NovelToon NovelToon

Dinikahkan Dengan Pria Lumpuh

Awal mula

"Sayang bagaimana kalau pesta pernikahan kita di pantai pasti lebih indah." Ucap gadis cantik yang sedang tersenyum menatap kekasihnya yang sedang fokus menyetir.

"Apapun yang kamu inginkan." Pria itu tersenyum dan mendekatkan kepalanya pada sang kekasih untuk mencium bibir kekasihnya.

Keduanya asik bermesraan didalam mobil yang jelas tidak diperbolehkan karena bisa menjadi pemicu kecelakaan.

Karena asik bercumbu, kaki pria itu tidak sadar jika semakin dalam menginjak gas.

"Kal, kamu harus bantu aku. Aku ngak mau punya anak diluar nikah." Ucap Kirana yang sedang duduk di kursi kemudi.

Kalila yang duduk di samping kursi kemudi menatap kakanya tajam. "Ngak kak, sama saja itu perbuatan dosa, kakak berani berbuat dan harus berani tanggung jawab." Kirana sesekali menoleh kearah adiknya dan kembali fokus menyetir. Jalanan di malam hari cukup sepi dan mobil yang mereka kendarai dalam kecepatan di atas rata-rata.

Kalila yang sejak awal mengikuti kakaknya pergi, dan ternayata Kirana mendatangi klinik untuk aborsi, Kalila yang tahu langsung menyeret Kirana keluar untuk di bawanya pulang.

"Tapi dia gak mau tanggung jawab Kal, kamu mau anak aku lahir tanpa bapak..!!" Bentak Kirana dengan berderai air mata. Ini memang kesalahannya, dan Kirana tidak ingin mendapat masalah dari keluarganya jika sampai tahu apa yang dia lakukan diluar sana hingga hamil di luar nikah.

"Aku akan bantu bicara pada Dio, dan aku akan bela kakak didepan papa dan Mama." Kalila masih mencoba untuk menyadarkan Kirana. Karena perbuatan kakaknya adalah pembuatan keji dan dosa jika sampai memebunuh janin yang tidak bersalah.

"Ngak Kal, aku gak mau. Aku gak mau di usir dari rumah dan jadi gelandangan." Kirana membayangkan jika dirinya berkata jujur dan pasti setelahnya dirinya akan diusir menjadi gelandangan oleh papanya.

"Kak, stop bahaya kita bisa celaka." Kalila yang melihat kakaknya menambah kecepatan mobil membuatnya merasa takut.

"Ngak sebelum kamu berjanji buat jangan bilang ke papa."

Dan kedua kakak beradik itu saling berseteru didalam mobil yang melaju dengan kecepatan di atas rata-rata, mobil Kirana sampai oleng hingga tiba di belokan mendapati sebuah mobil yang juga melaju dengan kecepatan tinggi berada di jalur tengah.

"Kak Awas..!!"

"Sayang awas..!!"

Aaaaaa

Brak

Brak

Dua mobil bertabrakan tak bisa dielakkan, mobil Kalila menabrak mobil depannya hingga membuat mobil itu terpelanting terbalik dan berputar dalam posisi atap mobil berada di bawah dan roda mobil yang berada di atas berputar-putar.

Rusak parah di alami mobil yang penumpangnya sepasang kekasih. Karena sedang berciuman mereka lupa jika dijalan raya bukan hanya mobil mereka sendiri, dan itu karena kelalaian mereka.

Kalila dan Kirana tak sadarkan diri, Kirana yang kepalanya bersandar di bagian setir dan Kalila yang bertumpu pada dasbor mobil.

Karena perseteruan mereka di dalam mobil, membuat mereka sampai merugikan orang lain.

Entah siapa yang salah di sini?

.

.

.

Dirumah sakit empat brankar didorong oleh petugas, semua dilarikan ke unit gawat darurat, kecelakaan yang mereka alami cukup parah apalagi untuk sepasang kekasih yang mendapat luka paling parah.

Polisi juga sedang berjaga di luar, menunggu keluarga korban yang datang.

Korban seorang pria adalah putra dari keluarga Ardana keluarga terpandang dan terkaya di Asia dan manca negara.

Dan kabar kecelakaan itu sudah tersebar di dunia elektronik dan koran.

Dua mobil yang di ketahui milik keluarga terpandang di kota mengalami kecelakaan di jalan raya dengan menewaskan satu korban.

Tak lama keluarga Ardana ebih dulu datang, yaitu nyonya Saras Ardana dan tuan Roy Ardana

"Malam tuan dan nyonya." Polisi memberi hormat pada tuan Roy Ardana beserta sang Istri.

"Malam pak, apa yang sebenarnya terjadi." Tanya tuan Roy yang memeluk istrinya yang sejak tadi sudah menangis.

Nyonya Saras begitu syok mendapat kabar jika putranya mengalami kecelakaan dan terluka parah.

Polisi menjelaskan dugaan kronologinya kecelakaan. Diduga karena kedua mobil itu sama-sama mengendarai dengan kecepatan tinggi.

Tak lama pintu UGD terbuka dokter keluar untuk mencari kelaurga korban.

"Dokter bagaimana keadaan anak saya?" Tanya tuan Roy dengan panik. Apalagi istirnya yang sudah tak bisa membendung kesedihan dan air matanya sejak tadi.

"Maaf, kami tidak bisa menyelamatkan wanita yang bersama anak bapak, dan anak bapak mengalami luka yang cukup parah di bagian kaki." Jelas dokter yang memang mengetahui kelaurga Ardana.

"Maksud dokter apa? tunangan anak saya meninggal?" Tanya tuan Roy yang tahu jika putranya bersama tunangannya Calista.

Dokter itu hanya mengaguk. "Dan anak bapak mengalami kelumpuhan dikedua kakinya."

Mendengar itu nyonya Saras sampai tak sadarkan diri, beliau jatuh pingsan dengan tuan Roy yang langsung memeluk sang istri.

"Mah, Mama."

Nyonya Saras dibawa keruang perawatan dan ditangani oleh suster yang berada di sana.

Tak lama sepasang suami istri juga baru saja tiba dan mereka terkejut melihat sahabat sekaligus tetangganya dulu berada di sana.

"Mas Roy?" Sapa tuan Ardian yang melihat tuan Roy duduk dikursi tunggu.

Tuan Roy yang merasa di panggil menoleh dan mendapati rekanya sekaligus tetangga yang lama mereka tidak bertemu.

"Ardian, kania." Roy pun berdiri lalu memeluk sahabat lamanya itu, mereka saling membalas pelukan.

"Sedang apa Mas disini? apa ada yang sakit?" Tanya Kania istri Ardian Armaja. Atau tepatnya mereka kedua orang tua Karina dan Kalila.

"Rayan Ar, mengalami kecelakaan dan tunangannya meninggal saat mereka mengalami kecelakaan bersama." Tuan Roy tidak bisa menyembunyikannya rasa sedihnya, beliau begitu terpukul mendapati putra satu-satunya mengalami kecelakaan yang fatal.

"Sabar Mas, tuhan tidak akan menguji hambanya melampaui batas kemampuan kita." Ucap Kania untuk menenangkan sahabat suaminya itu.

Tuan Roy hanya mengangguk. "Ya terima kasih Nia, dan kalian sedang apa disini."

"Kedua anak perempuan kami juga mengalaminya kecelakaan tapi kata suster kondisi mereka tidak terlalu parah." Jawab Ardian dengan mengehela napas.

"Jadi kedua gadis yang mengalami kecelakaan yang sama dengan Rayan adalah putri kalian." Tuan Roy tidak tahu jika kedua gadis yang sama-sama mengalami kecelakaan itu adalah kedua putri sahabatnya.

"Mas tahu?" Tanya Ardian dengan terkejut.

"Polisi yang menceritakan kronologisnya, jadi sepetinya mereka sama-sama bersalah karena mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi.

Setelah berbincang sebentar, Ardian dan Kania pamit untuk menjenguk anaknya, mereka sempat membahas sesuatu yang dulu pernah mereka rencanakan. Tapi karena tuan Roy pindah ke LN jadi rencana mereka pun tidak terlaksana.

Dan sekarang sepetinya tidak akan terwujud karena keadaan anak-anak mereka berbeda.

Rayan Ardana adalah putra pertama dan satu-satunya tuan Roy Ardana, pembisnis sukses manca negara dan kini kembali tinggal di tanah air setelah bertahun-tahun meninggalkan kota kelahiran.

.

.

Novel baru author yang masih anget🤭 tidak ada kaitannya dari novel otor yang sebelumnya yah..

Jangan lupa beri author dukungan, tanpa kalian otor bukanlah siapa-siapa..😘😘😘

Kalila khasana VS Rayan Ardana

"Bagaimana saksi, sah?"

"Sah..!!"

Suara lantunan doa yang dipanjatkan bertanda jika acara ijab kabul telah usai, pernikahan yang seharusnya digelar dengan mewah kini hanya ada acara sederhana dengan kelaurga inti dan kerabat saja.

Kalila menatap dirinya didepan cermin dengan perasaan campur aduk, dirinya mencoba untuk menerima takdirnya yang memang mungkin seperti ini.

Dinikahkan dengan pria lumpuh karena kecelakaan beberapa bulan lalu.

KALILA KHASANA adalah putri kedua dari pasangan Ardian Atmajaya dengan Kania Atmajaya.

Kalila sendiri berusia dua puluh lima tahun, yang sebentar lagi akan lulus kuliah di fakultas ternama di kota dan menjadi dokter spesialis.

Kalila memiliki kakak bernama Kirana Khairunisa yang usianya terpaut dua tahun darinya.

Kalila adalah gadis baik yang penurut kepada kedua orangtuanya, gadis berbudi pekerti yang baik.

Kalila bukan gadis yang suka keluar rumah tidak jelas seperti Kirana hingga terlibat pergaulan bebas diluaran sana. Kalila menjadi gadis manis dan manja kepada kedua orangtuanya, berbeda dengan Karina yang selalu membuat orang tuanya sakit kepala.

Prestasi mereka sama-sama bangus dibidang belajar, tapi akhlak dan kelakuan mereka beda jauh.

Tapi meskipun begitu Kirana tidak pernah iri dengan adiknya, karena dia sendiri sadar jika Ia memilih hidup bebas tanpa tekanan dari kedua orang tuannya.

"Nak, ayo keluar." Ucap Kania ibunda Kalila.

Kalila tersenyum, gadis itu menerima pernikahan dengan lapang dada, apalagi dengan kondisi suaminya yang mengalami cidera.

Kirana sendiri hanya diam menatap adiknya sendu, anggap saja dirinya kakak yang tega menjerumuskan adik kandungnya sendiri untuk menutupi kesalahannya yang fatal.

Di ruang keluarga yang besar nampak beberapa orang yang hadir untuk menjadi saksi dalam pernikahan mereka, tidak mewah dan hanya sederhana, tapi Kalila merasa beruntung bisa dinikahkan dengan orang yang pernah mengisi hatinya, meskipun dalam keadaan berbeda.

"Nak Kalila dan nak Rayan Ardana kalian sudah sah menjadi sepasang suami istri." Ucap pak penghulu yang menikahkan mereka.

Kalila melirik pria di sampingnya yang duduk di atas kursi roda. Pria itu tampak hanya diam dengan tatapan lurus kedepan, tidak ada senyum di bibir pria itu.

"Silahkan pakaikan cincin pernikahan kalian." ucap pak penghulu lagi.

Rayan mengambil cincin yang sudah di siapkan, lalu memakaikannya pada jari manis Kalila.

Kalila diam, biasanya setelah menyematkan cincin sang suami akan mencium kening tapi ini? Kalila melihat Rayan memberikan tangannya untuk dipasangkan cincin.

Kalila tersenyum tipis, apa yang bisa dia harapkan dari pria yang sama sekali tidak menginginkannya, bahkan pria itu menatapnya dengan penuh kebencian.

Kalila menyempatkan cincin dijari Rayan, dan mencium takzim punggung tangan Rayan Ardana yang kini sah menjadi suaminya.

Semua keluarga bahagia, Kania dan Saras saling berpelukkan dan menangis, sedangkan tuan Roy dan Ardian saling merangkul.

Mereka tidak menyangka jika musibah yang menimpa anak-anak mereka kini malah mempersatukan kelaurga mereka, tanpa di duga.

Hikmah dibalik musibah yang kini mereka alami.

Mengucapkan selamat kepada sepasang pengantin, Karina memilih pergi.

"Maaf Kal, maafkan aku." Karina menitikan air mata. Gadis itu memilih untuk keluar rumah.

Kecelakaan yang mereka alami membuat Karina mengalami keguguran hingga dirinya melakukan sesuatu hal yang membuat Kalila harus menanggung apa yang sudah dia perbuat.

Acara berlangsung dengan lancar, semua tamu sudah pulang setelah acara. Kini hanya tinggal dua kelaurga yang masih duduk di ruang keluarga.

"Ar, kami akan membawa putri kamu untuk pulang bersama kami." Tuan Roy meminta ijin pada sahabat yang kini sudah menjadi besan.

"Kalila sudah menjadi tanggung jawab nak Rayan Mas, jadi kami hanya minta tolong jaga putri kami." Ucap Ardian pada tuan Roy, tapi tatapannya mengarah pada Rayan yang hanya diam tanpa ekspresi sejak tadi. Rayan bersuara hanya ketika mengucapkan ijab kabul saja, setelahnya pria itu diam seribu bahasa.

"Tentu saja kami akan menjaganya Mas." Jawab Saras terseyum, menyentuh kepala Kalila yang sudah tidak memakai aksesoris pernikahan, karena Kalila sudah berganti pakaian berpenampilan seperti biasa.

Kalila tersenyum, sejak tadi dirinya mencuri pandang pada suaminya tapi pria itu tetap pada objeknya dan tidak berpaling.

"Kalau begitu kami pamit Ar, Nia." Ucap tuan Roy yang berdiri dan memeluk sahabatnya sekaligus besanya.

Mereka meninggalkan kediaman keluarga Kalila, dengan dua mobil yang berbeda.

Kalila nampak menatap rumah yang selama dua puluh tiga tahun ini Ia tinggali dengan perasaan sedih.

Apalagi melihat Mamanya yang melambaikan tangan dan mengusap air matanya.

Kalila berada satu mobil dengan Rayan, yang dikemudikan oleh supir pribadi Rayan. Sedangkan tuan Roy dan istri menggunakan mobil lain.

Rayan hanya diam dengan tatapan mengarah pada jendela mobil.

"K-kak." Kalila memberanikan diri untuk membuka suara, tapi ketika Rayan berbalik menatapnya membuat Kalila diam mematung.

Tatapan Rayan begitu dingin dan tajam, sorot matanya menampakkan kebencian yang begitu besar padanya, sungguh Kalila merasa takut dan juga sesak di hatinya.

"Jaga batasanmu, wanita licik." Rayan tersenyum sinis, menatap Kalila tajam. "Puas sekarang kamu sudah mendapatkan apa yang kamu mau." Rayan bicara dengan aura dingin, membuat Kalila semakin diam menunduk. "Lihat apa yang sudah kamu perbuat, kamu senang melihatku seperti ini, dan bisa menikah denganku." Ucapan Rayan membuat Kalila mengangkat wajahnya.

"T-tidak kak, aku tidak_"

"Bulshit, kamu sejak dulu memang suka merusak hubungan orang."

Deg

Hati Kalila mencolos, ucapan Rayan tidak benar adanya dan Kalila disini sebagai korban.

Kalila memilih diam dengan menatap kaca jendela buliran kristal bening tak sadar jatuh di pipinya.

Rayan Ardana adalah pria tampan yang digilai banyak gadis sejak masa remaja, Rayan sendiri terlahir dari keluarga terpandang dan kaya raya. Katampanan Rayan semakin memukau ketika pria itu tidak hanya tampan dengan parasnya, melainkan juga memiliki otak yang pintar menambah kesempurnaan bagi Rayan Ardana putra satu-satunya dari pengusaha sukses Roy Ardana.

Rayan pria yang biasa pada umumnya sebagai seorang pria. Tapi Rayan adalah tipe pria setia meskipun banyak wanita yang dekat dengannya, Rayan tidak akan tergoda jika dirinya sudah memiliki satu wanita yang dia cintai.

Rayan dan Kalila begitupun juga Kirana satu sekolah di saat taman kanak-kanak sampai sekolah menengah, ketiga orang itu berteman karena rumah mereka bertetangga.

Rayan yang tidak suka jika selalu di buntuti Kalila kemanapun pergi, dan Rayan lebih suka melihat Karina yang mandiri dan banyak bergaul dengan para sahabatnya, berbeda dengan Kalila yang tidak suka bergaul dan menyendiri.

Dan sekarang Rayan semakin membenci gadis disebelahnya, karena kecerobohan Kalila dia kehilangan tunangannya bernama Cintya. Dan sekarang Rayan benar-benar membenci Kalila seumur hidupnya.

"Penderitaan mu akan segera di mulai wanita licik."

Wanita pembuat ulah

Kalila memasuki rumah yang lumayan besar, dengan dua lantai.

Rumah ini hadiah dari keluarga Rayan untuk pernikahan mereka.

Karena Rayan, Kalila langsung dibawa kerumah ini dengan alasan ingin mengenal satu sama lain dan ingin lebih dekat.

Mendengar ucapan Rayan seperti itu membuat tuan Roy menyetujuinya, begitupun dengan nyonya Saras yang juga senang jika putranya mau membuka hati untuk Kalila dan belajar menerima pernikahan mereka.

Jika perjodohan tidak bisa menyatukan mereka, kini Tuhan punya rencana lain untuk bisa menyatukan dua insan yang memang memiliki perbedaan.

"Mau kemana kamu." Rayan menatap tajam Kalila yang ingin naik tangga.

"Em, mau kekamar kak." Kalila menatap Rayan.

"Kamar kamu di pojok sana bukan di atas, karena disini kamu bukan pemilik rumah melainkan hanya pelayan."

Deg

Hati Kalila langsung mencolos mendengar ucapan Rayan, suaminya.

"Tidak ada pelayan dirumah ini dan kamu harus membersihkan rumah ini dan menyiapkan keperluan saya." Rayan bicara dengan tegas dengan sorot mata tajam, membuat Kalila menunduk.

"Pergilah dan lakukan pekerjaan mu, jika tidak jangan harap kamu akan tidur nyenyak." Setelah mengatakan itu, Rayan langsung pergi menggunakan kursi rodanya.

Kalila menatap punggung yang duduk dikursi roda dan semakin menjauh. Rayan masuk ke sebuah ruangan, mungkin kamar Rayan batin Kalila.

Berjalan menuju kamar yang Rayan maksud, Kalila hanya bisa pasrah dengan apa yang diperintahkan Rayan.

Perintah suami adalah pahala untuk sang Istri dan Kalila adalah wanita yang penurut jika itu memang perintah dari orang yang berperan penting pada dirinya.

Karena sejatinya ridho suami adalah pahala untuk sang Istri.

Kalila mulai melakukan pekerjaan yang terlihat dimata, keadaan rumah memang masih bersih dan Kalila yakin jika disini ada pelayan yang bertugas memberikan.

Karena tidak ada yang perlu Kalila bereskan, Kalila menuju dapur untuk memasak makan malam mereka.

Kali ini bibir Kalila tersenyum. "Mungkin sekarang kamu belum bisa melihatku kak, tapi aku yakin jika suatu saat nanti kamu akan melihatku." Gumam Kalila dengan tangan yang cekatan untuk memasak makanan kesukaan Rayan.

Kalila tahu meskipun hal sekecil apapun tentang Rayan.

.

.

"Pah, Ama keputusan kita baik untuk Rayan dan Kalila." Tanya Kania yang sedang menaruh teh dimeja kerja suaminya.

Ardian melepas kacamata yang dia pakai dan menatap istrinya yang masih cantik meskipun sudah hampir kepala lima.

"Papa yakin mah, meskipun Rayan tidak mencintai Kalila." Ardian menyesap tehnya.

"Tapi Pah, Mama khawatir dengan Kalila." Kania menatap suaminya sendu. Bukan tanpa alasan Kania berbicara seperti itu.

Karena Kania yakin jika putrinya Kalila bisa menjaga dirinya baik-baik, tapi Kania tidak tahu jika hati putrinya yang terus terluka.

"Kita do'akan saja, papa yakin jika Rayan jodoh terbaik Kalila." Ardian tersenyum menenangkan sang Istri yang begitu gelisah dan khawatir.

Kirana yang sudah kembali tidak sengaja mendengar obrolan kedua orang tuannya.

"Maaf Pah, mah, Kalila." Kirana mengusap air matanya dan pergi.

.

.

Malam hari pukul tujuh, Kalila menunggu Rayan dimeja makan untuk menyantap makan malam yang sudah Kalila masak, tapi sejak tadi Kalila tidak melihat Rayan keluar dari kamar.

"Apa aku antar ke kamarnya." Ucap Kalila pada diri sendiri.

Karena merasa kasihan jika Rayan telat makan, Kalila berinisiatif untuk mengantarkan makanan untuk Rayan.

Tok..tok..tok..

Kalila mengetuk pintu kamar tiga kali.

"Kak.." Panggil Kalila dibalik pintu.

Karena tidak mendapat jawaban Kalila menekan handel pintu untuk masuk.

"Kak Rayan." Panggil Kalila lagi.

Kalila melihat kedalam tidak ada Rayan, kakinya melangkah masuk dan ketika sampai di dalam tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka.

"Kau..!!" Rayan menatap tajam Kalila yang berdiri di dalam kamarnya. " Siapa yang menyuruhmu masuk." Tanyanya dengan nada tegas.

Kalila hanya diam dengan wajah terkejut, lagi-lagi Rayan selalu membentaknya sejak dulu.

"Kau bawakan kakak makan." Kalila menaruh nampan makanan diatas meja kecil.

"Aku tidak butuh makanan dari mu." ketusnya dengan tatapan yang sama.

"Kalau tidak mau kakak bisa buang makanan itu." Setelah mengatakan itu Kalila pergi meninggalkan Rayan yang mengepalkan kedua tangannya.

"Sialan..!!" Rayan memukul bahu kursi rodanya, dirinya tidak bisa melakukan apapun kecuali hanya mulutnya yang mampu bicara kasar pada Kalila.

Padahal Rayan ingin sekali membuat gadis itu menderita. Gara-gara Kalila, Rayan kehilangan Cintya tunangannya.

"Kamu memang pembuat ulah sejak kecil." Gumamnya dengan sorot mata tajam penuh kebencian.

Sore hari di taman kota, sepasang anak muda sedang duduk di bangku taman yang sore itu lumayan ramai. Karena hari libur sekolah.

"Ray fio mau eskrim itu." Ucap gadis di samping Rayan, gadis itu memiliki lesung pipi jika tersenyum terlihat begitu manis.

Rayan menoleh kearah yang gadis itu tunjuk. "Oke, fio tunggu disini, Ray akan berikan." Rayan menepuk kepala fio pelan.

Saat itu usia Rayan masih enam belas tahun dan masih duduk di kelas sepuluh, sore ini adalah kencan pertama Ray bersama gadis bernama Fiona, dan mereka bertemu di taman kota.

Rayan membelikan apa yang gadis itu minta, agar dirinya mudah mendekatinya.

"Loh, fio kenapa?" Rayan melihat fio yang menagis, dan disana tiba-tiba ada Kalila.

"Kal kamu apakan fio..!" bentak Rayan dengan geram.

Kalila yang baru datang dan tidak tahu hanya menggeleng. "Aku tidak tahu kak, aku baru sam_"

"Kamu apakan dia Kalila, kamu merusak susana disini." Setelah mengatakan itu Rayan pergi dengan membawa Fiona yang sedikit ketakutan.

"Aku kan cuma bantuin dia tadi." Gumam Kalila dengan sedih, Rayan selalu bicara kasar padanya dan mengatainya tanpa melihat kejadian yang di alami sebulumnya.

Kalila yang melihat teman sekolahnya di ganggu oleh anak pengamen, mendekati. dirinya yang kebetulan lewat tidak sengaja melihat Fiona. Berniat untuk membantu tapi Rayan melihat Kalila seperti tersangka yang membuat Fiona tertekan.

.

.

Kalila duduk dikursi meja makan, menyantap makanan yang tadi di buat.

Prang

Kalila terlonjak kaget ketika suara piring pecah tiba-tiba berada di dekan kakinya.

"Sudah aku katakan, aku tidak butuh makanan yang kau masak..!!" Setelah mengatakan itu Rayan menjalani kursi rodanya menuju pintu utama.

"Kak, mau kemana?" Kalila langsung mengejar Rayan yang ingin pergi. Bahkan dengan berani Kalila mencegah Rayan dengan memegang kursi rodanya dari belakang.

"Lepaskan..!!" Rayan berbicara tegas dan dingin membuat Kalila hanya diam.

"Kak ini sudah mal_"

"Jaga batasanmu wanita licik..!!" Geram Rayan dengan tatapan lurus kedepan. "Disini bukan kau yang berhak mengatur hidupku, lebih baik kau lepaskan atau aku akan_"

"Aku istrimu kak, yang harus menjagamu." Potong Kalila tegas, Kalila tidak takut akan kemarahan Rayan karena Kalila hanya menghawatirkan keadaan Rayan.

"Kau_"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!