NovelToon NovelToon

CLBK Cinta Lama Belum Kelar

Cekcok

"Gubrag pyang" bunyi beberapa benda pecah yang di lemparkan oleh suami, Nia.

Sudah menjadi kebiasaan, jika sedang marah pada, Nia. Nando selalu saja melemparkan semua benda yang ada di sekitarnya.

"Mas, mau sampai kapan kamu akan seperti ini? selalu saja merusak semua barang yang ada, kamu pikir belinya pakai daun?" Nia mencoba menegur suaminya supaya menghentikan ulahnya.

"Diam kamu! sudah berapa kali aku katakan padamu, jangan pernah keluyuran keluar rumah! aku nggak suka!" Nando melotot seraya kembali melemparkan guci kecil.

"Mas, memangnya kenapa jika aku keluar rumah? aku bosan kesehariannya hanya di dalam rumah saja. Lagi pula aku keluar juga denganmu, mengajakmu kan? aku tidak pergi sendiri."

"Lagi pula aku keluar rumah juga jelas kemana arah perginya dan apa tujuannya. Nggak sepertimu yang selalu jalan dengan banyak wanita."

Nia sudah tak tahan lagi dengan perilaku suaminya yang menurutnya terlalu posesif dan mengekang kebebasannya. Tapi sendirinya berulah semuanya sendiri.

"Kalau lelaki wajar punya banyak pacar, yang penting istri satu. Tapi kalau wanita nggak boleh seperti itu!" dengan entengnya Nando mengatakan jika dirinya benar dan istrinya salah.

"Jadi kamu membenarkan tindakanmu itu, dengan memiliki banyak wanita di luaran sana? sedangkan kamu menyalahkan aku yang keluar rumah dengan tujuan jelas."

"Jelas salahlah, kamu bertemu beberapa lelaki! kalau tahu seperti ini aku tak izinkan kamu pergi."

"Mas, aku pergi karena acara reuni dengan teman SLTA. Secara teman nggak cuma wanita tapi juga ada yang lelaki. Masa iya, teman menyapa saja kamu langsung pasang wajah cemburu? nggak etis tahu, sikapmu yang terlalu posesif membuatku malu terhadap teman-teman ku."

"Lagi pula aku pergi juga tak sendiri tapi mengajak dirimu kan?"

Terus saja mereka berdua cekcok dan selalu saja berselisih paham, padahal umur pernikahan mereka baru beberapa bulan saja.

Nia merasa cape meladeni segala ocehan Nando, dia memutuskan untuk menghindari Nando.

Namun pada saat Nia baru melangkah, Nando mencekal lengannya.

"Kamu mau kemana? suami belum selesai ngomong, sudah ti tinggal pergi saja! ngga sopan, namanya nggak menghargai suami!"

"Mas, tolong lepaskan. Sakit tahu! jika aku melayanimu nggak akan ada selesainya, mas. Aku cape, hampir tiap hari kita begini." Mata Nia mulai berkaca-kaca.

Melihat istrinya sudah mulai akan menangis, barulah Nando melepaskan cengkeraman tangannya pada Nia.

"Sayang, aku minta maaf. Aku terlalu sayang dan cinta padamu makanya aku itu cemburu jika kamu dekat atau bercanda dengan lelaki lain."

Nando memeluk Nia seraya terus menciumi pucuk rambutnya.

"Aku lelah menghadapi sifatmu yang pencemburu seperti ini. Selalu saja seperti ini, marah-marah nanti minta maaf. Tapi besoknya kamu marah lagi."

Perlahan air mata, Nia tertumpah begitu saja sudah tak bisa dia menahannya lagi.

"Sayang, aku mohon maafkan aku. Jangan marah lagi dong, sayang. Setiap rumah tangga bukannya pasti ada saja permasalahan?"

Mendengar akan hal itu, Nia bukannya malah luluh, dia malah menjadi sangat kesal.

"Mas, apa yang kamu katakan memang benar. Tapi aku nggak suka dengan tingkahmu yang mempunyai banyak pacar."

Nia melepaskan diri dari pelukan Nando.

"Baiklah, aku akan mutuskan semua pacarku demi kamu. Tapi aku minta kamu juga menurut padaku."

"Aku minta tetaplah di rumah dan jangan keluyuran. Jika ada hal penting yang mengharuskan kamu keluar, juga izin dulu padaku."

Mendengar akan apa yang dikatakan oleh suaminya, Nia sudah tak heran lagi. Karena memang selalu seperti ituyang di katakan oleh suaminya.

***********

Di Larang Pergi

Enam bulan pernikahan, hanya pada awal pernikahan saja mereka tak pernah berselisih paham.

Selalu saja, Nando mempermasalahkan hal kecil. Dia sudah terbiasa mengucap kata maaf pada saat, Nia mulai menitikkan air mata.

Tapi kata maaf hanya sekejap saja, setelah itu dia mengulang kesalahan yang sama. Nia sudah bosan dengan segala Janji yang selalu di ucapkan oleh, Nando dengan alasan benar-benar akan berubah.

"Mas, aku izin besok pagi akan ke rumah orang tuaku. Kebetulan mamah tadi telpon, jika papah sedang sakit," tukas Nia kala sore hari duduk bersantai bersama Nando.

"Bukannya dua hari lalu kamu pulang ke rumah orang tuamu? lagi pula jika papahmu sakit itu sudah wajar, karena sudah berumur. Nggak perlu heboh seperti itu."

"Mas, kok kamu ngomongnya seperti itu? ini papah aku yang sakit, bukan orang lain. Bukannya setelah menikah, kamu sendiri pernah mengatakan jika kamu juga telah menganggap orang tuaku adalah orang tuamu juga. Lantas kenapa sekarang ku berubah kata?" Nia mendengus kesal.

"Itu kan dulu, pada saat aku belum menikahimu. Salah satu cara supaya aku bisa mendapat restu dari orang tuamu," Nando tersenyum sinis.

"Mas, kok bisa kamu dengan entengnya mengatakan seperti ini? jadi kamu tak mengizinkanku pulang untuk menjenguk papahku yang sedang sakit?" Nia bertanya kembali untuk memastikan.

"Apa perlu aku mengulang berkali-kali dari apa yang aku katakan barusan? pokoknya kamu tak boleh pergi kemana-mana! nanti kamu ketemuan dengan mantan pacarmu yang rumahnya seberang jalan rumahmu."

"Ya ampun, mas. Kenapa selalu saja kamu bersikap seperti ini? mana janji-janjimu yang mengatakan bahwa kamu akan merubah sikapmu yang pencemburu ini?" Nia menghela napas besar.

"Kamu tak usah mengalihkan pembicaraan, aku yakin niatmu itu bukan cuma ingin menjenguk papahmu, tapi juga ingin ketemuan dengan mantan pacarmu," terus saja Nando berprasangka buruk pada istrinya.

" Begini saja mas, kamu temani aku saja. Kita berdua bersama menjenguk papah, supaya kamu tak curiga dan cemburu lagi padaku."

Namun apa yang disarankan oleh Nia, tidak diterima oleh Nando.

"Enak saja, kamu memerintahku menemanimu menjenguk papahmu? bagiku waktu libur adalah waktu untukku mencari hiburan, karena selama seminggu aku pusing memikirkan urusan kantor," secara terang-terangan Nando menolak menemani Nia menjenguk papahnya.

"Kamu lebih mementingkan dirimu sendiri dengan akan menemui salah satu pacarmu, daripada kamu menemaniku menjenguk mertumu yang sedang sakit?" Nia hanya bisa menggelengkan kepala seraya menelan nafas panjang.

"Pokoknya nggak usah banyak ngomong, intinya aku tidak mengizinkanmu pergi! sekali kamu melangkah pergi dari rumah ini selamanya kamu tidak boleh kembali lagi!" Nando mengancam Nia.

"Baiklah kalau begitu, mas. Aku akan tetap akan pergi biarpun kamu mengancamku."

Nia melangkah ke kamarnya untuk mengemasi barang-barangnya.

"Jadi kamu pikir aku hanya sekedar mengancammu, aku berkata yang sebenarnya bukan hanya sekedar ancaman untukmu!"

Nia sama sekali tak memperdulikan apa yang dikatakan oleh Nando, dia terus aja memasukkan pakaiannya ke dalam koper miliknya.

"Nia, aku sedang berbicara denganmu, kenapa kamu sama sekali tak menghiraukan apa yang aku katakan?" Nando dengan gerak cepat mengambil kembali semua pakaian yang telah di tata Nia, di dalam kopernya. Dis mengacak-acaknya melempar semua pakaiannya ke seluruh penjuru kamar.

******

Nia Memaksa Pergi

Nia sudah tidak bisa mentolerir Apa yang dilakukan oleh Nando padanya.

"Mas, aku telah memutuskan satu pilihan. Lebih baik aku keluar dari rumah ini untuk selamanya, daripada aku menuruti perintahmu sementara ada penyesalan jika aku tak menjenguk papahku."

Nia memunguti kembali semua pakaian yang berserakan di lantai karena ulah Nando.

"Baiklah silakan kamu pergi dari rumah ini dan jangan harap aku akan menerimamu kembali jika kelak kamu mengemis untuk kembali lagi padaku!"

"Karena aku yakin tanpaku kamu bukan apa-apa dan tak bisa apa-apa. Selama ini kamu hanya bisa bergantung padaku bahkan kehidupan orang tuamu juga bergantung padaku."

Nando merendahkan Nia, karena memang selama ini Nando lah yang selalu mencukupi segala kebutuhannya dan orang tuanya yang ada di kampung.

"Aku sama sekali tidak akan mengemis padamu untuk aku bisa kembali lagi berada di rumahmu ini,mas."

"Aku juga sangat yakin dan percaya biarpun tanpamu aku akan bisa berdiri dengan kakiku sendiri, dan aku bisa menafkahi kedua orang tuaku tanpa ada campur tangan dirimu."

Setelah dia selesai melunasi semua pakaiannya kembali dia benar-benar melangkah pergi dari rumah tersebut.

"Kita lihat saja, Nia. Sampai seberapa kamu kuat hidup tanpa ada campur tangan diriku dan tanpa ada bantuan keuangan dari diriku!" teriak Nando.

Nia sama sekali tak memperdulikan teriakan dari suaminya itu, dia malah mempercepat langkahnya keluar dari rumah mewah milik Nando.

"Dasar wanita tak tahu diri! padahal selama ini aku selalu memujanya dan memberikan semua apa yang dia butuhkan, bahkan dia tak pernah kekurangan selama menjadi istriku!"

Nando mendengus kesal dan kembali lagi dia melemparkan segala barang yang ada di dalam kamar tersebut. Sehingga kamar menjadi berantakan.

Dia memutuskan untuk pergi mencari hiburan di luar bersama dengan salah satu wanitanya.

Dia memiliki banyak pacar tetapi dia sama sekali tak berani menyentuh pacarnya atau berhubungan intim dengan salah satu pacarnya tersebut.

Justru pacarnya yang selalu menyentuh dirinya dan memainkan benda tumpul miliknya untuk berkaraoke.

Karena hal itu tak pernah dia dapatkan dari, Nia. Selalu saja ada penolakan jika Nando meminta Nia melayaninya lebih.

Nia selalu saja menolak dengan alasan jijik. Pernah satu kali, Nando memaksakan kehendaknya pada, Nia. Pada saat, Nia mengulum benda tumpul miliknya, Nia langsung muntah.

Nando melarikan mobilnya menuju ke salah satu apartement milik pacarnya.

"Hy, sayang. Kenapa wajahmu di tekuk? masuklah, sayang."

Wanita tersebut menggandeng tangan Nando dan membawanya masuk.

"Duduklah, biar aku ambilkan minuman dingin supaya pikiranmu fresh."

Sejenak wanita tersebut masuk melangkah menuju ke arah dapur mengambil air dingin di dalam kulkas.

"Minumlah, supaya sedikit fresh dan nggak murung seperti itu."

Wanita tersebut memberikan segelas air dingin, Nando langsung meneguknya.

"Coba cerita padaku, sayang. Apakah istrimu berulah lagi?"

Wanita ini tanpa sungkan duduk di pangkuan, Nando. Dia mulai bersikap agresif pada, Nando.

Nando menceritakan semua tentang pertengkaran yang barusan terjadi dengan istrinya.

"Sayang, kenapa kamu masih saja mempertahankan istrimu yang tak bisa memuaskanmu dan tak bisa memberikan kebahagiaan padamu?"

"Lepaskan saja dia, akan sudah ada aku di sampingmu. Pasti aku akan selalu patuh tak membangkang seperti apa yang di lakukan oleh istrimu."

Mulai wanita ini bergerilya, dan dia merubah posisi duduknya yang awalnya menyamping, kini berhadapan muka dengan, Nando.

*****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!