Namaku Tiara Aqilla, bisa dipanggil Ara. Aku tinggal bersama ibu sambung yang sangat menyayangi ku.
Mungkin kalian berpikir kenapa aku tidak tinggal dengan kedua orang tuaku.
Dan ya, dulu orang tuaku bercerai. Lalu aku tinggal bersama ayah ku.
Lima bulan setelah bercerai, ayah ku menikah lagi dengan seorang wanita yang tidak lain adalah ibu sambung ku.
Jika kalian bertanya tentang ibu kandung ku, ya ibu kandung ku juga menikah lagi dengan mantan kekasihnya yang dulu dan menikahnya lebih dulu dibandingkan dengan ayah ku.
Pada saat menginjak sekolah menengah atas, ayah ku meninggal dunia karena ia mempunyai penyakit jantung. Dan akhirnya aku tinggal berdua bersama ibu sambung ku.
Setelah ayah ku meninggal, tiba-tiba datanglah saudara-saudaranya yang datang menghampiri ku untuk meminta harta warisan, padahal sebelumnya mereka sama sekali tidak pernah datang menemui ku bahkan selama ayah ku meninggal, mereka tidak pernah membantu dalam acara tahlilan ayah ku.
Pada saat itu, kakak dan adik ayah ku meminta ku untuk menjual semua barang-barang milik ayah ku bahkan sampai mereka menyuruhku untuk menjual motor pemberian ayah.
Waktu itu aku berpikir. "Apakah mereka gila? tiba-tiba datang menghampiri ku sambil meminta harta warisan, padahal saat itu aku masih dalam keadaan berduka.
Akhirnya pada saat itu aku lebih memilih tinggal bersama ibu sambung ku dan pindah ke suatu tempat.
...****************...
"Ara!"
"Iya, bu" ucap Tiara sambil menghampiri ibu yang berada di ruang makan.
"Ayo sarapan dulu"
Tiara duduk dan menikmati sarapan yang dibuat oleh ibu.
"Nanti di sekolah kamu yang baru, kamu jangan nakal ya"
"Iya. Lagian Ara kan gak pernah nakal, bu"
"Ya siapa tahu pergaulan kamu berubah disekolah yang baru"
"Oh iya! nanti kesananya mau diantar gak?"
"Gak usah, bu. Lagian kan ibu harus ngajar hari ini"
"Ya gak apa-apa, nanti ibu ijin aja ke kepala sekolah kalau hari ini ibu mau anterin kamu ke sekolah yang baru"
"Gak usah. Ara bisa ke sekolah sendiri kok"
"Ya sudah kalau gitu"
Ibu memberikan uang kepadaku. "Oh iya! ini uang buat jajan kamu"
"Makasih" ucap Tiara sambil mengambil uang itu.
"Iya sama-sama"
"Nanti motornya biar kamu yang pakai aja ya"
"Terus ibu gimana?"
"Nanti ibu kan bisa naik ojek" ucap ibu.
"Gak usah, motornya biar ibu aja yang pakai" ucap Tiara.
"Kalau kamu yang naik ojek, nanti uang jajan kamu kepotong dong" ucap ibu.
"Ara ke sekolahnya jalan kaki aja, lagian jaraknya kan gak terlalu jauh" ucap Tiara.
"Ya udah ini uang buat ongkos" ucap ibu sambil memberiku uang lagi.
"Gak usah, bu" tolak Tiara.
"Gak apa-apa, ambil aja" ucap ibu.
"Makasih ya, bu" ucap Tiara.
"Gak usah bilang makasih, kan itu udah kewajiban ibu" ucap ibu.
Tiara merasa terharu karena walaupun dia bukan orang tua kandung, tapi dia selalu memenuhi kebutuhan Tiara layaknya seorang ibu kandung.
Skip
Sesampainya di sekolah, aku sedikit malu karena orang-orang melihat kearah ku. Mungkin karena seragam batik ku yang berbeda dari yang lain.
Tiba-tiba ada seseorang yang menghampiriku. "Hai, luh anak baru ya?" tanyanya.
"Iya" jawab Tiara.
"Luh pasti lagi nyari ruang kepala sekolah ya?" tanyanya.
Tiara hanya mengangguk.
"Ya udah ayo aku antar" ucapnya sambil menarik tanganku.
Dia membawaku menuju ke ruangan kepala sekolah.
Setelah sampai, ia melepaskan tanganku.
"Ini ruangannya" ucapnya.
"Makasih ya" ucap Tiara.
"Iya sama-sama"
"Oh iya, nama kamu siapa?"
"Nama aku Tiara, panggil aja Ara"
"Kalau nama kamu?"
"Nama aku Karin" ucapnya sambil tersenyum.
"Salam kenal ya"
"Iya, salam kenal juga"
"Ya udah kalau gitu gue ke kelas ya" ucap Karin.
"Oh iya"
Karin pergi menuju kelasnya. Sedangkan Tiara masuk kedalam ruang kepala sekolah.
...****...
Tiara dan wali kelasnya masuk kedalam kelas.
"Selamat pagi anak-anak" ucap Bu Dewi.
Serentak semuanya menjawab "Selamat pagi, bu"
"Hari ini kita kedatangan murid baru. Silahkan perkenalkan nama kamu" suruh bu Dewi.
"Hallo semuanya. Perkenalkan nama saya Tiara atau bisa dipanggil Ara" ucap Tiara.
"Hallo Tiara" sapa beberapa orang.
Tiara hanya tersenyum karena melihat respon beberapa orang yang berada dikelas.
"Tiara, kamu duduk di kursi sebelah sana ya" tunjuk bu Dewi.
"Baik, bu"
Tiara berjalan menuju tempat duduk yang berada dibelakang.
"Sekarang pelajaran siapa?" tanya bu Dewi kepada murid-muridnya.
"Pelajaran PKN, bu" sahut beberapa murid.
"Pak Sonny nya masuk gak?"
"Enggak, bu. Soalnya pak Sonny nya ijin ke Bandung, jadi dia cuma ngasih tugas aja" ucap salah satu murid.
"Ya sudah kalau gitu kalian kerjakan ya tugasnya" suruh bu Dewi.
"Baik, bu" sahut semuanya.
Lalu bu Dewi keluar dari kelas.
Tiga orang cewek berjalan menghampiri Tiara.
"Hai Ara" sapa ketiga cewek tersebut.
Tiara menyapa balik ketiga cewek itu. "Hai juga"
"Oh iya! Kenalin nama aku Kezia. Ini namanya Tasya, kalau yang ini namanya Anya" ucap Kezia.
Tiara tersenyum kearah mereka. "Hai, salam kenal ya"
"Iya salam kenal juga" ucap Tasya dan Anya bersamaan.
"Nanti istirahat ke kantin bareng yuk!" ajak Tasya.
Tiara hanya mengangguk mengiyakan ajakan Tasya.
"Heh! cepet kerjain! jangan ngobrol terus" ucap salah satu cowok.
Kezia, Tasya dan Anya kembali duduk di kursinya masing-masing.
Cowok yang menyuruh mereka bertiga agar jangan mengobrol, tiba-tiba mendatangi Tiara.
Lalu cowok itu duduk dikursi kosong sebelah ku. "Ini kerjain halaman 12 sampai 15"
"Ditulis sama soalnya?"
"Enggak. Cuma ditulis jawabannya doang"
Tiara mengambil ponsel yang berada didalam tas.
Saat hendak memotret, tiba-tiba tangan ku dipegang oleh cowok tersebut.
"Ngapain difoto?"
"Soalnya kan buku paketnya pasti mau kamu pakai"
"Gak apa-apa, pakai aja sama luh"
Cowok itu berdiri dan kembali duduk di kursinya.
Tanpa sadar Tiara tersenyum sambil melihat kearah cowok tersebut karena baru pertama kali ia sekelas dengan cowok yang sangat tampan.
"Ya ampun, Ara! kenapa senyum-senyum gak jelas kayak gini sih" batin Tiara.
"Kamu suka ya sama Revan?"
Tiara terkejut saat seseorang yang duduk didepan bertanya kepada ku. "Hah? Enggak kok"
"Terus kenapa senyum-senyum kayak gitu?" tanya orang itu.
"Aku gak senyum kok"
"Kalau misalnya luh suka, lebih baik jangan deh. Soalnya dia udah punya pacar"
"Dan pacarnya yang itu" tunjuk orang itu.
"Kamu suka sama Revan?" tanya cowok yang berada disebelah orang yang bertanya kepada Tiara.
"Enggak kok, aku gak suka sama dia" jelas Tiara.
* Kantin
Tiara, Kezia, Tasya dan Anya sedang menikmati makanan.
Tiba-tiba ada seseorang yang pingsan.
BRUGH
Serentak semuanya menatap kearah orang yang pingsan.
"Dia sakit apa sih? kok pingsan mulu" heran Anya.
"Emang kamu gak tahu ya? Dinda kan punya penyakit parah" ucap Tasya.
"Tahu dari mana?" tanya Anya.
"Ya aku denger dari orang lah" jawab Tasya.
"Dia pacarnya Revan kan?" tanya Tiara.
"Kamu tahu Revan?" tanya Kezia kepadaku.
"Iya, dia yang tadi nyuruh kalian jangan ngobrol kan?"
"Maksudnya luh tahu dia dari lama atau baru kenal?" tanya Kezia.
"Baru kenal, soalnya tadi dikasih tahu namanya sama yang duduk didepan aku"
"Kirain udah kenal dari lama" ucap Kezia.
"Enggak kok, aku baru tahu dia"
"Kenapa ya Revan lebih milih dia daripada Kezia. Padahal kan lebih cantik Kezia" ucap Anya.
"Revan milih Dinda ya mungkin karena dia penyakitan. Revan tuh cuma kasihan sama dia, makanya dia terpaksa pacaran sama Dinda" ucap Tasya.
Tiara hanya terdiam karena ucapan Tasya. Walaupun ucapan tersebut bukan untuk Tiara, tapi Tiara merasa sakit hati mendengarnya.
"Ara" panggil Anya.
"Iya kenapa?"
"Kamu kenapa pindah kesini?" tanya Anya.
"Aku pindah sekolah karena rumah aku pindah ke daerah sini" jawab Tiara.
"Bukan karena kasus kan?" ucap Anya.
"Bukan kok! aku sama sekali gak pernah ada kasus di sekolah yang lama"
"Gak seru banget hidup luh" ucap Anya.
Tiara bingung dengan ucapan Anya. "Maksudnya?"
"Harusnya luh ada kasus lah biar hidup luh gak bosen-bosen banget" ucap Anya.
Tiara mengerutkan keningnya karena heran dengan pola pikir Anya.
"Tapi karena dia bareng kita, kayaknya gak lama lagi dia bakal masuk ruang BK deh" sahut Tasya sambil tertawa kecil.
"Kayaknya aku salah masuk circle deh" batin Tiara.
"Ra, gimana kalau kamu tukeran kursi sama temen yang duduk disamping aku" ucap Anya.
"Jangan...jangan! kita masih perlu dia buat ngerjain seluruh tugas kita" sahut Kezia.
"Iya juga sih" ucap Anya.
"Oh iya, Ra! orang tua kamu kerja apa?" tanya Tasya.
"Ibu aku guru" jawab Tiara.
"Kamu manggilnya ibu?" tanya Kezia.
"Iya" jawab Tiara.
"Kalau papah kamu kerja apa?" tanya Anya.
"Ayah aku udah meninggal"
"Oh sorry ya, aku gak tahu" ucap Anya.
"Iya gak apa-apa" ucap Tiara.
...****...
* Kelas
"Selamat siang anak-anak" ucap bu Ana.
"Selamat siang, bu" ucap murid-murid.
"Hari ini ibu akan membagi kelompok dan nanti masing-masing kelompok harus mengerjakan tugasnya" ucap Bu Ana.
Bu Ana menyebutkan nama siswa beserta kelompoknya.
"Ada yang belum dipanggil?" tanya Bu Ana.
"Saya, bu!" ucap ku sambil mengangkat satu tangan.
"Kamu murid baru ya?" tanya bu Ana.
Tiara mengangguk. "Iya, bu"
"Ya sudah kamu masuk ke kelompoknya Revan ya" ucap bu Ana.
"Baik, bu"
"Ya sudah sekarang kalian berkumpul dengan kelompoknya masing-masing, lalu kerjakan ya tugasnya" suruh bu Ana.
"Iya, bu" ucap semuanya.
Tiara berjalan kearah Revan dan anggota kelompok lainnya.
Bu Ana segera membagikan kertas soal kepada masing-masing kelompok.
"Hai Ara" sapa seorang cowok.
"Hai juga" ucap Ara.
"Kenalin nama gue Randy" ucapnya sambil mengulurkan tangannya.
"Aku Tiara" ucap Tiara sambil membalas uluran tangan Randy.
"Oh iya, ini namanya Revan kalau yang ini namanya Risa" ucap Randy sambil menunjuk anggota kelompoknya.
"Hai Ara" sapa Risa.
"Hai juga Risa" ucap ku.
"Guys, gue ke UKS bentar ya. Nanti gue kesini lagi" ucap Revan.
Revan segera keluar dari kelas.
"Dia mau ngapain ke UKS?" tanya Risa.
"Ya mau samperin pacarnya lah, kan tadi pacarnya pingsan" ucap Randy.
"Dinda pingsan lagi?" tanya Risa.
"Iya" ucap Randy.
"Guys, ayo kerjain tugasnya" ucapku.
Akhirnya gue, Risa dan Randy mengerjakan tugas tersebut.
Beberapa menit kemudian, Revan kembali masuk kedalam kelas dan ia berjalan menghampiriku, Risa dan Randy.
"Sorry ya" ucap Revan sambil duduk disebelah ku.
"Iya gak apa-apa" ucap Tiara.
"Dinda gimana, Van?" tanya Risa.
"Dia tadi pulang" ucap Revan.
"Pulang sama siapa?" tanya Risa.
"Diantar supirnya" ucap Revan.
"Terus tas nya gimana?" tanya Risa karena tas Dinda masih ada dikelas.
"Nanti tas nya biar gue yang kasihin ke dia" ucap Revan.
"Oh iya! sini biar gue aja yang kerjain, kan pasti tadi kalian bertiga udah ngerjain" ucap Revan sambil mengambil bolpoin yang Tiara pegang.
"Ra, gue minta nomer telepon luh dong! Soalnya mau dimasukin ke grup kelas" ucap Randy.
"Minta nomernya sekalian mau chatting ya?" tuduh Risa.
"Enggak kok" ucap Randy.
"Ya udah nih" ucapku sambil memperlihatkan nomer telepon.
Randy segera memasukan nomer telepon Tiara ke kontaknya dan tidak lupa ia juga menambahkan Tiara kedalam grup kelas.
Tiara melihat ke layar ponselnya karena ia mendapatkan pesan masuk dari seseorang.
"Itu nomer telepon gue, nanti save ya" suruh Randy.
"Oke" ucap Tiara.
"Save nomer telepon gue juga dong" ucap Risa.
"Nomernya yang mana?" tanya Tiara sambil memperlihatkan grup chat kelas kepada Risa.
Risa mencari nomer teleponnya di grup kelas. "Nomer gue yang ini"
Tiara segera menyimpan nomer telepon Risa dikontak ku.
"Ara, nanti luh jangan bergaul sama tiga cewek itu ya" tunjuk Risa kepada Kezia, Tasya dan Anya.
"Emang kenapa gak boleh bergaul sama mereka?" tanyaku.
"Soalnya mereka tuh bandel banget" ucap Risa.
"Bandelnya emang kayak gimana?" tanyaku.
"Dia tuh kadang suka ngebully orang, terus dia juga suka malak adik kelas" bisik Risa.
"Emang gak ada yang ngelaporin mereka bertiga gitu?"
"Waktu itu ada sih, cuma ya guru-guru paling menghukum mereka. Gak sampai ngeluarin mereka, soalnya Kezia tuh anaknya kepala sekolah" bisik Risa.
"Oh...pantes aja"
"Jadi lebih baik luh jangan berurusan sama mereka ya" ucap Risa.
Tiara hanya mengangguk. "Gue gak akan berurusan sama mereka bertiga kok"
...****...
Tiara sedang menunggu kendaraan umum didepan sekolah.
Tiba-tiba ada seseorang yang mendekatiku. "Ara!"
Tiara menoleh kearahnya. "Iya, kenapa?"
"Dijemput?" tanyanya.
"Enggak. Gue lagi nunggu kendaraan umum" ucap Tiara.
"Ya udah ayo bareng gue aja" ucap Revan.
"Gak usah, lagian sebentar lagi pasti ada kok angkutan umum nya"
"Ya udah kalau gitu gue pulang duluan ya" ucap Revan.
"Iya"
Revan pergi dengan mengendarai motornya.
"Dia kenapa baik banget sama gue ya?" batin Tiara.
Tin...tin
Angkutan umum berhenti tepat didepan ku. Lalu aku masuk kedalam angkutan umum tersebut.
Skip
Setelah sampai, aku mencari kunci rumah dibawah pot bunga. "Kuncinya disimpan dimana ya?"
Karena tidak ketemu, akhirnya Tiara memutuskan untuk menelpon ibunya.
"Hallo, bu" ucap Tiara.
"Iya, ada apa?" tanyanya.
"Bu, kunci rumah dimana?" tanya Tiara.
"Dibawah keset"
"Ya udah kalau gitu Ara matiin lagi ya teleponnya"
"Iya"
Tiara segera mematikan panggilan teleponnya dan ia mengambil kunci rumah yang berada dibawah keset. Setelah itu, ia segera masuk kedalam rumah.
Hari berikutnya seperti biasa, Tiara berangkat ke sekolah.
Sesampainya disekolah, Tiara segera pergi menuju perpustakaan untuk meminjam buku paket karena kemarin aku tidak sempat pergi ke perpustakaan.
Saat berada di perpustakaan, Tiara melihat Dinda yang sedang membaca buku.
Tiara berjalan menghampirinya sambil membawa buku-buku paket yang aku pinjam.
Tiara menyapanya sambil duduk di kursi. "Hai Dinda"
Dinda menoleh ke arah Tiara. "Hai juga"
Kemudian Dinda kembali membaca buku.
Tiara menatap kearah wajah Dinda. "Pantes aja Revan suka sama dia" batinnya.
"Kamu anak baru itu kan?" tanyanya sambil menatap Tiara.
Tiara hanya mengangguk sambil tersenyum.
"Salam kenal ya" ucap Dinda.
"Iya salam kenal juga" ucap Tiara.
"Dinda!" panggil seseorang yang baru datang.
Tiara dan Dinda melihat kearah orang itu.
"Ada apa, Van?" tanya Dinda.
"Kamu udah sarapan belum?" tanya Revan.
"Udah kok" jawab Dinda.
"Udah makan obat?" tanya Revan.
"Belum" jawab Dinda.
"Obatnya dibawa gak?" tanya Revan.
"Dibawa kok" jawab Dinda.
"Ya udah ayo ke kelas, kamu harus makan obat biar cepet sembuh" ucap Revan.
"Ara, aku sama Revan ke kelas duluan ya" ucap Dinda.
"Iya" ucap Tiara.
Mereka berdua keluar dari perpustakaan.
Setelah mereka pergi, aku juga ikut pergi menuju kelas.
...****...
* Kelas
Tiara melihat ke sekitar dan ia merasa hanya dirinya saja yang merasa kesepian sebab ia tidak mempunyai teman untuk mengobrol.
Tiara menepuk pundak teman yang duduk di depanku.
Orang itu menoleh kearah Tiara. "Ada apa, Ra?" tanya orang itu.
"Nama kamu siapa sih? soalnya kemarin kan kita belum kenalan" ucap Tiara.
"Nama aku Ayu" ucapnya.
"Kalau dia?" tunjuk Tiara pada orang yang berada disamping Ayu.
"Dia namanya Yuda" ucap Ayu.
"Aku boleh berteman sama kalian gak?"
"Ya boleh lah" kata Ayu.
"Oh iya! sekarang mata pelajaran apa?"
"Sekarang pelajaran kimia, tapi bu Gina nya gak masuk soalnya lagi sakit" jelas Ayu.
"Tapi ngasih tugas gak?"
"Enggak"
"Ayu, ke kantin yuk!" ajak Yuda.
"Ara, kamu mau ikut gak?" tanya Ayu.
Tiara mengangguk karena bosan juga kalau di kelas. "Aku ikut"
"Ya udah ayo" ucap Yuda.
Akhirnya Tiara, Ayu dan Yuda pergi menuju kantin.
* Kantin
Setelah membeli makanan dan minuman, kita bertiga duduk ditempat yang telah disediakan.
"Kalian berdua pacaran ya?"
"Enggak kok" ucap Ayu dan Yuda bersamaan.
"Kita berdua itu saudara" jelas Yuda.
"Oh kalian saudara"
"Iya, kita saudara" ucap Ayu.
"Oh iya... dikelas kita ketua kelasnya siapa sih?"
"Revan" jawab Ayu.
"Revan sama Dinda pacarannya udah lama ya?" tanya Tiara.
"Enggak kok. Mereka pacarannya baru seminggu" jawab Ayu.
"Katanya Dinda ya yang nembak Revan duluan" ucap Yuda.
"Kata siapa?" tanya Ayu.
"Ya denger dari orang lain lah" ucap Yuda.
"Katanya Revan juga terpaksa nerima Dinda karena dia pingin manfaatin Dinda doang soalnya kan tahu sendiri kalau Dinda kaya" sambung Yuda.
"Revan gak mungkin lah kayak gitu" ucap Ayu.
"Kamu gak tahu aja sifat dia yang sebenarnya" ucap Yuda.
Tiara menjadi penasaran dengan ucapan Yuda. "Emang sifat dia yang sebenarnya gimana?"
"Dia itu cowok yang sok pahlawan gitu. Waktu itu juga dia belain Dinda dari Kezia, Tasya sama Anya biar dikata kalau dia peduli" ucap Yuda.
"Emang Dinda ada masalah apa sama Kezia, Tasya dan Anya?" tanya Tiara semakin penasaran.
"Jadi dulu Dinda itu temennya mereka bertiga tapi karena Dinda deket sama Revan, jadi mereka berantem dan Kezia beserta teman-temannya jadi ngejauh dari Dinda bahkan ngebully dia" ucap Yuda.
"Kasihan banget Dinda" ucap Tiara.
"Nah! semenjak dia sering di-bully, akhirnya Revan pacaran deh sama Dinda" ucap Yuda.
"Tapi menurut aku, Revan mau pacaran sama Dinda bukan karena kasihan sih, tapi karena manfaatin Dinda doang" sambung Yuda.
"Ih gak boleh suudzon! siapa tahu dia beneran suka sama Dinda" ucap Ayu.
"Iya, gak boleh kayak gitu. Yang aku lihat, Revan baik kok orangnya" ucap Tiara.
"Perasaan kamu baru aja kenal sama dia, kok udah ngira dia orang baik sih" heran Yuda.
"Soalnya kemarin dia nawarin buat pulang bareng" ucap Tiara.
"Kamu ditawarin dia pulang bareng?" tanya Yuda.
Tiara hanya mengangguk.
"Tuh kan! Dia tuh cowok gak bener, masa iya udah punya pacar tapi ngajak pulang cewek lain" ucap Yuda.
"Emang gak boleh ya? kan dia cuma berniat baik" ucap Tiara.
"Ya gak boleh lah, lagian dia kan udah punya cewek" ucap Yuda.
"Terus kemarin luh pulang bareng Revan?" tanya Ayu.
"Enggak lah, aku kemarin pulang naik angkutan umum"
"Lain kali kalau dia ngedeketin kamu, lebih baik kamu jauhin dia aja. Takutnya nanti orang-orang nuduh luh pho" ucap Yuda.
"Iya, aku akan jauhin dia" ucap Tiara.
"Ara, kamu asalnya dari sekolah mana?" tanya Ayu.
"Aku asalnya dari SMA Merah Putih" ucap Tiara.
"Oh kirain asalnya sekolah di luar kota" ucap Ayu.
"Enggak kok" ucap Tiara.
"Terus kenapa pindah kesini?" tanya Ayu.
"Soalnya rumah aku pindah, makanya aku juga pindah sekolah biar jarak antara rumah dan sekolah gak terlalu jauh"
"Guys, kalian tahu tempat yang ada lowongan kerja gak?" tanya Tiara.
"Kamu mau kerja, Ra?" tanya Yuda.
Tiara mengangguk. "Iya, soalnya buat nambah-nambah biaya sekolah"
"Emang orang tua kamu gak kerja?" tanya Yuda.
"Ibu aku kerja kok, dia jadi guru di SD harapan jaya" jawab Tiara.
"Kalau papah kamu?" tanya Yuda.
"Ayah aku udah meninggal" jawab Tiara.
"Sorry ya, aku gak tahu" ucap Yuda.
"Iya, gak apa-apa"
"Gimana kalau kamu kerja part time di cafe nya tante Sisil aja, pasti kalau ada kamu jadi banyak pelanggan yang datang ke cafe" ucap Ayu.
"Kok gitu?" bingung Tiara.
"Soalnya pelayan cafe disitu cowok. Makanya kalau ada kamu, pasti nanti bakal banyak pelanggan cowoknya soalnya kan kamu cantik" ucap Ayu.
"Kamu beneran mau kerja?" tanya Yuda.
"Iya, aku pingin kerja" jawab Tiara.
"Ya udah nanti pulang sekolah ikut aku" ucap Yuda.
"Kemana?" tanya Tiara.
"Katanya mau kerja" kata Yuda.
"Emang cafe itu punya kamu?" tanya Tiara.
"Bukan. Itu cafe punya mamah aku" jawab Yuda.
"Ya sama aja, berarti itu punya kamu juga" ucap Tiara.
"Ya enggak sama lah, orang itu punya mamah aku" ucap Yuda.
"Udah jangan debat!" ucap Ayu.
"Yud, beneran nih aku boleh kerja?" tanya Tiara.
"Gak tahu. Nanti kita bilang dulu ke mamah aku" ucap Yuda.
"Makasih ya" ucap Tiara.
"Belum juga disetujui, udah bilang makasih aja" heran Yuda.
"Iya juga ya, bodoh banget aku" ucap Tiara.
Yuda tertawa kecil. "Iya, kamu emang bodoh banget"
Tiara menatap datar kearah Yuda.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!