“Mochi-mochi! Mochi satu di sini!” mochi satu memberi sinyal.
“Mochi empat!” sinyalnya lagi.
“Mochi empat di sana?” Tanya mochi satu, karena tidak ada balasan dari mochi empat.
“Mochi-mochi! Mochi empat mendengar!” jawab dari ponsel mochi empat.
“Kok suara mochi empat berubah?” Tanya mochi satu saat suara yang menjawab berbeda.
“Berubah seperti apa?”
“Kayak cowok? Ini siapa? Di mana mochi empat? Kenapa bisa memegang ponsel ini?” Tanya mochi satu.
“Gue Noah!” jawabnya.
“What? Lebah madu!” pekik mochi satu.
Agen Mochi adalah sebuah agen khusus yang di sewa oleh orang tua yang terlalu sibuk bekerja, mereka di sewa untuk memberi informasi dan mengawasi pergaulan anak mereka. Agen rahasia yang terdiri dari empat sampai lima orang ini, memang di latih khusus dan sudah bersertifikat internasional. Mereka menjalani tugas di mana mereka bersekolah atau kuliah tempat target mereka berada.
Mereka masuk agen mochi untuk menambah pengalaman menjadi agen rahasia sebenarnya dan mengembangkan hobi yang mereka miliki. Jangan berpikir menjadi agen mochi sangat mudah, tidak sembarang orang dapat menjadi bagian dari agen mochi, seleksinya ketat dan orang yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata dapat menjadi agen mochi.
Agen:
Agen Mochi satu:
1. Kapten
2. Selalu memberi intruksi kepada bawahannya
3. Tegas kepada bawahan
4. Sering berbicara sendiri untuk mencari jalan keluar
5. Alergi kerang
6. Takut kalau sendirian di dalam ruangan asing.
Agen Mochi dua:
1. Mata-mata
2. Tangan kanan kapten
3. Selera humor rendah
4. Jarang tertawa
5. Cuek
6. Omongannya selalu pedas.
Agen Mochi tiga:
1. Informan
2. Selera humor tinggi
3. Paling sering tertawa sendiri
4. Cerewet
5. Koneksi di mana-mana
6. Mendapat gelar The Breaking News Of Gossip.
Agen Mochi empat:
1. Anggota
2. Tidak memiliki jabatan
3. Sering menjadi korban untuk di jadikan umpan oleh ketiga agen
4. Hampir setiap saat di tinggalkan saat menjalani misi bersama\, karena sering di lupakan.
Target:
Lebah Madu:
1. Manis
2. Di cintai banyak orang
3. Berbahaya.
Koala:
1. Terlihat tidak berbahaya
2. Sering tertidur dimana saja
3. Berteman baik dengan lebah madu.
Kalajengking:
1. Berbahaya
2. Misterius
3. Berteman baik dengan lebah madu.
Di atas hanyangambaran singkatnya aja, selamat membaca semuanya.
Terlihat empat orang duduk di pojok kantin SMA Bestari, mereka berempat sedang mengawasi tiga siswa yang baru
duduk di tengah kantin. Dari pengamatan keempatnya, masih tidak ada hal yang mencurigakan dari ketiga siswa itu.
“Masih seminggu kita mengawasi mereka, tapi tidak hal yang mencuriga!” seru salah satu dari keempatnya yang menjabat menjadi kapten di antara mereka berempat.
“Benar kata Mocha. Tapi, menurut Niken. Kita belum luas mencari informasinya, gimana menurut Dewi?” ucap salah satunya yang bernama Niken yang bertanya kepada mata-mata di antara mereka.
“Menurut gue, kita harus dapat lebih banyak informasi,” jawabnya.
“Tenang! Jennie yang seksi dan menggoda sudah dapat orang kepercayaan yang kita butuhkan!” seru Jennie sang
informan dengan bangga.
“Hmm, gue harap kita dapat lebih banyak! Ini tugas ketiga kita selama di tempat ini dan gue harap kita berhasil seperti sebelumnya! Kita harus kerja ekstra, karena target kita cukup rumit dan kita tidak pernah memperhatikan sikap mereka sebelumnya,” Mocha meminum jus mangganya dan mengernyit saat mmerasakan rasa luar biasa.
“Kenapa lo Cha?” Tanya Dewi saat tak sengaja melirik ke arah Mocha.
“Gila! Ini jus manga apa belimbing wuluh? Kecut banget,” Mocha mengambil air mineral milik Jennie dan meneguknya untuk menghilangkan rasa kecut.
“Huek! Ini gak pakai gula!” seru Niken setelah mencoba jus manga Mocha.
“Udah tahu kecut! Masih aja di minum!” tidak perlu di tanya siapa yang mengatakannya.
“Dewi gitu, Niken kan hanya pengin tahu saja,” cemberut Niken membuat Jennie tertawa terbahak-bahak. Padahal tidak ada yang melawak atau pun lucu, kewarasan Jennie memang patut di pertanyakan.
“Jen! Nyebut!” Mocha menciprati wajah Jennie dengan air mineral milik Jennie.
“Gue gak kerasukan! Jadi, basahkan make up mahal gue,” ucap Jennie membuat mereka bertiga memutar bola matanya jengah.
“Tapi, kalau gue pikir-pikir!” seru Mocha tiba-tiba.
“Lo sudah bisa mikir? Beli di mana otak?” jangan di tanya siapa yang bertanya.
“Abaikan, gue kapten gak ada harga dirinya kalau gak lagi tugas,” ujar Mocha membuat Jennie kembali tertawa dan kini Niken juga menyahut Jennie.
“Gue serius!” seru Mocha dengan wajah tegasnya dan tatapan tajamnya bak jendral yang sedang memberi hukum
bawahannya.
“Selama dua setengah tahun lebih kita kemana aja? Kenapa kita gak pernah perhatiin mereka bertiga? Dan sekarang kita tidak tahu apa-apa tentang mereka,” lanjut Mocha kembali ke ekspresi awalnya, tidak ada tatapan tajam atau pun aura kepemimpinan lagi.
“Kita terlalu fokus sama target sebelumnya, jadi kita tidak pernah memperhatikan sekitar, termasuk acara-acara
di sekolah! Mana pernah kita tahu kalau ada lomba, bahkan hari minggu aja kita masuk sekolah, karena tidak pernah lihat kalender,” jelas Dewi membuat ketiganya menganga tak percaya.
“Kenapa?” bingung Dewi saat di tatap lekat oleh mereka.
“Catat! Ini sejarah baru Dewi ngomong panjang selain ngejelasin hasil kerjanya!” seru Mocha yang langsung di laksanakan oleh Niken, Dewi hanya memutar bola matanya.
“Sebagai perayaannya gue traktir kalian air mineral!” pekik Jennie membuat Niken berlari kencang ke arah penjual minuman.
“Otak ayam gue lebih berkualitas daripada otak Niken,” Mocha menggelengkan kepalanya, Dewi menatap datar Niken, sedangkan Jennie kembali tertawa.
“Awas pita suara lo pecah!” ingat Dewi membuat Jennie berhenti tertawa dan meminum air mineral miliknya.
“Niken gak sengaja!” suara Niken membuat mereka bertiga menolah dan mendapati Niken terduduk di lantai kantin dekat meja ketiga siswa yang diamati mereka.
“Gak sengaja? Tapi, lo buat kepala gue sakit sama botol air lo!” seru salah satunya.
“Sudahlah! Lagian cuma botol kayak gitu! Gak buat lo gegar otak!” sela salah satunya.
“Kali ini lo bisa bebas! Tapi, lain kali kalau lo ulangi, gue bikin lo mampus!” ancamnya sebelum keluar meninggalkan kantin.
Niken menangis, Mocha segera berlari ke arah Niken bersama Dewi dan Jennie. Mereka membantu Niken untuk
berdiri. Niken tambah menangis kencang dan memeluk Mocha, Mocha mencoba menenangkan Niken yang menangis histeris.
“Sudah, kita ke kelas aja, yuk,” ajak Mocha dengan suara lembutnya membuat Niken berhenti menangis dan mengaggukkan kepalanya. Meskipun mereka sering menistakan Niken, mereka tidak pernah membiarkan Niken terluka atau pun menangis, karena mereka sudah seperti keluarga.
“Apa mungkin kebiasaan mereka adalah membuli atau menindas?” tanya Jennie saat mereka berada di dalam kelas.
“Kalau gitu kita cari catatan siswa di ruang BP!” seru Mocha membuat mereka bertiga tersenyum singkat dan mulai mendiskusikan rencana yang akan di jalankan pada jam istirahat kedua nanti.
Mereka berempat kembali ke posisi saat guru yang mengajar sudah memasuki kelas, mereka mendengarkan setiap
penjelasan guru dengan sesekali mengirim pesan lewat ponselnya masing-masing, tanpa di ketahui sang guru.
***
“Oke, kita harus bergerak cepat! Waktu yang kita punya tidak banyak, hanya sepuluh menit! Seperti biasa! Kerja dengan rapi dan tidak meninggalkan jejak!” jelas Mocha saat mereka berada di depan ruang BP.
“Tunggu! Gimana sama cctv?” ingat Dewi membuat Mocha menyeringai dan memamerkan ponselnya.
“Sudah gue non-aktifin selama sepuluh menit kita,” jawab Mocha membuat mereka tersenyum dan mulai memasuki ruang BP yang sepi, karena bel baru saja berbunyi. Mereka masuk dengan hati-hati dan memperhatikan sekitarnya, agar tidak ada yang curiga.
“Sesuai posisi!” perintah Mocha membuat mereka bertiga mengangguk paham dan berpencar sesuai posisi yang sudah di diskusikan tadi.
Sampai tujuh menit lamanya, mereka berempat tidak menemukan apa yang mereka cari. Mereka menggerang
frustasi, sudah semua tempat mereka cari, namun tidak menemukan sesuatu. Ah—Mocha lupa masih ada satu tempat yang belum mereka sentuh, tidak lain adalah laci meja. Mocha melangkahkan kakinya ke arah meja. Namun, belum sempat dia menyentuh meja ponselnya yang berbunyi sinyal bahaya.
“Shit!” umpat Mocha membuat mereka bertiga paham dengan keadaan dan keluar dari ruangan itu satu-satu. Untung saja mereka keluar tepat waktu, sehingga guru BP tidak melihat mereka.
“Gerah emosi, gerah batin gue! Kenapa begitu susahnya sih! Padahal kita sudah berpengalaman!” Mocha mencak-mencak di depan kelas dan menghiraukan tatap aneh siswa yang melintas.
“Sudah! Jangan habisin tenaga lo buat hal kayak gini, ini masih awal!” ingat Dewi membuat Mocha berhenti marah-marah dan duduk dengan kasar, nafasnya masih memburu.
“Bolos yuk! Gue pengin main sama ayam gue!” seru Mocha membuat ketiga mengehela nafas jengah.
“Memangnya Mama lo gak di rumah?” tanya Dewi membuat Mocha mengerucutkan bibirnya.
“Apalah dayaku yang hanya anak tiri yang selalu di siksa,” ucap Mocha mendramatisir.
“Gue sudah rekam tinggal kirim ke Mama lo, auto di coret dari KK,” Jennie mengankat tinggil ponselnya.
“Iya-iya gue gak jadi bolos, hapus gih!” pasrah Mocha membuat mereka bertiga terkikik.
“Niken bawa motor, nanti kita jalan-jalan habis pulang sekolah ya!” pinta Niken membuat mereka bertiga saling menatap.
“Gue bawa motor juga,” sahut Dewi membuat mereka menggangguk menyetujui permintaan Niken.
“Yeah! Jalan-jalan,” pekik bahagia Niken membuat mereak tersenyum kecil.
Sesuai dengan permitaan Niken tadi, sekarang mereka berempat melangkah bersama menuju parkiran. Mereka
berencana untuk bermain di taman dekat perumahan Niken. Tempatnya yang luas dan banyak tempat yang cocok untuk menghilangkan rasa penat dengan bermain di wahana-wahanya yang tersedia di sana.
“Mocha yang nyetir ya!” pinta Niken membuat Mocha melotot. Alamak, dia sudah sangat lama tidak mengendari motor.
“Gue sudah lama gak naik motor, gue takut nanti kita celaka!” seru Mocha membuat Niken cemberut.
“Tangan Niken sakit buat nyetir,” cemberut Niken membuat Mocha menghela nafas.
“Oke, sini kuncinya!” Niken menyerahkan kunci motornya kepada Mocha dengan wajah sumringah.
Mocha menghidupkan mesin motor Niken, dia juga menyuruh Niken untuk menunggu di dekat gerbang. Karena, dia masih berusaha mengeluarkan sepeda motor Niken dari parkiran. Tanpa sadar Mocha menarik gasnya terlalu kencang membuat motor Niken menambrak mobil sport yang terparkir di depannya.
“Mati gue!” gumam Mocha dengan mata yang hampir ke luar.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!