NovelToon NovelToon

Suamiku, Kamu Satu Selamanya

BAB 1

Setelah acara resepsi pernikahan yang dimulai dari siang hingga sore hari, akhirnya Tia bisa beristirahat juga. Kini statusnya sudah berubah menjadi istri Reyhan Wijaya.

Pernikahan yang tidak pernah Tia bayangkan akan terjadi secepat ini. Pernikahan tanpa cinta dan begitu mendadak. Ia merasa masih sangat muda, usianya baru 21 tahun dan masih kuliah yang akan wisuda 2 bulan lagi.

"Istirahatlah, aku akan mandi dulu," ujar Reyhan pada Tia setelah memasuki kamarnya.

"Iya, Pak," balas Tia lalu duduk di tepi tempat tidur Reyhan.

Tia merasa bingung harus memanggil suaminya dengan panggilan apa, karena ia terbiasa memanggil Reyhan dengan sebutan “Pak Rey”. Reyhan adalah dosen di kampus tempat Tia kuliah.

Sambil menunggu Reyhan selesai mandi, Tia membaringkan tubuhnya ke tempat tidur dalam keadaan masih menggunakan gaun pengantinnya. Hingga akhirnya Tia pun tertidur lelap karena merasa tubuhnya sangat lelah setelah menjalani acara resepsi pernikahan tadi siang.

Di dalam kamar mandi, Reyhan berdiri di bawah siraman air shower sambil termenung. Ia tidak menyangka bahwa sekarang ia sudah menikah dengan Tia yang tidak lain adalah mahasiswanya sendiri.

Ini semua gara - gara Bu Tari, mamanya Reyhan yang selalu menjodoh - jodohkannya dengan anak temannya, sehingga Reyhan merasa terdesak dan terpaksa melakukan pernikahan ini dengan tergesa - gesa tanpa berpikir panjang.

Setelah mandi dan berganti pakaian di dalam kamar mandi, Reyhan membuka pintu dan keluar dari dalam kamar mandi sambil menggosok rambutnya yang basah dengan handuk di tangan kanannya.

Reyhan melihat Tia tertidur pulas di atas tempat tidur dalam keadaan masih menggunakan gaun pengantinnya. Reyhan pun mendekat dan duduk di tepi tempat tidur hendak membangunkan Tia.

"Tia bangun, kamu tidak mandi?" tanya Reyhan sambil menepuk pelan pipi Tia untuk membangunkannya. Tia pun membuka matanya dan terkejut.

"Kenapa Pak Rey di sini?" tanya Tia dengan ekspresi terkejut. Ia pun segera bangkit dan duduk yang mengakibatkan kepalanya mendadak pusing. Ia mengernyitkan dahinya dan memegangi kepalanya.

"Ini kan kamarku, Kamu lupa kalau kita sudah menikah?" tanya Reyhan balik sambil menatap Tia yang kebingungan.

Tia pun melihat ke sekeliling kamar yang ternyata memang benar ini bukan kamarnya. Ia merasa malu lalu menangkupkan kedua telapak tangan ke wajahnya.

"Mmmm, boleh saya minta tolong Pak Rey?" tanya Tia sedikit ragu.

"Apa?" tanya Reyhan balik pada Tia.

"Tolong turunkan resleting gaun saya, tangan saya tidak bisa menjangkaunya. Tadi saya menunggu Pak Rey keluar dari dalam kamar mandi sampai ketiduran," jawab Tia sambil tersenyum.

"Okey berbaliklah!" balas Reyhan.

Reyhan pun membantu menurunkan resleting gaun yang dipakai Tia. Setelah resleting itu turun, tampaklah kulit punggung Tia yang putih dan mulus dengan pengait bra berwarna putih. Reyhan pun tercengang dan menelan ludahnya.

"Terima kasih Pak," ucap Tia menyadarkan ketertegunan Reyhan.

"I-iya, sama – sama," balas Reyhan terbata - bata karena gugup.

Tia pun segera masuk ke dalam kamar mandi setelah Reyhan membantu membuka resleting gaunnya. Reyhan menyaksikan Tia yang masuk ke dalam kamar mandi dengan gaun yang punggungnya terbuka lebar. Lagi - lagi Reyhan menelan ludahnya.

Otomatis pemandangan itu membangkitkan sesuatu milik Reyhan yang berada di bawah sana. Ini pertama kalinya ia melihat punggung wanita secara langsung di depan matanya, tapi ia tidak bisa berbuat apa - apa. Ia dan Tia tidak saling mencintai. Mereka menikah karena terpaksa.

Setelah masuk dan menutup pintu kamar mandi, Tia melepas gaun pengantinnya lalu mengisi bathup dengan air hangat. Ia ingin berendam air hangat untuk menyegarkan tubuhnya yang lelah.

Setelah 15 menit berendam, Tia membilas tubuhnya di bawah guyuran air shower. Setelah itu ia bersiap - siap untuk keluar dari dalam kamar mandi, tetapi ia baru ingat kalau tidak membawa handuk dan pakaian ganti ketika masuk ke dalam kamar mandi tadi.

Tia pun bingung, bagaimana caranya bisa keluar dari dalam kamar mandi, sedangkan gaun yang ia pakai tadi sudah kotor. Ia pun mengecek ke luar dengan cara mengeluarkan kepalanya dari pintu kamar mandi, berharap Reyhan tidak ada di dalam kamar. Nyatanya Reyhan masih di dalam kamar sedang berbaring di atas tempat tidur dan memainkan ponsel di tangannya.

"Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Reyhan saat melihat Tia mengeluarkan kepalanya dari pintu kamar mandi.

"Hehehe, tolong ambilkan handuk saya Pak. Tadi saya lupa tidak membawanya karena terburu - buru masuk ke dalam kamar mandi," jawab Tia sambil meringis dipaksakan.

"Di mana?" tanya Reyhan seraya bangkit dari tempat tidur.

"Di dalam koper yang berwarna pink itu," jawab Tia sambil menunjuk koper yang berada di dekat almari. Reyhan pun mendekati koper yang ditunjuk Tia.

"Yang ini?" tanya Reyhan sambil menunjukkan handuk berwarna kuning setelah membuka dan mencari handuk di dalam koper Tia. Tia pun mengangguk.

"Terima kasih Pak Rey," ucap Tia setelah menerima handuk yang diberikan Reyhan.

"Hmmm," jawab Reyhan lalu kembali berbaring ke tempat tidur.

Setelah melilitkan handuk di tubuhnya, Tia pun keluar dari dalam kamar mandi. Ia mendekati kopernya untuk mengambil pakaian ganti.

Kenapa Tia begitu berani seperti ini? Apa ia tidak takut aku macam - macam padanya? Apa ia sengaja menggodaku? Batin Reyhan saat melihat Tia keluar dari dalam kamar mandi hanya menggunakan handuk di tubuhnya. Ia pun bangkit dari tempat tidur dan berjalan keluar kamar untuk menyedu kopi di dapur.

Tia yang merasa sudah tidak ada orang lain lagi selain dirinya di dalam kamar, segera ia membuka handuknya dan berganti pakaian. Setelah itu ia membereskan semua barang - barangnya serta pakaiannya ke dalam almari milik Reyhan.

***

CAST PEMERAN UTAMA

TIA (Sintia Maulidya)

---

REYHAN (Reyhan Wijaya)

BAB 2

Kini malam pun tiba. Reyhan sedang menonton televisi di ruang tengah setelah makan malam bersama Tia, sedangkan Tia mencuci piring di dapur sambil memikirkan apa yang akan terjadi malam ini.

Apa Pak Rey akan meminta haknya malam ini? Batin Tia.

Ia benar - benar takut memikirkan hal - hal yang akan terjadi. Setelah selesai mencuci piring, ia bergegas pergi ke dalam kamar dan menutupi seluruh tubuhnya hingga ke lehernya dengan selimut. Sebenarnya ia belum merasa mengantuk, tapi ia akan berusaha tidur secepat mungkin dengan menutup matanya rapat - rapat.

Di ruang tengah, Reyhan menonton televisi secara acak untuk menghilangkan kebosanannya. Karena acara televisi tidak ada yang menarik, Reyhan pun mematikan televisi dan masuk ke dalam kamar.

Saat Reyhan memasuki kamarnya, ia melihat Tia sudah berbaring di tempat tidur. Karena seluruh tubuhnya tertutup dengan selimut, sehingga yang terlihat hanyalah kepala Tia saja.

Reyhan pun ikut membaringkan tubuhnya di samping Tia. Ia memejamkan matanya dan terlintaslah memori kejadian 1 bulan. Karena kejadian itu, ia terpaksa harus menikahi Tia.

Flashback on

Saat itu kampus Tia sedang melakukan kegiatan tour ke luar kota, tepatnya di kawasan puncak. Tia dan teman - temannya naik bus yang disewa kampus mereka, sedangkan Reyhan datang terlambat karena suatu urusan pribadi, sehingga ia berangkat sendiri menggunakan mobil pribadinya.

Sebelum tiba di lokasi, Reyhan membeli minum di swalayan pinggir jalan yang dekat dengan lokasi penginapan. Ia melihat mahasiswanya di dalam swalayan itu. Reyhan bisa mengenali bahwa itu adalah mahasiswanya dari jaket yang digunakannya.

"Kamu sedang apa di sini?" tanya Reyhan sambil mendekati mahasiswa itu yang tidak lain adalah Tia.

"Beli obat dan minum Pak, kepala saya pusing," jawab Tia sambil memegangi kepalanya.

"Oh, kamu sendirian?" tanya Reyhan lagi karena ia melihat Tia hanya sendirian.

"Iya Pak, boleh saya ikut Pak Rey? Tadi saya jalan lumayan jauh Pak," ujar Tia berharap bisa ikut mobilnya Reyhan ke penginapan.

"Boleh, ayo!" ajak Reyhan sambil berjalan keluar swalayan dan Tia mengikutinya.

Setelah masuk ke dalam mobil, Reyhan sengaja membuka kaca jendela dan mematikan AC karena ingin menikmati sejuknya udara pegunungan yang alami. Setelah 10 menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di penginapan.

"Sudah sampai, turunlah!" ujar Reyhan pada Tia sambil mematikan mesin mobilnya.

"Sebentar Pak, kepala saya masih pusing dan mata saya kelilipan karena kaca mobilnya terbuka," jawab Tia sambil mengerjapkan matanya.

"Istirahatlah sebentar di sini," ucap Reyhan setelah itu mengatur kursi yang diduduki Tia menjadi datar. Tia pun membaringkan tubuhnya pada kursi itu.

"Buka matamu, biar aku lihat," ujar Reyhan lalu melihat mata Tia yang sedang berbaring sehingga posisi mereka seperti tumpang tindih.

Dari halaman penginapan yang tidak jauh dari mobil Reyhan, ada tiga dosen yang sedang berjalan - jalan menikmati udara malam. Mereka pun melihat dan mengenali mobil Reyhan.

"Kenapa Pak Reyhan tidak segera turun dari mobil?" tanya Pak Budi.

"Sepertinya dia tidak sendirian," jawab Pak Heru.

Ketiga dosen itu pun mendekati mobil Reyhan dan melihat Reyhan seperti sedang berada di atas tubuh Tia. Reyhan dan Tia terlihat seperti berciuman dan melakukan hal - hal yang tidak senonoh. Ketiga dosen itu bisa melihat dengan jelas karena kaca mobil yang terbuka lebar.

"Pak Reyhan?! Apa yang Pak Reyhan lakukan?" tanya Pak Budi. Reyhan pun bangkit dan menyadari kalau ada orang di luar mobilnya.

"Saya sedang membantu meniup matanya, ia kelilipan," jawab Reyhan jujur lalu keluar dari mobilnya.

"Kenapa dengan posisi seperti itu? Sudah akui saja Pak Rey sedang bermesraan kan?" tanya Pak Heru.

"Ini tidak seperti yang kalian bayangkan, saya kebetulan bertemu dengannya di swalayan depan. Saya saja tidak tahu nama dia siapa," balas Reyhan membela diri.

"Sudah tertangkap basah masih saja berkelit, Pak Reyhan harus memberikan contoh yang baik sebagai dosen. Pak Reyhan harus bertanggung jawab, Pak Reyhan harus menikahinya!" ucap Pak Fauzi.

Tia yang di dalam mobil bisa mendengar semua itu dengan jelas. Karena dia merasa pusing, jadi ia tidak berkata apa - apa. Ia yakin kalau Reyhan bisa menyelesaikan masalahnya.

"Okey, saya akan menikahinya!" ucap Reyhan tiba - tiba karena tidak mau menimbulkan masalah yang lebih serius.

Tia pun terkejut dan pingsan seketika karena pusing yang tak tertahankan. Ketiga dosen itu pun akhirnya pergi. Reyhan kembali masuk ke dalam mobilnya dan melihat Tia sedang tertidur padahal pingsan. Ia pun membangunkan Tia, tapi Tia tidak bangun juga. Akhirnya Reyhan membiarkan Tia tidur di dalam mobilnya.

Flashback off

Reyhan masih tidak bisa tidur. Ia pun membuka matanya dan melihat Tia di sampingnya. Ia merasa kalau Tia hanya berpura - pura tidur. Untuk memastikannya, ia pun menggoda Tia.

Reyhan mendekatkan wajahnya ke wajah Tia. Tia pun merasakan kalau Reyhan semakin mendekat, sehingga reflek ia segera mendorong Reyhan.

"Apa yang mau Pak Rey lakukan?" tanya Tia lalu duduk dengan menutupi dadanya dan nafasnya memburu.

"Kamu masih tanya? Kamu kan istriku sekarang," jawab Reyhan.

"Tapi Pak ... " ucap Tia menggantung.

"Kenapa?" tanya Reyhan seraya menarik tangan Tia dan Tia pun terseret kepelukannya.

"Saya belum siap Pak," jawab Tia mendongak menatap wajah Reyhan.

"Belum siap apa? Aku hanya ingin berdiskusi denganmu," ucap Reyhan lalu melepaskan Tia dari pelukannya.

"Diskusi apa Pak?" tanya Tia tidak mengerti.

"Apa yang akan kamu lakukan dengan pernikahan ini?" tanya Reyhan pada Tia.

"Saya belum tahu Pak, semua ini begitu mendadak. Dari dulu saya berharap akan menikah dengan orang yang saya cintai dan orang itu juga mencintai saya. Dan saya hanya ingin menikah satu kali seumur hidup saya," jawab Tia sungguh - sungguh.

"Lalu, apa kamu ingin bercerai denganku karena kita tidak saling mencintai?" tanya Reyhan pada Tia lagi.

"Tidak Pak, pernikahan adalah suatu hal yang sakral. Tuhan membenci perceraian. Lagipula pernikahan kita nyata bukan pura - pura. Apa Pak Rey akan menceraikan saya?" tanya Tia balik dan memandang Reyhan.

"Tidak, tidurlah sudah malam!" balas Reyhan lalu segera berbaring membelakangi Tia. Tia pun ikut tidur membelakangi Reyhan.

BAB 3

Keesokan harinya, ketika Reyhan membuka mata, ia melihat ke sisi tempat tidurnya, tapi Tia sudah tidak ada di sana. Ia pun bangun dan berjalan keluar kamar. Ia melihat Tia sedang memasak di dapur, ia pun berjalan ke dapur menghampiri Tia.

"Kamu masak apa?" tanya Reyhan.

"Hanya nasi goreng dan telur ceplok, apa Pak Rey mau kopi?" tanya Tia sambil mengaduk nasi goreng di atas kompor.

"Boleh, kalau begitu aku mandi dulu," jawab Reyhan lalu kembali masuk ke dalam kamarnya. Tia pun mengiyakan lalu merebus air untuk membuat kopi.

Setelah mandi dan berganti pakaian, Reyhan kembali ke dapur dan duduk di meja makan di mana Tia sudah menunggunya untuk sarapan bersama.

"Pak Rey enggak kerja?" tanya Tia di sela makannya karena ia melihat Reyhan memakai kaos santai rumahan.

"Enggak, aku sudah mengambil cuti satu minggu, lagipula hari ini mama mau ke sini," jawab Reyhan santai.

"Apa?! Mama Pak Rey mau ke sini?" tanya Tia terkejut.

"Iya, kenapa kamu terkejut?" tanya Reyhan heran.

"Saya takut Pak," jawab Tia sambil cemberut.

Tia masih ingat sikap Bu Tari terhadapnya beberapa hari yang lalu saat Reyhan mengajaknya ke rumah orang tuanya. Bu Tari sangat tidak ramah dan terlihat sekali kalau tidak menyukai Tia.

Setelah selesai sarapan pagi bersama, Tia mencuci piring dan membersihkan rumah serta dapur. Sedangkan Reyhan seperti biasa bersantai di sofa ruang tengah sambil membaca koran dan menyalakan televisi. Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Tia kembali ke dalam kamar.

Setengah jam kemudian

Ting tong ting tong suara bel pintu apartemen Reyhan berbunyi. Reyhan pun bangkit dari duduknya untuk membuka pintu. Tampaklah Bu Tari di depan pintu setelah Reyhan membuka pintunya. Reyhan pun mencium punggung tangan Bu Tari dan mempersilakannya masuk.

"Di mana istrimu?" tanya Bu Tari sambil mengedarkan pandangan matanya ke sekeliling apartemen Reyhan.

"Di kamar Ma, sebentar Rey panggilkan. Mama duduk dulu ya," jawab Reyhan sambil berjalan masuk ke dalam kamar di mana Tia berada.

Tidak berapa lama Reyhan dan Tia keluar dari dalam kamar lalu berjalan menuju ruang tamu di mana Bu Tari berada. Tia pun menghampiri Bu Tari dan mencium punggung tangannya.

"Ada apa Mama ke mari?" tanya Reyhan setelah duduk di sofa seberang Bu Tari, sedangkan Tia pergi ke dapur membuat minum untuk Bu Tari.

"Kamu harus segera punya anak Rey, kamu sudah tidak muda lagi begitu juga dengan Mama. Mama beri jangka waktu enam bulan istrimu harus sudah hamil!" jawab Bu Tari.

"Tapi Ma, Tia kan masih kuliah," balas Reyhan tidak setuju dengan mamanya.

"Hanya tinggal menunggu wisuda saja kan? Itu tidak masalah, kalau istrimu tidak bisa hamil, kamu harus menikah dengan wanita lain yang bisa memberikan Mama cucu," ujar Bu Tari.

Tia datang membawa minuman dan menaruhnya di atas meja depan Bu Tari. Ia terkejut mendengar semua percakapan antara Bu Tari dan Reyhan. Ia merasa masih sangat muda untuk hamil dan punya anak. Apalagi di antara Tia dan Reyhan tidak ada rasa cinta.

"Mama jangan bicara seperti itu, Mama tunggu saja kabar baiknya, kami akan berusaha secepatnya," balas Reyhan sambil tersenyum ke arah mamanya dan memeluk bahu Tia.

Setelah berbincang - bincang kurang lebih satu jam, akhirnya Bu Tari pamit pulang. Tia dan Reyhan mengantar sampai depan pintu, setelah menutup pintu Tia menatap Reyhan.

"Apa maksud Pak Rey bicara seperti itu pada mama?" tanya Tia pada Reyhan.

"Bicara seperti itu yang mana?" tanya Reyhan tidak mengerti.

"Akan berusaha secepatnya, Pak Rey bercanda kan?" tanya Tia tidak percaya.

"Tia, apalagi yang diharapkan dari pernikahan kalau bukan anak, bukankah tadi malam kita sudah membicarakannya? Kita tidak akan bercerai, jadi jalani saja semuanya seperti pasangan suami istri pada umumnya," balas Reyhan sambil duduk di sofa ruang tamu.

"Tapi Pak, saya benar - benar belum siap," ucap Tia pada Reyhan.

"Sudahlah, kita jalani pelan – pelan, masih ada waktu enam bulan," balas Reyhan sambil membelai puncak kepala Tia.

"Iya Pak," balas Tia sambil tersenyum.

Hari pun berganti malam, tiba - tiba ponsel Tia bergetar di atas nakas. Ia mengambilnya dan melihat ada pesan whatsapp masuk, ia pun membuka pesan itu.

Arka : Sayang, besok aku pulang, jemput aku di bandara jam 1 siang ya. I love you. 😊

Tia : Oke!

Arka kembali, apa yang harus kukatakan padanya? Ya Tuhan, aku belum siap mengatakannya pada Arka bahwa aku sudah menikah. Batin Tia.

***

CAST PEMERAN FIGURAN

ARKA (Arka Sanjaya)

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!