Kerajaan Yanzhie dan Kerajaan Niangxi adalah dua kerajaan bersebelahan. Dua negara ini telah bermusuhan sejak awal karena memperebutkan sebuah kota tua Yichan di dekat perbatasan Yanshan.
Belasan tahun yang lalu Yang Mulia Yan Yue, raja Yanzhie sekarang pernah mempertaruhkan nyawanya bersama Zhao Juren untuk mempertahankan wilayah perbtasan di mana kota tua Yichan berada.
Kota tua Yichan ini mempunyai kisah panjang di masa lalu menyimpan banyak rahasia yang merupakan cikal bakal kedua negara. Perpecahan sebuah negara besar berasal dari kota tua ini, ketika seorang jenderal berusaha menggulingkan rajanya.
Bertahun-tahun terjadi perang dan untuk membereskan pertikaian dua saudara itu sekaligus mengakhiri perang yang tak kunjung usai diambillah langkah berani untuk membagi dua wilayah yang di kuasai oleh masing-masing pemimpin. Jenderal yang juga adalah saudara tiri sang raja di generasi pertama. Ketika Wilayah itu di bagi, kedua raja baru sepakat dengan kebijakan masing-masing. Tetapi perang saudara itu tak pernah benar-benar berakhir. Mereka masih memperebutkan satu wilayah yang paling sakral, yaitu sebuah kota tua, tempat pertama kali negara itu di dirikan.
Sebuah kota tua di pegunungan Yanshan, yang benama kota Yichan itu. Asal mulanya kota tua itu diberikan dalam perlindungan Yanzhie, tetapi Niangxi kemudian mengingkarinya.
Pertikaian dua negara itu berlangsung berabad-abad, bahkan sudah memasuki generasi ke-5. Mereka tak pernah berhenti saling menyerang di perbatasan itu. Ada sebuah rahasia besar berada di balik perebutan tempat itu, yng tak banyak orang tahu.
Wilayah Yanzhie membujur dari pegunungan Yanshan ke utara, Niangxi ke arah selatan dari padang rumput sampai menuju laut. Iklim didaerah Niangxi lebih hangat di banding Yanzhi.
KERAJAAN YANZHI
Ibu kota kerajaan : kota Yubei.
Pemimpin : Raja Yan Yue
Raja : Yang Mulia Yan Yue (anak dari raja Yan Haocun dan permaisuri Xu Jiao )
Di nobatkan menjadi raja dari usia 18 tahun.
*Ayah meninggal karena sudah berusia tua.
*Ibu meninggal karena suatu sakit misterius yang menyebabkan dirinya sakit selama dua tahun, menurut cerita karena racun dupa dari selir Li Sui karena ingin menjadi ibu suri.
Permaisuri utama : Permaisuri Agung Xiao Yi atau di panggil dengn panggilan kesayangan sebagai 'Chenxing' oleh raja adalah seorang ratu yang berasal dari kalangan bawah (bangsawan rendah) yang di nobatkan menjadi permaisuri karena kecerdasan dan kebijakannya, seorang permaisuri yang membuat raja Yan Yue tunduk pada satu cinta.
Kisah romantik mereka yang penuh liku dan intrik bisa di baca di dalam novel sebelumnya " SELIR PERSEMBAHAN" yang telah rilis dan tamat sebelumnya.
Putera : Pangeran Yan Tiang Tang (Pangeran Langit) dan Yan Tai Yang (Pangeran matahari) adalah dua pangeran kembar, salah satunya adalah calon pewaris kerajaan Yanzhie.
Xiao Yi adalah satu-satunya selir yang membuat Yang Mulia jatuh cinta di antara sekian banyak selirnya tidak hanya karena kecantikannya tetapi karena kebijakan, kepintaran dan keterampilannya. Selir yang membuatnya bangkit dari keterpurukan masa lalunya.
JENDERAL ZHAO JUREN (Pangeran kehormatan Yan Juren)
Panglima muda Zhao Juren, putra Raja Yan Haochun yang identitasnya di rahasiakan oleh ibu Suri Li Sui karena ambisinya, di besarkan oleh Bangsawan Zhao Honglie , kakak kandung dari ibu Suri Li Sui, perempuan yang kemudian menjadi seorang pengkhianat Negara di akhir hidupnya.
Zhao Juren dibesarkan di lingkungan kerajaan di bawah pengasuhan ibu suri bersama dengan pangeran-pangeran lain dan diangkat menjadi panglima muda pada usia sangat belia karena prestasinya dalam kemiliteran, menggantikan ayah angkatnya jenderal Zhao Honglie.
Dalam kisah ini bercerita tentang kehidupan Zhao Juren setelah Ibu Suri di hukum akibat pengkhianatannya dan selir Yi di angkat menjadi permaisuri Agung sebagai pendamping Yang Mulia raja Yan Yue, kakak dari Zhao Juren berbeda ibu.
Dalam Novel ini di kisahkan setelah 3 tahun semenjak kejadian pemberontakan di aula kebesaran istana Weiyan, dimana dalam kejadian itu hampir saja membunuh calon permaisuri agung dan menghilangkan nyawa Zhao Juren.
*PEMBAGIAN WILAYAH YANZHIE*
Yanzhie adalah kerajaan yang mempunyai Wilayah 5 Provinsi dipimpin oleh seorang gubernur dan beberapa suku/kerajaan kecil yang di pimpin oleh ketua suku dari klan tertentu:
Propinsi Youwu
Propinsi Shicuan
Propinsi Handong
Propinsi Daoting
Propinsi Liangsu
Daerah Suku Shije
Daerah Klan Ranbei
Daerah Suku Liao
Daerah Klan Xian
KERAJAAN NIANGXI
Ibu kota kerajaan : Nanxing
Pemimpin: Raja Nan Chen Xiatian/Yang Mulia Nan Chen
Permaisuri : Lin Fangyin
(mereka menikah hampir sepuluh tahun tetapi belum mempunyai anak), Raja Nan Chen hanya memiliki memiliki anak dari beberapa selirnya, itu yang membuat Permaisuri Fangyin menjadi sangat kejam dan dan dingin. Hal ini membuatnya menjadi permaisuri yang pencemburu. Fangyin sendiri dinikahkan kepada raja karena dia adalah anak dari jenderal Lin Qin, sahabat raja sebelumnya.
WILAYAH KERAJAAN:
Provinsi Lijiang
Provinsi Yibin
Provinsi Xiantan
Provinsi Guiyan
Provinsi Qianan
Negara Nanxing hanya terdiri dari lima provinsi tetapi terbagi atas banyak prefektur atau sub provinsi. Daerahnya tidak seluas Yanzhie tetapi dalam hal kesuburan, daerah Yanzhi lebih subur tanahnya meski ke arah selatan jauh menjadi lebih kering dan meranggas pada beberapa wilayah. Tetapi, negara Nanxing tidak terlalu sering mengalami bencana alam, berbeda dengan negara Yanzhie yang di beberapa wilayahnya terancam banjir dan musim dan musim dingin berkepanjangan di sepanjang tahun.
Lin Hongse (Wakil jenderal Qui yang misterius) merupakan adik dari permaisuri raja, Lin Fangyin.
Lin Hongse di angkat menjadi wakil utama jenderal yang selalu menyembunyikan wajahnya di balik baju jirah dan topeng besi itu. Konon hanya Lin Hongse dan berapa orang penting istana saja yang tahu rupa dari Jenderal Qui yang dingin itu.
Puteri Nan Luoxia (adik Yang Mulia Nan Chen), Konon adalah gadis tercantik di negara Niangxi, di adalah gadis yang lahir saat musim gugur berubah menjadi musim dingin. Ibunya merasakan sakit kontraksi dari saat ujung musim gugur hingga salju pertama di musim dingin tiba. Setengah purnama menahan sakit tetapi tak kunjung melahirkan sehingga di namaka Luoxia oleh ayahandanya.
Yue Yin (Pemimpin pasukan bidadari), seorang kepercayaan dari Jenderal Qui yang lain, gadis misterius yang seringkali muncul dan menghilang tanpa orang tahu keberadaannya. Dia selalu menggunakan cadar jika keluar dari istana Tianzhi, konon menurut rumor Yue Yin adalah simpanan dari jenderal Qui yang misterius.
Kedua negara ini bertikai tanpa pernah benar-benar berhasil melakukan diplomasi. Mereka memperebutkan kota yang di akui masing-masing sebagai miliknya, sebuah kota tua Yichen yang hanya seluas sebuah kota setingkat sub prefektur (Kabupaten), di mana kota itu berisi bangunan-bangunan tua dan kuil-kuil lama yang di jaga oleh rahib-rahib.
Cerita ini adalah spin off dari kisah Selir persembahan dengan tokoh utama Jenderal Zhao Juren.
...Terimakasih sudah membaca CINTA TERAKHIR ZHAO JUREN, jangan lupa Vote dan dukungannya, yaaa❤️❤️❤️...
...LUKISAN JENDERAL ZHAO JUREN...
Dalam Cerita kali ini, author memberikan visualisasi yang sedikit lebih jelas tentang para tokoh, terutama Zhao Juren sebagai central kisah dalam novel ini.
Visualisasi Zhao Juren dalam novel ini
...Visualisasi Xue Xue/Xue Lian...
Komandan Li Jin
...Visualisasi Lin Hongse...
Visualisasi Raja Nan Chen Xiatiau
Visualisasi atu Lin Fangyin
...Visualisasi Bai Yueyin...
Ini adalah visualisasi para tokoh, untuk mempermudah imajinasi para pembaca😅🙏
Tokoh-tokoh ini akan banyak keluar dalam kisah ini😁
Terimakasih buat teman-teman pembaca yang sudah setia menunggu rilisnya lanjutan kisah dari "Selir persembahan" yaitu kisah Zhao Juren, panglima patah hati dalam novel sebelumnya☺️🙏
Semoga di novel kedua ini pembaca menikmati perjalanan Zhao Juren dalam intrik yang berbeda, perjuangan kisah cinta dua orang dari dua kerajaan yang bermusuhan☺️
Yuk, mari ikuti kisahnya, bagi yang belum membaca kisah sebelumnya, author harapkan bisa membaca kisah Zhao Juren di Novel sebelumnya "SELIR PERSEMBAHAN"
Terimakasih semuanya, selamat membaca🙏😁
CUPLIKAN DARI BAB : MENGAGUMI TANPA MEMILIKI (Terdapat dalam bab 159 di kisah SELIR PERSEMBAHAN)
"Aku merasa bersalah belum sempat berterimakasih padamu..." Tiba-tiba suara Xiao Yi memecah sunyi, dia berbalik dan menghadap Zhao Juren, menatap matanya langsung seperti seorang teman.
"Berterimakasih untuk apa?" Zhao Juren balas menatap mata yang berbinar seindah kejora itu.
"Untuk semua hal yang telah kamu lakukan untukku..."
Kalimat itu begitu jernih, terasa merasuk sampai di relung jiwa terdalam.
Zhao Juren terdiam, dia menatap pada Xiao Yi.
"Aku tidak melakukan apa-apa." Desis Zhao Juren.
"Aku tahu benar, siapa yang telah menjadi pelindungku..."Xiao Yi mengangkat wajahnya, senyumnya terlihat samar dan menawan.
"Apapun yang telah kamu lakukan untukku, mungkin tak akan aku bisa membalasnya seumur hidupku. Aku berdiri di depanmu hari inipun, tak bisa lepas dari setiap pertolongan yang telah kamu lakukan. Selembar nyawaku mungkin tak cukup untuk membalasnya..."
"Tidak...tidak...jangan berkata seperti itu." Zhao Juren menggelengkan kepalanya, dia benar-benar merasa tidak layak menerima ucapan itu.
Dia tahu betul, nyawanya terselamatkan oleh pil sambung nyawa, harta berharga dari Xiao Yi.
"Juren..." Suara itu pelan, tapi seperti sebuah sambaran kilat yang sampai ke ulu hatinya, membuatnya seketika seperti melayang.
Ini adalah pertama kalinya pula, Xiao Yi tidak memanggilnya dengan embel-embel Tuan atau bahkan pangeran.
Perempuan itu memanggil hanya dengan namanya saja, begitu dekat, begitu akrab.
"Ku dengar dari Yang Mulia, kamu menolak untuk menerima gelar pangeran..." Xiao Yi menaikkan alisnya yang hitam cantik itu.
"Aku merasa tidak pantas menerimanya." Zhao Juren menjawab pendek.
"Ini bukan soal pantas atau tidak tetapi ini adalah kenyataannya. Ayahmu adalah raja Yan Houcun, karena itulah kamu berhak menyandang gelar pangeran." Sahut Xiao Yi dengan lugas.
"Tapi ibuku sendiri telah berusaha membuat malu leluhur Yan, aku merasa bertanggungjawab dengan semuanya."Zhao Juren bersikukuh.
"Kesalahan seorang ibu bukanlah kesalahan seorang anak. Tidak ada yang bisa kamu pertanggungjawabkan dari kesalahan yang tidak kamu lakukan. Setiap orang bertanggungjawab untuk perbuatannya masing-masing dimulai saat dia mengerti baik dan buruk, hitam dan putih." Xiao Yi tersenyum hangat pada Zhao Juren, dia nampak begitu bijak dengan perutnya yang terlihat membesar itu.
"Tapi, aku telah menutup mata dan telingaku untuk hal-hal yang mungkin bisa aku cegah." Kalimat itu di ucapkan Zhao Juren dengan penuh sesal.
"Juren, ada hal yang bisa kita tangani, ada hal yang di luar kemampuan kita membereskannya. Jika kita tak bisa mencegah kesalahan, setidaknya kita mempunyai kesempatan untuk memperbaikinya." Xiao Yi tak pernah kehilangan kata-kata menghadapi orang yang sedang putus asa.
"Apa yang bisa kulakukan dengan menyandang gelar pangeran? tidak ada yang akan berubah, Ibuku tetap di ingat sebagai penjahat dan pengkhianat di mata semua orang." Zhao Juren melemparkan pandangannya ke langit yang mulai cerah sepenuhnya, cahayanya yang menghangat seolah ingin mencairkan salju yang yang ada di ranting-ranting persik.
"Tapi sebagai anak kamu bisa memperbaiki apa yang telah diperbuat ibumu, ketika orang menjadi baik, semua mata bisa melihat kebaikanmu."Xiao Yi mengetuk perlahan seruling yang ada di tangannya.
"Apakah aku layak untuk ini?" Pertanyaan yang penuh kebimbangan itu terdengar mengambang, seolah ingin bertanya pada dirinya sendiri.
"Darah Yan mengalir dalam dirimu, bukan karena kamu memilihnya. Yang menjadikan dirimu layak atau tidak ketika kamu tetap teguh dengan nuranimu sampai akhir." Xiao Yi menatap sesaat pada wajah Zhao Juren.
"Jadilah berani, Juren. Karena sekarang kamu bukan lagi hidup untuk nama keluarga Zhao tapi juga untuk nama besar Keluarga Yan. Kita tahu setiap orang tidak sempurna, tapi jika kita tetap membawa hati yang baik maka kita tetap menjadi orang baik." Xiao Yi hendak membalikkan badannya ketika Zhao Juren memanggil namanya dengan lirih.
"Xiao Yi..." Suara itu serupa bisikan, terdengar halus dan sedikit takut jika Xiao Yi menjadi tersinggung dengan kelancangannya.
Tapi pias wajah Xiao Yi tak berubah, dia tidak menunjukkan dia tak nyaman atau tersinggung.
"Terimakasih." Dadanya terasa begitu ngilu melihat pada perempuan yang telah membuatnya benar-benar bersyukur telah bertemu dengannya.
Dia tidak merasa salah telah mengagumi dan mencintai perempuan ini, meski itu hanyalah dalam hatinya sendiri.
Xiao Yi menatap lama kepada wajah laki-laki gagah di depannya itu, rahang itu tidak sekeras biasanya. Dia terlihat lebih tenang dan lunak. Mata itupun tidak lagi menatap dalam, tajam dan kosong jika bertatapan drngan orang lain.
"Aku akan menyimpan chai kumala biru darimu sebagai tanda persahabatan kita. Aku akan mengenangnya sebagai pemberian seorang teman baik yang telah menyelamatkan hidupku berkali-kali." Kata Xiao Yi halus, raut wajah cantiknya itu begitu tenang.
Rasa senang dan sakit membaur di dalam hati Zhao Juren, mendengar dirinya di anggap sebagai teman baik baik bagi Xiao Yi.
Kata teman untuk orang yang terang-terangan telah mengakui perasaan cintanya pada orang tersebut tentu adalah sesuatu yang tidak menyenangkan untuk di dengar.
Tapi, apa yang sungguh di harapkannya? Cintanya berbalas? Dia juga tidak mengharapkannya, karena dia tidak ingin mengkhianati adiknya dua kali. Setelah ibunya, dia tidak sanggup melakukannya lagi dengan merebut istri dari adiknya itu, semenderita apapun hidup yang akan di laluinya.
"Aku minta maaf untuk semua hal yang kamu harapkan, tapi tak bisa aku berikan. Semua yang di takdirkan kepada kita, kadang banyak yang tidak sesuai dengan kehendak kita. Tapi, takdir itu adalah yang terbaik untuk kita jalani." Xiao Yi tersenyum lebar.
Tangannya terulur pada Zhao Juren,
"Ambilah Xiao ini, aku sangat menyukai barang ini. Pada saat aku kesepian, aku akan memainkannya, dan aku sadar aku tidak sendiri saat orang lain mendengar alunan suaranya. Seperti itulah aku berharap, kamu akan menyimpannya sebagai pemberian seorang teman yang selalu mengingatmu sebagai pelindungnya." Ucap Xiao Yi, terdengar begitu tulus.
Dengan ragu, Zhao Juren menyambut Xiao yang mengkilat dalam warna emasnya itu.
"Semoga sebagai Pangeran Yan Juren, anda tetap menjadi salah satu kebanggaan Yanzhi...dan semoga sebagai tuan Zhao Juren, anda juga menemukan cinta sejatinya." Xiao Yi membungkukkan badannya sedikit, dia menunduk dalam penghormatannya kepada Zhao Juren.
Zhao Juren memandang punggung Xiao Yi yang berjalan menjauhinya dalam langkah anggun dan sedikit berat, karena perutnya yang terlihat membebani langkahnya.
Xiao Yi...
mungkin jalanku ini terlalu sempit untuk bisa melangkah bersamamu...
Aku terbawa pada cinta yang hanya sebelah hati,
Apa dayaku, menghirup rinduku sendiri.
Mungkin memang seperti kiambang yang mengapung tak ada tempat berpegang,
takdir kita bukan pada jalan yang sama.
Mengagumi tanpa memiliki sungguh tak mengapa bagiku,
Melihatmu bahagia, aku tidak menginginkan apa-apa.
Xiao Yi...
Andai di kehidupan lain kita bertemu,
maukah kamu melihatku sebentar saja dan mencintaiku sedikit saja,
Supaya aku tahu seindah apa di cintai oleh seorang dewi....
Zhao Juren menggenggam erat xiao bambu yang di tangannya. Hatinya terluka tapi dia bahagia.
...Terimakasih sudah membaca CINTA TERAKHIR ZHAO JUREN, jangan lupa Vote dan dukungannya, yaaa❤️❤️❤️...
Langit gelap, musim gugur di perbatasan Niangxi dan Yanzhie memang terasa berbeda, terasa lebih panas dari semua daerah di Yubei yang Zhao Juren pernah rasakan. Semua daerah di wilayah Yanzhie hampir semua pernah di jejaki Zhao Juren dari 5 provinsi sampai dengan kota prefekturnya bahkan wilayah-wilayah yang dikepalai kepala klan dan kepala sukunya.
Di saat malam hari, udara terasa pengap dan angin kencang menyapu bumi, Zhao Juren, sang panglima perang Yanzhie yang gagah perkasa itu berdiri dengan wajah kerasnya menantang angin malam. Dia berdiri di sebuah lereng yang tinggi dan mengedarkan pandangannya ke arah kejauhan, ke tempat di mana medan perang yang kini dihadapinya memberikan pandangan suram dan bau amis darah yang terasa sayup-sayup di bawa oleh udara.
Bau darah menyengat dari pertempuran yang usai tadi sore. Lelah masih menggelayut kuat, sekujur badannya terasa remuk, beberapa luka di bagian lengannya masih menyisakan nyeri.
“Huhhh…” Suara nafasnya yang di tarik panjang sedemikian rupa terdengar berat, udara yang dingin membentuk kabut saat terhempas angin dari hidung Zhao Juren. Tarikan nafas itu benar-benar lelah. Bukan hanya lelah secara fisik tetapi lelah secara mental setelah bertahun-tahun hidup dalam medan perang antara hidup dan mati.
Ini adalah medan perang terakhir yang sudah di rencanakannya sebelum dirinya meminta untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai panglima perang Yanzhie.
Sudah tiga tahun sejak dirinya pulih dari luka tikaman sang ibunda, mantan ibu Suri Zhao Li Sui yang kini masih berada di kuil Sunyen. Dia masih merasakan sedikit nyeri pada bagian perutnya sewaktu-waktu, rasa sakit yang aneh ini seolah selalu mengingatkannya pada bagaimana semua kejadian dan kenangan di masa lalu. Meski dia memejamkan matanya dengan sekuat tenaga tetapi rasa nyeri yang datang dari hatinya bahkan lebih sakit dari rasa nyeri bekas luka itu.
Bagaimana tidak, ibu kandungnya lah yang telah membuat luka itu, dia ditikam oleh orang yang telah melahirkan dirinya, hati siapakah yang tak sakit? Dan lebih sakit lagi, bertahun-tahun dia tidak tahu jikalau ibu suri Li Sui yang sangat di sayangi dan di hormatinya itu adalah ibu kandungnya sendiri.
Yang Mulia Yan Yue, memang telah mengumumkan secara resmi bahwa dirinya adalah pangeran kedua anak dari raja tua Yan Houcun, raja sebelum dirinya, dan Zhao Juren pun telah di berikan gelar kehormatan sebagai pangeran kehormatan Yanzhie.
Sebagai anak kandung Yang Mulia Yan Houcun dengan Selir Furen Zhao Li Sui, di mana sempat bertahun-tahun menjabat menjadi ibu Suri, wali Yang Mulia raja Yan Yue. Gelar kehormatan sebagai anak raja di berikan kepadanya bahkan lebih tinggi dari pangeran yang lain.
Tetapi, Zhao Juren tetap merasa hatinya hampa, perasaan cintanya yang kandas mungkin bukan lagi hal yang menyulitkannya bernafas, hanya saja dia merasa sepi dalam kehidupan yang di tawarkan oleh kemewahan istana. Zhao Juren merasa di sana bukan tempat yang tepat baginya.
"Aku setiap hari melihatnya, perempuan yang kucintai dan kukagumi, menatapnya dan begitu dekat tetapi aku sendiri tak bisa menyentuhnya dan memeluknya. Bahkan dalam mimpi sekalipun, hal itu sungguh berdosa jika ku lakukan. Dia adalah mulik saudaraku, dia adalah perempuan rajaku. Untuk memikirkannyapun aku mungkin akan mendapatkan hukuman..."Bathinnya menggerang.
Tapi tak bisa dia pungkiri, saat dia memegang jantungnya, rasanya semakin sakit saja. Dia tak bisa melepaskan ikatannya dari Xiao Yi, perempuan itu telah memberinya pil sambung nyawa, ramuan yang di buat dari plasenta Xiao Yi saat dia dilahirkan. Bagaimana bisa dia menolak untuk tidak selalu merasa terhubung karena dia menganggap sebagian dari diri Xiao Yi ada di dalam dirinya.
Zhao Juren tidak memutuskan dengan sembarangan, ketika dia benar-benar ingin mundur dari dunia militer yang telah membesarkan namanya itu, soal ibunya itu juga adalah sesuatu yang tak kalah menekan keberadaannya.
Gejolak dalam istanapun sebenarnya tak terhindarkan, semua dosa dari ibu suri Li Sui terhadap permaisuri utama, ibunda dari Raja Yan Yue mencuat ke permukaan bahkan beberapa saksi termasuk gubernur Qian Lie yang sedang berjuang mencari muka untuk pengampunannya bersedia menjadi saksi bagaimana Li Sui telah meracuni permaisuri utama dengan racun asap dupa. Dikatakan bahwa Li Sui telah meracuninya dengan perlahan, menyiksa permaisuri karena sakit hati dan kecemburuannya secara kejam dalam dua tahun. Permaisuri itu sekarat dan menanggung kesakitan setiap dia tertidur, karena rasa sakitnya akan bekerja saat dia berada di alam bawah sadar. Racun kejam itu bekerja dalam mimpi. Sehingga tak ada yang tahu dengan penyakit misterius Permaisuri yang Mulia Yan Houcun itu.
Teriakan meminta keadilan dan hukuman mati untuk ibunya Zhao Li Sui tentu saja tak bisa dielakkan baik dari dalam istana maupun dari rakyat yang membenci Li Sui. Dan hal itu tentu saja menyakiti perasaan Zhao Juren. Dia seakan berada di pinggir tebing, dosa ibunya memang begitu besar dan sulit untuk di toleransi, bahkan dengan berniat menggulingkan raja Yan Yue pun dia adalah orang yang berhak untuk di hukum mati. Apalagi jika di tambah dengan pembunuhan terhadap permaisuri?
“Ugh!!!” Zhao Juren menggelengkan kepalanya, menepis rasa sakit yang menyusup di dalam hatinya, sejahat apapun Zhao Li Sui, dia adalah ibu kandungnya, tak ada yang bisa memutuskan hubungan darah seorang anak dari ibunya. Untuk melihat ibunya di hukum mati, rasanya dia sungguh tak punya nyali. Hatinya sungguh terasa sangat sakit.
“Bagaimana bisa, aku terlahir dengan beban seberat ini?” Keluhnya dalam hati.
Dia kini di anugerahi gelar pangeran terhormat tetapi dia juga yang harus menghukum orang yang telah melahirkan dirinya ke dunia. Bukankah ini sungguh ironis? Dia merasa terhukum dalam kehormatannya. Jika boleh memilih, dia lebih suka hidup sebagai Zhao Juren putra seorang bangsawan biasa dari pada sebagai anak raja yang bahkan tak bisa menyelamatkan ibunya sendiri.
Hukuman Zhao Li Sui di kuil Sunyen hanyalah sebuah cara dari Yang Mulia Yan Yue untuk mengulur waktu saja sebelum dia akan menyerah pada desakan dewan kehormatan istana untuk mengeksekusi ibunya itu. Menunggu hal itu terjadi, Zhao Juren merasa seperti sedang menunggu hukuman untuk dirinya sendiri.
“Musim berganti, waktu berlari dan aku tetap saja sendiri pada akhirnya…” Bisiknya pada dirinya sendiri. Dia adalah naga yang kesepian. Menerima hukuman takdir selama hidupnya.
Pergi berrperang, menantang dewa maut untuk mencabut nyawanya adalah satu-satunya cara untuk hidup bagi Zhao Juren. Hidup dan mati sama saja baginya, tak ada bedanya.
ZHAO JUREN...
Terimakasih sudah membaca CINTA TERAKHIR ZHAO JUREN, jangan lupa Vote dan dukungannya, yaaa❤️❤️❤️...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!