Willy POV
----------------
Nama gua Willy, seorang ketua geng motor yang dikenal ganas dan liar. Banyak orang takut bertemu gua, padahal gua gak sejahat yang mereka kira.
Gua suka motor dari kecil, gua terinspirasi dari cerita kakek gua tentang masa kecilnya.
Akhirnya gua mendirikan geng motor yang bernama "The Darks".
Kenapa gua kasih nama begitu? Karena gua pengen geng gua menyeramkan dan ditakuti semua orang.
Aktivitas geng gua setiap hari adalah balapan dan juga trek-trekan.
Selain itu, kami juga suka membuat masyarakat resah karena ulah kami.
Kami sudah biasa dikejar-kejar polisi, bahkan pernah masuk penjara.
Tapi kami para lelaki sejati tidak menyerah hanya karena ditangkap satu kali.
Gua masih sekolah, tepatnya kelas 3 SMA. Umur gua sekitaran 17-18 tahun, karena gua lupa lahir tanggal berapa.
Gua gak pernah membuat onar di sekolah, karena takut dikeluarkan dan membuat ibu gua sedih. Bahkan teman-teman gua gak tau kalau gua adalah ketua geng motor yang kejam.
**************
Kiara POV
-------------------
Aku Kiara, cewek desa yang mencoba merantau ke Jakarta dengan hanya bermodalkan alamat rumah paman.
Aku pergi ke Jakarta karena merasa sudah terlalu merepotkan paman ku yang di desa, selain itu paman ku yang di Jakarta juga memintaku datang kesana.
Usiaku 17 tahun, tapi aku tidak bersekolah. Aku tidak melanjutkan sekolah karena tidak mau merepotkan paman ku di desa.
Saat aku sampai di Jakarta, aku langsung disambut oleh 2 orang jambret yang mengambil tasku.
Aku pasrah karena tidak mungkin mengejar jambret itu. Untung saja alamat rumah paman Diki ada di saku celana ku.
Akhirnya setelah perjalanan cukup jauh, aku sampai di rumah paman Diki.
Dia menawarkan ku bekerja di sebuah rumah sebagai pelayan/pembantu.
Aku pun senang dan langsung pergi ke rumah itu dengan paman Diki.
Tapi aku tidak tau menerima pekerjaan ini akan membuat ku bahagia atau sebaliknya?
*************
Martin POV
-----------------------
Saya Martin, seorang rentenir kaya yang kejam dan tidak segan-segan membunuh orang yang tidak mau membayar hutang-hutangnya.
Saya sering dipanggil "Tuan" oleh orang-orang di sekitar saya.
Saya memang masih muda, usia saya 20 tahun. Tapi saya sudah bisa menjadi orang sukses.
Suatu hari, orang yang memiliki hutang kepada saya tidak bisa membayarnya.
Hutangnya padahal hanya 50 juta.
Saya datang ke rumahnya dan menagih hutang itu, tapi dia tetap bilang tidak memiliki uang dan meminta tambahan waktu.
Akhirnya saya kesal dan menyuruh anak buah saya memukulinya. Namun, sebuah bingkai foto yang terpajang di dinding rumahnya langsung membuat saya luluh.
Oh cantik sekali wanita itu, begitulah aku berkata di dalam hatiku.
Lalu orang itu menawarkan perjanjian kepadaku.
Dia akan menyerahkan wanita itu kepadaku dan semua hutangnya dianggap lunas.
Aku setuju dengan itu, karena wanita itu cantik sekali.
*************
Sasha POV
--------------------
Aku Sasha, pembalap wanita yang cantik. Aku sudah sering ikut balapan bahkan sampai ke luar negeri.
Banyak piala yang sudah ku dapatkan.
Aku berteman baik dengan Willy dan teman-temannya. Karena aku satu sekolah dengan dia.
Banyak laki-laki yang mengejar ku dan ingin menjadi pacarku. Namun hatiku tidak berubah aku hanya ingin Willy seorang.
Aku benar-benar mengagumi Willy, selain sifatnya yang baik dan cool. Willy juga jago di berbagai bidang olahraga.
Aku sadar saingan ku banyak, karena Willy cukup terkenal di sekolah.
**************
Ilham POV
-------------------
Gua Ilham, ketua geng motor "Black" yang adalah musuh besar geng "The Darks".
Gua enggak pernah terima Willy udah ngambil alih tempat gua dan teman-teman gua ngumpul.
Gua selalu bertekad untuk membalas perbuatannya, apalagi saat itu teman gua dibunuh oleh Willy.
Gua terus mencari anggota baru di geng gua, supaya bisa seimbang dengan geng Willy.
Setelah itu, gua bakal serang markas mereka dan ambil lagi tempat gua.
Gua satu sekolah sama Willy, kita mempunyai perjanjian dimana kita harus saling menjaga rahasia tentang siapa kita sebenarnya.
*************
Kiara dan pamannya sampai di sebuah rumah besar.
"Nah Kiara, ini rumah tempat kamu bekerja. Tolong kamu jangan sampai bikin malu nama paman ya." ujar Diki.
"Iya paman, aku pasti bakalan kerja dengan benar." jawab Kiara.
Satpam di rumah itu pun langsung membuka pintu pagar dan mempersilahkan Kiara masuk kedalam.
Kiara diantar oleh 3 pengawal di rumah itu untuk masuk ke rumah itu.
Sementara Diki tersenyum sambil melambaikan tangannya dari luar pagar.
Namun, lama-kelamaan senyum Diki berubah menjadi senyuman jahat yang mengisyaratkan bahwa rencananya berhasil.
Begitu pengawal itu membuka pintu, Kiara terkagum karena di dalam rumah itu dikelilingi oleh emas, bahkan temboknya saja berwarna emas.
Kiara melangkah masuk kedalam rumah itu.
Ia melihat seorang pria berjas hitam sedang berdiri membelakangi nya.
"Permisi Tuan, ini pelayan baru tuan." kata salah seorang pengawal itu.
"Tinggalkan dia disitu." pria itu berkata dengan masih membelakangi Kiara.
Lalu dengan perlahan pria itu menoleh dan membuka kacamata hitamnya.
Kiara terkejut dengan ketampanan pria itu.
Bahkan Kiara sampai menelan ludahnya.
"Kamu Kiara?" tanya pria itu.
"Iya pak, saya Kiara." jawab Kiara
"Sssttt." pria itu menutup mulut Kiara dengan telunjuknya.
"Jangan panggil saya Pak, panggil saya tuan." ucap pria itu.
"Baik tuan, saya minta maaf." jawab Kiara sambil menunduk.
"Tidak apa-apa, yang penting jangan diulangi lagi!" kata pria itu.
"Iya tuan saya janji." kata Kiara.
"Kalau begitu kita lanjut sesi perkenalan nya, nama saya Martin. Bisa dipanggil tuan Martin." ucap pria itu lalu menyodorkan tangannya ke Kiara.
Kiara bingung ingin menyambut tangan itu atau tidak, ia takut kalau dianggap tidak sopan oleh tuan barunya.
"Kenapa diam? Ayo bersalaman!" kata Martin.
"Tapi pak, saya kan cuma pelayan, rasanya enggak enak kal-" ucapan Kiara dipotong oleh Martin.
"Kamu pelayan saya, jadi kamu harus turuti semua perintah saya! Sekarang angkat tangan kamu dan tempelkan ke tangan saya!" bentak Martin.
Kiara terkejut dan langsung menyalami tangan Martin dengan gugup.
"Bagus, kamu bisa istirahat sekarang." kata Martin lalu pergi meninggalkan Kiara.
Kiara masih terdiam di tempat.
"Dia ganteng, tapi galak!" batin Kiara.
Willy bersama teman geng nya sedang berkumpul di sebuah tempat, mereka menunggu giliran untuk balapan.
"Baiklah, selanjutnya mari kita sambut 2 pembalap berikutnya, Willy dan Ilham!"
Willy pun maju dan masuk ke arena balap dengan membawa helmnya. Ia bertatapan dengan Ilham sebelum berjalan.
"Gua pastiin lu bakal kalah kali ini!" Kata Ilham.
"Kita liat aja nanti siapa yang menang." jawab Willy.
Mereka pun menaiki motor masing-masing dan memakai helm mereka.
"Are you ready?"
Willy dan Ilham mengangguk.
"One... two... three go!"
Mereka langsung melaju dengan secepat mungkin disambut oleh tepuk tangan dan teriakan para penonton.
**********
Kiara ingin beristirahat, namun ia tidak tahu harus beristirahat dimana.
Ia pun bertanya pada pembantu lain disana.
"Misi Bu, kamar buat saya dimana ya?"
"Oh, kamar buat kamu ada di depan." jawab dia.
"Loh kok di depan Bu? Bukannya tempat tidur pembantu tuh di belakang?" tanya Kiara.
"Iya, kata tuan Martin begitu." jawab dia.
"Oh, baik terimakasih Bu." kata Kiara.
Kiara memutar balik dan berjalan ke kamar di depan.
Ia terkejut melihat pintu kamar bertuliskan nama dirinya.
"Kok bisa ada nama aku disini?" tanya Kiara.
"Emangnya kenapa? Kan itu kamar kamu."
Tiba-tiba suara berat menyaut, ternyata itu suara Martin.
Kiara langsung menoleh dan kaget.
"Eh Tuan, ngagetin aja." kata Kiara sambil tersenyum spontan.
"Maaf kalo saya ngagetin kamu, saya cuma mau kasih tau kalau itu kamar kamu." kata Martin.
"Kenapa kamar saya disini pak? Kok enggak sama pembantu yang lain?" tanya Kiara.
"Kamu kan spesial." jawab Martin singkat dan dingin.
Setelah berbicara, Martin pergi sambil tangannya ditaruh di saku celana nya.
"Maksud dia apa ya? Masa aku spesial, emangnya aku martabak apa?" batin Kiara.
Kiara memasuki kamar itu, dia kaget melihat isi kamarnya yang penuh barang-barang berharga.
Tempat tidurnya pun terlihat istimewa dan sangat wangi.
"Ini serius kamar aku?" batin Kiara.
**********
Willy dan Ilham mendekati garis finish, mereka berjarak tipis dengan Willy memimpin di depan.
Akhirnya, Willy berhasil menyentuh garis finish lebih dulu dari Ilham.
Willy mengangkat tangannya dan berteriak, juga disambut oleh sorak sorai para penonton.
Willy berhenti dan membuka helmnya, beberapa wanita langsung menghampiri nya.
"Ih kamu hebat banget si ganteng!"
"Iya ih ternyata selain ganteng juga jago balapan, duh idaman banget!"
"Udah udah, gausah muji-muji gua terus! Tar gua terbang lagi." kata Willy sambil tertawa.
Para wanita itu juga ikut tertawa mendengar perkataan Willy.
Kemudian, Ilham dan temannya menghampiri Willy.
"Heh lu boleh menang sekarang, tapi besok gua jamin lu bakal kalah!"
"Udah lah Ham, gua males terima tantangan lu terus, akhir-akhir nya gua juga kan yang menang. Emang lu gak capek apa nantangin gua mulu?" jawab Willy.
"Halah, bilang aja lu takut kan sama gua!" kata Ilham.
"Takut? Ngapain gua takut sama pecundang kaya lu." jawab Willy.
"Kurang ajar lu!" kata Ilham lalu ingin menonjok Willy.
Namun, Ilham ditahan oleh teman-temannya.
Teman-teman Willy yang melihat itu langsung menghampiri mereka.
"Eh eh ada apa nih?"
"Enggak, gak ada apa-apa." jawab Willy.
"Heh, gua tunggu lu di tempat biasa besok jam 10 malam!" kata Ilham sambil telunjuknya mengarah ke wajah Willy.
Lalu Ilham dan temannya pergi.
"Dia nantangin lu lagi Wil?" tanya Randi.
"Iya Ran." jawab Willy.
"Yaudah sekarang kita ke cafe biasa, kita rayakan kemenangan lu disana!" kata Thoriq.
"Oke boleh tuh." kata Willy sambil tersenyum.
Lalu Willy dan teman-temannya pergi ke tempat mereka biasa kumpul.
Sesampainya disana, orang-orang yang sedang makan langsung lari dan pergi dari tempat itu.
"Yailah masih takut aja ama kita." kata Thoriq.
"Wajar lah Riq, kan kita pernah buat ulah disini" kata Willy.
"Yaudah Yo masuk!" sambung Willy.
Mereka pun masuk kedalam dan duduk.
Salah seorang pelayan cafe mendatangi meja Willy dan teman-temannya.
"Maaf mas, tolong jangan kumpul-kumpul disini, kasian orang yang mau makan jadi ke ganggu."
"Loh loh, saya sama temen-temen saya pelanggan loh mba disini, kita mau makan." kata Willy.
"Iya mba, masa mba mau ngusir kita sih? Kita kan pelanggan dan pelanggan itu adalah raja!" kata Randi.
"Tapi mas, kehadiran kalian udah bikin semua pelanggan di cafe ini kabur tanpa membayar. Kita jadi rugi karena kalian."
"Mba, kita kesini mau makan, urusan orang-orang itu pada kabur tanpa bayar ya itu bukan urusan kami." kata Willy.
"Udah sekarang gini, kalo emang kita gaboleh makan disini, kita pergi aja deh cari tempat lain yang mau dikasih duit." lanjut Willy.
Willy lalu berdiri. Tiba-tiba seorang laki-laki menghampiri mereka.
"Ada apa ini?"
"Tanya aja sama mba ini!" jawab Willy.
Lalu Willy dan teman-temannya pergi dari cafe itu.
Namun, laki-laki itu mengejar mereka keluar.
"Tunggu tunggu, kalian jangan pergi dulu! Maafin pegawai saya ya, ayo kalian masuk lagi!"
"Duh, maaf pak, kita udah gak ada selera makan disini." kata Willy.
Mereka pun menaiki motor mereka dan pergi dari cafe itu.
***********
"Kamarnya bagus banget, beda banget sama kamar ku di kampung dulu. Disini kasurnya juga empuk lagi." kata Kiara.
Tak lama kemudian, ada yang mengetuk pintu kamar Kiara.
Tok tok tok..
"Misi non, saya mau antar makanan"
Kiara kaget karena orang itu memanggil dirinya dengan sebutan "Non".
Dia lalu menyaut dan berdiri dari kasur.
"Iya masuk aja"
Orang itu membuka pintu dan masuk kedalam.
"Ini non makanan nya."
Ternyata dia pembantu Martin yang tadi bertemu Kiara di belakang.
"Tunggu Bu, kok ibu pake bawain makanan segala ke kamar saya sih? Terus kenapa ibu manggil saya non? Saya kan bukan majikan ibu." tanya Kiara.
"Maaf non, ini perintah dari tuan Martin." jawab ibu itu.
"Perintah dari tuan Martin?" tanya Kiara.
"Iya Non. Kalau begitu, saya permisi dulu non." jawab ibu itu.
"Iya Bu makasih ya." kata Kiara.
Pembantu tuan Martin itu keluar dari kamar Kiara dan menutup pintunya.
Kiara masih merasa bingung kenapa Martin menyuruh pembantunya memanggil dirinya dengan sebutan Non.
"Apa maksud tuan Martin ya?" tanya Kiara pada dirinya sendiri.
Lalu, Kiara langsung memakan makanan itu karena ia sangat lapar.
Namun, saat ia ingin menyuap, pintu kamarnya kembali terbuka.
Kali ini Martin yang masuk ke kamarnya.
"Oh, kamu lagi makan ya, maaf saya ganggu."
Martin kembali keluar dan menutup pintu kamar Kiara.
"Kok dia keluar lagi sih?" batin Kiara.
Martin masih berdiri di depan pintu kamar Kiara, ia membuka kacamatanya dan masih tidak percaya bahwa ia melihat seorang gadis yang sangat cantik.
"Gila, cantik amat tuh cewek. Emang gak salah gua beli dia."
Kemudian terdengar suara motor yang melewati depan rumah Martin.
Martin kesal karena suara motor itu sangat kencang, ia menyuruh pengawal nya memarahi pemotor itu.
"Kalian kejar dia dan bawa dia kesini!"
"Baik tuan!" jawab pengawal Martin serentak.
Para pengawal Martin pun mengejar pemotor itu dengan mobil.
Mereka berhasil mendahului motor itu dan mencegatnya.
Lalu mereka turun dari mobil dan menghampiri orang itu.
"Buka helm kamu! Turun dari motor kamu!"
Orang itu pun membuka helmnya dan turun dari motor.
"Ada apa?"
"Kamu harus ikut kami ke rumah tuan Martin!" kata salah satu pengawal Martin.
"Saya gak mau!"
"Kalau gitu, kita akan memaksa!"
Para pengawal Martin langsung menyerang orang itu.
Dia berhasil menahan pukulan-pukulan mereka, namun akhirnya ia terkena pukulan dan terjatuh ke aspal.
"Ayo ikut kami!" kata satu pengawal itu.
Orang itu pasrah diseret oleh para pengawal Martin dan dibawa masuk ke mobil.
Saat sampai di rumah Martin, orang itu disuruh menunggu di ruang tamu.
Martin keluar dan menghampiri orang itu.
Sambil berjalan dia menggulung lengan baju nya dan bertanya.
"Siapa nama kamu?"
"Willy." jawab nya.
Saat sampai dihadapan Willy, Martin langsung menonjok wajah Willy.
Willy terduduk di sofa.
"Kamu tau saya paling benci sama orang yang suka kebut-kebutan seperti kamu! Apalagi suara motornya berisik, itu mengganggu tau!"
Sambil memegangi wajahnya, Willy menjawab.
"Saya minta maaf om."
"Om om, memangnya saya om kamu? Panggil saya tuan!" kata Martin.
"Iya tuan, maafin saya." kata Willy.
"Ok, saya bakal maafin kamu. Tapi setelah kamu membayar karena sudah membuat saya terganggu." kata Martin.
"Apa? Masa gitu doang aja harus bayar?" tanya Willy.
"Iya, memangnya kamu tidak tau saya siapa? Saya itu Martin, pengusaha dan rentenir terkaya serta terkejam di Jakarta!" jawab Martin.
"Oh gitu. Yaudah saya harus bayar berapa jadinya?" tanya Willy.
"Enggak banyak, 5 juta aja cukup kok." jawab Martin.
"Hah? 5 juta? Gila apa, masa cuma keganggu doang bayarnya segitu?" tanya Willy kaget.
"Iyalah. Kamu gak tau siapa yang kamu ganggu? Saya, Martin seorang peng-"
Willy memotong pembicaraan Martin.
"Udah gausah diterusin! Saya udah tau!"
"Yasudah, mana 5 juta?" tanya Martin.
"Saya cuma punya 2 juta tuan, gapapa ya." jawab Willy.
"Gabisa! Harus full 5 juta!" kata Martin.
"Yaelah saya gak ada duit lagi, ini aja hasil balapan tadi." kata Willy.
"Yaudah gapapa, sekarang 2 juta dulu. Tapi besok kamu harus bayar sisanya! Kalau enggak, saya akan kejar kamu!" kata Martin.
"Yah kirain mau di ikhlasin yang 3 jutanya." batin Willy.
Willy pun menyerahkan uang 2 juta dan diterima oleh Martin.
Lalu Willy keluar dari rumah Martin, namun Martin mengejarnya.
"Tunggu! Saya butuh nomor telepon kamu!"
"Mau ngapain si? Tenang aja tuan, saya besok kesini jam segini!" kata Willy.
"Tetap aja saya butuh nomor telepon kamu, jaga-jaga kalau kamu tidak datang." kata Martin.
"Ah ribet amat si urusan sama rentenir! Yaudah nih nomor gua." kata Willy.
"Ok, sekarang kamu boleh pulang." kata Martin.
Lalu Martin masuk kembali ke dalam rumah nya.
"Lah main masuk aja, gua kagak dianterin ini?" kata Willy.
Willy pun berjalan menuju tempat motornya ditinggal.
Saat dijalan, ia melihat kearah jendela di rumah Martin.
"Hah tu cewek kenapa ngeliatin gua ya?" batin Willy.
Cewek itu pergi dan menutup gorden nya.
Episode 2
"Tu cewek siapa ya? Cantik amat, bidadari jangan-jangan?" batin Willy.
Sesampainya di lokasi sebelumnya, Willy melihat motornya masih ditempat yang sama.
Ia pun langsung menaiki dan mengemudikan motornya.
❤️
*Di rumah Willy
"Lah itu siapa ya berdiri malem-malem di depan rumah gua?" batin Willy.
Willy mematikan motornya di depan gang karena takut mengganggu warga.
Dia mendorong motornya masuk ke rumah, lalu ia menegur pria itu.
"Ngapain pak?" tanya Willy.
Pria itu kaget dan langsung berbalik badan.
"Wil Willy, ini kamu nak?" tanya nya.
"Iya gua Willy, ada apa pak?" jawab Willy.
"Willy, bapak kangen sama kamu." ujar bapak itu langsung memeluk Willy.
"Eh eh eh, apa-apaan ini? Bapak siapa? Kenapa bapak meluk saya?" tanya Willy.
"Nak, kamu gak inget sama bapak? Ini bapak nak." jawab bapak itu.
"Bapak nya siapa? Banyak bapak-bapak di dunia ini pak." tanya Willy.
"Saya bapak kamu Willy, bapak kandung kamu!" jawab bapak itu.
Willy tersentak kaget mendengar perkataan bapak itu, ia seakan tak percaya bapak yang selama ini dia tanyakan kepada ibu nya, kini ada didepannya.
Willy menggelengkan kepalanya sambil menangis.
"Gak! Gak mungkin! Ini pasti mimpi kan? Bokap gua udah meninggal!" teriak Willy.
Ibunya yang sedang tertidur di sofa, terbangun karena mendengar teriakan Willy.
Ia mengucek-ngucek matanya dan membuka gorden.
"Ya ampun, itu Willy marah-marah sama siapa?" tanya ibu Willy.
"Ini benar bapak kamu nak. Bapak kandung kamu!" jawab bapak itu.
"Enggak, gua gak percaya! Pergi dari sini! Gua tau lu pasti mau maling kan, pergi sebelum gua teriakan lu!" teriak Willy.
"Bukan nak, bapak bukan maling. Bapak kesini karena bapak kangen sama kamu Willy!" kata bapak itu.
Kemudian, ibu Willy membuka kunci pintu dan keluar.
"Ada apa ini? Kenapa Wil?" tanya ibu Willy.
"Bu, apa benar dia bapak aku Bu?" tanya Willy.
Ani (ibu Willy) melihat kearah laki-laki disampingnya.
Ia memegangi mulutnya karena kaget melihat laki-laki itu ternyata suaminya.
"Gunawan?"
"Iya Ani, ini aku suamimu." jawab bapak itu.
"Bagaimana kamu bisa ada disini?" tanya Ani.
"Aku pulang, karena aku rindu dengan kalian. Aku tau aku salah karena lebih mementingkan pekerjaan dibanding kalian, makanya sekarang aku minta maaf sama kalian. Tapi aku sungguh tidak menyangka Ani, kenapa kamu mengatakan pada Willy kalau aku sudah meninggal?" jawab Gunawan.
"Enggak Mas, aku sama sekali gak pernah bilang begitu ke Willy." kata Ani.
"Bu, jadi benar dia bapak aku?" tanya Willy menyela percakapan mereka.
"Iya benar nak, dia bapak kandung kamu. Yang selama ini kamu tanyakan ke ibu." jawab Ani.
Willy tersungkur di lantai, dia menangis lalu berlutut di hadapan Gunawan.
"Aku minta maaf pak, aku sudah membentak bapak tadi. Maafin aku juga pak, selama ini aku anggap bapak sudah meninggal."
"Udah nak gapapa, bapak tau kamu pasti marah sama bapak karena bapak jarang menghubungi kalian. Sekarang bangun nak!" kata Gunawan.
"Aku benar-benar senang sekarang, akhirnya aku dapat menunjukkan pada teman-teman ku, bahwa aku memiliki seorang ayah." kata Willy tersenyum.
Willy dan Gunawan pun berpelukan.
Sementara Ani ikut tersenyum melihatnya, ia juga menghapus air mata di wajah nya.
❤️
*di sirkuit balap
"Gila Sas, keren banget kamu tadi! Kalau gini terus, bisa jadi juara dunia kamu!" puji pelatih Sasha.
"Haha, bisa aja si bapak mah. Saya mana mungkin jadi juara dunia?" kata Sasha.
"Kata siapa gak mungkin? Gak ada yang gak mungkin di dunia ini! Kalau kamu rajin berlatih pasti suatu saat bisa nanti." kata pelatih Sasha.
"Iya si bener pak. Saya bakal lebih giat lagi deh." kata Sasha.
Sasha beristirahat di ruang ganti, disana ada teman satu tim nya yang lain.
Mereka menyambut kemenangan Sasha dengan tepuk tangan dan sorakan.
"Asik ini dia si pemenang datang."
"Makin keren aja lu emang Sas!"
prok prok prok
"Dih apaansi kalian? Biasa aja kali gausah begini segala." kata Sasha.
"Gabisa lah Sas, lu kan abis menang balapan. Jadi kita harus sambut lu lah." kata Charlie
"Iya Sas, abis itu baru dah kita di traktir sama lu." kata Bima
"Hahahahaha." satu ruangan tertawa.
"Iya iya tenang aja! Gua traktir kalian nanti." kata Sasha.
"Asik. Nah gitu dong!" kata Bima.
❤️
*di sekolah
"Wil!" panggil Ilham.
"Apa?" jawab Willy.
"Lu harus dateng nanti malam! Kalau sampe lu gak datang, gua bakal serang basecamp lu!" ancam Ilham.
"Iya lu tenang aja, gua pasti bakal datang kok! Gua bukan pengecut!" jawab Willy.
Willy berjalan sambil menabrakkan bahu nya ke bahu Ilham.
Ilham terdorong sedikit dan merasa kesal.
"Sial tuh anak! Awas aja lu!"
"Hai Willy!" sapa Sasha.
"Hai Sas!" Willy menyapa nya kembali.
"Pulang bareng yuk!" ajak Sasha.
"Duh, sorry Sas! Gua ada janji." jawab Willy.
"Oh sorry ya, gua gak tau." kata Sasha.
Senyuman di wajah Sasha berubah menjadi kemurungan karena Willy menolak ajakannya.
"Iya gapapa, yaudah ya gua duluan." kata Willy.
"Yah lagi-lagi Willy gak mau pulang bareng gua." batin Sasha.
Ilham melihat Sasha sedang sedih, dia pun menghampirinya.
"Hai Sas!" sapa Ilham.
"Eh, iya kenapa?" tanya Sasha.
"Harusnya gua yang nanya, lu kenapa? Kok kayak sedih gitu sih?" kata Ilham.
"Gapapa. Gua balik ya." kata Sasha.
Sasha langsung berjalan meninggalkan Ilham.
"Kok langsung pergi sih?" batin Ilham.
Willy sampai di kantin sekolahnya, disana dia sudah ditunggu oleh 2 sahabat nya.
"Woi bro! Sorry lama!" teriak Willy.
"Iya woi gapapa!" balas Aziz.
Willy pun duduk di dekat mereka.
"Ada apaan sih lu nyuruh gua kesini dulu?" tanya Willy.
"Gapapa sih, cuma mau ajak makan dulu aja." jawab Aziz.
"Yaelah kirain mau ngapain! Tau gitu mending gua balik makan dirumah, gratis gak make bayar." kata Willy.
"Yeh itu cuman basa-basi Malih!" kata Aziz.
"Gua nyuruh lu kesini karena mau ada yang diomongin sama Ratih." sambung Aziz.
"Hah, baru nyadar gua ada lu Rat. Lagian lu diem aja si!" kata Willy.
"Hehe." tawa Ratih.
"Mau ngomong apaan Rat?" tanya Willy.
"Eh eh nanti dulu dong! Kita makan dulu apa!" sambar Aziz.
"Iya iya Ziz. Yaudah lu pesen dah, sekalian pesenin gua juga!" perintah Willy.
"Lu mau mesen apaan emang?" tanya Aziz.
"Biasa lah, kan lu tau kesukaan gua." jawab Willy.
"Oiya ok sip." kata Aziz.
Aziz pergi memesan makanan untuk mereka bertiga.
Sasha yang sudah sampai di parkiran, tiba-tiba merasa haus sekali.
Dia pun kembali kedalam sekolah dan menuju kantin untuk membeli minum.
Aziz kembali ke meja makan dia melihat 2 sahabat nya hanya saling diam tanpa berbicara.
"Heh pada ngapa lu berdua? Diem-diem bae!" kata Aziz.
"Gak tau si Ratih, gua ajak ngobrol malah senyum-senyum aja." kata Willy.
"Gua bingung mau jawab apa Wil." kata Ratih.
Makanan pesanan Aziz kemudian datang.
"Nah ini dia pesanannya." kata Bu Anya.
"Wah terimakasih Bu Anya. Dari baunya aja udah enak banget, gimana rasanya ya?" kata Aziz.
"Yaudah langsung aja dimakan biar tau." kata Bu Anya.
"Siap Bu." kata Aziz.
Aziz langsung mengambil sendok dan memakan makanannya.
"Ziz, makan tuh pelan-pelan ngapa! Belepotan kemana-mana tuh, jorok amat lu!" kata Willy.
"Lah suka-suka gua dong!" jawab Aziz.
Willy hanya menggelengkan kepalanya.
Kemudian ia menoleh ke arah Ratih yang juga sedang makan.
Dia bertanya,
"Rat, lu mau ngomong apa? Sekarang aja!"
"Nanti aja ya abis makan, lu makan dulu aja!" jawab Ratih.
"Yah tapi gua penasaran banget lu mau ngomong apaan." kata Willy.
"Yaudah kalo penasaran, abisin tuh makanan lu cepet!" kata Aziz.
Willy langsung melahap makanannya dengan cepat.
Sasha sampai di kantin, dia membeli air mineral disana.
"Mas, air mineralnya satu ya."
"Ini."
"Berapa mas?"
"Kayak biasa aja, 3 ribu."
"Ini mas uangnya, terimakasih ya."
Sasha membuka tutup botolnya lalu menenggak nya langsung.
"Aus banget ya neng."
"Hehe iya mas."
Kemudian dia menghabiskan sisa airnya dan membuang botolnya di tempat sampah.
"Makasih ya mas."
"Sama-sama."
Sasha mengambil tasnya dan berjalan ke arah luar.
Namun, dia mendengar obrolan orang di kantin.
"Kok kaya suara Willy ya?" batin Sasha.
Sasha membalikkan badannya dan coba mencari asal obrolan tadi.
Dia menemukan nya, ternyata benar itu Willy yang sedang bersama temannya.
Sasha berniat menghampiri Willy.
"Nah kan udah abis nih, sekarang cepet! Lu mau ngomong apa? Gua penasaran nih!" kata Willy.
"Iya iya. Bentar gua minum dulu." Kata Ratih.
"Udah kan? Cepet ngomong!" kata Willy.
"Gini Wil..." perkataan Ratih terhenti karena Willy melihatnya dengan serius dan mendekatkan wajahnya.
"Ih lu ngapa gitu sih?" tanya Ratih.
"Ya gua kan pengen mendengarkan dengan serius omongan lu Rat." jawab Willy.
"Gausah gitu juga kali!" kata Ratih.
"Iya yaudah lanjut!" kata Willy.
"Gini Wil, gua tuh sebenernya udah lama pengen ngomong ini." kata Ratih.
"Iya ngomong apa buseh dah." kata Willy.
Sasha sudah ada di meja belakang Willy, dia terdiam sambil menghela nafas sejenak.
Dia baru ingin melanjutkan langkahnya, tapi terhenti lagi karena tali sepatunya lepas.
Dia pun mengikatnya terlebih dahulu.
"Gini Wil, gua..."
"Lu apa? Lu kenapa? Cepet dong ngomong, jangan bikin penasaran!" kata Willy.
"Iya sabar dong! Gua tuh.. suka sama lu Wil!" kata Ratih.
Willy dan Aziz langsung kaget mendengar itu.
Mereka berdua ternganga seakan tak percaya apa yang tadi dikatakan oleh Ratih.
Di sisi lain, Sasha juga mendengar perkataan Ratih. Dia merasa sedih dan kecewa.
Lalu, Sasha langsung berbalik dan pergi meninggalkan mereka.
"Lu serius ngomong gitu Rat?" tanya Willy.
"Masa gua bohong sama perasaan gua?" jawab Ratih.
"Tapi, kenapa lu bisa suka sama gua?" tanya Willy.
"Kan gua juga cewek Wil, wajar dong kalo gua suka sama lu. Kan lu tuh emang idola di sini, terus idaman semua cewek disini." jawab Ratih.
"Bisa aja lu ah!" kata Willy tersenyum.
"Wil, gua emang suka sama lu dari pas kelas XI. Tapi, gua gak mau maksa lu buat suka juga sama gua kok. Jadi, gua pengen kita sahabatan aja kaya biasa Wil." kata Ratih.
"Iya Rat, maaf ya gua belum suka sama lu. Mungkin besok-besok bisa. Tapi, kita sahabatan aja ya kaya gini, biar asik." kata Willy.
Sasha berjalan sambil menahan air matanya.
"Kenapa Rat? Gua pikir lu sahabat gua, ternyata lu malah tega nikung gua!" batin Sasha.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!