NovelToon NovelToon

Dinikahi Kakak Ipar

Prolog

Pemakaman baru saja dilakukan, semua keluarga turut serta dalam pemakaman siang hari itu. Mereka semua meratapi kepergian orang yang mereka sayang. Meysa Adriana Kinanti itu lah nama Jenazah yang sudah dimakamkan.

"Kenapa kamu harus pergi duluan Mey, kamu pernah berjanji sama aku untuk merawat anak kita bersama. Tapi kenapa kamu meninggalkan aku seperti ini"

Hariz merasa sangat terpukul setelah mendengar kematian istrinya. Dia mendapat kabar saat dirinya tengah berada di luar kota karena urusan bisnis.

Dialah Hariz Artayuda Xion. Seorang pengusaha sekaligus CEO di perusahaan Antawijaya. Sebelumnya dia hanya orang biasa yang tidak bergantung pada harta ayah nya. Tapi berkat perjuangannya dan doa doa istrinya akhirnya Hariz bisa memiliki perusahaan sendiri

"BANGUN MEI KATAKAN KALAU INI SEMUA HANYA LELUCON" Hariz berteriak sambil menggoyangkan batu nisan Meysa sehingga hampir copot. Hariz membiarkan air matanya menggantung di pipinya. Biarkan saja orang berkata apa dia tidak peduli. Yang Hariz inginkan adalah istrinya. Hariz belum siap kehilangan istrinya.

Tania yang sedari tadi diam lantas mendekati Hariz. Semua keluarga mereka sudah pulang dan hanya menyisakan mereka berdua. "Kak, udak kak. Ikhlasin kak Meysa. Dia udah tenang di alam sana. Bukan cuma kakak yang bersedih kami semua sekeluarga juga bersedih atas kematian kak Meysa"

Hariz menatap kosong tanah kuburan itu. Ingin rasanya ia menggali kembali dan memeluk tubuh Meysa dengan erat. Tapi sayang nya ia tidak senekat itu. Hariz menoleh pada Tania yang matanya juga sembab. Hariz juga tau Tania juga histeris sama sepertinya. "Gimana bisa aku ikhlas? Aku sangat mencintai Meysa. Dia yang selalu ada buat aku. Dia istri terbaik yang pernah aku miliki"

Tania mengangguk kemudian menyentuh bahu Hariz untuk memberinya kekuatan.

"Tapi kakak harus ikhlas kak, setidaknya kalau bukan demi Kak Meysa demi Hana saja. Putri kakak. Kalau kakak lemah siapa yang akan merawat Hana. Hana sekarang butuh kakak jadi ayo kita pulang"

"Soal Hana, aku akan menitipkannya padamu. Aku belum bisa menerima semua ini. Kamu bersedia kan merawat Hana? " Hariz memberi Tania tatapan teduhnya berharap Adik iparnya itu mau merawat putri nya.

Tania mengangguk yang membuat Hariz bernafas lega. "Aku akan pergi ke luar kota lagi" Ucap Hariz yang membuat Tania terkejut.

"Bukannya kerjaan kakak udah selesai? " Tanya Tania dengan hati hati.

"Aku Mau nenangin diri dulu. Semua ini sangat menyakitkan bagiku. Ditinggal pergi seseorang yang aku cintai itu adalah hal yang paling aku benci. Soal Hana aku yakin dia akan aman bersamamu tiap bulan aku pasti akan selalu mengirimi uang bulanan untuk kamu dan Hana"

"Tapi kak, Bagaimana dengan Mama Papa? Apa yang akan mereka bilang nanti kalau kakak langsung pergi ke luar kota. Sedangkan tanah Kak Meysa aja belum kering"

Tania mengerti Hariz bersedih, Tania juga mengerti Hariz merasa kehilangan. Yang tidak ia mengerti adalah ketika Hariz akan pergi kembali ke luar kota. Bukan kah harus nya Hariz disini untuk menguatkan semua keluarga mereka.

"Kak, Aku mohon sama kakak. Kakak tetap disini dan jangan ke luar kota lagi. Tenang aja Hana biar aku yang urus. Kakak akan selalu mendapat banyak waktu jika kakak Mau menenangkan diri."

"Kamu yakin? " Tanya Hariz dengan ragu.

"Sangat yakin kak"

"Jika aku Mau kamu pindah ke Apartemenku. Kamu Mau?"

"Demi Hana" Lanjut Hariz kemudian.

Selama ini Hariz dan Meysa memang tinggal di rumah Orang tua Meysa. Karena itu adalah kesepakatan mereka sebelum menikah. Dan karena sekarang Meysa sudah tiada Hariz merasa sungkan untuk kembali ke rumah tersebut apa lagi nanti ia akan menitipkan Hana pada Tania.

"Baiklah kalau gitu, Aku akan minta ijin terlebih dulu sama Mama. Jadi sekarang ayo kita pulang."

Tania merasa lega ketika Hariz mengangguk, mereka berdua segera pergi meninggalkan pemakaman Meysa.

Bab 1 Mulai pindah

Sesuai dengan apa yang Hariz bilang seminggu yang lalu, hari ini Tania meminta izin pada kedua orang tua nya untuk pindah ke Apartemen Hariz. Awal nya kedua nya tidak mengizinkan sebab status mereka berdua. tapi Tania berhasil meyakinkan kedua orang tuanya dengan mengatakan Apartemen mereka bersebelahan dan tidak dalam satu Apartemen. Mau tak mau akhirnya Rio dan Gendis Mengizinkan apa lagi itu menyangkut cucu mereka Hana.

"Kamu yakin mau tinggal di Apartemen kakak iparmu itu?" Tanya Gendis sambil membantu Tania memasukkan semua baju ke dalam kopernya. Sudah berulang kali dia menanyakan hal yang sama pada Tania, berharap Tania bisa mengubah keputusannya. Bukannya Gendis melarang hanya saja dia masih tidak rela berjauhan dari putri bungsunya itu, terlebih setelah kematian Meysa.

Sebenarnya jarak Apartemen Hariz dan rumahnya tidak begitu jauh. Hanya membutuhkan waktu tiga puluh menit. Tapi yang namanya seorang Ibu pasti mempunyai kekhawatirannya sendiri.

"Mama tenang aja lagian ini demi Hana Ma, Kak Hariz memilih untuk tinggal di Apartemen nya lagi berarti Hana harus ikut kesana. Tapi kalau Kak Hariz kerja siapa yang akan menjaga Hana disana"

"Lalu kamu sendiri Gimana kerjaan kamu? Kamu mau bekerja sambil membawa Hana?"

Ya Tania bekerja di salah satu cafe sebagai pelayan, sebenarnya Tania juga baru lulus kuliah.

Kedua orang tuanya menawarkan Tania untuk bekerja di restoran milik Keluarga mereka. Akan tetapi Tania menolaknya, Tania ingin memulai semua nya dari nol dan tanpa bantuan siapapun.

Tania mendapat pekerjaan itu dari rekomendasi Temannya. Sehingga Akhirnya Tania memutuskan untuk bekerja disana.

"Aku bisa mengatasinya Ma, lagi pula aku sudah dewasa. Aku pasti bisa menjaga Hana meskipun aku sambil bekerja" Tania menatap Gendis dengan tatapan memohon hingga pada Akhirnya Gendis mengangguk. "Ya sudah Mama izinkan. Kalau ada apa apa kamu harus cerita sama Mama"

Tania tersenyum lebar kemudian memeluk Gendis dengan erat.

.

.

.

Sedangkan di ruang keluarga, Hariz juga berpamitan pada Ayah mertuanya. Hariz sudah mengatakan semuanya tentang kepindahannya termasuk Hana yang akan ikut dengannya. Sama seperti Gendis, awalnya Rio juga tidak mengizinkan tapi Hariz berjanji akan selalu menjaga Tania sama seperti adiknya sendiri. Alhasil Rio juga mengizinkan dengan syarat Hariz tidak menyentuh Tania dengan alasan apapun. Hariz tentu saja setuju lagi pula dia tidak Ada niatan untuk menyentuh adik iparnya itu meskipun hanya sebatas gandengan tangan.

Tak lama kemudian Gendis dan Tania keluar dengan menyeret sebuah koper yang mereka siapkan. Dengan Tania yang menggendong Hana jadi Gendis yang membawakan kopernya. Mereka berjalan ke arah Rio dan Hariz yang terlihat asyik mengobrol hingga tidak menyadari kehadiran mereka berdua.

"Kak, Udah siap" Ucap Tania hingga membuat kedua orang itu menoleh.

Hariz memperhatikan penampilan Tania yang terlihat berbeda. Dengan Dress berwarna pink selutut dan Rambut bergelombang yang digerai membuat Tania terlihat berbeda. Hariz melihat adik iparnya itu dari atas sampai bawah. "Cantik, tapi lebih cantik Meysa" Batinnya.

Hariz langsung berdiri kemudian menyalami kedua mertuanya tersebut. "Ya sudah Pa, Ma kami pamit dulu"

"Tunggu sebentar"

Rio dan Gendis dengan kompak mencium Hana dan Tania bergantian. Mereka mengapit Tania dan memeluknya dengan hangat. Tania tersenyum atas perlakuan mereka.

"Tania janji bakal sering sering kesini, Mama sama papa gak usah khawatir yah"

"Gimana mama gak khawatir kamu itu putri bungsu Mama. Sekarang putri Mama hanya tinggal kamu. Meysa juga udah pergi ninggalin Mama" Gendis menunjukkan raut wajah sedihnya.

"Udah Ma, biarin anak anak pergi. Kasian Hana biar cepet istirahat" Rio merangkul istrinya agar tidak berlarut dalam kesedihan.

"Ya sudah sekarang kalian pergi lah, Inget pesan Mama. Kalian harus sering sering kesini"

Hariz yang sedari tadi memperhatikan langsung berpamitan lagi "Kami pergi Ma"

Hariz mengambil alih koper Tania dan membawa nya ke Mobil nya. Begitu pun Tania, Tania juga mengikuti Hariz hingga menghilang di balik pintu rumah.

.

.

.

"Ssstttt Sayang diem ya, Hana bobo yang nyenyak" Di dalam mobil tidak ada yang berbicara kecuali Tania yang sedari tadi sibuk menenangkan Hana yang terbangun karena Hariz tidak sengaja ngerem mendadak.

Bocah tiga tahun itu kembali tidur dengan nyaman dalam pelukan Tania.

"Kapan kakak mulai bekerja lagi? " Tanya Tania basa basi. Dia merasa tidak nyaman dengan suasana yang begitu canggung itu.

"Besok pagi aku langsung ke kantor" Jawab Hariz sambil menatap lurus ke depan dengan tangannya yang sibuk menyetir.

"Kenapa? " Tanya nya.

"Gak papa kak, aku pikir kakak akan meliburkan diri selama beberapa hari"

"Bukan itu yang ingin kamu katakan. Jujur aja"

"Bagaimana dengan Hana"

"Aku yakin Hana akan nyaman bersamamu. Dia tidak akan merengek meskipun aku sibuk bekerja. Jadi aku pasrahkan Hana sama kamu sementara waktu"

"Kan kakak bapaknya"

Hariz menoleh dan melihat Tania dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Sorot matanya yang tajam mampu membuat Tania menciut. "Kamu gak ikhlas jagain keponakan kamu sendiri? "

"Ikhlas kok kak, Maaf" Jawab Tania sambil menunduk.

"Bagus lah" Hariz kembali melihat ke depan dan tidak ada pembicaraan apapun lagi.

"Udah jadi Duda kok tambah galak" Gumam Tania pelan.

.

.

.

"Kamu akan tinggal disini bersama Hana, kalau ada apa apa kamu bisa langsung panggil aku di sebelah" Ucap Hariz sembari meletakkan koper Tania di dalam apartemen yang sekarang ditempati Tania. Hariz sudah mengecek semuanya dan tidak ada yang rusak jadi Tania pasti akan betah tinggal disana. Apartemen itu sudah lama tidak ia tempati semenjak menikah dengan Meysa.

"Kak, biarkan Hana malam ini tidur sama kakak. Dari tadi Hana selalu menyebut kak Meysa. Mungkin dengan tidur sama kakak bisa membuat Hana berhenti ngigau lagi" Tania mengelus rambut Hana dengan penuh kasih sayang. Dia semakin tidak tega pada ponakannya karena harus kehilangan ibu di usia yang masih sangat membutuhkan seorang ibu.

Hariz maju dan mendekati Tania, Tania yang terkejut langsung mundur dua langkah. "Kakak mau ngapain?"

"Mau ngambil Hana" Dengan perlahan Hariz mengambil Hana dari gendongan Tania. Tania mengangguk sambil bernafas lega dia membiarkan Hariz membawa Hana ke Apartemen nya. Setidaknya sekarang Hariz masih peduli pada Hana. Semoga saja Hariz akan selalu seperti itu.

Hariz menidurkan Hana di kasur milik nya, setiap kali melihat Hana, Hariz seperti melihat sosok Meysa pada dirinya. Hariz membuka ponselnya kemudian melihat foto pernikahannya dengan Meysa. Seharusnya ini tidak terjadi, Seandainya Hariz berhasil membujuk Meysa untuk ke rumah sakit mungkin Meysa masih Ada bersamanya meskipun mustahil itu terjadi karena penyakitnya yang stadium akhir.

Meysa memang memiliki penyakit Kanker stadium akhir, tidak ada yang tau tentang itu karena selama ini Meysa selalu menyembunyikanya dengan baik. Tapi pada Akhirnya Hariz mengetahui nya juga. Hariz melihat semua obat obatan yang selalu diminum Meysa, sejak saat itu Hariz selalu memaksa Meysa untuk pergi ke rumah sakit. Tapi Meysa selalu menolaknya. Dan hal itu lah yang membuat Hariz frustasi dan memutuskan untuk pergi keluar kota. Selain itu dia juga pun ya urusan bisnis disana.

"Aku mencintaimu Meysa, Sampai kapan pun aku akan selalu mencintaimu. Tidak Ada yang bisa menggantikan posisimu"

Hariz melihat Hana yang tertidur pulas. "Maafin Papa" ucap Hariz dengan lirih.

Bab 2 Kekesalan Tania

Keesokan harinya, pagi pagi sekali Hariz mengantarkan Hana ke Apartemen Tania, Hariz tidak peduli meskipun dia harus membangunkan Tania yang tertidur nyenyak. Dia terus mengetuk pintu kamar Tania yang dikunci, sudah Lima menit dia melakukan hal itu tapi pintunya tak kunjung terbuka.

"Tania, buka pintunya"

Karena kesabarannya sudah habis akhirnya Hariz menggedor pintu nya dengan keras. Dia merasa kesal dengan Tania yang sulit dibangunkan padahal dia benar benar harus pergi sekarang.

"Meysa pernah bilang kalau Tania ratunya kebo jadi harus dibangunin secara keras"

Tapi sebelum Hariz sempat melakukan hal itu Tania langsung membuka pintunya. Dengan wajah kucelnya Tania menatap sang kakak ipar itu. Sungguh kakak iparnya benar benar merusak mimpi indah nya. Padahal sebentar lagi dia akan dicium cowok ganteng dalam mimpi nya tapi suara jelek itu malah membangunkan nya "Kenapa sih kak? Pagi pagi udah rusuh aja. Kurang kerjaan banget" Dumelnya dengan wajah yang cemberut.

Hariz tersenyum sinis kemudian langsung memberikan Hana begitu saja pada Tania. "Tugas pertamamu akan dimulai hari ini, jaga Hana. Aku harus pergi"

Tania mengambil Hana sambil memperhatikan penampilan Hariz yang sudah siap dengan pakaian kantornya padahal jam masih menunjukkan pukul Lima pagi. Sungguh rajin sekali kakak iparnya itu. Hana masih tertidur pulas ketika Hariz menyerahkan padanya. Seandainya Meysa masih ada mungkin dia akan mengomeli Hariz seperti biasa.

"Gak mau nunggu Hana bangun kak? Kakak kan bisa menikmati waktu bersama Hana dulu nanti sebelum pergi ke kantor"

"Buat apa punya adik Ipar kalau gak bisa diandalkan. Lagi pula aku ada urusan penting sebelum ke kantor" Jawab Hariz.

"Sepenting apa?" Tanya Tania dengan heran.

"Tidak ada kewajiban buat aku memberi tahu kamu. Jadi kamu jaga anakku dengan baik" Dapat Hariz lihat kalau saat ini Tania terlihat marah padanya. Hariz tidak peduli yang penting Hana aman bersamanya.

"Baiklah kalau itu mau kakak, pergi aja sana, Hana akan dirawat Tante nya yang baik hati. Gak seperti papa nya yang nyebelin. Mending kalau ganteng ini wajah udah kek om om mana mukanya jelek, kumisan dan ga punya hati. Sok sibuk ngantor anak sendiri gak diurus" Tania berbohong, Wajah Hariz sebenarnya lebih dari lumayan. Wajahnya yang bersih dan kumis tipis nya membuatnya manis ketika dipandang

Tania mendelik pada Hariz kemudian membanting pintu kamar nya yang membuat Hariz terkejut. Hariz mengambil ponselnya kemudian membuka kamera dan mengarahkan pada wajahnya. "Seperti nya matanya yang bermasalah"

Setelah menyerahkan Hana pada Tania, Hariz langsung pergi begitu saja. Harinya sudah cukup buruk karena kesal dengan adik iparnya itu. Baru kali ini Tania bertingkah menyebalkan seperti itu padanya. Padahal sebelum Meysa tiada Tania selalu menghormatinya dan bicara lembut padanya. Hariz meggelengkan kepalanya kenapa dia harus memikirkan Tania, seharusnya dia mikirin Meysa. "Sebaiknya aku pergi kesana" Gumam Hariz pelan.

.

.

Jam 7 pagi

"Pa..pa.. Ma..ma...."

Balita tiga tahun itu tiba tiba terbangun dari tidur nya. Tania yang sedang bersiap siap untuk pergi bekerja langsung kelimpungan ketika Hana tiba tiba terbangun dan memanggil papa mama nya.

"Eh ponakan Tante udah bangun, Hana mau apa? " Tania langsung menggendong Hana dan mencium pipinya dengan gemas.

Hana mencebikkan bibirnya dengan mata yang berkaca kaca. "Pa.. Pa.... " Hana mulai menangis dengan keras memanggil Hariz yang nyatanya sudah pergi. "Hana mau sama papa? " Tanya Tania dengan wajah cerianya berusaha menghibur ponakannya itu.

"Mauuu"

Tania menarik nafasnya berusaha menetralkan perasaan dongkol nya pada Hariz. "Papa udah berangkat kerja sayang jadi kita Video call aja ya"

Tania mengirim pesan pada Hariz

To Kakak Ipar

Kak, Hana bangun. Dia nyariin kakak nih. Aku Video call ya" ✅

Tidak butuh waktu lama pesan itu sudah terbaca oleh Hariz. Tania tersenyum kemudian menekan tombol Video call dan mengarahkan ponselnya pada wajah Hana. "Sebentar ya sayang"

Tapi sayangnya Hariz menolak panggilannya, Tania mencoba nya berkali kali dan Hariz menolaknya juga.

Balasan

From kakak Ipar

Gak usah video call, Aku sibuk. Panggilanmu terlalu mengganggu.

WHAT THE HELL

Padahal ini anak nya yang mau seperti itu kenapa Hariz bersikap Seolah olah dirinya yang sengaja melakukan itu. "Pa.. Pa... " Sementara itu Hana terus merengek memanggil Hariz.

"Papa lagi sibuk sayang Hana sama Tante aja ya.

Ikut Tante kerja. nanti Tante belikan mainan. Hana suka mainan kan? " Dalam hati Tania berharap Hana mengangguk dan sesuai dugaannya Hana benar benar mengangguk. "Minum syu syu nte, ha.. Us" Ucap Hana dengan ucapannya yang tidak terlalu lancar.

"Ya udah yuk kita bikin"

Hana bertepuk tangan sambil memamerkan giginya pada Tania. Tania tersenyum, ketika melihat Hana yang mulai aktif. Sebenarnya dia tidak masalah kalau harus merawat Hana sendirian. Tapi yang ia sayangkan adalah Hariz yang terlalu tidak peduli pada Hana. Hariz tidak berlaku seperti seorang ayah pada umumnya. Harusnya Hariz bisa menjadi sosok ayah sekaligus ibu pada Hana, tapi Hariz tetaplah Hariz. Keegoisannya mengalahkan semuanya. Hariz merasa dialah yang paling tersakiti semenjak ditinggal Meysa. Itu lah yang membuat Tania berubah dan berani ngomong ketus pada Hariz.

"Semoga saja suatu saat aku gak dapat suami kek dia" Batin Tania. Sambil menggendong Hana, Tania membuatkan susu untuknya. Dia sudah terbiasa melakukan ini karena Meysa selalu mengajarinya untuk mengurus anak kecil terlebih Hana yang status nya adalah keponakannya sendiri.

.

.

.

Hariz terus terusan memandangi foto Meysa, dia masih tidak menyangka Meysa akan pergi secepat itu. Hariz tidak bisa fokus di kantor hanya karena nama Meysa yang selalu terngiang di kepalanya. Bahkan Sekretarisnya pun kena amuk olehnya gara gara tidak sengaja menumpahkan kopi ke jas nya. Pikiran Hariz benar benar kacau. Bahkan Tania yang sedari tadi menelfonnya ia tolak.

Hariz mengetik beberapa kalimat kemudian mengirimkannya pada Tania.

Gak usah video call, Aku sibuk. Panggilanmu terlalu mengganggu.

Setelah itu Hariz kembali melempar ponselnya. Dia menyandarkan tubuhnya di kursi kebesarannya sambil melihat foto keluarga kecil mereka. Hariz menutup matanya berusaha menghilangkan Meysa

Akan sangat sulit baginya untuk melupakan Meysa

Meskipun dia menikah dengan Meysa karena perjodohan tapi Hariz pada akhirnya juga mencintai wanita itu.

*Flasback*

"Meysa, hentikan semua ini. Kamu sudah lemah Mey sekarang juga aku akan membawamu ke rumah sakit"

Meysa terbatuk batuk sambil memegangi kepalanya yang begitu sakit. Dia melihat ke arah Hariz dengan tatapan lirihnya. "Udah lah, semuanya percuma. Aku gak akan sembuh ini semua udah terlambat. Lagi pula ini memang waktunya aku pergi. Sebentar lagi Hariz, sebentar lagi aku mungkin akan pergi meninggalkan kalian. Aku gak mau menghabiskan waktuku di rumah sakit. Aku mau bersama kalian keluargaku"

"Tapi.... "

"Hariz, aku mohon. Sekali ini aja. Kamu penuhin permintaaan terakhirku" Melihat Meysa yang begitu memohon Hariz langsung memeluk Meysa. Dia menangis di pundak Meysa. Meysa membiarkannya dia juga membalas pelukan Hariz dengan tidak kalah eratnya.

"Tolong jaga adikku dan Anak kita dengan baik ya" bisik Meysa yang hampir tidak terdegar"

*Flasback Off*

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!