...Happy reading...
.......
.......
Disebuah tempat yang sepi dan kumuh karena jarang ada yang berkunjung ada dua kelompok mafia yang sedang bertarung dengan hebat, bahkan suara pukulan dan suara patah tulang pun bersahutan.
hawa dingin pun menambah kesan mencekam di sekitar tempat itu. suara teriakan yang mengalun dengan indah serta jejeran mayat yang tergeletak tak bernyawa.
tidak ada diantara mereka yang mengalah. "Lo sudah salah mencari lawan dude" desis seorang gadis dengan memukul membabi-buta lawannya.
sang lawan yang mendengarnya pun membalas ucapan sang gadis. "Lo itu nggak pantes jadi seorang leader mafia, seorang gadis yang lemah." ucapnya pria itu dengan nada mengejek.
sontak gadis itu tersulut emosi dan dengan cepat menusuk sg lawan dengan pisau di area perut.
*jilbab
arggghhhhh*
suara erangan kesakitan yang terdengar mengalun begitu indahnya dengan tubuh yang limbung ditanah. Tak hanya sampai disitu dia pun menginjak tepat diarea yang terluka dengan sepatu boot miliknya.
pria itu kembali berteriak kembali.
akhhhhhh
dasar ****** sialan
akan kubunuh kauuu
suara teriakan itu dari sang pria, dengan salah satu tangannya mencengkram erat sepatu gadis itu. dan tangan lain yang mengambil pistol disakunya.
dorr
suara tembakan menggema di seluruh ruangan bahkan kedua anggota mafia itupun menghentikan pertarungannya dengan melihat kearah sang leader.
QUEEN !!!
teriak anggota gadis itu saat melihat queennya yang Ter tembak dibagian dada sebelah kiri tepat diarah jantung.
Tubuh gadis itu menegang saat merasakan perih di area dadanya yang terkena tembakan dengan nafas yang tersengal-sengal dan batuk darah dia berusaha untuk mempertahankan kesadarannya.
*uhukkk
uhukkk*
dara pun keluar saat gadis itu terbatuk-batuk kemudian dia tersenyum miris. Dengan kekuatan yang tersisa dia mengambil pistol disakunya dan mengarahkan kearah jantung dan kepala pria itu.
"berani beraninya kau melukaiku sialan," desisnya dengan aura pembunuhan yang sangat pekat.
*****
dorr
dorr
dorr
suara tembakan beruntun terdengar ditelinga mereka, dan lihatlah kini terdapat seseorang yang meninggal dengan keadaan yang mengenaskan.
gadis itu tersenyum penuh kemenangan saat dia berhasil menghabisi nyawa sang lawan. "gue rela mati asal tidak kalah dalam Medan pertempuran." lirihnya dengan badan yg oleng kesamping.
Dengan cepat anggota gadis itu berlari kearah queen mereka, salah satu diantara mereka memangku kepala sang queen.
"queen Lo harus bertahan, Jagan tutup mata Lo" ucapnya sambil menahan tangisnya.
"ba-ang gu-e se-rah-in jabat-an gu-e ke Lo, ma-af tapigu-e udahhhh ngg-ak kuatttt lagihhh," ucap nya dengan nafas tersengal-sengal dengan hembusan terakhir diakhiri kalimat.
pria yang di panggil Abang tadi pun menangis histeris. bawahannya yang melihat sang queen pun menarik pelatuk pistolnya. Tiga tembakan dilayangkan ke atas bertanda sang queen mereka sudah tiada.
*****
dorr
dorr
dorr
tidak lama kemudian turun lah hujan lebat seakan akan dunia pun iku sedih dengan kehilangan nya sang queen.
sedangkan mafia lainnya sudah menyerahkan hidupnya untuk sang queen, karena bagaimanapun juga sang queen yang sudah mengalahkan ketua mereka.
skipp pemakaman
saat ini, para pelayat satu persatu meninggalkan area pemakaman, tetapi tidak dengan Darren dia adalah pria yang di panggil Abang oleh gadis itu yang sekarang namanya tertera di atas batu nisan.
...Marquellia Anderson...
...bin...
...Kevin Anderson...
Darren tidak menyangka, jika malam itu malam terakhirnya bersama Lia gadis yang sudah dia anggap sebagai adiknya.
Marquellia Anderson adalah gadis sebatang kara kara ditinggalkan orang tuanya yang sudah menghadap ke tuhan. Dia adalah gadis yang kuat dan pemberani. Dan kini gadis itu ikut pergi, dia hanya berharap bahwa Lia sudah bahagia di sana bersama kedua orang tua nya.
******
disebuah ruangan terdapat wanita yang sedang tidur dengan damai, bukan tertidur melainkan gadis itu koma karena terjatuh dari tebing.
eugggg
lenguhan pelan pun terdengar Sontan seseorang yang berada di dekatnya pun dengan sigap berjalan kearah sang majikannya yang perlahan lahan membuka kelopak matanya.
"nona, Nono mana yang sakit,"ucap pelayan itu dengan raut wajah yang khawatir dan senang sekaligus.
"a-ir"lirih sang majikannya.
" ini nona airnya, biar saya bantu untuk meminumnya." ucap pelayan itu sambil membantu sang majikan duduk, dirasa cukup diapun dengan sigap mengambil airnya.
Lia pun mengedarkan pandangannya ke sekitar, dahinya mengernyit saat merasa heran dengan tempat ini mengapa terlihat begitu kuno.
Iya gadis yang tadi sedang siuman itu adalah jiwa Lia yang masuk ke tubuh nona muda di keluarga Filipe.
sang pelayan yang melihat sang nona mengernyitkan dahi nya pun ber inisiatif bertanya.
"Apa ada yang anda butuhkan nona?" tanya pelayanan itu yang kita panggil saja mila.
"ini dimana" suara yang merdu pun terdengar.
"Anda sedang berada di kamar nona" jawab Mila seadanya.
"kamar" monolog Lia.
"iya nona, nona baru saja bangun dari tidur panjang anda" ujar Mila dengan pandangan mengarah kearah nonanya.
dia bingung kenapa nonanya terlihat bingung dan juga memandang aneh tempat ini.
"emmm, nama anda siapa?" tanya Lia dengan bahasa formal.
Mila yang mendengarnya pun badannya menegang kenapa nonanya seperti tidak mengenali dirinya. "nama saya Mina nona, saya adalah pelayan pribadi anda dari anda masih berumur 17 tahun" jawab Mila dengan menjelaskan sedikit sejak kapan dia menjadi pelayan nonanya.
tubuh yang di tempati Lia saat ini ber umur 22 tahun yang berarti 3 tahun lebih muda dari pada dia saat didunianya dulu.
nama tubuh yang di tempati Lia adalah FELICIA LAUREN FILIPE. Seorang tokoh novel yang bahkan namanya tidak pernah di sebutkan dalam cerita YOUR ARE MY QUEEN novel yang dibaca Lia sebelum pertarungan antar mafia.
"nama saya siapa?" tanya Lia dengan nada suara yang bergetar berharap harap cemas dengan membatin mengulang kalimat berkali-kali "nggak mungkin, jangan, pasti nggak mungkin"
"nama anda adalah FELICIA LAUREN FILIPE." jawab Mila.
Lia yang mendengarnya pun tiba-tiba kepalanya merasa sakit saat ada ingatan asing masuk kedalam kepalanya dengan kepala yang terasa seperti ditusuk oleh ribuan jarum.
Lia yang tidak kuat menahan rasa sakit itu pun pingsan, Sehingga pelayanan nya berlali tergopoh-gopoh untuk mencari tabib.
*****
penjelasan cerita:
FELICIA LAUREN FILIPE **adalah putri dari seorang Duke Narenth Filipe dan duceess Elanor Filipe seorang putri dari kerajaan sebrang, duke Narenth yang memimpin suatu wilayah di daratan Utara kerajaan Gwen.
selama ini Lauren selalu di kucilkan oleh keluarganya karena wajah buruk rupa dan tidak memiliki bakat sama sekali**.
******
**Hayyy. ini adalah karya pertama aku, Soo kalau ada salah typo tolong di maklumi yaa and soul Next story'.
Jangan lupa untuk komen**.
...happy reading...
.......
.......
.......
Lia sat ini sedang duduk di tepi danau, tadi waktu dia bangun tiba tiba melihat pemandangan yang sangat indah tanpa sadar kakinya melangkah terlalu jauh karena tempat ini seperti tidak berujung.
Tiba tiba ada seseorang yang memangil namanya. “hay lia” sapanya dengan nada ringan dan juga ceria.
Sontak lia yang mendengarnya pun memutar tubuhnya kebelakang. Disana terlihat gadis yang sangat cantic dengan gaun putih dan juga sulaman bunga berwarna emas yang menjuntai indah di tubuhnya.
“siapa?,” tanya lia dengan melihat binggung kearah gadis itu.
“hay, aku adalah jiwa yang raganya kamu tempati,”jawab gadis itu dengang raut wajah yang sedih.
Lia yang melihatnya pun dibuat binggung dengan ekspresi gadis itu. “kenapa?,” tanya lia.
“hah” lola gadis itu.
“ckk, lo itu siapa?. Dan kenapa gue harus terjebak di tubuhlo bukannya seharusnya udah mati ya?,” ucap lia memperjelas kata katanya.
“ooooh” gumam gadis itu sambal menganguk angukan kepalanya.
Dengan tidak berperasaan lia mengeplak kepala gadis itu karena dirinya sudah jelngkel dengan jawaban gadis itu yang diangapnya bertele tele.
Sontak gadis itu mendelik sebal sambal mamanyunkan bibirnya. “kamu itu apa apa an sih main pukul kapala aku aja, kan sakit,” protes gadis aku.
“lo sih jawabnya kelamaan, nggak tau apa kalau gue udah penasaran akut,” jawab lia dengan kedua tangan mengepal didepan muka karena sudah geregetan.
Dia pun mengaruk pelipisnya yang tidak gatal karena malu akan kelakuannya. “sekali lagi aku mau perkenalan nama aku FELICIA LAUREN FILIPE aku adalah jiwa yang raganya kamu tempati.”jelasnya.
“terus kenapa lo mati wakti itu, masak tengelam gitu lo udah koit sih.” Ucap lia dengan nada mengejek.
Lauren yang mendengarnya pun berdecak sebal. “yah gimana nggak mati orang waktu itu aku di kasih racun pelumpuh tubuh sebelum di dorong ke danau hingga badan aku tidak bisa di gerakan.” Jelas lauren.
Lia pun menganguk angukan kepalanya untuk merespon jawaban lauren. Tabokan yang kencang pun dirasakan oleh lia. Dia menatap tajam sang pelaku dibalas dengan lauren yang melototkan matanya.
“ckk, terus kenapa tadi wajah lo kusut bener?,” tanya lia.
“huffttt,” helaan nafas terdengar. “itu karena dari sejak aku kecil aku tidak pernah merasakan yang namanya kasih sayang orang tua.” Jawab lauren dengan tatapan menerawang kearah masalalu saat dia masih hidup.
“aku selalu di abaikan oleh orang tuaku, bahkan ibuku pun ikut mengabaikan ku”
“aku tidak masalah jika itu kakakku, ayah bahkan kerabatku tapi ini ibuku sendiri yang mengabaikanku, bahkan dia tidak pernah menayakan pertanyaan yang sepeleh seperti ;kamu sudah makan belum, apa tidurmu tadi malam nyenyak, atau apa kamu mau ibu dandani, bahkan kata kata itu saja tidak pernah ter ucap di bibirnya.
“sebenarnya aku heran apa aku anak kandung mereka atau tidak, kenapa mereka selalu membedakan antara aku dan saudara saudaraku yang lain.” Ucapnya sambal terisak pelan dengan air mata yang sudah mengalir deras di area pipinya.
Lia yang merasa iba mengusap punggung lauren mencoba untuk menenangkanya. Hatinya pun berdenyut sakit saat saat mendengar cerita dari lauren, sekarang dirinya merasa bersyukur dia masih merasakan kasih sayang orang tuanya walau pun hanya sebentar.
“dan di tambah lagi aku mendapatkan mimpi yang begitu aneh dan mimpi itu masih buram, hanya aku melihat sebuah kalung permata dengan bandul matahari dan bulan.”
“udah, lo tenang aja ya disini, gue yang akan mencari semua teka teki yang ada dalam hidup lo” ucap lia sambal menarik tubuh lauren.
lauren yang ada di pelukan lia pun menangis. “jadi begini rasanya di peluk sama seseorang, rasanya begitu hangat dan nyaman.”-batinnya.
“makasih dan maaf karna masalah aku kamu tidak bisa hidup dengan tenang di raga aku,” ucap lauren sambal menundukan kepalanya.
lia yang melihat itu pun menarik dagu lauren agar melihat dirinya. “lo nggak usah ngucapin makasih dan maaf sama gue, seharusnya gue yang bilang begitu karena berkat lo! Gue dapat kesempatan kedua kalinya, dan gue janji akan membalaskan dendam kepada orang yang sudah merendahkan mu.” Ucapnya.
Lauren yang mendengarnya dibuat ter tegun, karena seumur hidupnya itu adalah kalimat paling tulus yang dia dengarkan.
“dan satu lagi, lo harus kasih gue semua ingatan tentang lo termasuk kejadian saat lo jatuh ke danau.”
Lauren yang mendengarnya pun menganguk, karena bagai mana pun sekarang lia akan menempati raganya yang berarti semua masalah nya lia yang akan menghadapinya.
“etss, masih ada satu pertanyaan lagi.” Ucap lia sambal menatap intens lauren, sedang kan lauren yang melihatnya pun gugup.
“lo masih prawankan?,” tanya lia yang dijawab angukan kepala. Dia pun bernafas lega setidaknya dirinya masih prawan.
“sekarang waktu aku sudah habis, kamu harus kembali, ikuti arah cahaya itu maka kamu akan keluar dari sini.” Jelas lauren yang di tangapi dengan deheman dari lia karena fokus lia masih mengarah kearah cahaya itu sejak kapan cahaya itu ada di situ.-pikirnya.
“gue pergi.” Ucapnya sambal melihat kea rah lauren yang tersenyum kearahnya.
Lia pun melangkahkan kakinya kea rah cahaya itu dan tiba tiba tubuhnya terasa tersedot oleh sesuatu yang tidak kasat mata. Dia terbangun di tempat yang sama saat dirinya pertama kali membuka matanya di dunia ini.
“nona anda sudah bangun, huuuuuuu saya khawatir karena nona tiba tiba saja pingsan, tadi saya berniat memangil tabib tapi tidak jadi takutnya nona akan terkena marah oleh sang duke.” Ucap mila dengan terisak dan posisi yang sedang berlutut di pingir ranjangnya.
“saya bisa minta tolong mila” ucap lia dengan nada datar miliknya.
Mila yang mendengarnya pun menjawab, “dengan senang hati nona.”
“bisa ambilkan aku cermin mila,” ucap lia sambal melihat lihat dekorasi tempat yang dibilang kamar miliknya itu.
“baik nona” ucap mila dengan segera menyerahkan kaca kepada lia. “ini nona” ujarnya.
Dengan cepat lia mengambil benda itu dan terpampang wayahnya yang cantik tetapi agak kusam tetapi itu tidak masalah selagi dirinya yang ada disini.
“kita lihat pembalasan aku semua ku pastikan kalian tidak akan bisa mengalahkan ku saat hari itu tiba” desisnya pelan sambil tersenyum Meyerigai.
Keterangan: lauren bisa mengerti bahasanya lia yang teman teman karena dia adalah arwah jadi itu sudah dimaklumi aja yaaa.
Karena tubuh lauren dipakai oleh jiwa lia jadi kita pangil lauren menjadi lia saja...
Diambil dari kata felicia(lia)
jangan lupa vote ⭐
Setelah merapikan penampilannya dengan bantuan Mila, Lia memutuskan untuk mulai mencari tahu lebih dalam tentang dunia baru tempatnya berada.
Dia memahami bahwa dia tidak hanya harus beradaptasi dengan lingkungan barunya tetapi juga mencari tahu siapa musuh-musuh Lauren dan bagaimana cara menghadapinya.
Lia keluar dari kamar dengan langkah mantap. Setiap sudut rumah ini memberikan nuansa klasik dan mewah, jauh berbeda dari dunia modern yang ditinggalkannya.
Dinding-dinding berlapis kayu mahoni, lukisan-lukisan klasik, dan lampu gantung kristal menciptakan suasana megah dan misterius. Sambil berjalan menyusuri lorong panjang, Lia mencoba mengingat informasi yang didapatnya dari ingatan Lauren.
Dia menuju ruang perpustakaan, tempat yang diyakini menyimpan banyak rahasia keluarga Filipe. Setibanya di sana, dia terkejut melihat betapa besar dan lengkapnya perpustakaan ini. Rak-rak buku berisi ribuan buku yang berjajar rapi hingga ke langit-langit.
Lia mulai membaca beberapa buku sejarah keluarga Filipe untuk memahami lebih dalam tentang posisi Lauren di keluarga ini dan siapa saja anggota keluarganya.
"Duke Richard Filipe, kepala keluarga Filipe yang memiliki kekuasaan besar di wilayah ini. Ibu, Duchess Maria Filipe, dikenal dingin dan jarang menunjukkan kasih sayang kepada anak-anaknya.
Lauren memiliki dua saudara laki-laki, Alexander dan Sebastian, yang selalu mendapat perhatian lebih dari kedua orang tua mereka."
Lia menarik napas panjang. "Tidak heran Lauren merasa diabaikan," gumamnya. Ketika dia sedang asyik membaca, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki mendekat. Lia berusaha tetap tenang, mencoba tidak terlihat mencurigakan.
"Lauren, apa yang kamu lakukan di sini?" Sebuah suara tegas dan dalam terdengar dari arah pintu. Lia menoleh dan melihat Alexander, saudara laki-laki tertua Lauren, berdiri di ambang pintu dengan ekspresi curiga.
"Aku hanya ingin membaca sedikit tentang sejarah keluarga kita," jawab Lia dengan tenang.
Alexander memandangnya dengan tajam. "Sejak kapan kamu tertarik dengan sejarah keluarga? Bukankah biasanya kamu lebih suka menghabiskan waktu di luar rumah?" tanyanya sinis.
Lia mencoba tersenyum, menutupi kegugupannya. "Terkadang, kita perlu melihat kembali sejarah untuk memahami masa depan, bukan?"
Alexander hanya mengangguk kecil sebelum berbalik dan pergi. Lia menghela napas lega. "Aku harus lebih berhati-hati," pikirnya.
Setelah merasa cukup mendapatkan informasi, Lia meninggalkan perpustakaan dan kembali ke kamarnya. Dia perlu merencanakan langkah selanjutnya dengan hati-hati. Menurut ingatan Lauren, ada seseorang yang selalu bisa diandalkan—Eleanor, sahabat terdekat Lauren yang juga seorang pelayan di keluarga Filipe.
Lia memanggil Mila. "Mila, bisakah kamu memanggil Eleanor untukku? Aku ingin berbicara dengannya."
Mila mengangguk dan segera pergi mencari Eleanor. Tak lama kemudian, seorang wanita muda dengan wajah ramah masuk ke kamar Lia. "Nona, Anda memanggil saya?" tanya Eleanor dengan sopan.
"Eleanor, aku butuh bantuanmu," kata Lia dengan nada serius. "Aku perlu mengetahui lebih banyak tentang apa yang sebenarnya terjadi di sini. Bisakah kamu membantuku?"
Eleanor memandang Lia dengan ragu-ragu sebelum akhirnya mengangguk. "Tentu, Nona. Saya akan membantu sebisa mungkin."
Lia merasa lega. "Terima kasih, Eleanor. Pertama-tama, aku ingin tahu lebih banyak tentang musuh-musuh keluarga ini. Siapa yang mungkin ingin mencelakaiku?"
Eleanor menarik napas dalam sebelum mulai berbicara. "Keluarga Filipe memiliki banyak musuh, baik dari dalam maupun luar. Salah satu yang paling berbahaya adalah keluarga Morano. Mereka selalu bersaing dengan keluarga Filipe dalam hal kekuasaan dan bisnis. Selain itu, ada juga rumor tentang perseteruan internal di keluarga ini, terutama di antara para saudara."
Lia mengangguk, menyerap setiap informasi yang diberikan Eleanor. "Baiklah, kita harus berhati-hati. Aku tidak ingin apa yang terjadi pada Lauren terulang kembali."
Eleanor tersenyum lemah. "Saya mengerti, Nona. Saya akan selalu berada di sini untuk membantu Anda."
Hari-hari berikutnya, Lia mulai menyusun rencana untuk mengungkap siapa yang telah meracuni Lauren. Dia juga berusaha memperkuat posisinya di keluarga Filipe dengan menunjukkan bahwa dia tidak lagi menjadi sosok yang lemah dan mudah diabaikan.
Sementara itu, hubungan Lia dengan Alexander dan Sebastian tetap tegang. Kedua saudara itu tampaknya tidak senang dengan perubahan sikap Lauren yang tiba-tiba.
Mereka sering mengawasi gerak-geriknya, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Suatu malam, Lia duduk di balkon kamarnya, memandang langit malam yang bertabur bintang. Dia merasa kesepian, tetapi tekadnya semakin kuat. "Aku harus kuat, untuk diriku dan untuk Lauren," batinnya.
Di tengah malam yang tenang, terdengar suara ketukan pelan di pintu kamar Lia. Dia segera membuka pintu dan melihat Eleanor berdiri di sana dengan ekspresi khawatir.
"Nona, ada sesuatu yang harus Anda ketahui. Saya menemukan sesuatu yang mencurigakan di kamar Alexander," bisik Eleanor.
Lia segera mengajak Eleanor masuk dan menutup pintu rapat-rapat. "Apa yang kamu temukan?"
Eleanor mengeluarkan selembar kertas dari saku roknya. "Ini adalah catatan yang saya temukan di meja Alexander. Sepertinya dia berencana untuk mengambil alih posisi Duke dengan cara apapun, bahkan jika itu berarti mencelakai Anda."
Lia membaca catatan itu dengan teliti. "Jadi ini alasannya dia selalu mengawasiku. Dia takut aku akan menghalangi rencananya."
Eleanor mengangguk. "Kita harus sangat berhati-hati, Nona. Alexander adalah orang yang berbahaya."
Lia meremas kertas itu dengan marah. "Aku tidak akan membiarkan dia berhasil. Aku akan melindungi keluarga ini dan membalaskan dendam Lauren."
Dengan tekad yang semakin kuat, Lia memulai rencana barunya. Dia tahu bahwa pertempuran ini tidak akan mudah, tetapi dia siap menghadapi apapun demi masa depan keluarga Filipe.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!