NovelToon NovelToon

Setelah Suamiku Berselingkuh, Aku Menjadi Kaya

1. Keluar Kota

Hanya perayaan kecil dan sederhana yang disiapkan Alea untuk merayakan satu tahun pernikahannya dengan Radit, diluar rencana yang dia susun.

Sejak satu bulan yang lalu Alea sudah merencanakan perayaan aniversary pernikahannya dengan Radit yang pertama, dia menyiapkan hari specialnya dengan mereservasi meja di restoran kesukaan Radit. Dilajutkan dengan menghabiskan malam berdua memadu kasih. Tapi rencana tinggal rencana, semua berubah karena keberangkatan Radit bersama tim satu divisinya ke kota Malang besok, tepat di hari perayaan hari jadi pernikahannya.

Biarpun hanya makan malam yang sederhana di kediaman mereka, Alea tetap bisa memberikan bekal yang cukup untuk suaminya malam ini. Mereka memadu kasih hingga sama-sama kelelahan.

"Mas, aku sudah memberi bekal yang cukup untukmu. Jangan nakal saat jauh dari aku." ucap Alea dalam dekapan Radit yang terkekeh mendengar apa yang dikatakan istrinya.

"Dari sekian bayak wanita yang aku temui, hanya kamu yang aku cintai, Sayang dan kupilih menjadi permaisuriku." jawab Radit.

Alea semakin masuk kedalam pelukan Radit, laki-laki ini selalu saja bisa membuat hatinya luluh. Hal ini juga yang membuat Lea bertahan menjadi kekasih Radit selama empat tahun hingga akhirnya mereka menikah. Meskipun selama empat tahun itu tidak sedikit laki-laki lain yang menyatakan cinta mereka pada Alea.

Pagi menjelang, Radit sudah siap dengan kopernya duduk dibelakang kemudi. Alea yang akan mengantarkan Radit ke bandara seperti biasanya, sebelum istrinya itu pergi kekantor.

Tiba di bandara, Alea ikut turun dan menyapa Deri ketua divisi dimana Radit ditempatkan di kantornya. Alea mengenal baik Deri, karena laki-laki itu adalah suami dari Reina rekan kerja Alea yang masih memiliki hubungan persaudaraan. Alea langsung pamit pada keduanya karena harus segera kekantor.

"Bang, titip mas Radit." ucap Alea pada Deri yang mendapat kekehan dari pria itu.

"Tenang saja, nanti dia saya ikat biar tidak jauh-jauh dari saya." jawab Deri yang mengundang tawa Alea.

"Mas hati-hati. Beri kabar aku, kalau Mas sudah sampai." ucap Alea sambil meraih tangan Radit untuk mencium punggung tagan suaminya, lalu Radit membalas dengan mengecup kening Alea.

Dalam perjalan kekantor, Alea kembali merasakan keberatannya melepas kepergian Radit kali ini. Tidak seperti biasa, Alea merasa ada hal yang buruk terjadi pada Radit. Tapi Alea tidak ingin menunjukkan kekhawatiranya pada Radit, dia takut akan mengganggu pikiran suaminya.

"Kamu dari bandara?" suara Reina yang bertanya pada Alea, mengejutkan istri Radit itu.

"Iya Mbak, seperti biasa. Tadi aku bertemu bang Deri juga." jawab dan beri tahu Alea pertanyaan Reina.

"Ada apa?" tanya Reina melihat Alea seperti orang yang banyak pikiran.

"Tidak ada apa-apa." jawab Alea yang tentu saja berbohong.

"Ya sudah, aku mau keruanganku dulu." ucap Reina sambil berbalik ingin meninggalkan Alea.

"Mbak Rei. Malam ini diner yuk." ajak Alea yang membuat Reina menyatukan alisnya.

Alea menyegir kuda, "Aku terlanjur mereservasi meja di restoran Rose untuk malam ini, tadinya untuk merayakan satu tahun pernikahanku dengan mas Radit. Tapi mas Radit harus keluar kota, sayangkan kalau dibatalkan." jelas Alea.

"Kalau itu masalahnya, aku terima tawaranmu. Kita sama-sama jomblo selama satu minggu ini." jawab Reina yang membuat Alea tertawa.

Reina benar mereka berdua sama-sama ditinggal dinas ke luar kota oleh para suami. Alea tidak menderita sendiri, tapi mengapa hanya dia yang merasa berat dengan kepergian suaminya? Sementara Reina tampak baik-baik saja di tinggal Deri, wanita yang masih memiliki ikatan persaudaraan dengannya itu tidak memiliki perasaan buruk apa-apa pada Deri.

"Alea."

Deg. Mendengar namanya dipanggil, Alea menupuk jidatnya. Dia lupa kalau harus menghadap Bagas pimpinan perusahaannya pagi ini. Dua hari ini dia tidak konsentrasi dengan pekerjaanya, semua karena persaannya yang tidak nyaman dengan keberangakatan Radit keluar kota.

"Ada masalah apa kamu?" bisik Reina begitu tahu pimpinan mereka yang memanggil Alea.

Semua tahu, Bagas tidak akan memanggil karyawannya jika tidak karena prestasi mereka atau kesalahan yang dibuat karyawannya.

"Aku salah gambar, Mbak." jawab Alea lalu berbalik menghadap Alea.

"Bisa jelaskan pada saya?" tanya Bagas begitu Alea sudah duduk di hadapannya.

"Iya Pak, maaf saya memang salah. Akan saya perbaiki lagi gambar yang saya buat. Sore ini saya usahakan sudah selesai dengan baik." jawab Alea yang langsung mengakui kesalahannya.

"Kamu sedang ada masalah atau sakit?" tanya Bagas.

"Dua-duanya, Pak." jawab Alea. Entah apa yang dia pikirkan hingga jawaban itu yang keluar dari mulutnya.

Bagas tidak pernah bisa marah pada Alea, baru kali ini karyawan kesayangannya ini melakukan kesalahan. Selama ini Alea selalu menunjukkan prestasi yang baik, itu juga yang membuat Bagas mengagumi wanita dihadapannya ini.

"Kalau kamu sakit, sebaiknya kamu ijin dan istirahat di rumah." saran Bagas.

"Tidak perlu Pak. Saya masih bisa bekerja." jawab Alea lagi.

"Ya sudah sana, kamu perbaiki." ucap Bagas akhirnya, membiarkan Alea menyelesaikan pekerjaannya.

Sore tiba, sudah waktunya karyawan pulang. Seperti janjinya pada Bagas, Alea menyelesikan pekerjaanya dengan baik. Hari ini Alea bisa sedikit berkonsentrasi setelah Radit memberi kabar padanya, suaminya itu sudah sampai di Malang dan langsung mengikuti kegiatan yang di adakan kantornya.

"Mbak Rei, Mbak ngerasain sesuatu nggak pada Bang Deri?"

Alea dan Reina malam ini menikmati makan malam berdua, menikmati hidangan yang Alea pesan khusus untuk Radit.

"Maksud kamu?" tanya Reina tidak mengerti.

"Merasakan sesuatu seperti akan terjadi apa-apa, gitu." jelas Alea.

"Enggak, tuh. Memangnya kenapa?" jawab dan tanya Reina.

"Entahlah Mbak, sudah tiga hari ini aku kepikiran terus tentang mas Radit yang keluar kota."

"Seperti ada rasa yang menganjal di sini." tunjuk Alea pada dadanya.

"Kenapa ya, Mbak?" tanya Alea.

"Tidak biasanya kamu seperti ini." sahut Reina.

"Apa karena ini juga kamu sampai membuat kesalahan dalam bekerja sampai-sampai di tegur pak Bagas?" Alea mengangguk membenarkan pertanyaan Reina.

"Untung saja kamu tidak diberi hukuman sama pak Bagas. Padahal kesalahanmu itu bisa menyebabkan kerugian yang lumayan besar untuk perusahaan."

Alea hanya tersenyum sambil mengangguk, dalam hatinya dia membenarkan apa yang di ucapkan Reina. Entah hanya perasaannya atau mungkin benar, Alea sering merasakan tatapan yang berbeda dari Bagas padanya.

"Apa sebenarnya yang membuat kamu tidak nyaman, kepergian Radit keluar kotanya atau karena ada masalah lain dengan kalian?" tanya Reina.

"Kami tidak punya masalah, semua baik-baik saja."

"Coba kamu hubungi Radit, tanyakan padanya apa dia baik-baik saja." saran Reina.

"Nanti saja Mbak, sepulang dari sini."

Reina menyetujui jawaban Alea dan kembali menikmati makan malam mereka yang terbilang mewah.

Sementara itu Radit, Deri, Toro dan Hana baru saja menyelesaikan makan malam mereka lalu kembali kekamar mereka masing-masing.

"Mas Deri, Toro, Hana, aku masuk duluan." ucap Radit begitu dia sudah sampai di depan kamarnya.

Tidak seperti Deri dan Toro yang langsung berbaring dan mengistirahatkan tubuh mereka dikamar masing-masing, Radit memilih untuk berdiri di balkon kamarnya sambil membalas pesan dari seseorang.

Radit tersenyum menerima pesan itu, lalu dia keluar dari kamarnya menuju kamar yang mengiriminya pesan.

Belum juga Radit mengetuk pintu kamar yang dia tuju, pintu itu sudah terbuka dan orang yang didalamnya menarik Radit untuk segera masuk.

"Aku sudah lama menunggu hari ini" ucap Hana.

Hana yang meminta Radit datang kekamarya, wanita itu sudah lama memberi sinyal pada Radit jika dia menyukai laki-laki itu. Melihat penampilan Hana yang seksi malam ini, Radit tidak bisa menahan godaan wanita itu.

Apa yang Alea takutkan akan kehilangan Radit terjadi. Bukan hal buruk yang terjadi pada suaminya, tapi laki-laki yang dia khawtirkan itu membagi kehangatan dengan wanita lain.

...💔💔💔...

...Setelah Suamiku Berselingkuh, Aku Menjadi Kaya...

2. Usaha Yang Bermasalah

Hari ini kepulangan Radit dari luar kota, sudah satu minggu Alea merindukan pelukan suaminya. Sudah dapat Alea bayangkan apa yang akan terjadi pada mereka seperti biasanya. Alea menyambut kepulangan Radit dengan perasaan gembira, terlebih lagi apa yang dia takutnya tidak terjadi. Kekhawatirannya tidak beralasan, nyatanya suaminya pulang dengan keadaan baik baik saja.

"Mas." panggil Alea menyambut kedatangan Radit.

Wanita itu berlari dan masuk kedalam pelukan suaminya, tapi Alea kecewa. Radit tampak tidak seperti biasanya, laki-laki itu hanya memeluk tanpa memberikan kecupan seperti yang selalu suaminya lakukan. Radit memeluknya hanya sesaat, suaminya itu segera berlalu masuk kekamar mereka.

Alea menyiapkan pakaian Radit seperti biasanya, suaminya itu langsung masuk kekamar mandi membersihkan diri. Satu hal lagi yang membuat Alea bertanya-tanya ada apa?

Radit biasanya langsung meminta jatah untuk dipuaskan jika sudah lama tidak bertemu seperti saat ini, tanpa peduli dengan tubuhnya yang masih lelah setelah perjalanan jauh.

"Mas, aku sudah masak makanan kesukaan kamu. Mau makan sekarang?" tawar Alea.

"Iya." jawab Radit singkat.

Lagi-lagi Alea heran dengan sikap Radit, biasanya laki-laki itu akan langsung menanyakan masakan apa yang dia buat dan memuji apa yang Alea lakukan untuk membuat Radit senang.

Alea hanya bisa menarik nafas panjang sambil meninggalkan Radit yang masih mengenakan pakaiannya.

Sambil menyiapkan makan malam untuk Radit, Alea terus berpikir dengan perubahan sikap dan kebiasaan Radit.

"Mungkin mas Radit masih lelah atau ada masalah dengan pekerjaannya" gumam Alea untuk menengkan hati dan pikirannya.

Selama makan malam, tidak ada percakapan antara Alea dan Radit seperti biasanya. Alea tidak ingin berpikir buruk juga tidak ingin terjadi keributan dengan bertanya pada Radit mengapa suaminya itu terlihat berbeda dari biasanya. Alea memilih membiarkan Radit dengan segala sikap dan perubahannya.

Alea kembali harus bersabar, menerima apa yang dia bayangkan ternyata hanyala halayalannya semata. Radit memilih untuk tidur dari pada menikmati malam bersamanya. Alea pasrah menerima kehagatan suaminya dengan hanya di peluk laki-laki itu.

Satu minggu berlalu, satu minggu juga Alea tidak tenang dengan pikiran dan perasaannya. Radit belum kembali seperti Radit yang Alea kenal, entah kemana perginya Radit yang Alea rindukan.

Untung saja pengalamannya yang malu di tegur oleh Bagas karena tidak benar dalam bekerja, membuat Alea belajar untuk profesional dalam pekerjaan. Dia mengenyampingkan masalah rumah tagganya saat di kantor, apa lagi timnya mendapat anggota baru yang cukup kocak, membuat Alea sedikit terhibur saat di kantor.

Dada Alea berdegup kencang saat merasakan kecupan-kecupan sayang yang sudah dua minggu ini dia rindukan.

"Sayang." panggil Radit sambil mengeratkan pelukannya pada Alea dari belakang.

Radit kembali seperti Radit yang Alea kenal, suaminya memeluknya erat sambil memberi kecupan di titik-titik kelemahan Alea.

Alea berbalik mengahadap Radit, laki-laki itu tersenyum yang dibalas Alea dengan senyum lebar.

"Maafkan aku sayang." ucap Radit.

"Aku sedang banyak masalah." keluh Radit mencari alasan pada Alea dengan perubahan sikapnya akhir-akhir ini.

"Masalah apa, Mas? Kamu bisa ceritakan padaku, mungkin aku bisa membantu. Jangan Mas simpan sendiri." tanya Alea sambil memberi tahu Radit.

"Aku tidak ingin menyusahkanmu, jadi aku pikir bisa mengatasinya sendiri." jawab Radit.

"Apa masalahnya?" tanya Alea yang sudah tahu kemana arah pembicaraan Radit jika bukan meminta solusi atau bantuannya.

"Usaha percetakan kita sedang dalam masalah."

Alea menyatukan alisnya mendengar jawaban Radit. Sedikit tidak percaya dengan penjelasan suaminya, selama ini Radit selalu memberi laporan yang bagus terkait usaha percetakan yang Radit rintis sebelum menikah dengan Alea. Usahanya semakin berkembang setelah almarhum ayah Alea memberikan Radit tambahan modal.

Radit mengembangkan usaha percetakan mereka dengan sangat baik, tanpa campur tangan Alea. Satu tahun ini, usaha mereka terus mendapatkan keuntungan walau tidak banyak.

"Pelangan yang biasa memesan undangan dengan kita membatalkan pesanannya, sementara kita sudah mencetak sebagian karena mereka sudah setuju dengan desain yang kita ajukan." ucap Radit memberi tahu Alea.

"Bukankah biasanya mereka memberi uang muka?" tanya Alea.

"Itu dia masalahnya, dia sudah biasa memesan undangan di percetakan kita, sehingga Mas percaya walaupun dia belum memberi uang mukanya."

"Harusnya tidak bisa seperti itu, Mas." protes Alea.

Radit hanya mengggaruk kepalanya yang tidak gatal. Tidak mudah memberi alasan pada Alea, istrinya itu akan terus bertanya sampai dia merasa puas dengan jawaban yang diberikan Radit.

"Kalau hanya sekian ribu undangan, aku rasa percetakan kita tidak begitu banyak mengalami kerugian." sahut Alea lagi.

Walau dia tidak pernah datang atau ikut mengembangkan usaha percetakan mereka, tapi Alea sesekali membantu Radit memeriksa laporan keuangan. Sehingga sedikitnya dia tahu biaya yang dikeluarkan dan untung yang mereka dapatkan.

"Bukan hanya masalah orang yang mencetak undangan membatalkan pesananya, Sayang." sanggah Radit.

"Tapi kita juga mengalami kerugian yang lain." jelas Radit lagi.

"Ada dua ribu baner yang tidak diambil oleh orang yang memesanya, sementara mereka baru membayar untuk lima ratus baner yang sudah mereka ambil." jelas Radit lagi.

"Lalu sekarang Mas maunya apa?" tanya Alea yang malas berdebat.

Mendengar pertanyaan istrinya, Radit tersenyum lebar. Dia kembali megeratkan pelukannya dan mengecup bibir Alea, hal yang selalu dia lakukan untuk meluluhkan hati Alea agar mau menuruti keinginanya.

"Mas punya rencana untuk meminjam uang di bank dengan menyekolahkan surat keterangan pegawai aparatur negara yang Mas miliki." jawab Radit, dengan menyebut Mas pada dirinya sendiri.

"Pembayarannya nanti dengan potong gaji Mas sebagai pegawai negeri, Sayang." lanjut Radit lagi.

"Kalau gaji Mas Radit sebagai pegawai aparatur negara dipotong, lalu biaya rumah tangga kita bagaimana?" tanya Alea.

"Selama Mas masih memperbaiki keuangan di usaha percetakan kita, Mas minta bantuan sama kamu."

"Gaji kamu yang kita gunakan untuk biaya rumah tangga kita dan juga untuk kebutuhan ibu."

"Berapa lama?" tantang Alea.

"Satu tahun." jawab Radit.

"Lima bulan." sahut Alea membalas jawaban Radit.

"Sepuluh bulan." pinta Radit.

"Enam bulan, titik. Jika setuju aku tanda tangan tapi jika tidak, tidak akan ada tanda tangan." jawab Alea tanpa bisa dibantah.

Radit setuju, dia membebani biaya rumah tangga mereka pada Alea hanya selama enam bulan. Bagi radit yang terpenting saat ini Alea mau tanda tangan dan dia bisa mencairkan dana dengan jumlah yang cukup besar. Radit tidak berpikir jauh, jika yang dia lakukan ini kelak akan menghancurkan kehidupannya.

Tanpa rasa curiga Alea akhirnya menyetujui permintaan Radit, mereka berjabat tangan menandakan perjanjian mereka sah.

"Pergunakan uang pinjaman itu sebaik mungkin, Mas." pesan Alea pada Radit.

"Tentu sayang, setelah ini aku akan berhati-hati."

Radit kembali mengecup bibir Alea. Baru saja dia akan memperdalam ciumannya, ponsel Radit berbunyi.

"Ada apa? Iya aku akan kesana." jawab Radit.

Alea terdiam mendengar ucapan Radit dengan lawan bicaranya. Mereka baru saja akan memulai sesuatu yang Alea rindukan, tapi sepertinya suaminya akan pergi.

"Sayang, aku harus ke percetakan. Ale yang baru saja menghubungiku, ada orang yang komplain dengan hasil cetakan kita." ucap Radit berpamitan pada Alea yang hanya terpaku di tempatnya berdiri.

Alea tidak tahu jika dia kembali dibohongi Radit, bukan Ale yang menghubungi suaminya, tapi Hana kekasih gelap suaminya.

...💔💔💔...

...Setelah Suamiku Berselingkuh, Aku Menjadi Kaya...

3. Mencari Tahu

Satu bulan berlalu, Radit belum kembali seperti Radit yang penuh cinta dan hangat. Terlebih lagi setelah Alea memberikan tanda tangannya yang mengijinkan Radit meminjam uang di bank.

Alea hanya bisa bersabar dengan perubahan suaminya, hanya air mata yang menenemani Alea dikala sendiri dan kesepian. Sudah sangat sedikit waktu yang dimiliki Radit untuk mereka bekumpul berbagi cerita seperti dulu.

Akhir-akhir ini suami Alea itu sering keluar kota. Satu bulan ini saja sudah empat kali laki-laki itu pergi meninggalkannya sendiri, dua sampai tiga hari lamanya.

Saat kembali dari luar kotapun Radit bersikap biasa-biasa saja padanya, seolah laki-laki itu sudah tidak memiliki perasaan rindu pada Alea yang beberapa hari dia tinggalkan.

"Mas, malam ini jangan lupa." ucap Alea saat mengantar Radit yang akan ke kantor.

Alea mengingatkan Radit yang semalam berjanji malam ini mereka akan menghabiskan waktu bersama. Banyak cara yang Alea lakukan agar Radit kembali melihat dirinya seperti dulu. Alea bahkan membuang jauh rasa malunya, dia yang selalu menawarkan diri terlebih dulu untuk mengajak Radit berhubungan intim. Tapi selalu saja berakhir dengan kekecewaan.

"Tentu saja, aku tidak akan lupa. Persiapkan dirimu, Sayang." jawab Radit sambil menggoda Alea dengan mengedipkan satu matanya.

Alea hanya bisa menghela nafas panjang setelah menerima pesan dari Radit, dia melempar ponselnya kesembarang arah. Suaminya mengirim pesan tidak akan pulang malam ini, Radit akan lembur membantu karyawan mereka mengerjakan beberapa pesanan di percetakan.

Selalu saja Radit membatalkan janji nya untuk memadu kasih dengan Alea, dia bisa apa?

"Kamu hanya memberi aku waktu enam bulan membantu biaya rumah tangga kita dan ibu, Sayang. Jadi aku harus bekerja lebih keras lagi agar percetakan kita kembali seperti dulu."

Jawaban yang selalu Radit berikan sebagai alasan, saat Alea mengeluh Radit yang selalu lembur di percetakan meninggalkannya sendiri yang hanya bisa memeluk guling.

Empat bulan berlalu, cukup sudah bagi Alea memberi waktu pada Radit dengan sikap dingin suaminya yang selalu saja memberinya berbagai alasannya. Bahkan tidak jarang Radit sesekali membentaknya saat Alea menanyakan keberadaan Radit yang jarang pulang ke rumah.

Alea sadar jika rumah tangganya sekarang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Bukan dia yang menginginkannya, tapi Radit yang semakin hari semakin tidak peduli dengan dirinya. Alea tidak bisa berdiam diri, dia harus mencari tahu ada masalah apa sebenarnya pada suaminya.

Pagi ini seperti biasa Alea pergi kekantor seakan tidak ada masalah dalam rumah tangganya. Sikapnya yang santai tidak terlihat seperti orang yang sedang memilik masalah. Hari ini Dia berusaha menegerjakan pekerjaannya sebaik dan secepat mungkin, Alea ingin memulai penyelidikannya siang ini.

"Mas Bro, tolong setorin kerjaan aku ke bos, ya." ucap Alea pada Lukman teman satu ruangannya.

"Kenapa nggak kamu kasih sendiri aja?" tanya Lukman.

"Aku ada keperluan penting di luar. Please Mas Bro, tolongin aku." pinta Alea sambil memohon.

"Kalau bos tanya?" tanya Lukma lagi.

"Bilang aja Lea mau ke proyek, aku juga pinjam mobil kantor. Ok" jawab Alea sambil menyatukan jari telunjuk dan ibu jarinya membetuk lingkaran.

"Ok deh." jawab Lukman.

"Mas Bro memang yang terbaik." puji Alea sambil memberikan senyum yang lebar pada teman satu ruangannya itu.

"Balik lagi bawa makanan" teriak Lukman pada Alea yang berlalu.

Tujuan pertama Alea adalah mendatangi usaha percetakan suaminya yang tidak pernah Alea kunjungi sejak berdiri hinga saat ini. Dia hanya mengetahui perkembangannya dari laporan Radit, selama ini suaminya selalu jujur dan terbuka tentang usahanya.

Tapi empat bulan terakhir ini, Alea tidak pernah lagi melihat Radit menghitung untung dan rugi usahanya dirumah. Membuat Alea kesulitan untuk mengetahui perkembanganya, sebatas mana kemajuan yang Radit lakukan pada usahanya, setelah suaminya itu meminjam uang di bank.

Masuk kedalam tempat usaha percetakan milik Radit, Alea mengitarkan bola matanya keseluruh ruangan depan tempat mereka menerima tamu. Di ruangan ini ada meja kasir dan juga dua buah meja untuk customer konsultasi tentang pesanan mereka.

"Ada yang bisa kami bantu, Mbak?" tanya salah satu pegawai percetakan itu.

"Iya saya mau cetak beberapa bener, kartu nama dan juga paper bag untuk usaha saya." jawab Alea.

"Mau berapa banyak, Mbak?" tanya karyawan itu lagi yang Alea yakin jika itu adalah Ale orang kepercayaan Radit yang sering menghubungi suaminya.

"Apa jumlah pesananya itu menentukan harga?" tanya Alea lagi.

"Benar Mbak, semakin banyak jumlah pesanan yang Mbak pesan maka akan semakin murah harganya."

Alea meminta beberapa contoh kartu nama dan paper bag yang akan dia pesan. Sambil melihat-lihat contoh yang di berikan Ale, Alea mulai beraksi.

"Mas pernah tidak ada yang pesan banyak terus tidak diambil?" tanya Alea yang mulai masuk ke penyelidikannya.

"Alhamdulillah belum pernah, Mbak. Selama saya ikut membantu disini, pelangan selalu mengambil semua pesanan mereka."

"Mas sudah lama kerja disini?" tanya Alea lagi ingin meyakinkan jika yang bicara denganya adalah Ale.

"Sejak usaha ini berdiri." jawab Ale. Alea tersenyum, seperti dugaannya laki-laki ini Ale yang selalu disebut namanya oleh Radit.

"Tidak pernah ada pelangan yang ingkar janji, berarti usahanya lancar ya, Mas." ucap Alea.

"Ya, seperti itulah Mbak." sahut Ale.

"Saya minta hitungan yang ukuran ini Mas. Untuk pertama saya pesan yang minimal dulu." ucap Alea.

Sambil menunggu Ale menghitung harga produk yang Alea pesan, Alea kembali bertanya-tanya untuk mencari tahu tentang Radit dan usahanya.

"Kalau boleh tahu siapa yang punya percetakan ini Mas?" tanya Alea lagi.

"Yang punya percetakan ini namanya mas Radit, dia sebenarnya pegawai, tapi dia mencoba buka usaha untuk penghasilan tambahan. Dan ternyata pendapatannya lebih besar dari gajinya."

"Hebat ya." seru Alea menanggapi jawaban Ale.

Banyak hal lain yang Alea tanyakan pada Ale, terkait dengan kemajuan percetakaan ini. Termasuk bertanya tentang dirinya sendiri.

"Yang punya usaha ini sudah menikah?" tanya Alea.

"Sayang sekali sudah Mbak, jadi Mbak nggak bisa daftar jadi calon istrinya, mas Radit." jawab Ale sambil bercanda.

Alea terkekeh mendengar candaan Ale. Untuk masalah ini Radit jujur tentang statusnya yang sudah menikah. Alea bisa tersenyum senang, tapi senyum itu segera hilang mengingat Radit yang sudah membohonginya tentang usaha percetakannya yang merugi. Bahkan dia dibebani Radit dengan biaya rumah tangga mereka dan biaya untuk ibunya. Bagaimana cara Alea menanyakan ini semua pada Radit?

Alea pamit pada Ale, setelah dia menerima daftar harga cetak kartu nama dan paper bag serta baner yang akan dia pesan. Dengan alasan akan dia bicarakan terlebih dulu dengan rekannya, Alea tidak bisa memesannya sekarang. Alea meminta nomor telepon orang kepercayaan Radit itu, dia megatakan akan menghubungi Ale lagi untuk mengklarifikasi pesanannya.

Bukan itu tujuan Alea meminta nomor telepon Ale, Alea yakin dia akan membutuhkan keterangan Ale lagi kedepanya.

Alea masuk kedalam mobil, dia tidak langsung menjalankan kendaraan kantor yang dia pinjam. Alea masih memikirkan apa yang Ale informasikan padaya dan mencari cara untuk bicara dengan Radit.

Usaha percetakan Radit tidak mengalami kerugian, itu yang Alea simpulkan. Lantas mengapa Radit harus mengambil pinjaman di bank? Untuk apa dan kemana perginya uang itu?

Alea berdebat dengan pikirannya sendiri. Di tengah kebingungannya dia melihat mobil yang biasa di gunakan Radit masuk kehalaman tempat usaha mereka, Radit parkir tepat diseberang kendaraan yang dikendarai Alea. Alea sengaja meminjam mobil kantor, tentu saja agar Radit tidak mengetahui keberadaannya seperti saat ini.

Mata Alea membola saat tahu Radit tidak hanya sendiri keluar dari kendaraannya. Ada seorang wanita yang turun bersama suaminya, Alea kenal wanita itu sebagai teman satu divisi dengan Radit.

"Hana" gumam Alea.

Tanpa malu wanita itu melingkarkan tanganya di lengan Radit. Hal yang tidak pantas dilakukan oleh dua rekan kerja, jika mereka tidak memiliki hubungan special.

"Jadi ini yang membuat kamu berubah, Mas. Ada dia yang kamu sembunyikan di belakangku." gumam Alea.

Dada Alea bergejolak menahan sesak, dia merasakan sakit dihatinya. Tidak, Alea tidak akan membuat keributan dengan melabrak Radit dan selingkuhannya. Alea akan bermain cantik membalas semua penghianatan yang Radit lakukan di dalam rumah tangga mereka.

"Aku akan buat kamu hancur dengan penghianatan ini, Mas!"

...💔💔💔...

...Setelah Suamiku Berselingkuh, Aku Menjadi Kaya...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!