NovelToon NovelToon

Dicerai Karena Miskin

Bab 1. Pertemuan

Namanya Lilis Muneyaroh. Gadis muda yang baru 2 tahun menamatkan sekolah SMK nya dan sekarang memilih bekerja menjadi karyawan disebuah perusahaan swasta di bidang makanan siap saji.

Pekerjaannya mengikuti aturan kerja yang berjalan secara kontinu. Sehari berjalan 3 shift dengan waktu yang sudah diatur perusahaan secara bergantian.

Tempat kerja yang cukup jauh, membuat Lilis harus pergi ke tempat kerja dengan menggunakan sepeda motor. Lilis membeli sepeda motor secara kredit, karena keluarga dia bukan keluarga berada. Lilis sangat bersyukur bisa memiliki sepeda motor meski dengan cara kredit. Karena biasanya, Lilis bekerja naik sepeda mini yang di pinjam dari tetangganya.

Ibunya seorang janda yang bekerja sebagai pemulung untuk membiayai sekolah Lilis dan untuk hidup sehari-hari. Meskipun kadang sehari hanya makan sekali, semua pernah dialami Lilis dan ibunya.

Setiap pulang sekolah, Lilis membantu ibunya mengumpulkan barang-barang bekas untuk menambah pemasukan. Alhamdulillah, Lilis masih bisa mengecam pendidikan sampai SMK dan lulus dengan nilai yang baik.

Lilis mendapatkan pekerjaan dari pihak sekolah yang bekerjasama dengan beberapa perusahaan yang sedang mencari karyawan baru. Siswa yang berprestasi akan bisa bekerja sebagai QC atau Quality Control di perusahaan yang menerimanya, termasuk Lilis. Dengan gaji yang lebih tinggi dari karyawan biasa.

Hari ini, Lilis bekerja masuk shift sore dan pulang pada tengah malam. Dia dengan santai pulang kerja menyusuri jalan sepi seorang diri yang tidak jauh dari daerah tempat tinggalnya dengan mengendarai sepeda motornya. Suasana jalanan hari ini tampak sepi. Tidak seperti biasanya, yang terkadang masih ada terlihat beberapa sepeda motor yang lalu lalang.

Lilis tetap berusaha tenang meski hatinya agak ciut juga. Lilis membulatkan matanya saat dari kejauhan terlihat dua orang sedang berdiri di tepi jalan. Hatinya berdesir ketakutan, namun dia terus melaju berusaha lebih cepat.

Secara tiba-tiba, salah satu dari mereka berdiri di tengah jalan sambil merentangkan kedua tangannya seperti mau acara senam saja.

Lilis menghentikan motornya mendadak karena takut akan menabrak pria tersebut. Setelah melihat motor Lilis berhenti, mereka mendekati Lilis sambil menodongkan sebuah pisau pada Lilis. Kontan saja Lilis kaget dan panik melihat sekelebat sinar dari pantulan mata pisau yang terkena lampu jalan.

Tubuh Lilis gemetar dan tak sanggup untuk menghidupkan motornya.

"Serahkan tas kamu, atau kami yang sambil sendiri secara paksa?!"

"Jangan pak. Tidak ada uang sama sekali didalam tas ini. Saya ini baru pulang kerja," ucap Lilis ketakutan.

"Kalau begitu, kamu saja temani kami malam ini. Hahaha..."

Rupanya mereka dalam kondisi mabuk dan mereka mulai menyentuh wajah Lilis. Lilis berusaha mengelak sambil melepaskan sepeda motornya hingga motornya jatuh. Lilis tidak menyangka, tempat yang biasanya aman selama ini, akan ada kejadian seperti ini.

Lilis berlari mundur, dan mereka mengejar Lilis. Lilis yang sudah dalam keadaan kelelahan setelah bekerja, tidak sanggup berlari jauh. Kedua orang itu, dengan cepat mengambil tas milik Lilis.

Awalnya Lilis ingin mempertahankan tas satu-satunya miliknya yang dibelinya dengan harga yang lumayan besar. Belum tentu nanti dia bisa membelinya lagi. Tetapi melihat kedua orang itu, yang sudah memberi peringatan jika tidak menyerahkan tasnya, maka mereka pasti akan fokus menyakitinya.

Dalam kondisi panik, datanglah sebuah sepeda motor dan berhenti tepat di samping tempat Lilis saling tarik tas miliknya.

"Lepaskan, tas gadis itu!" teriak pemuda itu dengan berani.

Seketika mata Lilis melihat kearah pemuda itu dan dia merasa terpesona dengan sikap beraninya.

"Siapa kamu, berani ikut campur urusan kami!" teriak salah satu dari mereka.

"Anak muda, jangan sok jadi pahlawan. Atau kamu mau aku sikat sekalian?!" kata yang satunya.

"Kalian sombong sekali. Maju jika kalian berani!" tantang pemuda itu.

Kedua orang itu melepaskan Lilis dan tasnya lalu bersiap maju menghadapi pemuda itu. Terjadilah perkelahian tidak seimbang antara perampok dan pemuda itu. Tetapi meski pemuda itu hanya sendirian dan tidak menggunakan senjata, namun dia terlihat penuh percaya diri akan memenangkan pertarungan itu.

Kedua orang itu tidak mau kalah, mereka berdua dan pemuda itu sendirian. Mereka memiliki senjata, sedangkan pemuda itu tidak. Dan sebuah goresan ditangan pemuda itu membuat Lilis panik.

Bagaimana jika pemuda itu mati terkena tusukan pisau, dia pasti juga akan ikut berurusan dengan polisi. Namun, Lilis akhirnya lega setelah melihat pemuda itu berhasil membuat dua orang itu lari ketakutan setelah pemuda itu berhasil merampas pisau milik mereka.

Pemuda itu mendekati Lilis sambil memegangi luka sayatan ditangannya.

"Bagaimana, kamu tidak apa-apa kan? Kamu tidak usah khawatir, mereka sudah pergi dan semoga mereka tidak akan berani mengganggu kamu lagi," kata pemuda itu sambil menatap Lilis.

"Aku tidak apa-apa. Kamu sendiri, kamu terluka."

"Hanya luka kecil saja, tidak apa-apa."

"Tapi, itu harus segera diobati. Kalau tidak keberatan, mampirlah ke rumahku, agar aku bisa mengobati luka kamu."

"Merepotkan kamu."

"Tidak, akulah yang harus berterimakasih karena kamu sudah menolongku. Terimakasih..."

"Desta, panggil saja Desta."

"Terimakasih Desta."

"Sama-sama."

Desta membantu Lilis menarik sepedanya yang tadi terjatuh hingga bisa berdiri kembali. Lilis menghidupkan sepeda motornya diikuti Desta yang kemudian mereka melaju di jalanan sepi secara beriringan.

Sampai di rumah, Lilis mengetuk pintu pelan sambil memanggil nama ibunya. Tidak berapa lama, ibunya membukakan pintu dan beliau tampak kaget melihat Lilis pulang bersama seorang pemuda.

"Ibu, nanti Lilis jelaskan. Biarkan kami masuk dulu."

Ibu Siti membiarkan Lilis dan Desta masuk. Ada banyak pertanyaan yang sebenarnya ingin beliau tanyakan pada putrinya . Lilis tidak pernah bercerita jika dia memiliki pacar, apalagi membawa seorang laki-laki bertamu ke rumah. Namun beliau bersabar menunggu sampai Lilis siap bercerita padanya.

Lilis mengobati luka Desta dengan penuh perhatian. Sesekali Desta meringis menahan sakit. Setelah selesai mengobati luka Desta, Lilis meminta Desta untuk segera pulang karena malam sudah semakin larut. Desta segera pamit pulang pada Bu Siti dan Lilis denah penuh kesopanan dan kelembutan.

Bu Siti duduk di samping Lilis sambil menunggu penjelasan dari putrinya. Lilis menceritakan kejadian yang dialaminya kepada ibunya. Ibunya tampak khawatir dan cemas, jika suatu saat kejadian itu terulang lagi pada Lilis.

"Lilis, apa tidak sebaiknya kamu segera menikah saja. Supaya ada yang mengantar dan menjemput kamu ketika bekerja."

"Ibu, menikah dengan siapa? Lilis tidak memiliki pacar yang bisa diajak menikah."

"Jika kamu bersedia, bukannya ada nak Wendi yang pernah ibu bilang ingin melamar kamu itu. Dia masih menunggu jawaban kamu," kata Bu Siti.

"Ibu, sebenarnya Lilis ingin menikah dengan laki-laki yang Lilis cintai. Pacaran lalu menikah," jawab Lilis sambil bersandar di bahu ibunya.

Bersambung

jangan lupa ya like dan koment

Bab 2. Pernikahan

Sejak pertemuan malam itu, Lilis dan Desta menjalin hubungan lebih dekat dan memutuskan untuk menikah. Lilis jatuh cinta pada Desta pada pandangan pertama. Begitu juga Desta, dia selalu membuat Lilis merasa aman dan nyaman semenjak bertemu Desta yang setiap hari menjemput Lilis pulang kerja ketika tiba shift malam.

Pernikahan Lilis dan Desta akhirnya berlangsung setelah kedua keluarga setuju. Keluarga Desta adalah keluarga besar. Saudaranya berjumlah 4 orang dan Desta anak kedua. Keluarga mereka sangat baik dan sangat menyayangi Lilis.

Bu Siti awalnya tidak setuju Lilis menikah dengan Desta. Desta terlihat ada sesuatu yang disembunyikan, walaupun Bu Siti tidak tahu apa itu. Namun akhirnya, beliau setuju juga setelah melihat kebaikan keluarga Desta.

"Sah," kata itu mengawali hidup baru Lilis dan Desta.

Semua orang memberi selamat pada kedua mempelai. Kebahagiaan menyelimuti hari-hari mereka setelah menikah. Lilis bahagia bisa bersama dan menikah dengan orang yang dia cintai.

Desta memperlakukan Lilis dengan sangat baik. Setiap hari terlihat senyum dan tawa dari wajah pasangan pengantin baru yang membuat Bu Siti ikut berbahagia.

Namun siapa sangka, setelah pernikahan berlangsung selama 2 bulan, kebahagiaan mereka mulai terusik. Desta lebih sering berdiam dirumah dan tidak melakukan apa-apa. Bahkan lebih terkesan bermalas-malasan.

Ibu Siti tidak berani menegur perbuatan sang menantu. Karena sebagai mertua, beliau tidak ingin dikatakan mertua yang ingin ikut campur urusan rumah tangga anaknya. Bu Siti hanya bisa mengurut dada saja melihat kelakuan sang menantu.

Kasihan Lilis, bekerja siang dan malam untuk menghidupi keluarga kecil mereka. Sedangkan Desta, enak-enakan tiduran sambil bermain game dari ponselnya.

Meskipun Desta melihat Bu Siti, dia tidak pernah merasa sungkan ataupun segan padanya seolah Bu Siti tidak ada dirumah.Bahkan ketika Bu Siti menatapnya, Desta langsung membentaknya.

"Apa, lihat-lihat. Tidak pernah melihat orang menikmati hidup!?"

Jika sudah begitu, Bu Siti hanya bisa meneteskan air mata dan berlalu pergi. Bukan karena Desta membentaknya, tetapi karena kasihan pada Lilis yang sudah salah memilih suami.

Desta sangat bisa mengatur waktu. Ketika Lilis berangkat kerja, dia juga akan pergi. Setelah itu, dia kan kembali pulang untuk bermalas-malasan. Ketika menjelang Lilis pulang kerja, dia akan pergi dan berpura-pura baru pulang kerja juga.

Ketika Lilis kerja malam, pagi harinya Desta akan pergi seharian dan baru pulang pada jam kerja kantor. Lilis tidak pernah mencurigai perbuatan suaminya karena dia begitu yakin pada Desta.

Bu Siti tidak tahan melihat putrinya di bodohi suaminya. Meskipun seandainya Desta memiliki alasan untuk bermalas-malasan dirumah, seharusnya Lilis juga harus tahu apa alasan Desta.

"Lilis, akhir-akhir ini suamimu sering berada di rumah. Apakah dia tidak bekerja lagi?" tanya bu Siti.

"Entahlah Bu. Sebenarnya aku ingin bertanya padanya. Tapi aku takut ini akan menyinggungnya."

"Anakku, kamu memiliki hak untuk bertanya dan kamu juga berhak meminta nafkah dari suamimu. Sebagai suami, dia berkewajiban memberi nafkah pada istrinya. Bukan hanya nafkah batin tetapi juga nafkah lahir."

"Ya, Bu. Nanti aku akan bertanya padanya."

Lilis mulai memikirkan perkataan ibunya. Sebagai seorang suami, memang seharusnya suaminya memberi dia nafkah. Bukan hanya nafkah batin tetapi juga nafkah lahir. Selama ini suaminya memang tidak pernah memberinya uang.

Mungkin karena melihat Lilis memiliki uang sendiri, makanya suaminya tidak lagi memberinya uang. Lilis memang diam saja karena dia tidak ingin rumah tangganya bermasalah.

Suatu hari, saat Desta bermain ponsel, Lilis mendekati suaminya. Dengan nada lembut, Lilis mencoba bertanya pada suaminya apa yang terjadi pada Desta sehingga memiliki banyak waktu bermalas-malasan.

"Mas Desta, aku perhatikan akhir-akhir ini kamu lebih banyak di rumah. Apa yang terjadi, mas?"

"Aku dipecat dari pekerjaanku sejak sebulan yang lalu," jawab Desta datar.

"Sudah mencoba mencari pekerjaan baru?"

Raut wajah Desta berubah kesal. Dia mematikan game di ponselnya dan meletakkannya dengan kasar diatas sofa.

"Kenapa kamu begitu ribut. Apa kamu tidak mau memberi makan suamimu karena tidak bekerja? Apa kamu wanita matre yang tidak bisa menerima kondisi suamimu yang tanpa pekerjaan?!"

"Bukan begitu mas Desta, aku hanya bertanya …"

Suara Lilis mendadak parau dan tubuhnya gemetar karena baru pertama kali suaminya marah dan membentaknya dengan sangat keras. Hampir dia menangis.

"Jika begitu, jangan pernah bertanya lagi. Kamu tidak perlu khawatir, besok aku akan mencari pekerjaan baru."

Desta merendahkan suaranya setelah melihat Lilis ketakutan dan terlihat hendak menangis. Bagaimanapun juga, Lilis bisa memberinya apa yang dia mau untuk saat ini. Yaitu menikmati hidup tanpa takut tidak bisa makan.

"Sayang, maafkan aku. Aku hanya kesal karena aku di pecat. Aku tidak bisa memberimu uang belanja dan tidak bisa membuatmu bahagia. Sudah jangan menangis. Ayo kita tidur saja, besok kamu kan harus masuk kerja pagi."

Desta memapah Lilis masuk kedalam kamar. Desta mencoba membuat Lilis melupakan kejadian hari ini dengan membuatnya tersenyum dengan mimik wajahnya yang dibuat sedemikian rupa supaya lucu dilihat oleh Lilis.

Lilis tersenyum melihat mimik muka suaminya. Hilanglah sudah rasa kesal di hatinya.

Hari berganti hari, namun Desta masih belum mendapatkan pekerjaan. Setiap hendak pergi, dia meminta uang pada Lilis untuk biaya makan dan transportasi. Meski dengan hati kesal, Lilis selalu memberi apa yang suaminya minta.

Lilis merasa kurang enak badan, tetapi dia masih saja memaksakan diri untuk pergi bekerja. Karena jika dia absen satu hari tanpa cuti, gajinya akan dipotong. Setelah bekerja setengah hari, dia merasa tidak kuat lagi. Lilis pun izin pulang.

Di tengah jalan dekat sebuah warnet, Lilis melihat suaminya berjalan masuk kedalam warnet. Lilis penasaran apakah itu memang benar suaminya ataukah orang lain yang hanya mirip dengan suaminya.

Perlahan dia masuk dan mengamati sekeliling dalam warnet. Betapa hatinya sedih dan syok ketika melihat laki-laki itu memang benar suaminya. Dia perlahan mendekatinya dan berdiri di sampingnya.

"Cari tempat lain saja, aku baru mulai," kata Desta tanpa menoleh.

"Mas, jadi ini yang mas Desta lakukan selama ini?"

Suara Lilis biarpun pelan, sangat mengejutkan Desta. Desta menghentikan aktivitasnya dan berdiri sambil memegang bahu istrinya.

"Kita bicara di rumah, aku tidak mau kita menjadi bahan tontonan di sini," ucap Lilis yang langsung melepaskan pegangan Desta.

Lilis berlalu pergi diikuti Desta yang mulai menyusun rencana agar Lilis bisa menerima dan tidak membuat Lilis marah.

Setelah memarkir motornya di depan rumah, Lilis masuk dan langsung duduk sambil menunggu Desta masuk. Desta mengikuti langkah Lilis dan duduk di samping istrinya yang sudah menunggu penjelasannya.

"Sayang, aku tadi hanya mampir sebentar. Aku sudah capek cari pekerjaan tapi tidak ada yang mau menerimaku. Aku mampir hanya untuk menghilangkan rasa stresku. Kamu tidak mau kan mempunyai suami stres?"

"Benarkah yang mas Desta katakan? Lalu sebelum menikah denganku, apa pekerjaan mas Desta? Dulu sebelum menikah, aku merasa tidak berhak bertanya tentang pekerjaan kamu, tapi sekarang aku bertanya dan aku penasaran kenapa kamu bisa dipecat tanpa pesangon?"

"Sebenarnya dulu aku pengangguran."

"Apa mas, pengangguran? Pantas selama ini mas Desta tidak pernah memberiku uang belanja. Lalu selama ini, untuk keperluan mas Desta membeli paketan dan untuk main di warnet, uang dari mana?"

"Meminta pada orangtuaku."

"Apa... "

Semua penjelasan Desta bagaikan duri yang menusuk hatinya. Sakit sekali. Ternyata dia masih meminta uang dari orangtuanya dengan alasan memberi uang belanja pada Lilis. Padahal uang itu dia habiskan untuk kepentingannya sendiri.

Dimana harga dirimu mas Desta.

Bersambung

Jangan lupa like dan koment

Bab 3. Berhenti bekerja

Kenyataan pahit yang diberikan suaminya, sangat membuatnya terpukul. Lilis begitu percaya pada suaminya, tetapi ternyata suaminya selama ini tidak pernah bekerja, membuat Lilis merasa dibohongi. Kendati begitu, dia harus bisa menerima keadaan suaminya, karena tidak ingin di kira wanita matre seperti yang suaminya katakan pada pertengkarannya yang dulu.

Lilis menerima kekurangan dari sang suami dan berharap suatu saat nanti dia bisa berubah, menjadi suami bertanggung jawab. Karena, Lilis akhirnya dinyatakan hamil.

Kehamilan yang ternyata membuat Lilis kehilangan pekerjaan karena kondisi tubuhnya yang lemah. Lilis memutuskan berhenti bekerja demi mempertahankan anak dalam kandungannya.

Lilis mendapatkan uang pesangon yang cukup besar. Bagi Lilis, uang itu akan cukup untuk biaya hidupnya dan untuk membayar uang persalinan nantinya.

Namun semua tidak sesuai harapan Lilis. Desta meminta semua uang pesangon Lilis untuk membuka usaha baru.

"Sayang, kasihan aku. Tiap hari harus berjalan kesana kemari mencari pekerjaan. Tubuh kepanasan dan kecapekan. Aku janji, usaha ini pasti akan cepat mendapatkan hasilnya."

Desta berusaha merayu Lilis yang memang seorang yang mudah termakan dengan kata-kata yang lembut dari suaminya.

"Tapi mas Desta harus janji padaku, untuk benar-benar menggunakan uang ini untuk usaha. Bukan untuk hal lain."

"Iya, mas janji. Kamu memang istri yang baik, sayang," ucap Desta lalu mencium kening istrinya.

"Mas, nanti aku ambil beberapa ratus ribu untuk kita makan dan keperluan pribadiku."

"Apa, kalau kamu ambil lagi, jumlah uang ini akan berkurang. Lagian keperluan pribadi apa sih. Nggak penting banget."

"Mas, anak dalam kandunganku juga butuh nutrisi. Aku harus beli susu, beli sayur dan biaya periksa ke bidan. Semuanya tidak gratis, butuh uang."

"Sayang, tapi modal usaha itu juga butuh lebih banyak. Ini saja aku rasa masih kurang."

"Kita hanya memiliki uang sejumlah itu, mas. Aku tidak memiliki simpanan lagi. Makanya aku minta uang untuk pergi ke bidan. Ini anak kamu juga lho mas, bukan hanya anak aku. Kamu ada tanggung jawab dikit buat dia."

"Aku ngerti untuk anak kita. Tetapi, masak kamu tidak ada simpanan lagi. Gaji kamu selama ini kemana?"

Mendengar pertanyaan suaminya, hati Lilis sedih dan kecewa. Selama ini, Lilis tidak pernah mempertanyakan tentang gaji Desta karena tidak ingin dianggap istri yang suka mengurusi privasi suami. Sampai akhirnya, Lilis dibohongi oleh Desta yang ternyata pengangguran.

Mereka hidup menggunakan uang dari gaji bulanan Lilis. Sebelum menikah, Lilis masih bisa menabung biarpun hanya beberapa ratus ribu setiap bulan. Tetapi setelah menikah, satu sen pun Lilis tidak bisa menyisihkan untuk simpanan. Bahkan malah sering mengambil sisa simpanan tabungan Lilis hingga habis.

"Mas, gaji aku untuk bayar cicilan motor. Dan juga untuk keperluan kita sehari-hari. Memang mas Desta, memberi aku uang belanja bulanan?" jawab Lilis agak kesal.

"Sudah-sudah, aku tidak ingin bertengkar lagi denganmu. Ini, cukup-cukupkan untuk satu bulan. Untuk pergi ke bidan juga."

Desta merasa tersindir dengan pertanyaan Lilis. Karena memang dia tidak pernah memberi uang belanja untuk Lilis. Desta akhirnya mengeluarkan uang ratusan 5 lembar dan diberikan pada Lilis. Lilis tertegun melihat uang yang diberikan Desta padanya. Uang pesangonnya yang berjumlah hampir 10 juta itu hanya 500 ribu yang kini ada ditangannya. Padahal saat bekerja, dia bisa menghabiskan gajinya sebesar 700 ribu untuk keperluan sehari-hari selama satu bulan. Untuk cicilan motor 600 ribu, dan sisanya bisa dia simpan untuk kebutuhan mendadak.

Hanya 500 ribu?

Apa yang akan aku lakukan dengan uang 500 ribu?

Beli apa-apa sekarang mahal. Minyak mahal, cabe mahal, bawang merah juga mahal. Meskipun harga beras masih bisa standar, tapi tetap saja membutuhkan uang. Apalagi biaya ke bidan, beli susu, beli sabun, beli shampoo dan lain-lain.

"Sayang, tidak mau terima? Baiklah, aku tambahkan untuk modal kerja saja," kata Desta sambil tersenyum.

"Tunggu, aku akan terima mas. Aku akan menggunakan uang ini dengan baik. Tetapi mas, mulai sekarang, kami menggantungkan hidup pada mas Desta. Aku dan ibu sudah tidak bekerja lagi."

"Oke-oke, Aku tahu. Kalian akan menjadi tanggung jawabku mulai sekarang. Tapi, kalian harus bersabar menunggu sampai usaha aku ini mendapatkan hasil," ucap Desta sambil menghela nafas.

Bu Siti melihat semua kejadian itu dengan hati sedih. Lilis sudah bekerja keras selama ini demi bisa bertahan hidup. Berharap suatu saat bisa mendapatkan seorang suami yang dapat bertanggung jawab. Setidaknya memiliki pekerjaan yang bisa menghasilkan uang untuk bisa bertahan hidup di dalam masyarakat.

Mungkin jika Lilis menerima lamaran Wendi, hidup Lilis akan lebih baik. Wendi seorang pengusaha tambak ikan dan udang yang cukup sukses. Kalau soal uang, biarpun Lilis berhenti bekerja, dia tidak akan pernah kekurangan uang.

Wendi lelaki yang sangat baik, dan dia mencintai Lilis sejak lama. Mereka adalah sepasang sahabat masa kecil yang sebenarnya ingin diubah menjadi sebuah pernikahan. Sayangnya, Lilis menolak karena dia hanya menganggap Wendi sebagai sahabatnya.

Jodoh seseorang hanya Allah yang tahu. Demikian juga cinta, kita tidak tahu kepada siapa cinta itu akan berlabuh.

Tapi harapan seorang ibu, tentu ingin yang terbaik untuk anaknya.

Seminggu telah berlalu sejak Lilis menyerahkan uang pesangon pada suaminya untuk modal usaha. Lilis tampak sangat berhemat ketika berbelanja.

Dulu ketika dia masih bekerja, dia akan membeli beberapa ikan dan sayuran. Kini dia hanya membeli separo tempe dan separo sayur hijau.

"Duh, Mbak Lilis. Kok belanjaan nya dikit banget? Tuh ada ikan, ada udang juga ada daging. Mas Desta nya apa mau dikasih makan kayak gitu. Entar suaminya lari lho," kata Wiwik.

Wanita yang memiliki sakit hati dengan Lilis karena Wendi menolak dirinya demi Lilis. Padahal sekarang Lilis sudah menikah, tapi tetap saja Wendi tidak mau menikah dengannya. Jadi secara logika, Lilis bukanlah penyebab Wiwik tidak bisa menikah dengan Wendi.

Tetapi, namanya cemburu itu tidak peduli logika. Dia akan mencari pembenarannya sendiri untuk melampiaskan sakit hatinya ditolak.

"Atau memang pingin suaminya lari, biar bisa cari yang lebih baik," tambahnya membuat beberapa ibu-ibu memperingatinya.

"Jangan berkata begitu, Mbak Wiwik. Mbak Lilis bukan wanita seperti itu," kata Bu Sari.

"Siapa yang tidak tahu seperti apa suaminya Lilis. Suami pengangguran yang berlagak kerja, membohongi istri. Apalagi sekarang, sudah mau memiliki anak, masih saja seperti berandalan kampung. Dasar suami tidak berguna," ucap Wiwik sambil tersenyum sinis.

"Iya, tapi kan itu urusan rumahtangga Mbak Lilis, kamu tidak perlu ikut campur," kata Bu Retno membela Lilis.

"Kesal aku, kenapa semua orang membela Lilis."

Wiwik melangkah pergi sambil menahan rasa kesal. Lilis memang baik pada semua orang, jadi saat Lilis mengalami hal buruk, mereka turut bersimpati.

"Jangan diambil hati omongan Wiwik, Mbak Lilis. Mulutnya memang tajam seperti pisau," kata Bu Sari diikuti ibu-ibu yang lain.

Lilis hanya mengangguk pelan. Namun hatinya sangat sakit mengetahui keburukan suaminya yang sudah tersebar di seluruh kampung.

Jangan menambah keburukan lagi mas Desta.

Bersambung

jangan lupa like dan koment ya

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!