NovelToon NovelToon

Menikahi Ayah Pelakor

Perselingkuhan

Seorang pria tengah mengerang nikmat sambil menggenggam rambut seorang wanita yang berjongkok di bawah kursinya. Sementara wanita yang bernama Vanya itu tersenyum puas karena berhasil membuat Pria yang berstatus suami orang itu menikmati permainannya hingga tak berhenti mengerang keenakan. Namun kenikmatan itu seketika terhenti saat pintu ruangannya tiba-tiba ada yang membukanya.

"Surprise..." ucap seorang wanita berpenampilan sederhana membawa kue tart di tangannya.

"Maya...!" pria itu terkesiap dan langsung merubah posisi duduknya dengan tegap seoalah tak terjadi apapun.

"Mas Alvin... Ada apa, Kenapa terlihat tegang?"

"A... E... Tidak..." Alvin menahan hasratnya yang tengah membuncah karena Vanya tidak berhenti melakukan aktivitasnya di bawah sana.

"Tapi Mas berkeringat, Padahal suhu ruangan ini cukup dingin." Maya mencoba mendekati sang suami. Namun Alvin langsung menghentikannya.

"E... Jangan mendekat!"

Maya mengernyitkan keningnya melihat sikap suaminya yang terlihat aneh.

"M-m-maksud ku apa yang kamu bawa, Letakkan saja di meja."

Maya yang begitu lugu hanya tersenyum dan meletakan kue tart yang sengaja ia bawakan untuk sang suami sebagai kejutan ulang tahun pernikahan mereka yang ke tiga.

Sementara Vanya yang melihat kegugupan Alvin dari kolong meja semakin merasa tertantang dan bersemangat hingga sengaja memberikan gigitan kecil pada benda yang kini seperti mainan untuk nya.

"Aowhhh!" jerit Alvin secara spontan.

"Apa yang terjadi Mas?!" Maya mencoba melangkah mendekati kursi Namun Alvin kembali menghentikannya.

"E... Tidak! Tetap di disitu. E... Maya pulanglah, Pikiran ku sedang kacau, Nanti kita bicara di rumah."

"Tapi Aku sengaja datang untuk merayakan ulang tahun pernikahan kita Mas, Setidaknya kita harus tiup lilin kan?"

"Maya! Tidak sekarang, Pikiran ku sedang kacau, Sebentar lagi Tuan Abraham akan datang, Jadi tolong mengertilah."

Meskipun di hatinya sangat kecewa. Namun Maya menuruti perintah suaminya dan meninggalkan ruangan.

"Hhhufff..." Alvin bernafas lega dan langsung menarik Vanya keluar dari persembunyiannya.

"Dasar liar! Kemarilah Aku akan menghukum mu!"

Bukannya takut, Vanya hanya terkekeh dan menuruti perintah Alvin yang menyuruhnya duduk di atas meja kerjanya.

Dengan kasar Alvin melanjutkan permainan mereka yang sempat terhenti karena kedatangan Maya.

Suara desah'an Vanya yang di barengi dengan suara khas kulit yang beradu membuat ruangan itu terasa begitu berisik.

Barang-barang di meja pun berjatuhan karena gerakan Alvin yang semakin liar.

"Alviiiin... Permainan mu kasar sekali," ucap Vanya yang seolah memprotes. Namun begitu menikmati permainan kasar dari orang kepercayaan Ayah nya tersebut.

"Rasakan ini, Dasar gadis liar, Tidak sabaran! Tidak bisakah kau menunggu istri ku sebentar saja?"

Vanya hanya tertawa manja sambil terus menikmati setiap hentakan Alvin yang semakin dalam ia rasakan.

Belum juga mereka mencapai puncaknya, Alvin kembali di kagetkan oleh kedatangan sang istri yang kembali datang ke ruangannya.

"Mayaaa..." Alvin dan Vanya yang masih dalam posisinya menoleh ke arah Maya yang mematung melihat perbuatan keji yang tengah mereka lakukan.

"Mayaaa..." Alvin mencoba melepaskan penyatuannya ketika melihat Maya menangis dan berlari meninggalkan ruangannya. Namun Vanya yang masih berada di ujung hasratnya menahan Alvin sembari menggelengkan kepalanya.

Alvin yang juga sudah berada di ujung hasratnya akhirnya memilih melupakan tangisan sang istri dan melanjutkan permainan keji mereka.

•••

Di rumahnya, Maya duduk di lantai kamar yang berantakan sambil memainkan pisau di tangan nya.

Meskipun peristiwa menjijikkan itu sudah berlalu lebih dari satu tahun yang lalu, Namun rasa sakit yang Maya rasakan masih terasa seperti kemarin sore.

Maya mengangkat pisau itu sejajar dengan wajahnya, Menatapnya dengan tatapan yang misterius. Kemudian melemparkannya ke dinding yang terdapat foto Vanya dan Alvin mantan suaminya. Secara tepat pisau itu menan'cap di perut Vanya yang tengah tertawa lebar seolah tengah menertawakan dirinya.

"Sudah cukup Maya.... Sudah cukup selama satu tahun ini kamu meratapi nasib mu, Sekarang saatnya kamu membalas apa yang telah mereka lakukan!" Maya menyemangati diri sendiri dan mendekat ke dinding. Maya mencabut pisau yang menan'cap di foto Vanya dan beralih menggores-gores foto Alvin sang mantan suami dengan ujung pisau tersebut.

"Kalian berdua akan mendapat balasan atas apa yang kalian lakukan padaku! Lihatlah bagaimana Maya yang kalian anggap sebagai wanita lugu, Bodoh dan lemah ini, Akan menjadi mimpi buruk kalian...!!!"

#flashback

Sebelum menikah dengan Alvin, Maya adalah wanita lugu yang berasal dari keluarga sederhana di salah satu kampung pinggiran Jakarta. Memiliki wajah manis dan kulit sawo matang yang eksotik membuat Alvin pemuda dari pusat kota jatuh hati pada Maya yang usianya lima tahun lebih tua darinya.

Meskipun sebelumnya Maya merasa ragu akan perbedaan usia tersebut. Namun keseriusan yang di tunjukan Alvin akhirnya meluluhkan hati Maya dan orang tuanya.

Hanya butuh waktu dua minggu untuk mereka saling mengenal dan menyiapkan pernikahan. Akhirnya mereka menikah di kediaman mempelai wanita.

Acara pun di adakan cukup meriah dengan menggunakan adat Betawi.

Terlihat senyum bahagia terukir di bibir keduanya setelah mereka resmi menjadi suami istri.

Selang sehari setelah pernikahan, Alvin membawa Maya tinggal di Perumahan sederhana yang Alvin beli dari hasil kerja kerasnya. Dan selama hampir dua tahun pernikahan, Alvin tidak memiliki keluhan apapun pada Maya karena Maya begitu patuh dan rajin mengerjakan tugasnya sebagai seorang istri. Hingga pada suatu hari Alvin yang melihat Vanya putri dari pemilik perusahaan dimana Alvin bekerja, Membuat pandangan Alvin terhadap Maya berubah seratus delapan puluh derajat.

Maya yang berpenampilan sederhana dan tidak mengikuti trend dengan make-up natural. Jauh berbeda dengan Vanya yang selalu berpenampilan menarik dengan fasion kelas dunia. Terlebih ia sering mengenakan pakaian minim memperlihatkan sebagian besar tubuh putih mulusnya yang tanpa cacat cela membuat pria manapun tidak akan berkedip saat melihatnya.

"Hallo semua... Perkenalkan, Aku Vanya Aretha Abrisam. Putri dari pemilik perusahaan ini, Tuan Adiyaksa Abrisam," ucapan Vanya kepada seluruh stalf dan karyawannya.

Suara penuh percaya diri itu mengagetkan Alvin yang tengah menelisik keindahan tubuh putri bosnya tersebut.

"Mulai hari ini Aku akan menggantikan Ayah ku yang tengah sibuk membuka beberapa cabang di kota-kota besar Indonesia," ucap Vanya yang kemudian melakukan panggilan video dengan Ayahnya dan mengarahkan kepada seluruh staf dan karyawannya.

Bersambung...

Memperkenalkan

Jennifer Winget : Maya Alfiansyah

Shivin Narang : Alvin Adinata

Urfi Javed : Vanya Adiyaksa Abrisam

Jhon Abraham : Adiyaksa Abrisam

❤️❤️❤️

Itulah Visual utama dari Author.

Buat yang belum kenal silahkan kenalan 😄

Penghianatan

Dari dalam video call tersebut, Tanpa sengaja Vanya melihat Alvin yang berdiri tepat di belakangnya. Ia memperhatikan Alvin yang di lihatnya begitu menarik hatinya. Hingga Ayahnya selesi menjelaskan kepada seluruh karyawannya, Vanya masih terpaku menatap Alvin dari layar ponselnya.

"Vanya... Vanya apa kamu mendengar Ayah?"

"E... Ya, Vanya dengar Yah."

"Baiklah lakukan pekerjaan mu seperti yang sudah Ayah ajarkan."

Setelah panggilan telepon selesai, Vanya meminta seluruh karyawan kembali ke pekerjaannya masing-masing. Kecuali Alvin yang di hentikan olehnya.

"Hey! Kamu..."

Alvin menoleh pada Vanya dan menunjuk dirinya sendiri.

"Ya, Kemarilah."

Tanpa membantah, Alvin melangkah mendekati Vanya yang kini menjadi atasannya.

"Siapa nama mu?"

"Alvin, Alvin Adinata."

"Baiklah Alvin, Mulai sekarang tugas mu membantu semua pekerjaan ku, Jadi kamu harus ikut kemanapun Aku pergi."

Setelah perkenalan itu, Hubungan mereka pun menjadi dekat.

Bahkan Vanya tak segan-segan menunjukkan ketertarikannya pada Alvin dan berniat mengungkapkan isi hatinya di tempat romantis yang ia pesan khusus untuk mereka berdua.

"Nona Vanaya apa ini?" tanya Alvin yang terkejut melihat apa yang di depannya.

"Alvin... Sudah berapa kali Aku bilang, Jangan memanggilku Nona."

"Baiklah Nona, E... Maksud ku Vanya."

"Itu baru enak di dengar, Sekarang kemarilah." Vanya menggandeng mesra lengan Alvin dan memintanya duduk. Tidak mau jauh-jauh darinya tanpa rasa sungkan, Vanya langsung duduk di pangkuan Alvin dan menatap pria beristri itu dengan lekat hingga mbuat Alvin nampak begitu gugup.

"Apa ini pertama kalinya kamu berhadapan dengan seorang wanita?" goda Vanya yang melihat keegugupan Alvin.

"Tiap hari Aku berhadapan dengan istriku, Bahkan lebih dari sekedar berhadapan, Tapi dia tidak pernah seagresif ini hingga tak sedikitpun membuat Aku hugup" kata-kata itu tercekat di tenggorokannya.

"Alvin..." Vanya kembali mengarahkan wajah Alvin yang menghindari kontak mata langsung dengan nya.

"Vanya..."

"Aku mencintaimu..."

Seketika Alvin tercengang mendengar apa yang Vanya katakan.

Ia menatap putri Bos nya tersebut kemudian mengingat Maya yang tengah menunggu kepulangannya untuk merayakan ulang tahun pernikahannya yang ke dua. Namun pesona Vanya sungguh membius mata Alvin dan mulai membandingkan sang istri yang penampilannya jauh di bandingkan Vanya yang terlihat begitu segar bak bunga mawar yang baru di petik.

"Alvin... Kenapa kamu diam saja?"

"A... E... Vanya, E... Aku... Sebenarnya Aku... Sudah..."

"Sudah punya istri?" tanya Vanya yang memotong ucapan Alvin.

"E... Kamu tau?"

"Tentu, Aku sudah tau semua tentang mu, Aku begitu tertarik pada mu hingga sekecil apapun tentang mu Aku harus mengetahuinya."

"A... Emm... Kalau... Kamu sudah tau, Kenapa kamu masih mengatakan ini?"

"Karena Aku mencintai mu."

"Tapi..."

"Alvin... Aku tidak peduli kamu sudah memiliki istri, Lagi pula seorang lelaki bisa menikah lebih dari satu kan?"

"Ya, Tapi... Kamu masih muda dan cantik, Kamu juga putri dari Adiyaksa Abrisam, Tentu semua laki-laki menginginkan mu, Kenapa kamu malah memilih pria beristri seperti ku?"

"Sudah ku katakan karena Aku mencintai mu, Hanya mencintai mu, Tidak yang lain."

Mendengar hal itu Alvin terdiam dan kembali menatap Vanya kini mulai mendekatkan wajah mereka. Sumpah demi apapun lelaki mana yang tak tergoda melihat wanita cantik kaya menawarkan diri untuk nya.

"Cup..." satu kecupan lembut mendarat di bibir Alvin yang nampak pasrah menerimanya membuat Vanya seolah mendapatkan lampu hijau untuk kembali melakukan yang lebih dari itu.

Susana malam yang begitu dingin pun terasa panas untuk Alvin yang menerima serangan agresif dari Vanya yang kini menelusuri lehernya.

Sementara kedua tangan lentiknya sibuk membuka jas dan kemeja Alvin untuk membuat dirinya leluasa menuruni dada bidangnya yang begitu menggoda setiap wanita yang melihatnya.

Alvin hanya bisa menikmati permainan agresif Vanya sembari menengadahkan kepalanya ke atas. Terlintas dalam pikirannya saat bercinta dengan sang istri yang terlalu pasif. Jauh sekali dengan Vanya yang terlihat begitu lihai meskipun statusnya belum menikah.

"Ukhhhhh... Oughhhhhhhh...." lenguhan panjang dari Alvin lepas saat Vanya sudah sampai di bagian bawah miliknya.

"Vanyaaa... Hhhhhh..." Alvin meremad-remad rambut Vanya yang semakin dalam mempermainkan miliknya hingga membuat dirinya tak mampu berlama-lama meledakkan cai'ran hangat ke dalam rongga mulut Vanya yang tanpa ragu menelan habis cai'ran tersebut.

Melihat mimik wajah Alvin, Vanya tersenyum puas sembari menyapu sisa cai'ran hangat yang ada di bibirnya.

"Apa istrimu tidak pernah melakukannya?" ejek Vanya menertawakan Alvin.

Alvin yang masih dengan Navas terengah-engah hanya menggelengkan kepalanya tanpa menatap gadis yang baru saja membuatnya melayang hanya dengan permainan mulut nya.

"Ikutlah denganku, Aku akan memberikan kenikmatan yang lebih dari ini." dengan tatapan menggoda, Vanya langsung menarik tangan Alvin untuk ikut bersamanya.

Sementara Maya yang masih menunggu kedatangan Alvin mulai merasa resah karena jam dinding yang hampir meninggalkan tanggal hari jadi pernikahan mereka yang ke dua.

"Kemana Mas Alvin, Kemarin dia sudah pulang pagi dan langsung kembali ke kantor sehingga tidak sempat merayakan ulang tahun pernikahan kita, Sekarang sudah hampir jam dua belas Mas Alvin masih belum pulang juga, Padahal dia sudah janji akan pulang lebih awal untuk merayakan nya di rumah." gumam Maya yang sembari mencoba menghubungi Alvin dengan ponselnya.

Di sebuah kamar hotel kedua sejoli itu tengah menikmati hubungan terlarang mereka tanpa mempedulikan telpon yang terus berdering di atas Nakas.

Tak henti-hentinya Alvin di buat melenguh nikmat oleh Vanya yang begitu mendominasi permainan. Meskipun tenaga Alvin tidak kalah dengan Vanya. Namun ia sungguh di buat melayang jauh melebihi apa yang sudah ia lewati bersama sang istri selama dua tahun ini.

Suara manja Vanya saat mendes'ah merasakan hentakan yang ia lakukan semakin menggoda di telinga Alvin yang tidak pernah mendengarnya dari sang istri. Meskipun sudah dua tahun pernikahan Maya masih begitu amatir dan malu-malu untuk mengekspresikan kenikmatan saat bercinta dengan suaminya.

"Vanya... Kau begitu liar," ucap Alvin sembari terus menikmati permainan Vanya yang kini berada di atas tubuhnya.

Ntah berapa kali mereka melakukan pelepasan hingga tak terasa waktu sudah menunjukan pukul enam pagi.

Alvin yang baru tidur beberapa jam langsung melompat dari atas ranjang mengingat janjinya pada Maya. Ia memunguti satu persatu pakaiannya yang berserak di lantai sambil menatap Vanya yang masih terlelap tidur.

"Vanya Aku pulang dulu ya?" tanya Alvin sambil mengusap lembut kepala Vanya.

"Hmmm..." saut Vanya yang mulai membuka matanya.

Melihat Alvin yang sudah rapi Vanya langsung beranjak duduk.

"Kamu mau kemana pagi-pagi begini?"

"Vanya Aku harus pulang, Semalaman pasti istriku menunggu ku."

"Setelah apa yang sudah kita lakukan, Kamu masih memikirkan istri mu?"

Alvin tercenung menatap Vanya. Baru sekali menghabiskan malam bersama. Tapi Vanya seakan ingin menguasai dirinya.

Bersambung...

📌 Akan ada banyak Flashback sebelum Maya Menikahi Ayah Vanya, Jadi bacanya yang fokus ya, Biar gak bingung 😂

Anniversary

Vanya beranjak dari ranjangnya dan menarik Alvin kembali ke sisinya.

Ia yang tanpa rasa malu dengan tubuh polosnya meletakkan kedua tangan Alvin di pinggangnya.

"Apa kamu tidak ingin mandi terlebih dahulu?" tanya Vanya dengan gestur tubuh yang begitu menggoda.

"E... Vanya, Ini sudah jam enam lebih, Aku harus segera pulang dan bersiap, Aku tidak ingin terlambat ke kantor lagi."

"Kamu kerja dengan siapa Alvin?"

Alvin terdiam menatap Vanya yang berubah menjadi begitu tegas.

"Kamu bekerja dengan ku, Aku lah Bos mu, Siapa yang peduli kamu terlambat bekerja atau tidak?"

"Ya, Tapi..."

"Aku tidak suka penolakan." Vanya kembali melepaskan pakaian Alvin dan menariknya ke kamar mandi.

Tidak perlu di tanyakan lagi apa yang mereka lakukan di dalam sana.

Bukan hanya sekedar mandi bersama, Mereka kembali melakukan penyatuan untuk mengakhiri pertemuan mereka hari ini.

•••

Dengan pakaian yang lusuh dan berbau parfum Vanya yang menempel, Alvin mengendap-endap masuk ke rumahnya.

Tidak melihat Maya berada di ruang utama maupun tengah, Alvin pun masuk ke ruang makan. Alvin menghentikan langkahnya melihat Maya yang tidur telungkup di meja makan dengan kue tart dan berbagai menu makanan yang tersaji penuh di meja makan.

Melihat sang istri yang menunggunya hingga tertidur seperti itu,

Di sudut hati Alvin sungguh merasakan nyeri yang teramat sangat.

Kemudian ia mendekati Maya dan mengusap kepalanya dengan lembut.

Maya yang merasakan sentuhan tangan sang suami segera mengangkat kepalanya dan terkejut melihat dirinya yang ketiduran hingga matahari sudah menampakkan sinarnya. Terlebih melihat makanan yang sudah dingin, Serta Alvin yang sudah berdiri di depannya, Membuat Maya menjadi cemas dan segera berdiri dari duduknya.

"Mas... Maafkan Aku, Aku ketiduran, Akan ku panaskan makanannya," ucap Maya yang langsung mengangkat piring makanan tersebut.

"Tidak perlu Maya," ucap Alvin yang merasa cukup sedih melihat Maya yang sibuk memikirkan makanan untuk dirinya tanpa mencurigai dirinya yang telah bermalam dengan wanita lain.

"Kenapa, Mas gak suka masakan yang di panasin? Kalau begitu biar Aku masakin yang baru," ucap Maya bergegas pergi. Namun Alvin segera menarik kembali tangan Maya ke hadapannya.

"Tidak perlu melakukan apapun Maya."

"Mas marah pada ku?"

"Aku yang tidak pulang, Tapi dia mm akah bertanya Aku marah padanya?" batin Alvin yang merasa semakin merasa bersalah.

"Mas, Sejak semalam Aku mencoba menghubungi Mas, Tapi Mas tidak mengangkat ponselnya, Jadi Aku sampai ketiduran di sini."

"E... Ya, Aku sangat sibuk, Jadi Aku tidak mengangkat panggilan telepon dari mu, Maafkan Aku."

"Tapi kita jadi melewatkan ulang tahun pernikahan kita," ucap Maya memasang wajah sedihnya.

"Maafkan Aku Sayang, Kalau begitu ayo kita rayakan sekarang,

E... Mana pisaunya, Biar Aku potong kuenya."

"E.... Ini." Maya yang begitu lugu begitu bersemangat meskipun sang suami telah mengkhianatinya dengan tidur bersama wanita lain di malam spesial mereka.

"Baiklah..." Alvin tersenyum dan bersiap memotong kuenya. Namun Maya kembali menghentikannya.

"Tunggu! Kita nyalakan lilin terlebih dahulu dan buatlah permintaan."

"Baiklah." Alvin hanya menuruti perkataan Maya yang menghidupkan lilin angka dua yang menandakan usia pernikahan mereka. Kemudian Maya memejamkan mata dan mulai membuat permintaan.

Sementara Alvin hanya terdiam menatap Maya yang terlihat begitu khusu meminta sesuatu.

Setelah melakukan permintaan Maya menatap sang suami yang masih terdiam menatapnya.

"Kok Mas malah liatin Aku begitu sih, Memang Mas gak minta sesuatu?"

"Aku sudah mendapatkan apapun yang ku inginkan tanpa Aku memintanya."

Maya mengernyitkan keningnya memahami kata-kata Alvin yang tersirat penuh makna.

Melihat Maya mulai memperhatikannya, Alvin segera mengalihkan perhatian Maya dan menanyakan apa yang ia minta di hari ulang tahun pernikahan mereka.

"Aku meminta untuk kesehatan mu, Kelancaran rezeki mu dan buah hati untuk melengkapi kebahagiaan kita."

"E... Buah hati?"

Maya mengangguk-anggukan kepalanya dengan senyuman yang penuh harapan.

"Maya begitu memiliki impian yang jauh tentang pernikahan kami, Tapi Aku malah bermain api di belakangnya." batin Alvin.

"Kok Mas malah bengong, Sekarang kita tiup lilin dan potong kuenya."

"Oh... Iya."

Secara bersama-sama Alvin dan Maya menium lilin yang berbentuk angka dua tersebut. Kemudian dengan menggenggam tangan Maya, Mereka memotong kue dan saling menyuapi satu sama lain.

Tidak seperti biasanya kali ini Maya iseng mengoleskan cream kue ke leher Alvin. Kemudian dengan sedikit menjinjitkan kakinya Maya kembali ingin membersihkan dengan lidahnya. Namun belum sempat Maya melakukan itu, Maya berhenti karena mencium aroma parfum yang tak biasa pada tubuh suaminya.

Hal ini membuat Alvin merasa cemas pmenatap Maya yang terlihat mencurigainya.

"E... Ad-ada apa Sayang?" tanya Alvin yang sedikit tergugup.

"Baju Mas bau parfum perempuan."

"Oh... Ini, Ini... Parfum teman kantor ku, A-aku... E Aku memintanya karena semalaman Aku bekerja dan tidak mandi, Jadi Aku tidak ingin yang lain merasa tidak nyaman karena Aku bau acem, Hehehe... Sudahlah Maya, Kamu mengoleskan cream ini di leher ku, Maka Aku akan membalasnya." untuk mengalihkan kecurigaan Maya, Alvin mengoleskan cream kue ke hidung Maya, Pipi serta bagian tubuh lainnya hingga membuat Maya lari ke kamar untuk menghindarinya.

Melihat Maya pergi, Alvin menghelai nafas lega karena kali ini berhasil mengelabui istrinya.

Baru saja Alvin bernafas lega, Dering telepon genggam di sakunya mengagetkannya. Di lihatnya nama Vanya di benda pipih itu, Membuat Alvin sedikit jengah mengingat sikap Vanya yang terlihat begitu ingin menguasai dan mengatur dirinya. Jauh sekali dengan Maya yang begitu patuh dan lembut kepada dirinya. Namun kenikmatan yang Vanya berikan... "Ahhh sialll...! Mengingatnya saja membuat juniornya menggeliat." umpat Alvin yang kemudian mengangkat panggilan dari atasannya tersebut.

"Ya..."

"Alvin, Kamu bilang tidak ingin terlambat ke kantor, Aku sudah sampai kantor tapi kamu belum juga datang, Apa kamu sedang memberikan servis kepada istri tua mu?"

Mendengar ocehan Vanya, Alvin sungguh merasa kesal, Biar bagaimanapun cintanya pada Maya tidak bisa hilang begitu saja hanya dengan satu malam yang ia lalui bersama Vanya.

Maya merebut hatinya dengan kelembutan dan ketulusan hati nya.

Sementara Vanya merebutnya dengan kekuasaan dan kenikmatan yang ia tawarkan. "Ahhhh... Andai saja, Kelebihan Vanya ada pada diri Maya, Tentu Aku tidak akan melirik wanita manapun." batin Alvin sembari mengacak-acak rambutnya.

Setelah beberapa saat, Maya yang sudah selesai mandi keluar dari kamar dan melihat Alvin yang masih sibuk dengan ponselnya.

"Mas..."

"Eh... E... Maya, Aku akan ganti baju dulu."

"Apa perlu Aku siapkan sarapan yang baru?"

"E tidak perlu, Ini sudah siang, Aku harus cepat berangkat ke kantor."

Alvin langsung berlalu ke kamarnya. Sementara Maya hanya bisa menatap punggung sang suami, Kemudian melihat meja yang penuh dengan makanan tanpa di sentuh sama sekali.

Bersambung...

📌 Ayo Semangat dukungannya, Biar Author gak kendor lagi semangatnya 🤣

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!