'' hai semua nya, selamat pagi" aku menyapa semu karyawan di restoran milik ku.
" pagi juga bu." jawab mereka serentak.
"bagai mana dengan perkembangan restoran Reva?." tanyaku ke pada Reva tangan kanan kepercayaan ku.
" semua lancar bu, bulqn ini pendapatan jauh lebih besar dari bulan lalu." jawab nya.
"syukurlah kalau begitu, ya sudah silakan lanjutkan pekerjaan kalian saya mau ke ruangan saya dulu.
dan kamu Reva jangan lupa awasi mereka." Rev mengangguk dan segera berlalu untuk melanjutkan tugas nya.
****************
Namaku Shinta Maharani, aku memiliki sebuah restoran yang cukup terkenal di kota ku. bukan hanya itu, aku juga mengurus salah satu perusahaan milik orang tua ku. tapi aku lebih fokus ke restoran sedang kan perusahaan di pimpin oleh suamiku mas gio.
aku sama mas gio menikah dua tahun yang lalu. namun kami belum memiliki momongan, mungkin Tuhan belum mempercayai kami untuk menjadi orang tua. tapi aku mau pun mas gio tidak mempermasalah kan hal tersebut.
" pagi Shinta, masih pagi kok sudah melamun aja." sapa seseorang di balik pintu, aku yang tengah sibuk melamun langsung mendongakkan kepala untuk melihat siapa yang datang.
aku tersenyum saat tau ternyata Desi sahabatku yang datang berkunjung. Desi masuk dan duduk tepat di depan ku.
" kamu apa kabar Des?." tanya ku basa basi.
" Baik." jawab nya singkat.
" tumben kamu ke sini, lagi ngak sibuk?" tanyaku biasa nya sibuk.
" aku lagi ambil cuti, lagian aku ke sini ada yang mau aku omongin sama kamu." ucap nya dengan tatapan serius ke arahku.
aku mengeryit heran dan menatapnya dengan bingung.
" ngomong apa?." tanyaku ntah kenapa perasaanku jadi was-was.
" kalau aku ngomong, kamu ngak akan percaya, coba kamu liat sendiri video ini" kata nya sambil menyodorkan ponselnya ke arahku.
aku pun mengambil ponselnya dan melihat video yang di maksud Desi tersebut.
Deggh.
" mataku membulat sempurna, terlihat dalam video tersebut seorang wanita tengah menggandeng mesra lengan se orang pria layaknya sepasang kekasih. dan pria dalam video tersebut seperti nya aku kenali. tunggu dulu, bukankah itu seperti mas gio.
" mas gio!" lirihku ketika ku tau pria yang di gandeng wanita itu benar- benar mas gio suamiku.
' kalau benar kamu ber khianat. liat saja apa yang akan ku lakukan untuk membalas pengkhianatan kamu mas. kau akan menyesal telah bermain- main denganku.' geramku.
baiklah akan ku ikuti permainan mu mas.
" awalnya aku ngak terlalu yakin kalau itu Gio, tapi setelah aku ikuti mereka dan ternyata benar itu Gio. tadi nya aku tidak mau memberi tahu hal ini takut kamu ke pikiran, tapi setelah ku pikir - pikir akan lebih baik kamu tau kelakuan Gio itu seperti apa."
aku mendengar semua penjelasan dari Desi.
aku ngak boleh gegabah, aku harus bermain cantik dan mengumpulkan bukti agar aku bisa dengan mudah menyingkirkan aki- laki brengs*k itu dan membuat nya merasakan akibat dari perbuatan nya.
" Des, aku bisa minta tolong ngak.? tanya ku sambil menatap mata cantik sahabatku itu.
" minta tolong apa? aku akan berusaha membantu mu semampuku.
kamu jangan pernah merasa sendiri oke, aku selalu ada kok buat kamu." ucap nya.
" aku minta tolong, kamu cari tau tentang permpuan itu, tinggal di mana dan sudah berapa lama dia menjalin hubungan dengan mas Gio."
" oke, kamu tenang aja aku bakal cari tau semua tentang ulet bulu itu."
jawaban Desi sungguh membuat ku lega, setidak nya ada yang mau membantuku.
" thanks ya Des, atas impformasi nya."
" santai aja, kamu ini kayak sama siapa aja.
ya udah aku pamit dulu yah, nanti aku ke sini lagi kalau aku sudah mendapatkan imformasi tentang perempuan itu."
aku mengangguk, Desi menepuk pundak ku dan berlalu pergi.
setelah kepergian Desi, aku menghela napas panjang benar- benar sesak sekali rasa nya. melihat semua kenyataan yang tak pernah sekali pun terpikirkan olehku, bodohnya aku yang terlalu percaya sama mas Gio.
yang ternyata dia telah mengkhianatiku, dan tega mengkhianati pernikahan kami. ke pala ku mendadak sakit dan pikiran pun menjadi buntu, kalau sudah seperti ini aku ngak akan fokus bekerja.
lebih baik ku pulang saja. moodku benar benar kacau.
aku segera menyambar tas ku dan keluar dari ruangan.
" Reva kamu handle semua pekerjaan ya saya mau pulang dulu, mendadak tak enak badan." kata ku
Reva adalah gadis yang pernah aku tolong di saat dia hampir di leceh kan oleh sekelompok preman di jalanan dulu.
" baik bu, semoga ibu cepat sehat." ucap nya. aku mengangguk dan segera berlalu.
aku segera keluar dari restoran dan berjalan ke arah parkiran di mana aku memarkirkan mobilku.
setelah di dalam mobil aku pun tancap gas tak sabar segera sampai di rumah.
' kamu salah kalau harus bermain- main dengan ku mas, kamu beserta ****** mu itu harus membayar mahal atas pengkhianatan ini.' batinku.
tak butuh waktu lama aku pun sampai di rumah, aku segera masuk dan naik ke lantai dua menuju kamar ku.
saat sampai di depan pintu kamar aku melihat pintu kamar itu terbuka.
aku ingat betul kalau aku sudah menutup rapat pintu kamar bahkan sudah ku kunci sebelum aku pergi ke restoran, tapi kenapa pintu kamarku terbuka.?
aku segera masuk kedalam kamar melihat siapa tau ada maling yang masuk.
dan benar saja aku melihat ada seseorang yang tengah berdiri di depan lemari pakaian ku.
aku langsung memukul kepala nya dengan tas yang aku jinjing di tangan sekuat tenaga, " kena kau maling teriak ku."
orang itu pun langsung jatuh terduduk di lantai sambil melindungi belakang kepala nya, belum sempat orang itu melihat kebelakang aku juga mengambil ancang - ancang kemudian menendang bokong nya hinga dia terjerembab mencium dinding kamar.
" rasakan itu berani sekali kau maling di rumah ku." teriakku lagi.
" aduh aduh."
'suara itu' batinku sesaat aku mengingat video yang tadi Desi berikan kepada ku seketika hati ku merasa panas. 'sekalian aja aku kerjain kau mas' geramku aku tersenyum smirk. aku kembali memukulnya dengan tas yang kebetulan masih aku pegang.
"Aduh aduh duh, stop " teriak nya. dia pun bangun dan menoleh ke arahku.
"Mas Gio sedang apa?. ku kira maling maka nya aku tabok aja." kata ku tanpa dosa.
" sedang apa mas berdiri di depan lemari pakaianku?." tanyaku sambil memicing kan mata menatap nya penuh selidik. mas Gio gelagapan.
" E-eh anu sa-sayang, ini mas sedang mengambil berkas yang ketinggalan." ucap nya terlihat jelas kalau dia tengah gugup ketika aku menatap nya lekat.
" bukan kah semua berkas ada di atas meja kerja?." aku bertanya sambil sedikit mengintimidasi nya. dan berhasil membuat nya lebih gugup bahkan wajah nya sudah pucat pasi.
'awas aja kalau kamu berani mencuri aset yang aku simpan, akan aku cincang kamu mas.' gumamku.
" Oh iya, mas lupa kalau berkasnya sudah mas kasi ke Diana, sejak kapan mas jadi pelupa begini yah? tumben jam segini kamu udah pulang.?"
" emang kenapa mas, ngak boleh? tanya ku sambil terus menatap nya.
dia terlihat salah tingkah.
" bu-bukan begitu maksud mas sayang, mas hanya khawatir sama kamu soal nya ngak biasa nya kamu pulang jam segini." ucap nya.
' pintar sekali kamu mencari alasan' batinku.
" mas ngak usah khawatir, aku hanya sedikit ngak enak badan saja." ucapku
dia segera mendekat dan menempelkan punggung tangan nya di kening ku. aku segera menepis tangan nya dengan kasar muak rasanya lihat dia sok perhatian begitu.
" aku cuma sedikit pusing, sudah sana balik kekantor ." ucapku ketus ntah kenapa aku malas melihat wajah nya.
" Ya sudah kalau gitu, mas pergi dulu.
kamu istirahat aja yah."
aku mengangguk dan dia pun segera keluar dari kamar.
setelah memastikan dia sudah benar- benar pergi dan merasa ke adaan sudah aman aku segera beranjak dari ranjang menuju lemari. ku buka lemari dan segera membuka brankas, mengecek isi nya masih utuh tak ada yang hilang. aku pun bernapas lega.
mungkin ketika aku datang, dia juga baru datang. jadi aku berhasil menggagalkan aksi nya.
' tapi kenapa tadi aku tidak melihat mobil mas Gio ya, apa dia sengaja naik taxi online yah?
Aah masa bodoh lah, mau dia naik taxi online kek, mau dia jalan kaki kek, bukan urusanku. aku harus mengganti pin nya.
agar mas Gio tidak seenak nya.' gumamku.
setelah selesai menggantikan pin brankas aku pun segera membaringkan tubuhku di kasur, karena kepalaku benar-benar sakit.
tak terasa aku ke tiduran dan bangun melihat jam di dinding sudah menunjukan pukul lima sore. aku segera beranjak dari ranjang kemudian menuju kamar mandi .
untuk membersihkan diri.
sekarang aku sudah berada di dalam mobil yang sengaja aku parkir agak jauh dari rumah tempat aku dan Shinta tinggal.
" Aaaah sial, kenapa shinta harus datang di saat seperti ini sih, jadi gagal semua rencana ku" Geram ku
*******
Namaku Giopandra, aku suami dari anak seorang pengusaha yang cukup terkenal di kota tempat ku tinggal ini.
usaha nya bukan hanya ada di kota ini saja, tapi ada di mana- mana.
ntah keberuntungan atau takdir sampai aku bisa menikahi putri bungsu mereka.
sedangkan aku hanya orang biasa dari kalangan bawah, orang tua ku dulu hanya bekerja sebagai buruh, kehidupan keluarga ku berubah semenjak aku menikah dengan shinta.
sekarang aku bisa memenuhi semua kebutuhan kedua orang tua ku di kampung
aku bertemu dengan shinta, saat aku bekerja sebagai pelayan di restoran yang shinta kelola.
shinta sendiri sering berkunjung, untuk memantau situasi dan perkembangan restoran nya.
karena terlalu sering bertemu dengan nya, aku jatuh hati pada nya.
tapi aku belum punya keberanian untuk mengungkapkan isi hatiku pada nya. hingga beberapa bulan berlalu, selama aku bekerja di restoran nya, aku sering diam - diam memperhatikan nya dari jauh.
hingga pada suatu hari aku memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaan ku pada nya.
tanpa ku duga shinta pun menerima ku sebagai kekasih nya.
beberapa bulan berlalu kami semakin dekat dan akhir nya aku pun memutuskan untuk melamar nya untuk menjadi istriku.
awal nya hubungan kami tidak di restui oleh orang tua nya, karena menurut mereka aku bukan laki- laki yang tepat untuk menjadi suami putri nya itu, aku tidak tinggal diam aku berusaha menyakin kan mereka bahwa aku bisa membahagiakan shinta.
begitu juga dengan shinta dia pun membujuk ke dua orang tua nya dengan berbagai cara, akhir nya karena bujuk rayu dari shinta mereka pun luluh juga.
dan semenjak menikah dengan shinta dia menyuruhku untuk bekerja di kantor cabang perusahaan yang dia kelola, awal nya aku menolak , sebenar nya pura - pura menolak pada hal dalam hati aku udah senang banget, karena sebentar lagi aku akan menjadi orang yang di segani dan tidak di pandang sebelah mata oleh orang lain.
dan juga mana mau aku yang sebagai suami masa masih bekerja sebagai bawahan istri ku sendiri. di mana harga diri ku sebagai suami.
shinta pun terus menyuruhku bekerja di kantor nya.
pada akhir nya aku menuruti ke inginan nya.
******
saat aku asyik mengenang masa lalu, saat awal mula bertemu shinta.
tiba - tiba ponsel ku berdering dan membuyarkan lamunan ku.
tertera nama wanita yang singgah di hati ku sejak lima bulan yang lalu itu.
aku pun segera menjawab panggilan telepon dari wanita ku.
( hallo sayang )
(........)
( oke sayang, aku akan segera ke sana )
(........)
( ya sudah tunggu di sana yah.)
tuuuut..
aku segera mematikan panggilan telepon dan segera tancap gas, karena aku tidak mau kekasihku jadi ngambek.
jujur aku tidak tega melihat dia marah karena dia segala nya untuk ku.
'aku tau ini salah, tapi mau bagai mana lagi.
Shinta sumber uangku, sedangkan kekasihku sumber segala nya.'
' bagai mana pun cara nya, aku harus bisa ambil alih perusahaan agar menjadi milik ku, setelah aku berhasil mengambil alih semua dari shinta aku akan menceraikan nya dan menikahi kekasih hatiku.
aku harus main cerdik karena shinta bukan orang sembarangan.'
nanti setelah semua aku kuasai, tak perlu ku tutup tutupi perselingkuhan ku.
dan aku akan tendang istri ku yang malang itu. hahahahaaaa..'
aku tertawa sendiri seperti orang gila, betapa bahagia nya hati ku saat membayangkan apa yang akan aku dapatkan dari istri ku yang polos itu. shinta, shinta kamu itu emang benar-benar polos atau bodoh ya, tapi aku suka dengan begitu aku bisa memanfaatkan ke polosan mu..
tak butuh waktu lama akhir nya aku sampai di ruamah yang aku belikan untuk kekasih hatiku.
aku membelikan rumah ini dua bulan yang lalu,
aku membelikan nya menggunakan uang perusahaan. dan jelas istri ku tidak akan mengetahui nya, karena dia begitu mempercayaiku.
" bagai mana mas, kamu sudah berhasil mendapatkan sertifikatnya.?" henny langsung bertanya pada ku bahkan aku belum sempat menghempaskan bokongku ke sofa.
" sayang, bisa kah kamu tolong ambilkan mas minum dulu habis itu baru ber tanya, kamu gak kasian liat mas baru aja mau duduk bukan nya di ambilkan minum eh malah bertanya dulu." ucap ku.
henny pun menurut dia mengerucutkan bibir nya sambil segera menuju ke belakang untuk mengambil minum untuk ku. tak lama kemudia dia pun datang dengan segelas air di tangan nya.
dan memberikan nya pada ku.
" ini minum nya mas." ucap nya
aku pun segera mengambil air itu dari tangan nya dan meminum nya sampai habis.
" sini sayang duduk dekat mas." kata ku sambil menepuk pelan sofa di samping ku. Henny menurut dan duduk di samping ku.
aku memeluk nya dan menaruh dangu ke tengkuk leher nya sambil sesekali menghirup aroma tubuh nya.
" iiihh, geli mas, kamu belum menjawab pertanyaan ku " ucapnya sambil menggeliat di dalam dekapan ku.
aku pun melepas kan nya kemudian aku meraih tangan nya.
untuk ku gengam.
" maaf sayang, mas belum ber hasil mendapat kan nya.
tiba- tiba istri mas ke buru datang." ucap ku.
" kamu ini gi mana sih mas, masa gitu aja kamu gak bisa." ucap nya ketus sambil menarik tangan nya dari genggaman ku.
" Aku sudah berusaha, tapi kan aku gak tau kalau istriku bakal pulang awal."
" Kamu nya aja yang lelet, gak bertindak cepat."
" Gi mana mau cepat, di rumah ada ART jadi harus hati - hati kalau ketahuan gi mana malah bisa - bisa kita tidak mendapatkan apa- apa." jawab ku. berusaha agar tidak tersulut emosi.
" Halah, alasan saja, maka nya pinter dikit dong mas, masa hanya mengambil aset milik istri kamu itu aja kamu gak bisa.
aku jadi ragu apakah kamu bisa menjadi suami yang bertanggung jawab buat aku nantinya." ucap Henny
" kamu pikir gampang hah? shinta itu bukan orang sembarangan, kalau ketahuan aku bisa mati." kata ku.
" kamu membentak ku mas, kamu gak sayang lagi sama aku? "
" bu-bukan begitu sayang, ma-maaf tadi mas terbawa emosi, mas gak ber maksud membentak kamu, mas sayang sama kamu Henny.
mas janji mas akan berusaha mendapat kan sertifikat itu." ucap ku berusaha meyakin kan Henny.
perlahan aku membuka mata ku dan melihat jam di dinding, sudah pukul lima sore.
ternyata sudah lama aku ke tiduran. aku segera bangun dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
badan ku sudah lengket oleh keringat serasa sudah gak mandi berbulan- bulan, pada hal pagi tadi aku mandi.
setelelah selesai mandi aku segera keluar kamar, rumah tampak sepi seperti nya mas Gio belum pulang.
" biiii, bi Sumi." aku memanggil ART ku bi sumi pun datang menghampiri ku.
"iya non, ada yang bisa bibi bantu.?" tanya perempuan paruh baya itu setelah dia berada di depan ku, dengan napas ngos- ngosan seperti habis di kejar setan aja.
" loh bi habis dari mana? kenapa ngos- ngosan begitu habis di kejar setan ya.? " tanya ku. sedikit bercanda dengan nya.
" di kejar setan.? " gumam nya dengan wajah yang terlihat kebingungan walau pun hanya gumaman nya saja tapi masih jelas di telinga ku. ternyata candaan ku tadi dia anggap serius sehingga membuat dia bingung.
" aku hanya bercanda tadi bi, kenapa bibi jadi keliatan bingung kayak gitu.?" tanya ku.
" Oh, habis non bilang bibi di kejar setan, ya bibi jadi bingung soal nya bibi tadi sempat ngerasa ada seseorang yang tengah memperhatikan bibi, waktu bibi bersih kan halaman belakang tapi setelah bibi cari - cari gak ada siapa- siapa di sana." jelas nya.
" masa sih bi, mungkin hanya perasaan bibi aja." kata ku.
" iya mungkin cuma perasaan bibi aja non, oh ya tadi non mau minta bibi buat kan apa.?" tanya nya.
" bibi bisa tolong buatkan saya coklat panas?" tanya ku. bi sumi pun mengangguk kan ke pala nya sambil tersenyum ke arah ku.
" bisa non, tunggu sebentar yah bibi ke belakang dulu." ucap nya.
aku mengangguk mengiya kan nya.
" Ya sudah bi, saya tunggu di ruang tengah ya." jawab ku.
bi sumi pun segera berlalu ke belakang untuk membuat pesanan ku.
aku menghempaskan bokong ku di atas sofa dan menyala kan televisi tak ada siaran yang menarik membosan kan.
tak lama terdengar suara mobil memasuki pekarangan rumah, aku tau itu pasti suara mobil mas Gio.
' hufft, laki- laki b*ngs*k itu pulang rupa nya.' gumamku dalam hati.
kalau biasa nya aku akan menyambut nya di depan pintu tapi kali ini,
malas banget rasa nya.
mas Gio masuk dan berjalan gontai ke arah ku, aku melirik sekilas kembali fokus pada siaran yang ada di depan ku.
" sayang." ucap nya lesu sambil menghempaskan tubuh nya di samping ku.
" Hmmm" jawab ku singkat tanpa melirik nya sama sekali ntah kenapa liat muka nya aja bikin aku pengen muntah, pengen rasa nya ku cakar wajah nya. tahan shinta tahan. kamu harus lebih cerdik, tidak boleh gegabah.
"aku sangat lelah." ucap nya manja. jujur aku muak dan jijik mendengar nya.
" bukan kah semua pekerjaan itu melelahkan." kata ku tanpa menoleh sedikit pun ke arah nya.
mulut mas Gio kembali menutup ketika melihat bi Sumi berjalan menghampiri kami.
" non, ini coklat panas nya." ucap wanita paruh baya itu sambil meletakan kan gelas berisi coklat panas permintaan ku tadi di atas meja.
" makasih bi." kata ku sambil tersenyum ke arah nya. bi Sumi mengangguk tapi kemudian menatap mas Gio.
" bapak ingin sesuatu.? biar bibi ambilkan." tanya nya ke pada mas Gio.
bi Sumi memang memanggil ku dengan non, karena aku yang meminta nya. aku merasa belum terlalu tua hingga harus di panggil ibu.
" ambilkan saya air dingin saja bi." jawab mas Gio.
bi Sumi pun segera berlalu untuk mengambil permintaan mas Gio.
tak lama wanita paruh baya itu kembali lagi dengan segelas air putih dingin dan memberikan nya ke pada mas Gio.
kemudian pamit pergi ke belakang lagi.
sedangkan aku masih asyik dengan siaran di depan ku sambil sesekali menyesap coklat panas ke kesukaan ku, tanpa menoleh sedikit pun ke arah mas Gio.
" sayang kamu kenapa sih? kok sekarang jadi aneh." tanya nya.
" perasaan kamu aja, lagian aku baik- baik aja ko." jawab ku.
" tidak, kamu cuek dan seperti tidak peduli dengan mas, biasa nya kamu nyambut mas di depan pintu saat mas pulang kerja, tapi tadi ngak." ucap nya panjang lebar.
" aku hanya lagi capek aja mas, tadi siang kan aku ngak enak badan." ucap ku mencari alasan.
mas Gio ingin memeluk ku tapi segera aku tepis, ngak ke bayang tangan nya yang sudah memeluk tubuh wanita lain dan sekarang dia ingin menggunakan nya untuk memeluk ku, amit- amit.
" kamu bau mas, sana mandi." aku menatap nya sinis.
" biasa nya juga suka di peluk, kamu juga pernah bilang kalau kamu suka bau mas yang kayak gini." jawab nya dengan lesu.
' itu dulu sebelum kamu memilih ber khianat mas.' batinku.
" tapi seperti ada bau parfum perempuan di tubuh mu mas." aku menatap nya lekat, membuat nya terlihat gugup dan salah tingkah.
" O-oh mungkin ini bau parfum nya Dina ." jawab nya dengan gugup.
' pinter juga cari alasan nya." Gumamku
" seharian kan aku di kantor, sudah di pastikan aku selalu dekat dengan Dina. dia kan sekretaris di kantor." jawab nya dia terlihat lebih tenang dari sebelum nya.
" iya saking dekat nya, sampai ada noda lipstik di baju kamu mas." kata ku sambil mengangkat jari telunjuk ku mengarah ke baju bagian pundak yang terdapat noda merah.
mas Gio yang mendengar per kataan ku tadi membelalakkan mata nya dan segera melihat apa yang ku tunjuk.
aku hanya menatap nya tenang sambil meminum coklat ku yang sudah hampir dingin.
'Oh ternyata masih mau mempertahan kan ke bohongan nya ' batinku
" kok bisa ya mas, memang nya kalian habis ngapain? sampai noda nya menempel di baju." tanya ku. dia diam mati kutu tak bisa menjawab. Ayoo mau alasan apa lagi kali ini. aku menatap nya sinis.
dia hanya membeku seperti patung, ku rasa dia ke habisan kata kata yang tepat untuk di jadikan alasan.
aku pun bangkit membungkuk kan badan, sedikit mendekatkan wajah ku pada nya.
" kalau sampai kamu ketahuan selingkuh, kamu akan lihat apa yang bisa aku lakukan pada mu beserta selingkuhan mu itu, jadi jangan coba - coba bermain dengan ku. dan satu lagi pusaka kebanggaan mu itu ku cincang kecil- kecil habis itu aku kasi ke anj*ng peliharaan tetangga." ucap ku sedikit mengancam dengan tatapan tajam. terdengar mas Gio menelan saliva nya.
' rasakan itu, baru di gertak gitu aja, sudah pucat pasi seperti mayat hidup. maka nya jangan pernah main- main dengan ku. setelah
sedikit memberi kan mas Gio peringatan.
aku segera berlalu dari hadapan nya menuju lantai atas, untuk merebahkan tubuh ini di kamar.
saat aku lagi asyik main kan ponsel ku, mas Gio masuk ke kamar aku pun tidak memperdulikan nya.
dia tampak diam dan langsung masuk ke kamar mandi.
selama dia di kamar mandi, aku segera berjalan ke arah meja rias di mana mas Gio meletakan ponsel nya. aku segera membuka nya tapi tidak bisa, karena ternyata ponsel nya pake password.
' ck, sial. tanggal lahir ku salah, tanggal lahir mas Gio juga salah, apa mungkin tanggal pernikahan yah? aku coba sekali lagi tanggal pernikahan kami tapi nihil salah juga.'
aku segera menyimpan kembali ponsel itu ke tempat semula, dan berjalan pelan ke sisi ranjang.
Tingg..
terlihat pesan masuk dalam ponsel ku, ternyata Desi yang mengirimkan ku pesan.
( Shin, aku sudah mendapat kan imformasi tentang gundik suami mu itu.)
( bagus, besok kita ketemu di kafe tempat biasa.)
( oke shin, di saat jam makan siang kita ketemu di sana. sampai jumpa besok.)
aku membaca pesan dari Desi. senyum ku mengembang, sebentar lagi permainan akan di mulai. tiba tiba aku teringat dengan kelompok yang ku diri kan dulu di saat aku belum menikah dengan mas Gio aku sempat mendiri kan kelompok Mafioso yang ku beri nama black rose.
kelompok itu sekarang di pimpin oleh Alex salah satu orang keper cayaan ku.
mungkin nanti kalau aku benar benar terdesak aku akan membutuh kan bantuan mereka. untuk saat ini aku masih bisa mengatasi dengan cara ku sendiri.
****
tidak lama mas Gio keluar dari dalam kamar mandi, tanpa bertanya aku beranjak keluar menuju meja makan.
aku duduk di salah satu kursi dan tak lama mas Gio menyusul dan duduk di samping ku.
kami makan dalam keheningan , hanya terdengar dentingan sendok yang menemani makan malam kali ini.
selesai makan aku beranjak memasuki kamar kembali. tanpa mengatakan apa pun pada mas Gio yang masih memakan makanan nya.
aku berjalan menaiki anak tangga menuju kamar kami, sampai di dalam kamar aku duduk di depan meja rias. tak lama kemudian mas Gio pun memasuki kamar dan duduk di sisi ranjang dengan mata terus mengawasi ku
" sayang mas minta maaf yah, soal yang tadi. sumpah mas juga ngak tau kenapa noda itu bisa menempel." ucap nya.
' aku harus pura- pura percaya agar dia tidak curiga, aku harus ber sikap seperti biasa nya.' batinku
" iya mas ngak apa- apa, mungkin aku yang terlalu sensitif dan cemburu sama kamu." ucap ku.
" kamu tenang saja, aku janji akan selalu setia sampai maut memisahkan."
" makasih mas" ucap ku dengan senyum paksa.
******
keesokan hari nya.
sesuai janji siang ini aku tengah berada di kafe X menunggu Desi yang masih dalam perjalanan.
tak lama kemudian, Desi datang dan duduk di depan ku.
" sudah lama nunggu nya.? tanya nya.
aku tersenyum dan menggelengkan ke pala sebagai jawaban dari pertanyaan nya.
" Aah, syukurlah."
" jadi informasi apa yang sudah kamu dapat kan Des.? tanya ku.
" ngak sabaran amat Shin ?" ucap nya.
aku yang tak mau banyak basa basi pun menatap nya dengan sebal.
" bisa langsung aja ngak.? " tanya ku. Desi hanya terkekeh pelan .
" oke-oke. Nama nya Henny, dulu dia tinggal di kampung bersama ibu nya. dan beberapa bulan yang lalu dia memutuskan untuk merantau ke kota .
sebelum bertemu dengan Gio dia bekerja sebagai kasir di supermarket. dia kenal Gio sekitar delapan bulan yang lalu.
dan mereka menjalin hubungan setelah dua bulan dekat.
dan yang lebih mengejutkan lagi, Gio ternyata sudah membeli rumah untuk gundik nya itu.
dan aku juga mendapat kan informasi bahwa mereka akan segera menikah sirih dalam waktu dekat.
bibir ku kelu, perasaan ku campur aduk.
mas Gio bahkan sudah berencana menikahi jal*ng murahan itu tanpa sepengetahuan ku
ini tak bisa di biarkan .
aku mengepalkan tangan, hati ku memanas bagai mana kalau keluarga ku sampai tau tentang semua ini? apa yang harus aku lakukan, bagai mana aku menjelaskan nya sama mereka.
" Shin, are you okay.?
Desi menepuk pelan pundak ku dan berhasil membuyar kan lamunanku.
" kurang apa aku Des? aku sudah memberikan semua yang ku punya. aku selalu membela dia di saat keluarga ku tidak pernah menyukai nya.kenapa dia tega mengkhianatiku."
" tidak ada yang kurang dari mu Shin, Gio saja yang bodoh, hanya karena merasa dia banyak uang jadi seenak nya selingkuh." ucap Desi sambil tangan nya mengepal kuat.
" tapi kalau bukan karena aku, mana mungkin dia punya banyak uang."
" jadi apa rencana kamu selanjut nya Shin? apa perlu kita menghancurkan pernikahan mereka?"
" tidak Des, kita tidak perlu repot- repot untuk menghancurkan pernikahan mereka. biar saja mereka bahagia walaupun hanya sementara.
setelah itu aku akan menghancur kan hidup mereka, sampai mereka sadar bahwa salah besar karena telah ber main- main dengan ku.". Desi mengusap tangan ku memberi kekuatan.
" lakukan lah apa yang mau kamu lakukan , kalau kamu butuh bantuan, aku akan selalu ada dan siap membantu kamu." ucapnya sambil tersenyum tipis ke arah ku.
'aku akan membalas rasa sakit ini mas, bahkan jauh lebih sakit dari ini, kamu dan jal*ng mu itu harus merasakan rasa sakit melebihi rasa sakit yang kalian beri kan pada ku.' geram ku penuh dendam.
"Eh eh Shin?, coba kamu lihat ke belakang, liha ke arah jam tiga."
dengan malas aku pun melihat ke arah yang di sebut Desi, memang nya ada apa sih di belakang
Duaaarr..
mata ku terbelalak, dada terasa panas melihat pasangan yang sedang tertawa bahagia.
" Mas Gio." lirihku.
emosiku memuncak, aku harus memberikan pelajaran buat mereka.
aku bangkit hendak menghampiri mereka. tapi di tahan oleh Desi.
" Eh jangan gegabah, jangan karena emosi kamu mau menghancurkan semua nya.
balas dengan cara elegan, buktikan kalau kamu lebih baik dari ulat bulu sundal itu."
" astaga, hampir saja aku menghancurkan rencana yang sudah aku susun." ucap ku.
hampir saja aku menjadi wanita bodoh.
karena tersulut emosi aku hampir menggagalkan rencana ku...tahan Shinta.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!