah lagi. Dia orangnya" kata Bling.

 Bling sedikit berkurang rasa cemas yang ada dalam hati.

"Terimakasih Tuhan. Akhirnya, aku dapat pekerjaan" kata Bling.

 Dia kegirangan lalu teringat kembali tentang hal itu lagi.

"Maafkan aku Red telah menyusahkanmu" kata Bling.

 Wajahnya berekspresi sedih rasa penyesalan jelas terlihat.

 Setelah dia turun dari bus tentu saja dia harus berlari menuju apartemen Red.

 Dari arah yang tidak terlalu jauh kira kira lima ratus meter dari tempat Bling ada di dalam kamar apartemen beberapa polisi dengan mobil dinas mereka datang beriringan menuju rumah Red dan tidak bisa dihindarkan bersama dengan mereka Jun juga menuju ke tempat yang sama. Rumah Red.

 Bling dengan cepat mengganti ponselnya dengan ponsel baru yang ia terima dari Presdir Ma tadi pagi dan mengaktifkan kembali ponsel milik Red.

 Polisi sudah datang memarkirkan mobil mereka di depan apartemen  Jun juga ada disana.

 Polisi bergerak masuk kedalam apartemen dengan lift naik ke atas menuju tempat tinggal Red.

 Bling baru saja bernapas lega, dia mendengar bell berbunyi dari pintu luar masuk apartemen.

"Siapa yang datang?" tanya Bling.

 Bling memeriksa siapa yang datang lewat celah dari pintu masuk apartemen yang tersedia di semua pintu pemilik rumah flat disana.

"Polisi?" Kata Bling.

 Bling menarik napas berusaha terlihat tenang dengan situasi ini.

 Bling membuka pintu masuk kamar.

"Selamat sore" sapa Bling kepada mereka.

 Bling juga melihat ada Jun datang bersama para polisi.

"Selamat sore. Bisa saya memeriksa sesuatu?" tanya salah satu polisi wanita.

 Mereka memberikan surat izin pemeriksaan apartemen Red menunjukkan kepada Bling tentang laporan orang hilang.

 Bling diberi banyak pertanyaan oleh para polisi yang datang tapi dia masih menjawab dengan apa adanya.

"Aku harus jawab apa. Masa aku harus bilang aku hantu. Tidak kan?" Kata Bling.

Chapter 3: Untuk hari ini.

Chapter 3 : Untuk hari ini.

 Bling sedang menggoreng donat donat kentang di toko makanan milik Nenek yang ia temui di bus tadi sore.

"Aku takut donat donat ini akan gosong" kata Bling.

 Nenek pemilik kedai datang setelah pergi sebentar membeli sesuatu.

"Aku dari tadi mencari Nenek" kata Bling.

"Ini makanlah bersama Nenek" kata Nenek.

 Bling merasa dia sangat disayang oleh Nenek yang baru ia kenal.

"Aku selesaikan ini dulu ya, Nek?" Kata Bling.

 Bling membantu membawa makanan yang dibawa oleh Si Nenek menaruhnya di atas meja. Bling menyelesaikan pekerjaannya menggoreng donat.

 Sekumpulan anak anak remaja datang di dalam toko.

 Bling berpura-pura tak mengenal Jun yang datang bersama teman temannya.

"Aku yang traktir kali ini" kata Jun.

 Jun memiringkan kepalanya tiga puluh derajat melihat sekilas Bling yang sedang bekerja disana. Ben dan Good sedang memilih menu yang tersedia di toko.

"Dia bekerja disini?" tanya Jun dalam hati.

 Bling datang menanyakan menu apa yang akan mereka pesan.

"Kau pesan apa?" tanya Ben kepada Jun.

 Good mengetuk meja makan menegaskan bertanya tentang apa yang dipesan oleh Jun.

"Kau pesan apa?" tanya Good bertanya seperti pertanyaan Ben barusan.

 Jun menjawab, "Seperti yang kalian pesan".

 

 Bling mencatat semua menu yang mereka pesan di notes kuning kecilnya dengan pulpen cokelat lalu pergi menyiapkan pesanan untuk mereka.

 Ben bertanya " Kau sebenarnya kenapa?".

"Tidak apa-apa" Jawab Jun.

 Jun sedang merasa ada yang aneh dengan dirinya saat melihat gadis ini. Hatinya mengatakan bahwa dia mirip dengan seseorang namun pikirannya berkata dia bukanlah orang yang sama.

"Sudah jelas dia bukan Red. Mana mungkin, aku masih sadar" kata Jun berbicara dalam hati.

 Beberapa menit berlalu mereka asyik menikmati menu makanan yang mereka pesan yang dibawakan oleh Bling.

 Bling mengambilkan satu gelas air lagi untuk Si Nenek.

"Kau suka, kalau iya. Nenek akan beli lagi besok?" tanya Si Nenek.

"Nenek baik sekali. Aku merasa tidak enak" kata Bling.

"Sudah makan saja. Habiskan, ini semua sengaja Nenek beli untuk mu" kata Si Nenek.

 Bling menikmati cumi bumbu manis  gurih dan sayur sayuran yang dimasak dengan cara ditumis juga bebek goreng bersama Si Nenek.

 Jun sedang memakan donat isi daging sapi.

"Dimana uang taruhan kita?" tanya Jun kemudian.

"Uang?" tanya Ben berbalik.

"Iya. Uang taruhan kemarin?" tanya Jun memperjelas pertanyaan.

 Good sedang menggigit donat kentang isi udang.

"Bilang saja kalau kau butuh uang itu. Kami akan memakluminya" kata Good.

 Mereka bertiga saling menatap satu sama lain.

"Jangan bilang ... " kata Jun belum melanjutkan kalimatnya.

 Jun menaruh donat rasa coklat diatas piring. Dia, Ben langsung berlutut di hadapan kedua sahabatnya itu.

"Maafkan aku. Uangnya hilang" kata Ben.

"Hilang!" Kata Good terkejut.

"Pelankan suaramu!" Kata Jun.

 Jun sudah terlihat marah dengan Ben dia menaruh tangan kanannya di atas pundak Ben sebelah kiri.

"Hilang dimana?" tanya Jun.

"Di sekitar daerah ini saat perjalanan kemari. Aku dirampok" jawab Ben.

 Jun dan Good sudah tahu bahwa temannya sedang berbohong.

"Mana mungkin ada yang berani dengan mu. Disini adalah wilayah kekuasaan Ayahmu" kata Jun.

 Ayah Ben terkenal ahli bela diri dia juga memiliki usaha turun temurun dalam bidang ini dan sangat terkenal di wilayah tempat sekarang mereka nongkrong.

"Katakan saja pada Ayahnya kalau dia masih suka tawuran" kata Good.

"Pukul saja aku, tapi jangan kasih tahu Ayahku" kata Ben.

"Katakan, untuk apa semua uang kita?" tanya Jun.

 Ben sudah terpojok dia tak bisa berbohong dengan teman temannya ini.

"Uang itu diambil oleh pacarku tadi sore" jawab Ben.

 Jun melepas pundak Ben, dia tidak jadi marah.

"Jangan bilang kamu takut dengannya?" tanya Good.

"Jangan ditanya lagi, dia sudah merasa malu" kata Jun.

"Lalu, kita tak bisa membeli obat obat itu kan?" tanya Good.

"Lupakan obat obat itu" kata Jun.

"Yang benar?" tanya Good.

"Sudah saatnya kita berhenti" kata Jun.

 Jun menunjukkan seluruh isi tasnya dan membuka kedua saku celananya.

"Lihat tak ada obat obatan itu kan" kata Jun juga menunjukkan saku baju kepada kedua sahabatnya itu.

 Ben dan Good mengikuti tindakan Jun yang mereka lihat.

"Kau sudah tahu mereka akan datang?" tanya Good pada Jun.

"Tidak. Aku juga baru tahu ada razia Polisi" Jawab Jun.

"Jangan bertengkar, habiskan makanan ini" kata Ben melanjutkan makan malam.

 Para polisi datang menelusuri setiap toko toko di sana dan para pengunjung di wisata kuliner malam ini. Polisi juga memeriksa ketiga tas mereka.

 Penggeledahan sudah berlalu dan mereka selamat dari razia polisi. Para polisi itu melanjutkan tugas mereka lagi.

 Satu jam setengah setelah para polisi sudah pergi dari wilayah mereka nongkrong malam ini.

"Untung saja uang kita hilang" kata Good.

"Kalian memaafkan ku?" tanya Ben.

"Besok kita jangan tawuran dan pakai obat obatan itu lagi, bisa kan?" tanya Jun.

"Siap!" Kata Good dan Ben.

 Jun menenggak air minum mineral dalam botol.

"Apa kau tahu obat yang aku berikan selama ini adalah permen?"

"Sejak kapan?" tanya Good.

"Sejak awal aku menjadi pemimpin kalian" jawab Jun.

 Baru beberapa bulan yang lalu kira kira sejak awal tahun Jun mulai bergabung dengan mereka menjadi pemimpin. Semua obat obatan yang ia berikan adalah palsu semua hanya permen dengan rasa unik saja dan ajaibnya mereka percaya saja dan tak menyadari hal ini.

"Hubungi mereka semua bahwa tim tawuran kita sudah dibubarkan mulai hari ini" kata Jun memerintah kepada Ben.

 Ben mengkonfirmasi berita ini ke semua anggota mereka.

 Good sudah menghabiskan tiga donat kentang berukuran besar yang ia pesan. Sedangkan, Jun sedang nyaman menikmati makan malam.

 Ben selesai mengabarkan anggota geng mereka tentang hal itu.

"Aku juga sudah bilang agar mereka semua jangan berkeliaran tanpa aturan seperti biasa. Jika iya, kita tidak akan bertanggung jawab dengan urusan mereka" kata Ben.

 Jun dan Good mengacungkan jempol tangan mereka kepada Ben.

 Bling melihat dan mendengar apa yang mereka bicarakan di dalam toko.

"Mereka sudah tiga jam disini" kata Bling.

 Meski mereka terlihat memang anak anak kece seperti karakter antagonis dalam sebuah drama tapi mereka juga masih seorang siswa yang ingat bahwa mereka harus belajar. Di dalam toko mereka juga belajar secara kelompok dan saling melempar pertanyaan dan memberikan jawaban secara bergantian ataupun random. Bling belum ingin pulang dia merasa senang banyak pengunjung yang datang di toko ini untuk memesan makanan.

"Ini baru pukul delapan malam. Ku lihat makanan yang tersedia disini hampir habis" kata Bling.

 Jun mendekat ke arah Bling sedang menggoreng donat donat.

"Berapa semua makanan yang kita pesan tadi?" tanya Jun.

 Jun membayar pesanan yang ia pesan tadi kepada Bling.

 Jun membayar dengan mentransfer uang dengan melalui kode QR ponselnya.

"Ayo kita pulang!" Kata Jun.

 Mereka benar benar pulang kerumah mereka masing masing.

"Apa sebutan yang pantas untuk mereka. Mereka lucu sekali" kata Bling.

 Bling bekerja disana hingga pukul sembilan malam dengan dagangan yang habis terjual. Nenek terlihat membereskan piring piring yang sudah dicuci oleh Bling menaruhnya di tempat semula.

 Di umurnya yang sudah hampir berkepala tujuh kesehatan yang ia miliki sangat hebat. Meja meja Bling lap dan lantai disapu kemudian ia pel sampai bersih.

 Mobil berwarna merah datang dan terparkir di depan toko Nenek. Keluar satu orang wanita dan satu orang pria dewasa. Membantu barang barang milik Nenek yang harus dibawa pulang kerumah dan memasukkannya ke dalam mobil bagian belakang dengan barang barang belanjaan mereka yang juga terlihat disana dari kejauhan Bling melihat.

 Tak ada obrolan panjang yang ada hanya obrolan ringan yang mereka lakukan kepada Bling. Bling sadar dia adalah seorang karyawan baru Nenek sudah sepantasnya mereka untuk tidak mudah percaya dengan orang yang baru mereka kenal.

Kunci gembok toko diberikan kepada anak laki laki Si Nenek.

 

 Pintu toko di kunci oleh anak laki laki Nenek.

 Mereka saling mengucapkan salam perpisahan seperti antara karyawan dan atasan. Bling dalam perjalanan pulang ke rumah dengan menggunakan alat transportasi umum yang tersedia disana. Yang ada di pikiran Bling adalah bagaimana ia bisa cepat pulang kerumah.

"Aku harus cepat mendapatkan bus malam ini" kata Bling.

 Di dalam bus ia sendiri diantara banyak orang disana tetap saja kenapa ia merasa selalu sendiri.

Kedua headset dipasang satu persatu ke telinga kanan kemudian ke telinga kiri.

 Bling sedang mendengarkan sebuah audio book yang menggunakan bahasa asing.

 Udara dingin tak mampu menghindar seperti angin yang masuk ke dalam bus. Gadis ini membuka jendela bus memperhatikan jalanan yang ia lewati dari dalam bus berkursi biru.

Audio book yang ia dengar melalui ponsel belum berakhir lampu lampu dari dalam bus tiba tiba padam.

 Bus berhenti pintu bus terbuka masuk kemudian penumpang selanjutnya kedalam bus lampu lampu kembali menyala saat dia tepat berdiri didepan Bling lalu lewat melawan angin yang datang dari arah belakang tempat gadis itu duduk disana.

 Pemuda itu duduk sejajar di baris kursi yang sama dengan gadis hantu itu dan tanpa sadar Bling sedang terpaku melihatnya.

 Headset sebelah kanan terjatuh ke tangan bagian atas gadis hantu ini, itu membuat ia tersadar.

"Kau boleh menatap ku" kata Jun pada Bling.

 Dia memandang Bling dengan tatapan mata yang tak berkedip lama.

 Musik di dalam bus menyala  menjadi pengiring awal kisah antara mereka berdua.

 Bling menunduk dengan ekspresi malu seorang gadis remaja. Padahal dia sudah meninggal cukup lama.

 Gadis ini fokus kembali dengan audio book yang ia dengar dari dalam ponsel memasang headset merah muda yang juga milik Red sebelumnya.

 Ponsel milik Jun masih menyala dengan wallpaper foto milik Red yang ia ambil saat masih di sekolah.

 Ponselnya ia melihat kembali dia menyentuh wajah Red dari dalam ponsel lalu memasukkan ke dalam saku jaket abu abu jeans yang ia pakai.

 Jun entah ia ingin pergi kemana dengan satu tas ransel penuh dengan barang barang miliknya itu. Dia terlihat cukup serius. Bling melihat Jun  kembali dengan waktu singkat yang ia curi.

"Dia tidak seperti yang kulihat tadi saat ada di toko bersama teman temannya" kata Bling.

 Jun turun dari bus lebih dahulu dari Bling yang memiliki lima menit lagi untuk sampai di depan jalan dekat apartemen.

 Jun seperti lagu asing yang baru didengar namun dia langsung menyukai lagu itu lirik dan melodinya membuat ia ingin terus ingin berulang kali  memutar lagu itu.

"Tidak mungkin. Meski aku seorang hantu tapi pasti ini hanyalah imajinasi ku sementara" kata Gadis Hantu ini.

 Empat menit kemudian ia melepas headset di kedua telinganya lalu memasukkan ke dalam tas abu abu jeans selempangnya dia sudah menghitung waktu kapan saatnya ia turun dari bus.

 Dia juga berpapasan dengan seseorang dia seorang wanita muda dengan kotak hijau  yang ia bawa dengan kedua tangan lalu masuk ke dalam bus setelah Bling turun dari bus.

 Wanita itu sedikit terkejut dengan Bling lalu segera pergi masuk ke dalam bus dengan cepat.

Gadis hantu itu dengan cepat berlari menuju rumah sedangkan wanita yang tadi berpapasan dengan Bling masih memperhatikan gadis hantu itu berlari dari dalam bus di kursi penumpang hingga mereka terpisah jarak menjauh.

 Wanita itu kembali meluruskan pandangan setelah melihat Bling barusan menghela napas tak ada yang ia ucapkan.

 Dia rupanya baru saja kehilangan pekerjaan dan memikirkan dimana ia akan mendapatkan pekerjaan lagi setelah ini.

 Di dalam rumah sederhana Jun ada disana bersandar di dinding bercat  putih kamar diatas tempat tidur sedang menahan segala isi hatinya sendiri.

"Red. Aku harus mencari kamu kemana lagi?" tanya Jun menutup mata dengan telapak tangan kanan.

 Saat itu ibunya sedang bicara dengannya dari dalam ponsel namun dia hanya mendengarkan tanpa menjawab dengan kalimat apapun dari setiap pertanyaan ibunya itu.

"Jangan berulah lagi. Ibu tidak akan membantumu lagi!" Itulah beberapa kata yang ia dengar dari ibunya.

 Ibunya sedang memarahi Jun sejak tadi.

 Jun tidak kabur dari rumah tapi ia meminta izin kepada ibu dan ayahnya untuk tinggal di tempat lain meski ia masih di usia remaja dan masih butuh kasih sayang kedua orang tua.

 Di lain tempat di dalam rumah Bling mempersiapkan buku buku yang harus ia bawa ke sekolah besok di hari pertamanya ia sebagai murid sekolah menengah atas. Entah mengapa ia sangat senang sekali meski ia tahu dan sadar kembali bahwa raga yang ia miliki bukanlah miliknya dan ia menatap dirinya sendiri lagi dari pecahan kaca yang Red miliki. Airmata tanpa sadar jatuh di pipi gadis hantu ini.

 Pecahan kaca itu ia taruh diatas meja dekat tempat tidur.

"Kenapa tiba tiba aku sangat melankolis?" Kata Bling menghapus air mata dengan kedua telapak tangan.

 Gadis hantu kembali tersenyum.

"Aku harus menghadapi ini. Aku tidak boleh menghindar" kata Bling.

 Kisah gadis hantu ini belum berakhir dengan rencana kemungkinan yang tak bisa ia prediksi kisah hidupnya penuh kejutan yang ia anggap dia harus tetap kuat menghadapinya sendiri tanpa siapapun bisa membantunya.

"Aku tidak tahu maksud dari rencana Tuhan kali ini" kata Gadis Hantu ini.

 Gadis ini memejamkan kedua mata tidur setelah aktivitas yang ia jalani seharian.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!