Sore itu seperti biasa Nur Hayati sedang membereskan kamarnya. Dirapikannya tirai jendela kamar dan juga sprei. Beberapa barang yang sudah tidak terpakai diambilnya dari dalam lemari kemudian memasukkannya kedalam tempat sampah.
Nur Hayati berdiri didepan sebuah photo yang terpajang didinding sambil tersenyum. Terlihat dalam photo seorang laki-laki tampan berdiri disampingnya dan merangkul bahunya.
Pria tersebut bernama Aryo, suaminya Nur Hayati. Nur Hayati dan Aryo menikah sudah dua tahun. Aryo yang bekerja sebagai pesulap kala itu datang kedesa tersebut untuk mengadakan acara sulap. Nur Hayati bertemu dengan Aryo saat datang keacara tersebut untuk menonton acara. Namun siapa yang menyangka jika aryo akan jatuh hati pada penontonnya itu hingga akhirnya mereka menikah.
Namun tiba-tiba suara seseorang dari luar membuarkan lamunan Nur Hayati.
"Assalamualaikum mbak, mbak Hayati, mbak ada didalam tidak, tolong buka pintunya mbak," suara keras seseorang memanggil dari luar pintu.
"waalaikum salam, iya tunggu sebentar," jawab Nur hayati dari dalam kamar.
Nur Hayati yang sedang membereskan
kamar tidurnya pun segera berjalan keluar membukakan pintu.
"Kamu rupanya Ali," Nur Hayati melihat Ali sedang berdiri berpapasan dengannya didepan pintu.
Ali merupakan tetangga Nur Hayati, rumahnya hanya beberapa rumah selang dari rumah Nur Hayati. Usianya baru 15 tahun. Namun Ali memiliki wajah yang cukup tampan diantara remaja seusianya didesa tersebut. Badannya juga cukup tinggi untuk ukuran remaja seusianya.
"Ada apa kamu teriak-teriak begitu didepan rumah saya," tanya Nur Hayati penasaran.
"Anu mbak, suaminya mbak Hayati," Ali berhenti bicara.
Ali yang masih ngos-ngosan mencoba untuk mengatur nafasnya, dadanya naik turun karena habis berlari.
"Coba kamu bicara dulu yang benar, jangan putus-putus begitu, memang kenapa sama suami saya," tanya Nur Hayati yang semakin penasaran.
"Suami mbak Hayati saya lihat dipinggir sungai dengan asistennya mbak"
"Maksud kamu Angel."
Angel adalah asistennya Aryo saat bekerja. Ia selalu ikut kemana pun Aryo bekerja, Karena wanita itu yang menyiapkan segala keperluannya Aryo.
"Memangnya suami saya sama Angel kenapa," Nur Hayati kembali bertanya.
"Saya lihat suami mbak Hayati sedang selingkuh dengan asistennya itu mbak," ucap Ali.
"Apa kamu bilang," Nur Hayati menjerit mendengar kabar yang baru saja disampaikan Ali padanya.
"Jangan Asal bicara kamu Ali, apa maksud kamu suami saya selingkuh."
"Iya Mbak, baru saja saya lihat sendiri suaminya mbak peluk asistennya dipinggir sungai sambil kening perempuan itu diciumnya juga mbak. kalau mbak tidak percaya sama saya, mbak bisa lihat sendiri kesana," Ucap Ali mencoba meyakinkan Nur Hayati Bahwa apa yang dikatakannya tidak bohong.
"Dimana mereka sekarang."
"Barusan saya lihat dipinggir sungai seberang pasar mbak."
"Ya sudah, sekarang kamu temani saya kesana ya."
"Iya mbak."
Nur Hayati langsung bergegas bersama Ali ketempat yang baru saja dikatakan oleh Ali.
antara percaya dan tidak percaya pada apa yang dikatakan Ali padanya. Karena selama ini sikap Aryo sama sekali tidak pernah berubah padanya. Aryo selalu bersikap baik dan lembut padanya. Namun karena rasa penasarannya membuat Nurhayati semakin mempercepat langkahnya diikuti Ali dari belakang.
Tak berapa lama akhirnya mereka sampai. Dari kejauhan tampak beberapa wanita sedang mencuci pakaian sambil duduk diatas bebatuan. Tampak juga beberapa orang laki-laki disana sedang memancing ikan.
"Itu mbak suaminya Mbak Hayati," Ali menunjuk seorang laki-laki yang sedang duduk memancing dipinggir sungai. Disampingnya duduk seorang perempuan seraya kepalanya bersandar diatas bahu laki-laki tersebut.
"Ali kamu pulang saja ya, biar saya sendiri kesana."
"Mbak tidak apa-apa sendiri?"
"Tidak apa-apa, terima kasih ya Ali."
"Iya Mbak sama-sama."
Melihat pemandangan tersebut Nur Hayati benar-benar marah, emosinya lansung naik sampai keubun-ubun. Nur Hayati segera menghampiri suami dan selingkuhannya itu sambil berteriak.
"Mas."
Mendengar suara yang tak lagi asing ditelinganya itu Aryo langsung menoleh kebelakang. Namun betapa ia terkejut saat melihat yang kini sedang berdiri dibelakangnya adalah Nur Hayati istrinya. Aryo langsung berdiri melempar pancingannya ketanah. Begitu pula dengan perempuan yang jadi selingkuhannya, ia juga ikut bangun mengikuti Aryo.
Belum sempat aryo mengeluarkan satu patah kata dari mulutnya Nur Hayati langsung menamparnya.
Aryo sangat kaget karena selama ini Nur Hayati tidak pernah sekalipun kasar padanya.
"Hayati sabar dulu ya, dengar penjelasan mas dulu," Aryo mencoba untuk menenangkan istrinya. Sementara perempuan bernama Angel yang jadi selingkuhan Aryo hanya diam mematung disamping mereka.
"Penjelasan apa mas, apalagi yang mau kamu jelaskan sama saya, apa masih kurang jelas yang baru saja saya lihat dengan mata kepala saya sendiri," Nur Hayati benar- benar tidak mau mendengar penjelasan apapun dari Aryo.
Aryo mencoba meraih kedua tangan Istrinya supaya bisa tenang. Namun Nur Hayati justru mulai memukul dan mencakar tangan Aryo sehingga Aryo melepas tangannya karena sakit. Bahkan Nur Hayati mulai menangis meski banyak orang-orang disana mulai memperhatikan mereka. Nur Hayati benar-benar sakit hati pada Aryo, darahnya benar-benar mendidih. Nur Hayati tidak memperdulikan lagi mata orang-orang yang menatap mereka. Orang-orang pun mulai ramai berkerumun.
"Kamu jahat mas, saya sudah muak sama kamu, tega-teganya selama ini kamu bohong sama saya. Kamu bilang dia itu cuma asisten kamu, cuma rekan kerja, kamu bilang selama ini keluar kota sama dia untuk urusan kerja, ternyata kamu malah selingkuh sama ******* ini," tangan Nur Hayati menunjuk kearah perempuan yang. sedari tadi berdiri disamping Aryo.
Mendengar Nur Hayati mengatakan dirinya ******* Angel pun mulai marah.
"Apa mbak bilang, saya ini *******, seharusnya sesekali mbak itu bercermin, perempuan desa dan kampungan seperti mbak sama sekali tidak pantas jadi istrinya mas Aryo. Seharusnya mbak itu sadar diri jangan malah menyalahkan orang lain," ucap Angel seolah merasa bangga karena dirinya berasal dari kota.
"Kamu bilang saya kampungan, sini kamu biar tahu perempuan kampung itu kalau marah seperti apa," Nur Hayati langsung menjambak rambut Angel dengan tangan kanannya diikuti teriakan Angel yang kesakitan karena rambutnya ditarik.
"Aduh mas, tolong saya mas, sakit mas rambut saya."
Angel yang kesakitan terus meminta bantuan Aryo, sementara Nur Hayati sama sekali tidak peduli meski Angel meringis kesakitan.
Aryo mencoba menghentikan perkelahian keduanya hingga akhirnya berhasil melerai mereka berdua.
"Sekarang kamu pilih mas, saya apa ******* ini."
"Tapi Hayati mas tidak bisa memilih kalau seperti ini, mas tidak bisa kalau harus memilih salah satu dari kalian."
"Jadi kamu tetap mau pilih dia, kalau begitu saya mau kita cerai."
Aryo benar-benar terdiam mendengar perkataan Nur Hayati, sampai akhirnya Aryo berkata.
"Baiklah kalau itu mau kamu, mas tidak mungkin meninggalkan Angel, dia sedang hamil, Angel sedang mengandung anak mas."
"Maksud kamu mas."
"Saya talak kamu dengan talak tiga."
***
Bersambung...
"Saya talak kamu dengan talak tiga."
Bagai disambar petir disiang hari, Nur Hayati tidak pernah menyangka Aryo benar-benar akan menceraikannya dan menjatuhkan talak tiga.
"Mas, mudah sekali kamu mengatakan talak padaku, aku tidak menyangka kalau kamu akan setega ini padaku mas," ucap Nur Hayati seakan masih tidak percaya pada apa yang baru saja diucapkan Aryo padanya.
Mendengar ucapan Nur Hayati padanya Aryo hanya menunduk, ia tidak berani menatap wanita yang beberapa menit yang lalu masih istrinya dan sekarang telah berubah menjadi mantan istri, yang keluar berkali-kali dari mulut Aryo hanyalah kata maaf. Aryo berulang kali meminta maaf pada Nur Hayati.
Sementara disisi lain justru perempuan yang berdiri disamping Aryo malah tersenyum lebar sambil tangan membenarkan rambut hitam panjang miliknya. Mungkin Angel merasa telah menang mengambil hati Aryo dari Nur Hayati.
Setelah beberapa kali meminta maaf pada Nur Hayati yang justru ditanggapi dengan diam tanpa jawaban sama sekali oleh wanita yang baru saja menjadi mantan istrinya itu, akhirnya Aryo memilih pergi. Aryo manarik tangan Angel dan kemudian pergi meninggalkan Nur Hayati sendiri dipinggir sungai.
***
Nur Hayati yang masih duduk sendirian dipinggir sungai terus menangis. Namun tiba-tiba tangan seseorang memegang pundaknya dari belakang. Sontak saja Nur Hayati terkejut. Nur Hayati yang kaget langsung menoleh kebelakang. Namu siapa sangka rupanya Ali yang memegang pundaknya dari belakang. Ternyata Ali tidak langsung pulang setelah ia mengantarkan Nur Hayati bertemu dengan Aryo, ia dari tadi memantau Nur Hayati dari jauh.
"Mbak tidak apa-apa ?" Ali bertanya sambil duduk disebelah Nur Hayati.
Tetapi Nur Hayati tidak menjawab sepatah katapun dan terus saja menangis.
"Sabar mbak ya," ucap Ali sambil kembali menepuk bahu Nur Hayati mencoba untuk menenangkannya.
Melihat Nur Hayati terus menangis akhirnya Ali tidak mengatakan apapun lagi. Ia hanya diam dan duduk disamping wanita tersebut. Mungkin Nur Hayati ingin menumpahkan semua kekesalannya pada Aryo dengan menangis, jadi Ali membiarkan saja Nur Hayati menangis. Nanti kalau sudah puas menangis pasti akan berhenti sendiri, pikir Ali dalam hati. Maka dari itu lebih baik ia jadi pendengar yang budiman saja, meskipun yang ia dengar hanya suara isak tangis Nur Hayati yang duduk disebelahnya.
***
Warna jingga mulai menyelimuti awan langit sebelah barat, matahari mulai meredupkan sinarnya menunjukkan hari sudah mulai senja. Tanpa terasa sudah dua jam rupanya Nur Hayati menangis. Kini Nur Hayati sudah tidak lagi menangis, namun sesekali ia masih terlihat sesunggukan.
"Mbak Hayati, kita pulang yuk mbak, sudah hampir magrib," ucap Ali pada Nur Hayati.
"Memangnya sudah jam berapa?" tanya Nur Hayati sambil mengelap sisa air mata yang masih menempel dipipinya.
"Hampir jam enam mbak," jawab Ali sambil menunjukkan jam tangan yang ia pakai dilengan kirinya.
Nur Hayati melirik jam tangan yang dipakai Ali, dan memang benar jam jarum jam menunjukkan hampir jam enam. Nur Hayati baru sadar kalau ternyata sudah hampir dua jam ia menangis dipinggir sungai. Selama itu pula Ali setia duduk menemaninya menangis. Anak muda itu duduk disampingnya selama dua jam tanpa mengatakan sepatah katapun.
Orang-orang yang tadinya ramai berkumpul didekat mereka sudah tidak ada lagi satu orangpun. Begitu juga dengan orang-orang yang tadinya ramai beraktivitas dipinggir sungai juga sudah mulai pergi meninggalkan tempat tersebut. Hanya tinggal satu dua orang saja yang masih berada disana. Namun mereka juga terlihat seperti sedang bersiap-siap akan pergi.
Tidak berapa lama kemudian, akhirnya semua orang telah pulang. Hanya tinggal Ali dan Nur Hayati berdua disana.
Nur Hayati bangun sambil menyapu kedua matanya yang terlihat agak sedikit sembab dengan kedua telapak tangannya.
"Ayo Ali kita pulang," ucap Nur Hayati pada Ali.
"Iya ayo mbak," sahut Ali langsung berdiri dari duduknya.
Ali dan Nur Hayati kemudian berjalan bersama beriringan sambil diikuti jingga senja yang mulai meredup karena sebentar akan memasuki malam hari.
***
Setelah selesai shalat magrib Nur Hayati merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur. Pikirannya hari ini benar-benar terasa lelah. Ia kembali teringat kejadian kejadian yang baru dialaminya tadi sore. Bagaimana Aryo lelaki yang sangat ia cintai ternyata sungguh sangat mudah mengucapakan cerai didepan wajahnya sendiri. Bahkan tega menceraikannya didepan orang ramai, yang lebih menyakitkannya lagi Aryo menceraikan tepat didepan Angel perempuan yang menjadi selingkuhannya. Saat Nur Hayati tengah melamun tiba-tiba ada suara aneh terdengar.
"Sretttt... srettt...," tiba-tiba suara aneh terdengar dari luar rumah.
Suaranya terdengar seperti suara kaki seseorang diseret diatas tanah. Nur Hayati langsung bangun dan mencari sumber suara berasal. Nur Hayati berjalan kearah pintu depan, makin lama suaranya semakin dekat dan terdengar semakin jelas. Tidak salah lagi, memang seperti suara kaki seseorang diseret diatas tanah. Tapi siapa pikir Nur Hayati dalam hati.
"Siapa diluar?" ucap Nur Hayati dibalik pintu.
Tidak ada jawaban apapun dari luar. Namun suara seperti kaki seseorang yang sedang diseret diatas tanah masih terdengar jelas.
"Siapa diluar?" ucap Nur Hayati lagi masih berdiri di balik pintu.
Namun tetap tidak ada jawaban. Karena penasaran akhirnya Nur Hayati membukakan pintu mencari tahu suara apa yang baru saja ia dengar. Namun yang aneh, begitu ia keluar suara tersebut langsung menghilang. Nur Hayati juga tidak melihat ada siapapun diluar. Bahkan tidak ada bekas kaki apapun dihalaman rumahnya, baik itu bekas kaki binatang maupun bekas kaki manusia. Suasana diluar rumah juga sangat sepi, tidak ada tanda-tanda ada orang yang datang. Lalu suara yang baru saja didengar oleh Nur Hayati itu suara apa. Nur Hayati masih sangat penasaran.
Karena tidak menemukan siapapun diluar akhirnya Nur Hayati kembali masuk kedalam rumah. Belum sempat ia masuk kedalam kamar tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahnya. Nur Hayati menoleh dan kembali berjalan kearah pintu.
"Tok... tok... tok...," terdengar suara orang mengetuk pintu dari luar.
"Siapa?" tanya Nur Hayati.
Suasana kembali sunyi, tidak ada jawaban apapun dari luar. Karena itu Nur Hayati juga tidak berani langsung membukakan pintu. lama ia menunggu namun masih tidak ada jawaban.
"Siapa diluar?" kembali Nur Hayati bertanya.
Namun dari seberang pintu tetap masih tidak ada yang menjawab. Nur Hayati mencoba mengintip dari balik jendela. Karena diluar gelap jadi tidak keliahatan apa-apa.
"Ahh mungkin memang aku yang salah dengar," pikir Nur Hayati dalam hati sambil berlajan kembali masuk kedalam kamar.
Saat Nur Hayati sampai kedalam kamar, kembali terdengar orang mengetuk pintu. Sekarang Nur Hayati agak sedikit takut, namun karena masih penasaran ia kembali keluar.
"Siapa?" tanya Nur Hayati dari balik pintu.
"Ali mbak," terdengar jawaban dari seberang pintu.
"Ali?" ucap Nur Hayati heran sambil membukakan pintu.
Dan benar saja saat pintu dibuka anak muda tersebut sedang berdiri didepan pintu tepat dihadapan Nur Hayati.
***
Bersambung...
"Ali mbak," terdengar suara seseorang menyahut dari luar.
Begitu Nur Hayati membukakan pintu terlihat Ali sedang berdiri didepan pintu. Ali tersenyum pada Nur Hayati yang terlihat seperti kebingungan.
"Ali ada apa kamu kok malam-malam begini kemari," tanya Nur Hayati merasa heran.
"Ali mau lihat keadaan mbak aja, mbak Hayati tidak apa-apa kan?" jawab Ali balik bertanya.
"Saya tidak apa-apa. Kalau soal masalah mas Aryo saya sudah tidak apa-apa, itu biar jadi urusan saya, kamu tidak perlu khawatir," jawab Nur Hayati menjelaskan sambil masih berdiri didepan pintu.
"Syukurlah kalau mbak baik-baik saja," ucap Ali terlihat lega.
"Mbak Hayati tidak suruh saya masuk," tanya Ali sambil senyum cengengesan.
"Ooh iya maaf saya lupa, yaudah mari masuk," ucap Nur Hayati mempersilakan Ali masuk kedalam rumahnya.
Nur Hayati berjalan keruang tamu diikuti Ali dari belakang.
"Oya mbak, ini aku bawakan bakso buat mbak," ucap Ali sambil menyerahkan bungkusan warna putih pada Nur Hayati.
"Kok repot-repot segala Ali," ucap Nur Hayati sambil mengambil bungkusan bakso dari tangan Ali.
"nggak ngerepotin kok mbak, cuma kebetulan lewat depan warung bakso, jadi aku beli, kan mbak Hayati suka bakso," ucap Ali.
"Dari mana kamu bisa tahu kalau saya suka bakso?" tanya Nur Hayati penuh selidik karena merasa ia tidak pernah mengatakan pada Ali kalau ia memang menyukai makanan tersebut.
"Kan saya sering lihat mbak Hayati makan bakso sama mas Aryo, makanya saya tahu," jawab Ali menjelaskan.
Mendengar Ali mengucap nama Aryo, seketika wajah Nur Hayati langsung berubah muram, kelihatan sekali bahwa ia masih sedih.
Melihat wajah Nur Hayati yang tiba-tiba berubah muram, Ali menyadari kalau kata-katanya yang tanpa sengaja menyebut nama Aryo telah membuat Nur Hayati kembali bersedih.
"Maaf mbak kalau aku sudah buat mbak sedih, aku tidak sengaja nyebut nama mas Aryo barusan mbak," ucap Ali mencoba untuk menjelaskan pada Nur Hayati bahwa dirinya memang sama sekali tidak bermaksud untuk membuat Nur Hayati mengingat Aryo.
"Tidak apa-apa, kamu duduk sana, biar saya ambilkan mangkok dulu. Kita makan sama aja," ucap Nur Hayati sambil berlalu membawakan bungkusan bakso ditangannya.
Ali duduk disofa berwarna hitam yang terletak diruang tamu dekat jendela depan. Ia duduk menghadap kedinding kamar utama. Didinding itu banyak foto yang digantung berjajar dengan rapi. Ali bangun berjalan kearah dinding tempat foto-foto tersebut dipajang. Ia memperhati satu foto tersebut, kebanyak foto Nur Hayati berdua dengan Aryo. Dalam foto-foto tersebut Nur Hayati tampak sangat cantik. Ali memperhatikan satu persatu foto didinding sambil tersenyum.
Namun kemudian pandangannya beralih kesebuah foto yang dipajang paling ujung. Foto seorang wanita berambut panjang memakai pakaian serba hitam duduk diatas kursi . Wanita dalam foto tersebut terlihat sangat cantik, bahkan lebih cantik dari Nur Hayati, tetapi semakin diperhatikan wajah dalam foto tersebut semakin lama semakin menyeramkan, foto tersebut seperti memancarkan aura mistis.
"Apa yang sedang kamu lihat?" ucapan Nur Hayati yang tiba-tiba sudah berada dibelakang punggung Ali.
"Astaga mbak, kok mbak berdiri dibelakang Ali tidak bilang-bilang," ucap Ali kaget karena tidak sadar ternyata Nur Hayati sudah berdiri dibelakangnya.
"Kok malah berdiri, sini aja dulu kita makan baksonya sama-sama," ucap Nur Hayati sambil meletak dua buah mangkok berisi bakso diatas meja kecil lalu duduk diatas sofa diikuti Ali duduk disampingnya.
Ali kembali duduk ketempat tadi sambil tangannya meraih mangkok berisi bakso diatas meja. Sambil menyendok bakso kemulutnya rupanya Ali sesekali melirik kewajah Nur Hayati. Mata Nur Hayati masih sedikit bengkak.
"Mungkin karena kelamaan nangis tadi," pikir Ali dalam hati sambil tangannya terus menyendok bakso kemulutnya.
Suasana kembali sepi, baik Ali maupun Nur Hayati keduanya tidak ada yang berbicara. Keduanya sibuk menyendok bakso kedalam mulut mereka masing-masing.
"Sudah habis mbak, sini mangkoknya biar aku saja yang bawa kedapur," ucap Ali sambil mengambil mangkok yang telah kosong dari tangan Nur Hayati.
"Tidak usah, masa saya ngerepotin tamu, sini biar saya bawa sendiri kedapur," ucap Nur Hayati merasa tidak enak.
"Tidak apa-apa kok mbak," jawab Ali langsung pergi menuju dapur membawa kedua mangkok ditangannya.
Ali meletakkan mangkok kedalam wastafle. Ia kemudian beralih kekulkas, ia membuka pintu kulkas lalu mengambil beberapa potongan kecil es batu lalu memasukkannya kedalam baskom.
Ali kembali dari dapur membawa baskom berisi es batu dan juga handuk kecil yang tadi ia ambil dari lemari gantung didapur.
"Lho itu buat apa, kok es batunya kamu taruh dibaskom?" tanya Nur Hayati merasa heran saat melihat Ali kembali keruang tamu sambil membawa baskom berisi es batu.
"Sini buat kompres mata mbak biar bengkaknya hilang?" ucap Ali sambil memasukkan es batu kedalam handuk kecil berwarna putih tersebut.
"Saya tidak apa-apa kok," ucap Nur Hayati pada Ali yang masih sibuk membungkus es batu kedalam handuk.
"Sudah mbak tidak perlu sungkan sama saya, kitakan tetangga mbak, sini biar saya bantu kompres matanya mbak supaya bengkaknya cepat hilang," ucap Ali sambil mendekatkan bungkusan es batu kewajah Nur Hayati.
"Biar saya sendiri saja," ucap Nur Hayati kemudian mengambil bungkusan es batu dari tangan Ali kemudian meletakkannya diatas kedua kelopak matanya.
Ali kembali memperhatikan foto yang terpajang paling ujung. Penasaran siapa wanita cantik yang ada difoto tersebut. karena jujur saja dari pertama tadi Ali memperhatikan foto tersebut ia sudah merasa bahwa ada sesuatu yang aneh dengan foto tersebut. Jelas sekali terasa bahwa foto tersebut seperti memancarkan aura mistis yang susah untuk dijelaskan.
Ali sebenarnya ingin menanyakan pada Nur Hayati siapa orang dalam foto tersebut. Namun ia mengurungkan niatnya lantaran saat ia melihat jam rupanya sudah hampir jam 10 malam. Lama juga ia sudah disana.
Akhirnya Ali pamit pulang karena tidak enak nanti jika sudah terlalu larut malam. Karena kalau sudah terlalu malam Ali takut nanti tetangganya ada yang melihat dan bisa berpikir yang bukan-bukan. Nanti bisa-bisa malah timbul gosib.
"Mbak saya pamit pulang dulu ya, sudah jam 10 soalnya," ucap Ali pada Nur Hayati.
"Ooh iya terima kasih banyak ya Ali, kamu sudah mau peduli sama saya, terus terima kasih juga untuk baksonya he he he," ucap Nur Hayati terus memindahkan buskusan es batu yang diletakkan diatas kelopak matanya kedalam mangkok sambil menyunggingkan senyum dari bibirnya yang manis.
"Iya mbak sama-sama, kitakan tetangga wajar kalau saling membantu," ucap Ali sambil jalan menuju kepintu.
Nur Hayati bangun mengantarkan Ali sampai kepintu depan.
***
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!