NovelToon NovelToon

Pesona Ibu Susu Baby Elnan

Bab 1 - Menjadi Ibu Susu?

Sebelum membaca cerita ini, aku mau tanya dulu. Udah follow akun NT ku belum? Yuk follow biar kalau ada cerita baru bisa dapetin motif nya.

Jangan lupa follow akun Ig ku juga ya

@yoyotaa_

****

Seorang gadis tengah mondar-mandir di depan ruang UGD. Begitu jelas raut kekhawatiran di wajahnya.

"Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana mungkin aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu dua minggu? Apalagi aku cuma seorang pelayan kafe biasa."

Gadis itu bernama Anaya Devaloka, ia gadis malang yang harus melunasi hutang ayah tirinya karena kalah bermain judi. Lalu keberadaan ayah tirinya pun tak diketahui Naya sama sekali. Lelaki itu hilang bak ditelan bumi setelah meninggalkan kotoran yang amat menyesakkan dada Naya.

Flashback

Sore tadi, dua orang lelaki dengan postur tubuh yang kekar mendatangi rumah mereka lalu mencari keberadaan Demian, ayah tirinya.

"Dimana Demian?" tanya salah satu lelaki itu.

"Ayah tidak ada di rumah. Ada urusan apa mencarinya?"

"Demian, dia memiliki hutang sebesar 50 juta kepada bos kami. Dia berjanji akan melunasi hutang tersebut hari ini jika ia menang judi. Rupanya sampai sore tiba dia tak kunjung menghadap ke bos kami."

"Apa!? 50 juta!?"

Rupanya yang berbicara bukanlah Naya melainkan Rita, ibunya Naya. Ia begitu terkejut mendengar bahwa suaminya ternyata memiliki hutang sebanyak itu.

"Kalian jangan berbicara asal ya! Bagaimana mungkin suami saya memiliki hutang sebanyak itu. Apalagi tokonya begitu rame sampai saat ini," cecar Rita dengan kesalnya.

"Hahaha, rupanya anda sudah ditipu olehnya, dia hanya seorang karyawan biasa di toko milik bos saya. Cepat katakan! Dimana Demian!?"

Betapa terkejutnya Naya dan Rita mendengar penjelasan dari lelaki bertubuh kekar di hadapannya. Bagaimana mungkin?

"Aku sudah katakan ayah tidak ada di rumah!" jawab Naya dengan sedikit emosi ketika mengetahui kebenaran tentang ayah tirinya.

"Aku sudah bersabar ya di hadapan kalian berdua. Atau jangan-jangan kalian berdua menyembunyikan si b*jingan itu ya!? Minggir aku akan menggeledah rumah kalian!"

Dengan kekuatan otot besar dari si lelaki itu, tanpa sengaja malah membuat Rita terbentur ke dinding dan pingsan.

"Ibu... Ibu bangun Bu," ucap Naya sambil terisak dengan tangisnya.

Si lelaki tadi yang menerobos masuk ke dalam rumahnya pun keluar dan memberikan ancaman pada Naya.

"Dengarkan aku baik-baik! Bos kami memberikan waktu dua minggu jika Demian tidak bisa membayar hutang tersebut. Jika kalian tidak bisa membayarnya, terpaksa kalian akan diusir dari rumah ini."

Setelah mengatakan itu, dia lelaki kekar itu pergi dengan meninggalkan rumah Naya yang berantakan akibat ulah salah satu lelaki itu. Naya hanya bisa terisak mendengarnya. Ia kemudian segera membawa ibunya ke rumah sakit terdekat untuk segera diberikan pertolongan.

Flashback end.

Naya terus berpikir pekerjaan apa yang bisa memberikannya banyak uang dalam waktu yang cepat. Satu pekerjaan pun terlintas di kepalanya.

"Tidak... tidak... aku tidak mau menjadi wanita malam."

Naya pun pergi berkeliling di rumah sakit tersebut sambil terus memikirkan caranya.

***

Seorang wanita paruh baya sedang berada di ruangan tempat ia biasanya mengambil ASI untuk cucunya. Namun, ASI tersebut telah kosong, karena seorang ibu yang biasanya mengantarkan ASI secara sukarela tersebut ternyata sudah pindah rumah. Ia pun kebingungan karena cucunya terus menangis.

"Dokter apakah tidak ada ibu lain lagi selain dia yang biasa mengantarkan ASI kemari?" tanya wanita paruh baya itu.

"Tidak ada Nyonya Helen. Sekali lagi kami minta maaf nyonya."

Ya, ibu tersebut bernama Helen. Ia sudah hampir dua bulan sering bolak-balik ke rumah sakit untuk mengambil ASI dari rumah sakit tersebut.

"Apa cucu saya benar-benar tidak bisa diberi susu formula dokter?" tanya Helen.

"Tidak bisa nyonya, dari hasil pemeriksaan yang lalu baby Elnan alergi terhadap susu formula."

"Lalu aku harus bagaimana? Cucuku dari tadi tidak berhenti menangis?"

Di saat Helen telah dilanda kebingungan, tiba-tiba Naya datang dan bertanya kepada Helen.

"Maaf mengganggu waktunya, kenapa bayi ini dibiarkan menangis, Bu?" tanya Naya.

"Dia butuh asi, dan persediaan di rumah sakit ini telah habis," jawab Helen dengan putus asa.

"Kemanakah ibunya? Kenapa ibu sampai harus mencari asi?" tanya Naya.

Helen yang mendengar pertanyaan Naya tak mampu menjawab. Ia malah memberikan raut kesedihan di matanya. Naya yang melihat itu pun langsung terdiam. Sepertinya ia sudah salah bertanya.

"Apa saya boleh menggendong bayi ini?" tanya Naya mengalihkan pembicaraan untuk menepis keheningan diantara keduanya. Entah kenapa matanya tak bisa untuk tidak menatap mata indah milik baby Elnan. Seakan ia meminta Naya untuk menggendongnya.

"Boleh, namanya Elnan Kavindra."

Naya mengangguk dan langsung menggendong baby Elnan dari tangan perawat bayi tersebut.

"Halo, Elnan ini kak Naya. Jangan menangis ya. Kasian nenekmu kebingungan," ucap Naya sambil menggendong Elnan dan membawa Elnan ke ruangan tempat ibu menyusui.

Entah dorongan darimana tiba-tiba Naya menarik bajunya ke atas dan mengeluarkan salah satu pay*daranya untuk diberikan pada Elnan.

"Uh...." Naya mendesah pelan saat pay*daranya dihisap oleh bayi kecil ini.

Helen pun mengikuti gadis yang menggendong cucunya dan melihat gadis tersebut tengah menyusui cucunya. Alangkah terkejutnya Helen, saat cucunya langsung terdiam di gendongan gadis tersebut. Helen sampai dibuat tak percaya.

"Nak, siapa namamu?" tanya Helen.

"Saya Anaya Devaloka, Nyonya. Panggil Naya saja." Naya menjawab sambil membelakangi wanita paruh baya itu, karena ia merasa malu.

" Saya Helen, Omanya Elnan. Apa kau sudah menikah?" tanya Helen.

Naya menggeleng kemudian mengakhiri kegiatan Elnan karena bayi tersebut sudah tertidur. Ia pun merapihkan bajunya kembali dan menghadap ke arah Helen.

"Saya masih gadis nyonya."

Jawaban Naya membuat Helen lebih terkejut lagi. Lalu bagaimana bisa Naya yang masih gadis menyusui cucunya sampai terdiam?

"Kalau begitu berarti saat menyusui cucuku tadi, payudaramu tak mengeluarkan ASI?" tanya Helen lagi.

Naya menggeleng lagi.

Dokter yang masih berada disana pun memberikan sebuah ide kepada Helen.

"Jadi begini nyonya, ini hanya saran dari saya saja. Meskipun nona ini masih gadis dan belum menikah dan memiliki anak, tapi ia bisa mengeluarkan ASI dengan terapi hormon."

"Maksudnya bagaimana dokter?" tanya Helen yang tidak paham.

"Jadi nona ini bisa melakukan terapi hormon. Terapi hormon ini biasanya dilakukan untuk meningkatkan hormon progesteron dan estrogen dalam darah layaknya seorang ibu hamil saat mempersiapkan masa menyusui. Ini adalah cara mengeluarkan ASI tanpa harus hamil yang paling umum dilakukan."

Mendengar penjelasan dari dokter tersebut, Helen memiliki titik terang untuk cucunya tersebut. Ia pun melirik ke arah Naya dengan mata berbinar.

"Kalau begitu saya permisi dulu nyonya. Ada beberapa pasien yang harus saya periksa."

Helen mengangguk dan mengucapkan terima kasih pada dokter tersebut. Ia kemudian terus menatap Naya dengan penuh harapan.

"Naya, apa kau mau menjadi ibu susu Elnan?"

***

Jangan lupa tinggalkan komentar ya.

Bab 2 - Apa Ada Mainan Baru?

Helen mengangguk dan mengucapkan terima kasih pada dokter tersebut. Ia kemudian terus menatap Naya dengan penuh harapan.

"Naya, apa kau mau menjadi ibu susu Elnan?"

Naya yang mendapat pertanyaan tak terduga tersebut pun kaget dibuatnya. Ia tak tahu harus menjawab apa.

Melihat respon raut wajah Naya, Helen tau bahwa Naya pasti kaget akan pertanyaannya. Ia pun menjelaskan maksudnya.

"Seperti yang dibilang dokter tadi, kau bisa melakukan terapi hormon jika bersedia menjadi ibu susu Elnan. Aku sudah tak bisa berpikir apapun saat ini. Aku meminta seperti ini padamu karena Elnan memang tidak bisa minum susu formula. Jika kau bersedia, aku akan mengabulkan apapun yang kau mau."

Naya tampak berpikir, apa iya dia harus menjadi ibu susu untuk melunasi hutang ayah tirinya? Lalu bagaimana jika ibunya tau? Naya takut jika ibunya berpikir yang tidak-tidak. Tapi, ia tak ada pilihan lain.

"Benarkah nyonya akan mengabulkan apapun yang saya mau?" tanya Naya memastikan lagi.

Helen pun mengangguk. Ia sebenarnya juga takut, jika Naya adalah seorang wanita yang gila akan harta. Namun, mengingat perlakuan Naya pada Elnan tadi, pikiran itu pun ditepisnya jauh-jauh.

"Em... Apakah nyonya bisa mengabulkannya dalam waktu dekat ini?" tanya Naya agak tidak enak.

Semoga nyonya Helen tidak berpikir aneh-aneh tentangku.

"Apa aku boleh tau alasan mengapa kau mengatakan seperti itu?"

Naya menghela napas kasar kemudian menceritakan masalah hidupnya pada Helen. Sebenarnya ia tidak ingin orang lain mengetahui kemalangan nya. Namun, daripada Helen berpikiran yang tidak-tidak tentangnya, Naya akhirnya berbicara.

"Ayahku memiliki hutang 50 juta, dan tenggat waktunya 2 Minggu lagi. Lalu ibu saya juga ada di rumah sakit ini sedang menjalani pengobatan. Itulah alasan kenapa saya meminta nyonya mengabulkannya dalam waktu dekat. Itu pun jika nyonya bersedia."

Setelah mendengar penjelasan Naya, Helen malah menjadi iba dan juga kagum secara bersamaan. Ia tak tahu bahwa masalah hidup Naya begitu menyedihkan. Ia bahkan sampai rela menjadi seorang ibu susu untuk bayi yang sama sekali bukan darah dagingnya sendiri. Helen pun mendekat ke Naya dan menepuk pundak Naya.

"Tenang saja, aku akan mengabulkan permintaanmu. Besok uang itu akan ada di tanganmu."

Wajah Naya berbinar-binar sampai tak terasa air mata pun jatuh ke pipinya.

"Terima kasih nyonya. Anda baik sekali."

"Bukan aku yang baik, tapi kaulah Naya. Kau bersedia menjadi ibu susu bagi bayi yang bukan anakmu demi masalah ekonomi keluargamu. Apa kita bisa melakukan hormon hari ini?"

Naya mengangguk. Mereka pun pergi ke ruang dokter untuk melakukan terapi hormon.

***

Sementara di tempat lain, di gedung Kav Corp.

Seorang pria sedang mengerjakan pekerjaannya yang menggunung. Sesekali ia pun menyeruput kopi yang sudah tersedia di mejanya. Tak lama kemudian, pintu ruangan tersebut pun diketuk.

Tok tok tok...

"Masuk."

Saat melihat siapa yang masuk ke ruangannya pria itu pun mendengus sebal. Bagaimana tidak? Orang yang masuk tersebut adalah karib, partner dan juga sahabatnya dari kecil.

"Bisa tidak? Sehari aja kau menghilang dari hadapanku? Jauh-jauh aku muak melihat wajahmu."

"Dih, yang ada harusnya kau bersyukur, bisa melihat wajah tampan nan mempesona ku, Richard Kavindra."

Pria yang dipanggil Richard Kavindra itu adalah pria yang sedari tadi duduk di kursi kerjanya. Ia seorang pebisnis muda yang terkenal karena kepiawaiannya dalam berbisnis juga terkenal karena tampan dan playboy. Lalu pria yang memanggilnya adalah Ethan Nugraha sahabatnya sekaligus partner bisnisnya.

"Kau lupa? Pria paling tampan di negeri ini siapa? Atau harus aku perlihatkan padamu!?"

"Huh, tidak asyik."

"Cepat katakan! Apa tujuanmu kemari?"

"Nanti malam kau ada acara? Kalau tidak ada, temani aku ke bar ya. Aku suntuk di kantor, aku ingin bermain disana."

Yang awalnya Richard kesal karena kedatangan Ethan, kini ia tertarik untuk mengikuti arah pembicaraan Ethan.

"Apa ada mainan baru?"

"Tentu saja. Kau pasti tidak akan kecewa. Percaya padaku."

"Baiklah, nanti kita bertemu di tempat saja. Sekarang kau pergi dari hadapanku."

"Yes, thank you brother."

Ethan pun keluar dari ruangan Richard dengan senyum bahagia. Meskipun ia termasuk jajaran orang kaya seperti Richard, entah kenapa ia lebih suka menghabiskan uang sahabatnya. Maksud dan tujuan mengajak Richard adalah supaya ia bisa menggunakan uang Richard. Bukan serakah ataupun matre, ia hanya senang karena sahabatnya begitu royal. Bahkan tak segan-segan ia membelikan mobil baru untuknya.

***

Sementara di sisi Naya, ia sudah selesai terapi hormon dan berhasil. Sedikit demi sedikit ASI nya telah keluar. Helen pun tersenyum bahagia.

"Mulai hari ini, kau tinggal di rumahku. Segala kebutuhanmu akan aku penuhi, begitu juga dengan asupan makanan untukmu, semuanya akan aku atur supaya asi mu banyak."

"Ta...tapi, bagaimana dengan ibu saya Nyonya? Siapa yang akan merawatnya?"

"Kau tidak perlu khawatir, aku akan menyuruh orang untuk menjaga ibumu. Kau juga bisa menjenguk ibumu kapan pun kau mau. Asalkan Elnan sudah kenyang dan tidak akan menangis jika kau tinggalkan."

"Terima kasih nyonya. Saya tidak tahu harus bagaimana lagi mengucapkan terima kasih pada anda."

"Sudahlah, tidak usah seperti itu."

"Kalau begitu, bolehkah saya berpamitan dulu pada ibu saya nyonya? Saya tidak ingin dia khawatir pada saya."

Helen pun mengangguk. Mereka pun berjalan menuju ruang rawat inap Rita yang sudah dipindahkan dari UGD.

"Bu, Naya masuk ya," ucap Naya di balik pintu.

Naya berjalan menghampiri ibunya dan duduk di samping ranjang ibunya.

"Nay, apa ayahmu sudah pulang? Bagaimana dengan hutangnya? Ibu tidak ingin rumah itu dijadikan jaminannya. Itu rumah peninggalan mendiang ayahmu," ucap Rita bersedih hati.

"Bu, sudah. Ibu tidak usah memikirkan hal itu. Yang perlu ibu pikirkan adalah kesehatan ibu. Biar Naya saja yang menanggung semuanya. Mulai hari ini Naya akan bekerja jadi baby sitter. Bayinya masih berumur sekitar 7 bulan. Naya minta maaf kalau nanti tidak bisa sering-sering datang kesini."

Maafkan Naya karena sudang berbohong pada ibu. Naya janji, suatu saat Naya akan cerita sama ibu.

"Apa kau yakin, Nay? Apa kau bisa merawat bayi itu?" tanya Rita karena ia ragu.

"Doakan saja, semoga Naya bisa bekerja dengan baik, ya Bu. Naya cuma mengharapkan doa dari ibu."

"Baiklah Nay, semoga bayi yang kau asuh itu, tidak rewel. Ibu cuma bisa berharap semoga kehidupan kamu nantinya bisa lebih baik daripada ibu. Maafkan ibu Nay, yang belum bisa memberikan kehidupan yang layak untukmu," ucap Rita sambil terisak tangis mengingat kehidupannya yang serba kekurangan.

"Tidak apa-apa Bu, asalkan ada ibu, Naya bersyukur. Kalau begitu Naya pamit ya Bu. Naya harus tinggal disana dan hari ini, hari pertama Naya kerja."

"Baiklah, hati-hati ya, Nay. Doa ibu selalu bersamamu."

Naya pun berpamitan dengan ibunya. ia keluar dari ruangan itu dan berjalan ke arah Helen yang tengah menunggunya di ruang di ruang tunggu.

****

Jangan lupa komentarnya ya.

Bab 3 - Idealis Richard

Mobil berhenti di komplek perumahan megah dan luas. Naya sampai takjub melihatnya. Bahkan rumah ini besarnya bisa sampai 10 kali rumahnya. Ia pun turun dari mobil, dan mengikuti Helen di belakang.

Tak hanya luarnya saja yang megah, rupanya dalamnya lebih mewah dan elegan. Desain interior rumahnya memiliki aksen kebarat-baratan. Semua furniture yang ada di rumah itu pun begitu mengkilap dan kelihatan mahal.

Sesampainya di depan pintu sebuah kamar, Helen membuka kamar tersebut dan dibiarkan terbuka. Ia pun menjelaskan beberapa tempat yang harus ia ingat.

"Naya, kamar ini adalah kamar Elnan, yang nantinya akan jadi kamar kamu juga. Aku sudah menyiapkan satu ranjang untukmu di dalam. Kamar yang berada di samping kamar ini adalah kamar anakku, Richard namanya. Sementara kamarku berada di lantai bawah. Jika kau perlu sesuatu, kau bisa memanggil Nani, selaku perawat Elnan sebelumnya. Biar dia saja yang menjelaskan detail dimana letak-letak semua keperluan El dari rambut sampai ujung kaki. Semoga kau bisa menikmatinya."

"Terima kasih Nyonya, ini sudah lebih dari cukup untuk saya," ucap Naya.

"Nani, letakan El di box bayinya. Sepertinya dia kelelahan."

"Baik Nyonya."

"Kalau begitu, kau boleh istirahat, karena biasanya Elnan akan bangun di saat malam hari. Jadi, siapkan stamina tubuhmu untuk begadang nantinya."

"Baik Nyonya."

Helen pun pergi meninggalkan Nani dan Naya di kamar Elnan. Meskipun sedari di rumah sakit mereka terus berdampingan, mereka belum sempat mengobrol satu sama lainnya.

"Naya, kau hebat sekali. Kau mau menjadi ibu susu untuk baby Elnan. Aku saja tidak berani mengambil tindakan tersebut," ucap Nani memberikan pujian pada Naya.

"Mungkin ini sudah menjadi takdirku, menjadi ibu susu di usiaku yang baru menginjak 21 tahun."

"Wah, ternyata aku 3 tahun lebih tua darimu Naya."

"Benarkah? Kalau begitu bolehkah aku memanggilmu kakak?"

"Boleh, tentu saja boleh. Kalau begitu aku permisi kembali ke kamar. Kamarku berada di lantai bawah dekat dapur. Kalau ada perlu sesuatu kau bisa memanggilku atau langsung saja ke kamarku. Selamat istirahat Nay."

"Iya, terima kasih Kak Nani."

***

Malam hari di salah satu club malam, 3 pria tampan sedang duduk di kursi VIP ditemani oleh beberapa wanita cantik dan s*ksi. Mereka adalah jajaran para pebisnis muda yang kaya raya.

Di urutan pertama ada Richard Kavindra, urutan kedua ada Ethan Nugraha dan yang ketiga, Alex William sang pemilik club tersebut. Mereka bertiga sudah bersahabat sejak kecil.

"Gimana pekerjaan kalian lancar?" tanya Alex.

"Aman terkendali," jawab Ethan.

Sementara Richard, ia tak menjawab pertanyaan Alex, ia malah fokus pada wanita yang duduk di sampingnya sambil berpose s*ksi hingga memperlihatkan belahan dua benda kenyal miliknya.

"Wow, sepertinya sahabat kita yang satu itu sudah tidak tahan untuk bermain."

"Hahaha, kau benar sekali Lex. Richard mana tahan dikasih ikan segar seperti itu."

Ethan membenarkan ucapan Alex sambil tertawa. Sementara Richard yang mendengar tawa sahabatnya, malah mendengus sebal.

"Malam ini, aku sedang tak ingin bermain."

Mendengar ucapan Richard, Alex dan Ethan seakan tak percaya. Karena biasanya Ricard akan bermain setiap ia mengunjungi club milik sahabatnya itu. Apalagi ketika tadi, ia melihat Richard yang tanpa kedip melihat salah satu wanita yang menemani mereka.

"Lex, aku tidak salah mendengar, 'kan?" tanya Ethan memastikan pendengarannya.

"Iya, aku pun mendengarnya," jawab Alex.

"Apa ada sesuatu yang kau pikirkan, Rich?" tanya Alex.

Di antara Richard, Alex dan Ethan, Alex lah orang yang paling paham dan peka akan keadaan di sekitarnya.

"Entahlah," jawab Richard.

"Lebih baik kau bermain dengan salah satu wanita ini, untuk menghilangkan pikiran yang ada di kepalamu itu. Kau butuh hiburan dan kesenangan Rich. Jangan terlalu pusing memikirkan pekerjaan di kantor."

Alex mencoba meracuni Richard, supaya dia tidak terlalu pasif.

"Baiklah, pilihkan aku wanita yang paling s*ksi. Kutunggu di kamar, seperti biasa."

Setelah berbicara demikian, Richard pun meninggalkan kedua sahabatnya. Sementara kedua sahabatnya itu, malah tertawa terbahak-bahak.

"Sudah kuduga, bagaimana mungkin seorang playboy seperti dia, tidak ingin bermain. Itu sungguh sangat mustahil."

"Kau benar, Ethan."

Alex pun menunjuk seorang wanita untuk pergi ke kamar yang biasa Richard pakai. Ia dan Ethan cukup duduk dan menunggu Richard selesai dengan ritual mainnya.

"Aku sebenarnya kasian, Richard harus menjadi papa sekaligus mama untuk Elnan nantinya. Semoga saja, ada wanita yang mau menerima Richard dan Elnan tanpa memandang hartanya."

"Di jaman yang seperti sekarang, mana mungkin ada wanita seperti itu. Aku saja tidak pernah menemukannya. Itulah kenapa aku tidak mau terikat dengan seorang wanita. Lebih baik seperti ini. Bebas mau bermain dengan wanita mana pun," jawab Ethan.

"Huh, jangan bilang kau juga pernah disakiti wanita sama seperti Rich? Makanya kau anti sekali dengan yang namanya komitmen?"

"Menyebalkan sekali kau ini, Lex!" Ethan mendengus sebal karena yang dibilang Alex memang benar adanya. Ya, meskipun Ethan tidak pernah menceritakan apapun mengenai masalah percintaannya pada Alex, tapi sahabatnya tersebut selalu benar dalam menebak sesuatu.

***

Sementara Richard, ia sedang asik berc*mbu dengan seorang wanita di kamar. mereka berdua dalam posisi si wanita yang tengah duduk di pangkuan Richard. Tak hanya itu, tangan Richard pun tidak tinggal diam. Ia menyelusup kan salah satu tangannya ke dress mini wanita tersebut. Mencari-cari benda kembar kenyal untuk dimainkan.

Karena sudah tidak sabar, Richard pun menghentikan ci*mannya dan merobek dress mini wanita tersebut dan hanya tersisa kaca mata bulat dan segitiga di dalamnya. Ia kemudian mer*mas dua buah benda kenyal tersebut dengan cepat. Si wanita pun mend*sah keenakan.

"Ah... faster baby," ucap si wanita.

Richard pun semakin menggila, ia melepas kaca mata yang terpasang di badan wanita itu dan langsung melahap salah satu benda kenyal tersebut seolah dunia akan berakhir esok harinya. Sementara tangan satunya, masih asik mer*mas si kembar satunya.

Namun satu hal yang perlu diketahui, meskipun Richard suka bermain wanita, ia tak pernah sekalipun memasukan miliknya ke dalam milik wanita manapun. Ia hanya sebatas bermain dari perut hingga kepala. Ia selalu ingat akan perkataan Helen jika kehormatan wanita itu adalah kesuciannya.

Rich, mama tahu apa yang kau lakukan di luar sana. Begitu banyak berita buruk tentangmu yang suka bermain wanita. Mama tidak akan menghakimi mu sama sekali. Mama hanya ingin mengingatkan. Kehormatan wanita itu terletak pada kesuciannya. Jadi, mama harap kamu jangan pernah sekalipun memasukkan milikmu pada wanita manapun kecuali istrimu kelak. Ingat! Mama dan kakakmu ini perempuan. Kau harus ingat kami. Mengerti!

Sampai sekarang, perkataan itulah yang membuat Richard selalu bisa menahan n*fsunya.

Permainan pun semakin panas, tanpa sadar si wanita tengah menyentuk milik Richard, dan Richard pun langsung mendorong wanita tersebut.

"Tugasmu selesai! Kau boleh pergi. Uangnya akan aku transfer pada Alex, kau bisa meminta padanya."

Wanita tersebut pun kesal, karena ia belum puas. Namun, apalah daya, ia hanya wanita bayaran. Ia pun segera memakai kembali dress yang sudah sobek tersebut dan keluar dengan wajah yang ditekuk.

"Huft... "

Richard menghela napas kasar. Sementara si wanita yang keluar dari kamar Richard, ia menggerutu.

"Ganteng-ganteng tapi tidak bisa memuaskan ku."

Ethan dan Alex yang melihat wanita tersebut keluar dengan wajah kesal pun sudah tahu alasannya. Ya begitulah Richard. Mereka pun tidak tahu kemana arah jalan pikiran Richard. Richard selalu idealis pada prinsipnya. Padahal sudah dikasih ikan segar di hadapan matanya. Tapi, tetap saja tak ada satu pun wanita yang keluar bermain tanpa raut kesal di wajahnya.

***

Jangan lupa komentar ya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!