NovelToon NovelToon

SEBENING PELANGI

SEBENING PELANGI

BAB 1. Melihatmu

Pelangi menatap gedung perkantoran dihadapannya yang menjulang tinggi. Terlihat kokoh dan berkharisma. Di dominasi warna abu-abu dan hitam dengan aksen garis tegas berwarna biru dongker. YT group. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang tekhnologi elektronik yang mengeluarkan berbagai macam benda yang dapat mendukung kecanggihan sebuah handphone atau televisi dan barang elektronik lainnya.

Sampai kapan aku akan bertahan bekerja di sini? Catatan khusus yang diberi Tuan Syailendra Rahardi kepadaku untuk bekerja di YT Group akan berlaku sampai kapan? Batin Pelangi.

Pelangi menggelengkan kepalanya. Yang terpenting saat ini adalah bekerja sebaik mungkin agar rekomendasi yang di dapatnya tidak mempermalukan diri sendiri.

Pelangi melangkahkan kakinya menuju ruangan Departemen pemasaran dan duduk manis di atas kursinya. Tanpa basa-basi lagi langsung melanjutkan pekerjaan kemaren yang belum selesai.

Tanpa terasa waktu makan siang sudah tiba, dan sebuah tangan mulus tiba-tiba muncul di atas kertas yang sedang dipelototi Pelangi. Tangan siapa lagi kalau bukan milik Indah teman sekantornya.

"Ayo makan, perutku sudah lengket. Pagi tadi sarapannya di totol ayam." rengeknya dengan wajah memelas.

Kebiasaan....

Tanpa berkata-kata Pelangi langsung berdiri menyetujui. Sebelum beranjak dari kursinya Pelangi menutup komputernya dan merapikan beberapa tumpukan file.

"Ayo.....mau pingsan nih..."

"Sabar dong.....'

Berdua mereka sesegera mungkin melangkah menuju cafetaria kantor. Semua pegawai dari manager paling atas sampai pegawai magang diwajibkan makan di cafetaria kantor. Entah itu makan siang atau malam bila lembur. Apabila ingin makan di luar, waktunya sangat terbatas. Dan tidak boleh terlambat kembali ke kantor. Apabila terlambat akan dipotong dari bonus bulanan

Pelangi dan Indah langsung menuju deretan makanan yang tersedia di balik lemari kaca yang memanjang.

"Menu andalannya apa Bu hari ini?" tanya Indah pada Ibu penjaga cafe.

"Semur daging kreni sama capcai brokoli. Paling top deh...."jawabnya sembari mangcungkan jempolnya.

Pelangi dan Indah langsung menyodorkan nampan mereka untuk diisi sepiring menu andalan.

"Menu yang gratisnya apa Bu? Jangan SOP lagi dong....bosen!"

"Soto, sama perkedel kentang....Mau?"

Indah menggeleng.

"Aku mau Bu," jawab Pelangi. Dengan senyum sumringah, Ibu penjaga cafe menyodorkan semangkuk soto dengan beberapa potong perkedel di atas piring kecil pada Pelangi.

Setelah menempati kursi favorit mereka di pinggir dekat jendela besar, langsung menyantap menu siang ini. Tentunya setelah membayar. Di cafe kantor memang menyediakan menu gratis. Disediakan terutama bagi karyawan yang tidak bergaji tinggi dan para magang. Namun karyawan lainnya pun boleh menikmati menu gratis tersebut. Selain yang gratis, ada menu lain namun harus membayar bila ingin menikmatinya.

"Hari ini menurut ketua team, Mas Wisnu, setelah makan siang akan ada pembagian tugas untuk iklan tv produk YT terbaru," kata Indah di sela-sela makannya. Pelangi mengangkat wajahnya dari mangkuk soto.

"Lagi...?

"Ya. Katanya biar cepat selesainya."

Pelangi menganggukkan kepalanya.

"Banyak produk yang baru ya? Jadi harus kejar tayang."

"Ya. Dan kitanya yang jadi tumbal. Kerja keras seperti kitiran. Nggak dikasih kesempatan istirahat "

"Tapi sukakan kalau dapat bonusnya?"

Indah tersenyum sembari mempertontonkan deretan giginya yang putih. Sapa coba yang tidak cinta bonus? Semua yang namanya bonus apalagi gratis, lope abis dah.

Beberapa saat kemudian ekor mata Pelangi menangkap beberapa manager memasuki. cafe dan makan di ruangan terpisah. Di cafe kantor, ruang makan memang terpisah antara karyawan biasa dengan para manager dan staf khusus.

Ruang makan di cafe di bagi menjadi 4 ruangan. Ruang makan terbesar untuk para karyawan biasa. Ruang Biru, begitu istilahnya karena bercat biru. Untuk para manager. Ruang Hijau untuk para karyawan dengan jabatan lebih tinggi. Seperti sekertaris khusus CEO, asisten dan pengawal CEO. Sedang ruang putih ruang makan khusus untuk CEO dan tamu-tamu kehormatan. Terkadang aspripun boleh makan di ruang putih.

"Enak ya jadi mereka," celetuk Indah. "Punya ruang khusus untuk makan."

"Jangan iri, toh menu yang mereka makan sama dengan kita," kata Pelangi mencoba menyenangkan hati bestynya.

Tak berapa lama kemudian, mereka juga melihat Tuan Abimanyu sang CEO dan Tuan Abyseka masuk ke ruang putih. Diikuti asisten mereka Tuan Zaki dan Rizky.

Kau terlihat sehat Mas Arjun. Bisik hati Pelangi. Cedera di kakimu kelihatannya sudah sembuh total. Langkahmu sudah tegap seperti semula.

Pelangi mengaduk makanannya perlahan. Ada rasa perih yang merambat ke dinding hatinya.

"Itu Tuan Abimanyukan?" pertanyaan Indah membuyarkan lamunan Pelangi.

"Bersama siapa beliau? Kau kenal?"

Pelangi menggelengkan kepalanya, " Tidak. Mungkin tamu kehormatan. Atau pemilik YT Group." Pelangi mengangkat pundaknya.

"Tuan Abimanyu.....aahhh...mengapa orang tampan selalu sudah ada yang memiliki?!" Indah menopang dagunya dengan kedua tangannya. Cemberut.

"Jangan ngarep yang nggak-nggak deh. Ngayal ketinggian kalau jatuh, babak belur bundas!"

"Dikitkan nggak masalah. Dikit doang....."

"Ati-ati....jadi pelakor....belepotan dosa noh!!"

"Udahan yuk. Masih banyak projek yang harus di kerjakan. Kelamaan bengong mupeng di sini dikira asistennya bu penjaga cafe."

"Siapa yang bengong mupeng disini?" tiba-tiba Emi dari departemen perencanaan dan Tata dari departemen keuangan muncul di belakang Pelangi dan Indah.Dua besty Pelangi dari departemen lain di perusahaan.

"Aku,"jawab Indah, "Gimana nggak mupeng liat wajah Tuan Abimanyu yang bikin meleleh"

"Aku juga tadi liat beliau,"Emi langsung duduk menopang dagunya dengan mata tertutup dan senyum lebar di bibirnya.

"Sama....qhiqhiqhi. Aku juga,"Tata menyusul. "Kamu nggak mupeng ,Pelangi?"

Buset.....perkumpulan trio mupeng!

Pelangi mengambil tasnya dan mendekatkan kepala kearah ketiga sahabatnya.

"Waktu makan hampir habis. Kalau tidak cepat kembali ke meja kalian. Siap-siap dapat potongan bonus."

Serentak trio mupeng kaget berdiri dan mengambil tas mereka lalu bergegas keluar dari cafe.

"Ayo...ayo... segera. Bonus adalah siraman dana wajib, buat skincare."

Pelangi tersenyum sembari mengikuti ketiga sahabatnya menuju ruang masing-masing.

Baru saja Pelangi mendarat di kursi kerjanya yang nyaman, meski tidak terlalu empuk. Ketua team Kak Wisnu Dari team pemasaran digital meminta perhatian dari anggotanya.

"Ok, kalian pasti sudah dengarkan apa yang akan kita bahas....."

Semua yang ada di ruangan menganggukkan kepala. Tanda kami semua mengerti.

"Aku akan membagi dua kelompok. Yang pertama..... team yang akan bekerja sama dengan bagian animasi. Karena iklan yang dibuat tidak menggunakan model. Team kedua akan bekerjasama dengan bagian produksi. Dimana semua aspek soal produk harus di kuasai, untuk bahan promosi." Kak Wisnu mengangkat beberapa berkas, "Petunjuk semua ada di sini."

Kak Wisnu memberikan berkas pada Surya ,karyawan yang duduk paling dekat dengannya,. " Bagikan...."

"Ok.... dengarkan.....Pelangi, Surya dan Felix team yang ke bagian produksi. Indah, Atalia dan Pras ke animasi. Team pertama secepatnya mendapatkan info dan spesifikasi produk. Berikan hasilnya padaku dan pada team kedua biar mereka bisa mengolah datanya dengan team animasi."

Kak Wisnu menepuk tangannya, "Ayo....semangat! Kerja....kerja...."

Setelah Kak Wisnu keluar dari ruangan, Pelangi langsung menuju meja Surya. Begitu juga dengan Felix.

"Sur, aku bereskan sisa kerjaan kemaren dulu ya. Setelah itu kita ke bagian produksi."

"Aku juga. Masih agak banyak itu,"kata Felix

"Ok. Besok aja kita ke bagian produksi. Aku juga masih ada beberapa editan. Bagaimana bila pulang nanti kita ke bagian produksi dan minta ijin manager mereka bila besok kita akan melihat produk keluaran barunya?"

Felix mengangguk menyetujui usul Surya.

"Puspa pulang agak terlambat nanti. Gimana?"tanya Felix

"Pulangnya bareng aku aja. Kitakan searah, tinggal belok sedikit." saut Surya. "Tidak apa-apakan Lani?"

Lani??? Felix mengangkat satu alisnya.

"Panggilan sayang aku ke Pelangi....."

"Sayang....sayang....pala peyang." Indah menimpali dari tempat duduknya. Surya pun tergelak senang. Berhasil menggombali Pelangi.

Pelangi dan Surya berasal dari Universitas yang sama. Bahkan jurusan yang sama. Namun masuk dalam lingkup YT Group, Surya lebih dahulu dua tahun dibanding dengan Pelangi. Tidak heran Surya merasa lebih akrab dengan Pelangi di bandingkan yang lain.

"Hati-hati, jangan sampai si rambut ikal dengar." kata Pelangi melipat tangannya kedepan," Kalau tidak....."

"Hop!....stop!...Lupakan panggilan sayang tadi....Hapus...hapus..."

"Nahkan......keder sendiri...."

"Kerja...kerja yok....!"

Pelangi tertawa ringan sambil mengibaskan tangannya kearah Surya. Kemudian kembali menenggelamkan dirinya kedalam tumpukan file di atas meja.

Pukul tujuh malam, bertiga Surya, Pelangi dan Felix sedang menuju bagian produksi yang ada di pinggir kota.

"Aku sudah menghubungi bagian produksi, bahkan sudah mengirim surat ijin, untuk melihat produk langsung dari pabriknya." kata Surya. "Kita di persilahkan langsung menemui managernya."

"Aku sudah siapkan alat perekam,"Pelangi menunjukkan alat perekam berbentuk USB, "Jadi semua pembicaraan kita dengan pihak produksi akan kurekam."

"Hebat juga idemu."puji Felix. "Ayo kita langsung masuk."

Surya langsung memimpin jalan masuk dan menemui manager produksi kemudian langsung di pertemukan dengan ketua team produksi.

Hampir semua spesifikasi produk terbaru di catat dan di amati oleh team pertama. Tanpa tertinggal satu itempun yang luput dari pengamatan mereka. Bahkan banyak mengajukan pertanyaan seputar produk.

Beberapa berkas file menumpuk di tangan Pelangi. Dengan segera di masukkan ya hasil rekaman kedalam tas. Jangan sampai tertinggal bahkan hilang. Maka sia-sialah kerja keras mereka.

Juan ketua team produksi melihat cara kerja dan ketelitian team Surya tersenyum puas. Ia tidak menyangka karyawan dari kota bisa sedetail itu mengamati hasil produksi. Di sangkanya para karyawan kantoran hanya bisa menulis berkas dan menghitung uang.

"Kalian mengamati ini dengan teliti atas petunjuk manager promosi?" tanya Juan.

"Inisiatif kami saja. Manager hanya memerintahkan mengamati dan mencatat spesifikasinya saja."

"Aku pikir kalian hanya bisa menulis dan menghitung uang...." Juan mengeluarkan senyum lebarnya sambil menggaruk tengkuknya.

"Waaahhhh....."protes Felix, "Pelanggaran ini."

"Pelanggan harus di hukum..."Surya tak mau kalah, "Harus traktir kita makan malam ini."

Berempat langsung mengurai tawa memenuhi ruangan.

"Ok. Siapa takut. Ayo, di depan pabrik ada rumahmakan Sop buntut yang enak sekali. Malam-malam begini enaknykan makan yang anget-anget."

"Boleh....yuk." bersamaan.

Berempat mereka langsung keluar ruangan menuju rumah makan yang di tuju. Pintu keluar pabrik yang harus melewati beberapa ruangan dan berbelok membuat Pelangi tidak melihat siapa yang juga melewati lorong itu. Alhasil ia bertabrakan dengan seseorang dan menyebabkan file yang berada di tangannya berhamburan.

"Akhh...!" Pelangi terjatuh. Rasanya seperti menabrak pintu besi.

"Bisa berjalan yang benar tidak?!"

Bentak seseorang yang tertabrak Pelangi dengan suara beratnya dan lantang menggelegar. Sambil mengibas-ngibaskan tangannya kepermukaan bajunya seolah-olah baru saja tertempel kuman beracun.

"Maaf....saya tidak melihat Tuan." Pelangi berusaha berdiri. Dengan sigap Felix langsung membantu Pelangi berdiri. Sedangkan Surya membantu mengumpulkan beberapa file yang tercecer.

"Huh...!!Menyebalkan..!"

Pelangi berusaha berdiri sambil mendongak melihat siapa yang telah ia tabrak.

Tuan Abyseka! Mampus Inyong......

"Pelangi...?" tegur Tuan Abimanyu, "Kamu tidak apa-apa?"

Pelangi tersenyum sambil berdiri di bantu oleh Felix.

"Tidak apa-apa Tuan. Hanya kaget saja....Maaf Tuan Abyseka." Pelangi membungkuk meminta maaf. Bagaimanapun juga ia tidak mau membuat masalah dengan pimpinan YT Group.

"Huhh...!!" Tuan Abyseka hanya mendengus dan melangkah meninggalkan kekacauan yang dibuatnya.

Tuan Abimanyu menyusul sambil tersenyum pada Pelangi. Pelangi pun membalasnya dengan membungkukkan badan dan tidak lupa tersenyum. Meskipun senyum getir, menahan sakit. Bagaimanapun juga tubuhnyalah yang terhempas ke lantai. Dan rasa sakit itu pastilah ada.

"Kamu tidak apa-apa?"tanya Juan. "Ada keseleo? Atau sakit?"

"Pasti sakitlah....secara, dia yang jatuh."kata Surya sedikit emosi.

"Minta maaf kek, tanya sakit nggak kek....kakekane tenan!" Felix juga ikut emosi

"Aku mewakili mereka minta maaf," kata Juan sedikit membungkukkan badan di hadapan Pelangi.

"Sudahlah ...tidak apa-apa, jangan berlebihan. Tidak ada yang luka. Hanya sakit sedikit... Ayo kita makan saja. Laperrr..." Pelangi melangkah dengan sedikit tertatih.

"Maaf ya....Tuan Abyseka memang orangnya begitu. Kaku dan samasekali tidak ramah.

"Apa dia tamu Tuan Abimanyu?" tanya Surya.

"Bukan....Jangan katakan kalau kalian tidak kenal Tuan Abyseka?"

"Siapa dia? Orang baru?"

"Ya...ampun!" Juan menepuk jidatnya, "Dia pemilik dan pewaris tunggal YT Group! Masa kalian tidak tahu?"

"Tidak..."

"Astaga...."

"Selama ini, yang kami tahu pemilik YT Group adalah Tuan Rahardi. Syailendra Rahardi."

"Betul juga ya....Tuan Abyseka itu putranya. Selama ini beliau sekolah di Jerman. Setelah kembali ke Indonesia Beliau lebih sering di Pabrik. Waktunya lebih banyak dihabiskan untuk meneliti dan membuat produk-baru dan canggih." jelas Juan panjang lebar." Tuan Abyseka juga tidak banyak bergaul dengan karyawan di sini. Bahkan hanya untuk bertegur sapa saja sangat jarang sekali."

"Produk yang di keluarkan oleh YT Group kebanyakan di ciptakan oleh Tuan Abyseka."

"Begitu ya.....Untung tadi aku tidak langsung emosi dan melabraknya," Felix menyeka wajahnya dengan kedua tangan. "Kalau tidak.....aduh-aduh. Apakah yang akan menimpa diriku yang tampan ini?"

"Pecat!....PHK!" Sambung Surya.

"Ngeriii....."Pelangi menimpali.

"Apalagi tanpa pesangon...gaji bulan ini juga tidak di bayar!"

"Kena tuntutan hukum pula. Kekerasan dan tindakan tidak menyenangkan!"

"Buseett!! Sudah jatuh ketimpa tangga, kejatuhan kelapa pula. Bonjrot dah gue!"

Berempat langsung melepas tawa. Mereka tidak tahu ada sepasang mata yang menatap mengawasi dan dengan pandangan dingin.

Ingatlah

Bab 2

Abimanyu menyusul Abyseka menuju mobil mereka yang akan mengantar pulang ke Mension Abimanyu.

"Tidak bisakah kau sedikit saja perhatian pada gadis yang kau tabrak tadi?" protes Abimanyu pada Abyseka. "Setidaknya minta maaf. Sulitkah itu?"

"Tidak akan!." jawab Abyseka ketus. "Salah dia, tidak konsentrasi"

"Bukankah akan lebih baik, lebih gantelman bila laki-laki yang lebih dulu minta maaf dan memperlakukan wanita dengan lembut? Betul?"

"Persetan!"

Abimanyu menarik nafas kesal sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Aby....Aby... seandainya saja kau tau siapa itu Pelangi. Akankah sikapmu seperti tadi?Tidakkah kau tahu, kau bahkan berhutang tidak hanya nyawa kepadanya. Bahkan hatimupun ada dalam genggamannya... Aku ingin lihat,. bagaimana akhir perjalanan hatimu yang keras itu.

"Ayo pulang...bengong begitu jadi seperti patung museum."

Sekali lagi Abimanyu menghela nafasnya melihat kelakuan sepupunya yang sedingin es batu.

###########

Baru saja Pelangi keluar dari kamar mandi, setelah berkutat di pabrik yang lumayan panas. Hpnya menjerit notofikasi sebuah pesan baru saja masuk.

Tuan Abimanyu

'Maafkan kelakuan Abyseka.Aku harap kau tidak terlalu tersinggung atas perbuatannya hari ini. Apa ada yang terluka? Besok periksa saaj ke rumahsakit. Biaya pengobatan akan di tanggung oleh perusahaan.'

Pelangi

'Tidak ada yang terluka Tuan. Saya baik-baik saja, jadi tidak perlu ke rumahsakit. Terimakasih atas perhatiannya Tuan.'

Tuan Abimanyu

Sudah kubilang jangan memanggilku Tuan. Ok, sekarang masih kumaafkan. Suatu saat bila kita sudah menjadi saudara, hapus panggilan itu. Geli rasanya dipanggil olehmu Tuan, rasanya seperti aku jadi Datuk Maringgih!'

Tuan Abimanyu

'Baiklah, selamat beristirahat. Besok aku ijinkan libur satu hari. Aku tau pasti ada bagian tubuhmu yang sakit karena jatuh tadi.'

Pelangi

Terimakasih Tuan. Saya baik-baik saja. Besok saya tetap masuk, karena memang tidak ada yang terluka Tuan.

Selamat malam'

Pelangi mengakhiri percakapannya. Tuan Abimanyu memang sangat baik dan penuh perhatian padanya. Terkadang Pelangi merasa tidak enak hati. Apalagi bila sampai di ketahui oleh karyawan lain. Serasa jadi pelakor. Karena Tuan Abimanyu sudah memiliki istri yang baik hati dan cantik bak boneka India.

Abimanyu sendiri sedang duduk di ruang d keluarga sambil menikmati secangkir kopi yang dibuatkan Almitha istri tercintanya.

"Wa siapa Ayah?" tanya Almitha. Wajahnya dipenuhi tanda tanya

Abimanyu mendekatkan wajahnya hingga hidung mereka bersentuhan.

"Tidak usah cemburu, aku wa Pelangi. Tadi sebelum pulang kantor dia bertabrakan dengan Aby. Sampai terpental...."

"Ya Tuhan....dia tidak apa-apa?" Mata Almitha melebar.

"Dia baik-baik saja. Yang pasti, hatinya tidak baik-baik saja. Aby malah memarahinya dengan ketus bahkan minta maaf saja tidak."

"kasihan Pelangi....kenapa Ayah tidak mencoba mendekatkan mereka sih? Kan banyak kesempatan kalau di kantor."

"Pelan-pelan dong Nda. Kalau cepat-cepat nanti karyawan lain jadi bertanya-tanya. Belum lagi gosip miring pasti ada. Miring kiri, kanan. Bikin ribet saja."

Abimanyu menyesap kopi di hadapannya.

"Rencanaku, Pelangi akan kupindahkan ke Departemen Umum yang lebih dekat dengan kerja para direktur. Terus di pindahkan jadi sekertaris Aby. Bagaimana? Ide brilian?"

"Ok juga idenya. Secepatnya saja di laksanakan."

"Melaksanakan apa?" tiba-tiba saja Abyseka sudah berdiri di belakang mereka.

Abimanyu mengedipkan matanya pada Almitha.

"Aku ingin mengubah susunan karyawan di kantor. Ada bebera karyawan yang kuanggap lebih berpotensi di bidang tertentu."

Abyseka menyatukan alisnya,"Bagaimana dulu sewaktu penyaringan masuk. Apa mereka tidak di teliti dengan benar?"

"Sudah, namun lama-kelamaan potensi mereka yang sebenarnya baru terlihat." Abimanyu melingkarkan tangannya di pinggang Almitha dan menggesernya untuk lebih rapat dengan dirinya. "Lagipula untuk pembukaan perusahaan barumu akan butuh karyawan juga. Kau bisa mengambilnya dari tempatku."

Memang kedatangan Abyseka dari rumahnya di Ibukota ke lain daerah dimana Abimanyu berada adalah untuk mengembangkan perusahaannya yang ada di Ibukota. Papa Rahardi menganggap Pabrik milik YT Group yang berada di pinggir kota sangat berpotensi untuk di kembangkan menjadi lebih besar.

Abyseka melirik kelakuan sepupunya Abimanyu yang dengan terang-terangan di hadapannya mulai menciumi pipi dan rambut istrinya.

"Bisakah kalian lebih sopan sedikit?" Protesnya.

"Mau adegan dewasa di kamar sana. Bukan pamer di depanku. Memalukan!"

Abimanyu tersenyum jail, "Makanya cari istri...jomblo kok jadi hobi. Lagipula ini rumah aku...bebas dong."

"Bocah mesum akut!" Abyseka beranjak dari ruang keluarga sembari bersungut-sungut. Ia langsung naik menuju kamarnya. Diiringi tawa jail milik Abimanyu.

Untuk sementara Abyseka tinggal di Mension milik Abimanyu. Selama masa transisi pengembangan usahanya. Awalnya ia tidak habis pikir mengapa papanyanya pemilik YT Group menyuruhnya untuk mengembangkan pabrik di kota Y yang terletak di pinggir kota. Namun setelah ia sendiri mensurvei potensi layak tidaknya pabrik itu. Abyseka sangat yakin perusahaan itu bisa berkembang sangat pesat

Apalagi ia sendiri yang akan memimpin semua pengembangan produk.

Abimanyu menghabiskan tegukan kopi terakhirnya.

"Kita ke kamar saja yuk. Lebih enak di sana sambil istirahat."

"Yuk..."Almitha bergelayut manja di lengan Abimanyu.

"Rencana pengembangan perusahaan, apa ada kaitannya dengan kisah Abyseka dan Pelangi tidak ya?" Abimanyu mengusap dagunya.

"Om Syailendra tahu tidak tentang mereka berdua?"

"Kelihatannya tidak. Yang tahu hanya Tante. Itupun kita yang menceritakannya."

"Kasihan Pelangi....."

########

Selesai melakukan sholat subuh,Pelangi langsung masuk ke kamar mandi. Bersih-beesih diri dan bersiap ke kantor. Hari ini rencananya team mereka akan sekali lagi mengecek ulang semua laporan dan kerja keras selama ini. Berangkat pagi, untuk mengantisipasi bila harus ke pabrik yang letaknya lumayan jauh.

"Ibu karier.....pagi bener siapnya." sapa Linda teman satu kost Pelangi.

"Biasa....banyak cowok yang harus dikerjain ."

Linda tergelak, "Aku kasihan sama cowok-cowok itu. Kalau Kak Pelangi yang ngerjain mereka, bisa-bisa mereka patah hati sampai ke tulang-belulangnya."

"Kamu tidak berangkat kerja?"

"Berangkat Kak, mau cari sarapan dulu. Mau kubelikan sekalian?"

"Tidak usah, terimakasih. Aku beli di cafe kantor saja.Ok, pergi dulu ya....by"

"By..."

Sampai di tepi jalan, Pelangi baru saja hendak memesan ojol tiba-tiba Surya datang menghampirinya.

"Udah lupain Abang ojol kesayangan. Ayo....bareng aku aja." kata Surya sambil mengulurkan helm pada Pelangi.

"Sesuai aplikasi ya Mas...."

"Ya Mbak. Kemana saja saya antar. Asal tidak ke neraka....Abang takut...."

Dengan senyum sumringah Pelangi naik kebon boncengan Surya. Dan membelah jalanan ibukota menuju kantor. Hari ini sengaja Pelangi mengenakan celana panjang berwarna dongker dan blazer dengan warna senada. Iner yang di kenakan juga berbahan catton yg nyaman di pakai. Karena hari ini perkiraan ia akan kembali ke pabrik di pinggir kota.

Sampai parkiran basemen Pelangi menyerahkan helm yang di pakainya pada Surya.

"Nanti sekali lagi kita ngebut ke pabrik." kata Surya sambil mencantelkan helm pemberian Pelangi.

"Pake motor?"

Surya memandangi Pelangi sejenak,"Tidak apa-apakan? Supaya cepat saja maksudku. Atau terlalu melelahkan? Kita pakai mobil Felix saja kalau begitu..."

"Pakai motor saja supaya tidak terlalu lama terkena macet."

"Woke..."

Dari tempat parkiran ketika hendak masuk lift menuju lantai tempatnya bekerja Pelangi kembali bertemu dengan Abimanyu dan Abyseka.

"Pagi Tuan Abimanyu, Tuan Abyseka" sama Surya dengan sedikit mbungkuk. Diikuti oleh Pelangi..

"Pagi semuanya." sapa Abimanyu. Sedang Abyseka hanya menganggukkan kepalanya sedikit. kemudian pandangannya lurus kembali.

Pelangi dan Surya menuju lift yang biasa di gunakan karyawan. Sedang Abimanyu dan Abyseka menuju lift yang khusus digunakan untuk CEOdan para direktur.

Sekilas Pelangi melirik pergelangan tangan Abyseka, dilihatnya ada lilitan gelang dari anyaman rumput akarwangi.

Dia masih mengenakan gelang rumput itu. Apakah dia masih mengingat sesuatu tentang gelang itu, atau karena gelangnya tidak bisa di lepas?Akankah dirimu menyadari sesuatu Mas Arjun? Ingatkah tentang kita?

Mata Pelangi menghangat. Sekeras apapun ia berusaha melupakan kenangannya bersama Abyseka, rasanya sia-sia saja. Semakin keras ia berusaha semakin dalam kenangan itu tenggelam dalam ingatannya.

"Kau baik-baik saja?"tanya Surya." Wajahmu seperti ingin menangis "

Pelangi menggelengkan kepalanya, " Aku tidak apa-apa. Apa wajahku sesuram itu?Mungkin karena belum sarapan nasi uduk ya..."

Surya melengkungkan bibirnya ke bawah, "Hmmm...kebiasaan Indah menular...Berwajah suram kalau belum makan atau telat makan semenit saja."

Setelah keluar dari lift, Surya dan Pelangi langsung bergabung dengan rekan-rekan mereka . Kembali larut dalam pekerjaan yang seolah tidak pernah berhenti.

Pukul sepuluh, Pelangi dan teamnya harus kembali ke Pabrik. Kali ini untuk melakukan foto produk agar team yang lain bisa membayangkan seperti apa detail dan warna produk.

Kali ini mereka menggunakan motor. Karena menurut penglaman, bila mengendarai motor maka waktu akan terbuang di jalan karena terjebak macet. Pelang membonceng Surya dengan motor besarnya sedang Felix sendiri yang juga sama besarnya dengan milik Surya.

"Pegangan yang kuat, jangan sampai kamu terbang terbawa angin" kata Surya ambil memasangkan helem di kepala Pelangi. Kemudian membantu mengancingkan juga.

"Heh???Memang kamu akan ngebut sekali? Apa iya aku akan terangkat bila tertiup angin?" Pelangi mencengkeram lengan jaket Surya.

Sesaat Surya hanya memandangi Pelangi, "Ya ampun.....ini perusaahan keliru kali ya...ngangkat pegawai o'on macam ini."

"Ih!..."Pelangi gemas dengan jawaban Surya, sambil memukul lengannya.

"Kalian mau unyu-unyuan di sini atau mau kerja?" tanya Abimanyu yang tiba-tiba ada di samping Surya dan Pelangi.

"Ma..Maaf Tuan, kerja." jawab Pelangi sedikit gugup. Apalagi dilihatnya Abyseka berdiri kaku di belakang Abimanyu.

Abiseka sudah melihat keakraban Surya dan Pelangi sejak keluar dari lift khusus. Tanpa sengaja ia mengerutkan bibirnya.

Mengapa gadis itu bisa santai bergurau dengan lelaki lain? Batin Abyseka, yang seperti itu seharusnya tidak perlu di pertontonkan di hadapan umum. Apalagi dihadapanku! Menjijikkan!

Setelah Surya dan Pelangi menghilang dari hadapan mereka, Abimanyu menyikut Abyseka.

"Pasangan serasi ya mereka. Kinerja dan hasil kerja mereka juga ..begini."

Abimanyu mengacungkan jempolnya.

"Nggak kebanyakan

bacot. Ayo berangkat!"

"Ayook..." bibirnya menyunggingkan senyum. Cemburu? Bilang boss...nggak pake marah gitu dong.

Begitu sampai pabrik, Pelangi dan Surya langsung menuju showroom. Tempat di mana beberapa produk baru akan di pertontonkan pada CEO, para direktur dan investor.

Produk baru terpajang berderet di meja dan berapa lampu sorot juga menerangi produk di atas meja. Memang rencananya sehari sebelum di lempar ke konsumen beberapa produk elektronik akan di perkenalkan pada para direktur dan investor tertentu. Bila semua investor, dan direktur di undang ,takutnya akan mengalami kebocoran sebelum produk di lempar ke pasar.

Pelangi membantu mengatur letak lampu dan bunga-bunga hiasan di atas meja. Juga beberapa makanan ringan dan minuman. Tanpa disadarinya ada sepasang mata yang memperhatikan dirinya dengan tajam namun tersembunyi diantara dokumen-dokumen yang bertumpuk di sebuah meja.

Abyseka memperhatikan gerak-gerik Pelangi yang bergerak lincah kesana kemari, pastinya dengan diam-diam. Jangan sampai Abimanyu memergokinya, bisa habis diejek dan di tertawakan olehnya.

Sekian kali tanpa sengaja Abyseka bertemu dan melihat Pelangi, dia merasa ada yg salah dengan matanya. Matanya selalu tertarik ke arah dimana Pelangi berada. Seolah ada magnet pada pelangi yang menarik matanya untuk selalu melihat atau melirik padanya. Sedikit banyak hal ini mengganggu Abyseka.

Ada banyak rasa tidak nyaman di dada Abyseka setiap melihat keberadaan Pelangi. Marah, rindu? Buat apa? Mengapa? Sedih, nyeri? Tapi juga senang dan antusias. Abyseka mengusap wajahnya dengan kasar.

Ada apa denganku? Rasa ini membingungkan ku. Belum pernah ada sebelumnya. Apakah aku jatuh cinta pada gadis itu, atau malah patah hati? Apakah dia salahsatu orang yang ada dalam masa amnesiaku? Siapa yang seharusnya kutanya? Abimanyu? Papa? Mama? Siapa?!

Abyseka menggebrak meja tanpa sadar.

"Sabar bro...." Abimanyu bergegas mendekati Abyseka dan menepuk pundaknya.

"Ada yang salah? Apa yang membuatmu marah?"

Abyseka hanya menggeleng cepat, "Tidak ada apa-apa." kemudian meninggalkan Abimanyu yang menggaruk tengkuknya bingung.

Ada yang lagi galau nih. Batin Abimanyu

Jangan terluka lagi

Bab 3

Beberapa Direktur dan Investor yang di undang Abyseka sudah hadir, merekapun kemudian mengikuti arahan Abimanyu dan mendengarkan penjelasan Abyseka soal produk baru dan tentang promosi yang akan dilakukan agar produk laris di pasaran. Abyseka dan Abimanyu bergantian menjelaskan dengan panjang lebar.

Tanpa sadar sudah satu jam berlalu. Sudah waktunya istirahat dan mencicipi hidangan yang di sediakan.

Pelangi paling menyukai acara makan begini, akan ada banyak pastry yang cantik-cantik. Es krim yang bertumpuk-tumpuk, juga kue-kue yang menyilaukan matanya.

"Hati-hati tuh mata. Jangan sampai melompat keluar." Bisik Felix melihat Pelangi yang tersenyum sumringah dengan mata berbinar melihat deretan hidangan.

"Sumpah....demi apapun. Airliurku sudah bercucuran." Pelangi mengatupkan bibirnya rapat-rapat.

"Perlu kupakaikan celemek?" sindir Surya.

"Sabar....kita urutan kesekian. CEO dan orang-orang atas dulu baru kita."

"Hhhhh...."

Pelangi dan beberapa pegawai lainnya akhirnya mendapatkan giliran juga untuk mencicipi hidangan yang menggoda. Mereka menikmatinya sambil berbincang-bincang ringan.

Suasana santai yang tidak terlalu riuh dengan suara para pegawai. Karena sudah jadi rahasia umum bila pemilik perusahaan, yaitu Tuan Abyseka, tidak menyukai suara bising dan kerumunan banyak orang.

Braakk....!!

Tiba-tiba saja terdengar suara benda jatuh yang sangat keras dari arah Tuan Abyseka berada. Reflek semua mata memandang ke arah Tuan Abyseka.

"Ya...Tuhan!"

"Astaga!!"

Semua orang berseru terkejut. Tuan Abyseka tergeletak dengan kaki tertindih penyangga lampu sorot. Darah mulai merembes keluar dari celana panjangnya dan menggenang di sekitar kakinya.

Spontan Pelangi berlari ke arah Tuan Abyseka sambil melepas syal tipis yang menjadi aksesori bajunya. Kemudian dengan cekatan dililitkan pada luka di kaki Tuan Abyseka.

Sementara semua orang masih termangu kaget menyaksikan kejadian yang tidak terduga di hadapan mereka.

"Cepat..! Panggil ambulance atau siapkan mobil! Bawa Tuan ke rumahsakit!" teriak Pelangi.

Ya Tuhan....jangan sampai luka lamanya terbuka kembali. efek sampingnya akan lebih parah lagi. Batin Pelangi sambil tangannya sibuk membalut luka di kaki Abyseka. Dan wajahnya yang penuh kekhawatiran.

Mendengar teriakan Pelangi Abimanyu langsung menyuruh supir perusahaan menyiapkan mobil . Dia sendiri berlari mendekati Abyseka.

"Abe...Abe... bangun! Sadar Abe..." kata Abimanyu memangku kepala Abyseka.

Perlahan sambil menahan sakit Abyseka duduk di bantu Abimanyu. Matanya langsung tertuju pada Pelangi yang sedang sibuk mengikat kain pembalut lukanya. Baju dan tangannya berlumuran darah.

Sekelebat di kepala Abyseka terlintas sebuah memorry. Dimana dia juga sedang dirawat kakinya oleh Pelangi, dengan penuh kesabaran dan senyum manisnya.

"Sari..."panggil Abyseka lirih.

"Ya..." jawab Pelangi spontan sambil menoleh ke arah Abyseka. Reflek ia langsung menutup mulutnya. "Maaf....saya....ah. Maaf...permisi" Pelangi langsung berdiri dan menjauh dari Abyseka dan Abimanyu yang masih diam termangu.

Abimanyu tertegun mendengar Abyseka memanggil dengan panggilan kesayangannya pada Pelangi. Sedang Abyseka kaget dengan nama yang keluar begitu saja dari bibirnya ketika melihat Pelangi.

Pelangi berjalan tergesa ke arah toilet,berniat membersihkan tangan dan bajunya dari lumuran darah. Matanya menghangat, buliran bening airmatanya seolah berlomba ingin keluar.

Tuan Abyseka memanggilku dengan nama itu.Batin Pelangi. Tapi mengapa? Dan kenapa juga aku harus menjawabnya panggilan itu. Ini sangat menyakitkan! Bukankah seharusnya aku melupakan segalanya? Ini menjengkelkan.

Dalam bilik toilet yang tertutup, Pelangi mengurai tangisnya tanpa suara. Seharusnya sejak awal ia tidak menerima tawaran Tuan Rahardi untuk bekerja di perusahaan ini. Seharusnya ia bisa memperkirakan apabila suatu saat pasti akan bertemu dengan Abyseka.

Sementara itu, Abyseka langsung dibawa ke rumahsakit untuk memeriksa luka di kakinya. Abyseka dan Abimanyu naik mobil yang sama sedangkan Zaki dan Rizky, para asisten naik mobil berikutnya.

Dengan hati-hati Abimanyu memegangi tubuh sepupunya itu.

"Bagaiman rasanya? Apa kau masih bisa menggerakkan kakimu? Atau rasanya mulai kebas? Apa yang kau rasakan?" tanya Abimanyu dengan wajah cemas.

Abyseka menjentikkan bahunya, "Cuma luka gores, bukan hal besar. Sakitnya masih bisa kutahan. Jangan lebai!"

"Begitu...Kau ini. Aku takut kau kenapa-kenapa lagi. Luka kakimu dulu saja hampir membuatmu lumpuh. Kalau saja tidak di tolong oleh...."

"Oleh siapa?"

Abimanyu terdiam, "Suatu saat bila kau ingat masa amnesiaku. Aku akan mengatakan apa saja yang kutahu. Selama kau tidak mengingatnya , aku tidak akan menceritakan apapun padamu."

"Mengapa?"

"Menurut dokter kau harus berusaha mengingatnya sendiri. Jangan di paksa atau sengaja di masukkan memori tentang saat itu. Kerena ingatan yang di paksakan bisa memanipulasi kebenarannya. Apalagi bila itu memori buruk, alam bawah sadarmu akan menolak dan menutupinya dengan ingatan yang lain."

"Kita semua ingin kau ingat semua secara alami. Memang sih harus di pancing sedikit demi sedikit. Pelan-pelan saja."

Abyseka termangu. "Tidak terpaksa itu sama seperti tiba-tiba Aku memanggil Pelangi dengan nama Sari?"

Abimanyu mengangguk mengiyakan.

"Apa dia salahsatu orang dalam keadaan amnesiaku?"

Abimanyu mengangguk lagi. "Caritahulah sendiri. Jangan di paksa, bila di paksa pasti kepalamu langsung berdenyut-denyut kesakitan. "

"Baiklah..."

Sesampainya di rumahsakit, para dokter jaga di IGD langsung menyambut mereka dan melakukan tindakan pada Abyseka. Sedangkan Abimanyu beserta kedua asisten menunggu di luar.

Sementara itu Pelangi yang baru keluar dari toilet di cecar dengan beribu pertanyaan dari Surya dan Felix, yang merasa khawatir karena ia menghabiskan banyak waktu di toilet.

Setelah yakin tidak terjadi apapun pada Pelangi, Surya mengantar Pelangi pulang lebih awal. Tentunya setelah meminta ijin pada Kak Wisnu dan manager mereka. Menurut mereka Pelangi harus beristirahat lebih awal melihat keadaan Pelangi yang mengerikan dengan baju berlumuran darah.

#########

Flashback on

Pelangi menyupir mobilnya dengan perlahan. Ia menggantikan papa menyetir karena papa sudah sangat mengantuk. Mereka sekeluarga baru saja pulang dari rumah Eyang di desa.

Di samping Pelangi papa tertidur dengan pulas. Begitupula dengan mama yg duduk persis di belakang papa. Sedangkan Ulfah adiknya sedang asik bermain hp.

"Feh, ambilin cemilan dong. Asem nih mulut"

Ulfah mengangkat wajahnya," kripik pisang atau kacang oven?"

"Kripik pisang"

Ulfah menyodorkan plastik keripik pisang yang sudah terbuka. Kemudian kembali menekuri hpnya.

Pelangi menyetir dengan kecepatan sedang , malam hari bukan waktu yang tepat untuk ngebut. Perjalanan dari rumah Eyang membutuhkan waktu satu jam untuk sampai rumah. Tidak lama memang, hanya saja jalanan yang harus dilalui berliku dan naik turun. Meskipun tidak terlalu ekstrim, tapi tetap saja menurut Pelangi tetap harus ekstra hati-hati.

Sudah hampir satu jam sejak mereka meninggalkan rumah Eyang. Berarti sebentar lagi sampai. Pelangi berangan-angan sebelum sampai rumah ia ingin makan sop kaki sapi untuk menghangatkan perutnya. Sudah terbayang di benaknya nasi hangat,kuah sop yang mengepul ditambah emping kriuk-kriuk. Hhmmm....

Baru saja Pelangi membayangkan makanan enak di kepalanya, ia terkejut dengan pemandangan di hadapannya. Begitu membelok, Pelangi melihat sesuatu yang berserakan di jalanan sepi dan gelap. Spontan ia menginjak pedal rem.

Ulfah yang masih sadar terhentak ke depan,

"Astaghfirullah.....ada apa Kak?"

"Liat Feh....ada apa ya?" Pelangi menunjuk keadaan jalanan di hadapan mobil mereka.

"Kecelakaan Kak?"

"Entah...." Pelangi mengguncang tahan papanya.

"Hhmmmm... Apa?"

"Pah.....pah....liat di depan"

"Apaan....?"Papa menegakkan duduknya. "Ini kecelakaan nih....Papa liat dulu ya. Kalian di dalam saja."

"Feh, di rekam. Untuk jaga-jaga." kata Pelangi. "Pah aku ikut. Mama di bangunin Feh...."

Pelangi kemudian menyusul papanya yang sudah turun dari mobil.

Pelangi melihat sebuah mobil berwarna silver yang sudah berantakan bagian sampingnya dan tersandar di tepi bukit sisi kiri jalan. Beberapa serpihan lainnya berserakan di jalan. Sebuah pintu yang terlepas dari badan mobil tergeletak di bibir jurang sisi kanan. Pintu itu tersangkut sebuah pohon yang tumbuh menjorok ke arah jurang.

"Sopirnya di mana ya Pah? kok nggak ada bekas darah atau tanda-tanda ada orang?"

"Iya ya....penumpang lainnya juga nggak kelihatan. Apa cuma ada sopirnya saja? Tapi di mana?"

Pelangi dan papanya melihat sekitar tempat kecelakaan, karena tidak terlihat tanda-tanda keberadaan sang sopir.

Perlahan Pelangi seperti mendengar rintihan dari sisi jurang.

"Pah...." Pelangi menunjuk arah sisi jurang sebelah kanan.

"Lampu...coba liat"

Pelangi menyalakan lampu hpnya dan menyorot ke arah jurang. Benar saja ada seseorang yang sedang berpegangan pada pintu mobil yang terlepas. Ia merintih dengan suara pelan.

Ia bersandar pada tanah yang tidak terlalu miring. Salahsatu tangannya berpegangan pada pintu mobil yang tersangkut, itu membantunya tidak melorot lebih jauh kedalam jurang.

"Ambil tali di mobil" parintah papa Pelangi.

Pelangi langsung berlari ke arah mobil dan meengambil tali di bagasi.

"Ada korban Kak?" tanya Ulfah.

"Ya kelihatannya sopirnya, belum tau ada yang lain atau tidak. Di vidioin Dek untuk dokumentasi dan bukti. Mama di sini aja, kalau ad mobil dari belakang kasih aba-aba supaya pelan."

"Ya. Hati-hati ngangkat korbannya."

"Ya Ma."

Pelangi dan papanya bahu membahu mengangkat tubuh korban. Dengan setengah sadar ia memberitahukan bahwa hanya dirinya saja yang berada di mobil silver itu. Segera Pelangi dan keluarganya membawa pria korban kecelakaan itu ke Rumahsakit.

Beberapa saat setelah di rawat di IGD, seorang perawat menanyakan identitas korban.

Pelangi dan papanya hanya bisa menggeleng tidak tahu siapa dan dimana alamat korban.

Dua hari pria korban kecelakaan tidak sadarkan diri. Dua hari juga Pelangi bolak balik ke rumahsakit untuk menjenguk. Pihak rumahsakit meminta untuk menjadi wali korban, karena tidak ditemukan satupun kartu atau keterangan identitas korban.

Saat istirahat siang Pelangi mendapat kabar dari Rumahsakit bila pasien sudah sadar. Sepulang kerja Pelangi langsung menuju Rumahsakit.

"Ada keadaan khusus pada pasien yang agak sulit kita tangani." jelas Dokter Hermawan.

"Kenapa Dok? Apa yang terjadi?"

"Pasien tidak mengenal dirinya sendiri...."

"Amnesia..??"

"Ya...Kemungkinan akan kembali ingat itu ada. Hanya waktunya kita tidak bisa menentukan. Patah tulang di pahanya saya kira bisa di sembuhkan. Pertolongan yang Nona Pelangi lakukan pada saat dia di temukan sangat baik. Jadi tidak memperparah cedera pasien."

"Boleh saya langsung bertemu pasien?"

"Silahkan...suster Lia akan mengantar anda"

Pelangi mengikuti Suster Lia menuju ruang rawat inap, dan langsung masuk ke dalam kamar. Jantung pelangi berdebar mendekati tempat tidur pasien, ini pertama kali mereka akan bertemu saat dia sadar.

Pelangi berdiri di tepi tempat tidur. Dilihatnya seorang pria sedang tidur dengan beberapa luka di wajahnya, tangan kirinya terbalut perban, begitupula dengan kedua kakinya. Menurut Dokter Hermawan,kaki kirinya yang patah. Sedang kaki kanannya hany terluka sobek.

SusterLia menyentuh jadi tangan kanan pasien.

"Pak...." panggil Suster Lia setengah berbisik.

"Tidur mungkin Sus."

"Kemungkinan tidak Mbak. Baru saja belajar minum."

Sekali lagi Suster Lia menyentuh jemari pasien, dan mata tertutup itu perlahan terbuka.

Pelangi melihat warna hijau pekat di manik mata itu.

Natranya berwarna Jamrud. Orang asingkah dia? Kalau dilihat dari posturnya yang tinggi , sepertinya begitu.

"Halo..."sapa pelangi.

"Ini Mbak yang menolong bapak. "jelas Suster Lia, "Silahkan ngobrol,tapi jangan lama-lama pasien. utuh banyak istirahat.di

"Ya..."

"Terimakasih...Sudah menolong saya"

Pelangi tersenyum, "Panggil saya Pelangi. Jangan sungkan, kita pakai bahasa non formal saja. ok?"

"Baiklah...namamu Pel...ly?"

"Pe...la..ngi. Pelangi Hapsari."

"Anda ingat sesuatu? Menurut dokter untuk sementara anda lupa semuanya."

"ya, bahkan namakupun aku tidak tahu. Kau tahu? Ada dokumen yang bisa menunjukkan siapa aku?"

Pelangi menggeleng, "Kami tidak menemukan dokumen apapun di mobil anda. Bahkan plat mobil yang bisa menunjukkan kepemilikan mobil pun tidak ada. Kami sudah lapor polisi, tapi belum ada hasil."

"Kami?"

"Papa dan aku."Pelangi mengambil kursi di dekatnya duduk persis di samping tempat tidur.

Pelangi menangkap kecemasan dan ketakutan di wajah tampan pria di hadapannya. Sepontaan Pelangi menggenggam tangannya.

"Jangan khawatir, aku akan menolongmu sampai bisa menemukan keluargamu dan kembali pada mereka."

"Terimakasih."

"Untuk sementara aku akan memanggilmu dengan nama apa? Kau suka kupanggil dengan nama apa?"

Si pria menunjuk ke arah dinding. Pelangi melihat kearah pria itu menunjuk. Sebuah lukisan wayang tergantung menghiasi dinding ruangan.

"Ketika aku sadar, gambar itulah yang menyapaku. Siapa mereka?"

"Oh..mereka lukisan Pandawa. Empat bersaudara yang hebat. Tokoh pewayangan. Kau ingin menggunakan nama mereka?"

"Ya. Siapa saja mereka?"

"Yang sulung Yudistira. Raja Hastinapura yang sangat jujur dan berhati lembut. Kedua Arjuna, pangeran yang sangat tampan dan pandai memanah. Ketiga Bima, bertubuh sangat besar dan tinggi. Kuat luarbiasa. Dan terakhir si kembar Nakula dan Sadewa."

"Kelihatannya aku tidak kembar. Aku juga tidak kuat dan berhati baik. Bagaimana dengan Arjuna? Apa pantas?"

"Tentu saja, lagipula anda sangat tampan."

"Jangan mengejek tidak ada orang tampan dengan luka di wajah."

Pelangi membunyikan senyumnya. "Salam kenal Pak Arjuna. Saya pelangi"

Pelangi dan Arjuna bersalaman sambil keduanya melempar senyum.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!