'' kamu bawa saja semua harta ini, tapi berikan anak-anak padaku. aku tidak yakin kalau bisa merawatnya dengan baik '' ujar Hermanto sambil meletakkan semua map yang berisikan surat berharga
'' aku tidak akan memberikan anak-anak kepada mu, aku ibunya. jadi aku lebih berhak memiliki mereka dari pada kamu '' sahut Karlina tak terima dengan permintaan suaminya itu
'' kamu yang menginginkan perpisahan ini, jadi kamu juga harus bisa terima apa resikonya '' berang Hermanto karena ia tidak mengerti dengan jalan pikiran sang istri.
yang menginginkan perpisahan dalam rumah tangga mereka, padahal ketiga buah hati mereka masih sangat kecil.
anak pertama mereka berumur tujuh tahun bernama Afriadi, sedangkan putra kedua nya masih berumur lima tahun bernama Yoandi sedangkan putri kecilnya bernama Alisa.
putri yang sudah lama mereka nantikan kehadiran nya, Hermanto lebih memilih keluar dari kamar meninggalkan Karlina yang berdiri didepan jendela.
Karlina tidak memperdulikan kepergian suaminya itu. yang terpenting baginya semua keinginannya bisa terwujud.
'' aku sudah berhasil mendapatkan semua yang aku mau dan aku juga tidak akan meninggalkan anak-anak pada bang Hermanto.'' ucap nya seorang diri
Karlina lalu mengemas map yang baru saja diberikan oleh suaminya, ia membuka map itu satu persatu semua surat berharga itu berisi atas nama Karlina, tidak ada satupun aset atas nama suaminya.
hal ini semakin membuat Karlina senang bukan main, karena ia tidak perlu lagi repot-repot mengubah nya.
Karlina menyimpan map tersebut kedalam tas pakaian yang sudah ia siapkan. '' ah sudah siap, nanti aku akan mengemas pakaian anak-anak dan setelah itu aku akan pergi dari rumah sempit ini '' kata Kalina
'' ayah... '' panggil ketiga anaknya saat melihat Hermanto sudah mengenakan pakaian kerja nya.
Hermanto adalah seorang karyawan yang bekerja disalah satu perusahaan yang bergerak dalam pengolahan minyak mentah.
namun gaji yang diterima oleh nya lebih dari cukup untuk menghidupi keluarga nya,
'' anak-anak ayah... kalian dirumah dulu ya, ayah akan bekerja '' ucap nya lembut pada ketiga nya ia mencium dan membelai sayang ketiga anaknya itu.
tak pernah terbayangkan olehnya jika rumah tangga yang selama ini ia jalani akan hancur seperti ini. dada nya bergemuruh sedih kala menatap wajah ketiga anaknya.
'' ayah kenapa menagis '' tanya Afriadi anak tertua
'' tidak sayang mata ayah hanya kemasukan debu '' ucap nya sambil menyeka air matanya
'' sini Abang tiupin ayah, biar debu nya keluar '' kata Yoandi
'' Alisa saja ayah, Alisa bisa '' kata Alisa menimpali kata kakak keduanya
'' tidak usah sayang, ayah ga apa-apa kok, kalian sangat menyayangi ayah ya ...''
'' iya ayah... kami sangat sayang ayah '' ucap ketiganya sambil memeluk tubuh sang ayah
'' ya sudah, nanti jika ibu mengajak kalian, kalian jangan mau ya, ayah tidak bisa hidup tanpa kalian '' ucap Hermanto sambil memeluk erat ketiganya
ketiganya tidak mengerti apa yang dikatakan oleh ayahnya mereka hanya mengangguk, lagi pula ketiga anaknya lebih dekat dengan sang ayah dibandingkan dengan ibu mereka.
'' bik... sari '' panggil Hermanto
bik sari yang merasa namanya dipanggil pun datang menghampiri tuan nya '' iya pak, ada yang bisa saya bantu '' ucap nya saat sudah didepan Hermanto dan ketiga anaknya
'' saya akan bekerja bik, tolong bawa anak-anak membeli jajanan, takutnya Alisa tidak mau ditinggal '' Hermanto pun memberikan uang kepada bibik untuk membelikan jajanan anak-anak nya.
'' sayang ayah pergi kerja dulu ya, ingat jangan nakal saat diluar nanti, kasian nek sari nya '' pesan Hermanto pada anaknya
'' ayah Alisa mau ikut ayah kerja, Alisa ga mau beli jajan '' rengek nya sambil memegang erat tangan ayahnya
Adi dan Yoan hanya melihat rengekan Alisa mereka sudah tahu jika Alisa akan selalu seperti ini saat ayah nya akan bekerja.
bik sari pun mengendong Alisa agar Hermanto bisa berangkat bekerja. '' ayah tidak lama sayang, nanti sore juga sudah pulang '' ucap nya lembut
'' bawa saja bik, aku sudah sedikit terlambat '' kata Hermanto saat melihat jam tangannya
'' baik pak '' bik sari pun membawa ketiganya pergi keluar rumah
Hermanto kembali kekamar untuk mengambil barang nya yang tertinggal. '' Lina aku minta kamu pikirkan lagi, kasian anak-anak jika kita berpisah '' ujar nya namun Karlina tidak memperdulikan nya, Karlina sibuk dengan gawai yang ia pegang.
Hermanto hanya menggeleng melihat sikap istrinya yang selalu sesuka hatinya tanpa memikirkan perasaan suaminya.
tak ingin terpancing emosi ia meninggalkan kamar tersebut.
Setelah memastikan kepergian Suaminya Lina keluar dari kamar, tujuan nya ialah untuk mengemas pakaian ketiga anak-anak nya.
entah apa yang merasuki pikiran nya hingga tega berbuat seperti itu kepada sang suami yang sepenuh hati mencintai nya.
'' aku harus gerak cepat sebelum Abang pulang '' ucap Lina.
ia menurunkan tas pakaian yang ada diatas lemari lalu mengambil pakaian anak-anak nya tanpa menyusun nya, Lina hanya memasukkan asal semua pakaian itu.
'' sudah siap, aku harus pesan taksi online agar segera berangkat '' Lina pun membuka ponsel nya mencari aplikasi taksi online, tak butuh waktu lama ia selesai memesan taksi untuk mengantarkan dirinya ke terminal bis.
Lina mengeluarkan semua koper pakaian dan menaruh nya di teras rumah.
''hah akhirnya beres semua, kemana anak-anak tumben mereka lama sekali '' ucap Lina sambil melihat ke sudut jalan depan rumah nya.
'' perhiasan sudah, surat berharga sudah, surat penting anak-anak juga sudah, sekarang aku hanya menunggu anak-anak setelah itu aku akan terbebas dari kampung sempit ini, aku akan tinggal di kota dan tidak akan tertinggal lagi seperti Abang dan kakak ku '' ujar lina.
Lina memang masih tinggal di perkampungan berbeda dengan kedua saudara nya yang tinggal di pusat kota, dan mereka memilikinya bisnis yang cukup maju, hal itu juga yang membuat Lina nekat meninggalkan suaminya.
sang kakak memiliki bisnis jual beli pakaian sementara sang Abang memiliki bisnis beberapa rumah makan.
dibandingkan dirinya kehidupan kedua saudaranya lebih maju karena dirinya hanya mengandalkan gaji dari suami.
meski begitu ia tidak pernah kekurangan sang suami selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, tapi tetap saja Lina merasa malu jika ada pertemuan keluarga.
dimana kedua saudara nya sudah memiliki kendaraan roda empat sementara dirinya hanya bisa menggunakan mobil rental jika ada pertemuan keluarga.
'' lina-lina coba kamu mau usaha seperti abang pasti kamu juga akan sukses seperti kami, kamu harus bisa punya usaha agr hidup kamu bisa lebih maju '' ucap si Abang saat mereka bertemu
'' Lina juga mau usaha bang, tapi anak Lina masih terlalu kecil, Lina tidak tega jika membiarkan mereka '' sahut Lina
'' kamu saja yang bodoh, terlalu nurut sama suami, sekarang kamu lihat kan langkah kamu untuk maju jadi terhambat '' timpal sang kakak lagi
Lina hanya bisa diam jika kedua kakaknya itu menghakimi nya.
niat hati ingin melepas rindu bertemu mereka namun malah hal menyakitkan yang selalu ia dapat kan, hingga suatu hari Lina mendapatkan tawaran dari teman nya untuk membuka bisnis bersama dengan modal berdua dan sistem bagi hasil.
Lina pun tertarik akan hal itu, ia ingin membuktikan pada kedua saudaranya bahwa ia juga bisa sukses seperti mereka bahkan lebih.
racun itu juga yang menyusup di diri Lina selama ini, ia berusaha menyimpan dan menabung untuk modal usahanya.
tanpa sepengetahuan sang suami nya bahkan Lina sudah mengajukan surat permohonan cerai ke pengadilan karena ia ingin benar-benar bebas dari ikatan pernikahan.
ia sangat tahu sang suami pasti tidak akan memberi nya izin untuk usaha.
tapi Lina telah salah dengan pemikiran nya, ia tidak tahu jika usaha bisnis itu bukanlah langsung maju semua butuh proses dan waktu.
ia tidak pernah memikirkan jika usaha yang akan ia jalani nanti akan bagaimana karena sudah termakan bujuk rayu teman nya.
hingga ia rela meninggalkan suami dan memisahkan sang anak dari ayah yang sangat menyayangi mereka.
setelah lima belas menit menunggu taksi yang Lina pesan pun datang, ia segera mengangkat koper ke dalam mobil.
'' tunggu sebentar ya pak '' ucap Lina karena ke tiga anaknya belum juga datang.
'' kemana sih mereka, atau aku susul saja '' gumam Lina
'' ah lebih baik aku susul saja, pasti ketemu dijalan ''
'' pak, kita jalan saja, nanti kita mampir sebentar di warung depan ya pak, karena anak-anak saya ada disana ''
'' baik mbak '' sahut supir online itu
mobil itu pun perlahan meninggalkan rumah lina, tepat disebelah Lina sudah menumpuk bahan bangunan, ia dan suami berencana ingin membangun rumah yang lebih besar namun belum terlaksana.
'' maafkan aku bang, aku sudah lelah selalu direndahkan oleh mereka '' ucap Lina, ada rasa sakit saat ia melihat kembali rumah yang sudah sepuluh tahun ini ia tempati bersama sang suami.
namun karena ego dan keinginan yang tinggi ia menutup mata hati nya untuk tetap bertahan di samping sang suami.
'' disini aku yang bersalah bang maafkan aku '' batin Lina, air matanya pun jatuh, Lina segera mengusap air matanya dan berusaha untuk tetap kuat agar keinginannya tercapai.
Taksi yang dinaiki Lina berhenti disebuah warung kecil.
tampak seorang gadis kecil sedang menangis sedang kan kedua anak lelaki hanya bisa melihat nya tanpa ada niat untuk membujuk gadis kecil itu.
percuma memang, karena gadis kecil itu hanya bisa ditenangkan oleh sang ayah dan ibu nya.
'' ayo dek kita pulang '' ajak bik sari, namun ia masih saja merengek dan mengabaikan ajakan bik sari.
'' ayo dek, kasian nenek dek '' ajak Abang sulungnya
Lina melihat keadaan anaknya pun langsung turun dari taksi tersebut.
dan berjalan menghampiri ketiga anaknya dan buk sari.
'' ada apa ini? kenapa dengan kamu dek '' tanya nya lembut
'' ibu... '' seru kedua anak lelaki nya
'' sayang kamu naik ke mobil itu ya, nanti ibu akan menyusul mu '' ujar lina pada kedua putranya
'' tapi kita mau kemana bu... '' tanyanya,
'' udah naik aja dulu, ibu akan bujuk adik kamu sebentar '' suruh Lina
Lina lalu mengendong putri kecilnya itu, serta membersihkan wajahnya dengan tisu.
'' tapi, ayah mana bu...? Abang tidak mau pergi kalau ayah tidak ikut '' seru Adi kembali yang merupakan putra tertua nya
'' kamu kok ngomong gitu sih '' ucap Lina bingung
'' iya bu, tadi ayah bilang jangan pergi tinggalkan ayah '' ucap Adi menjelaskan alasannya
'' hemmm ternyata kamu sudah meracuni pikiran mereka bang '' batin Lina
'' ayah akan menyusul nanti, kalian naik saja dulu '' perintah nya lagi
'' oo begitu baiklah Bu '' sahut nya, sementara putra keduanya hanya mengikuti apa yang dilakukan oleh kakak tertua nya itu.
ia justru sangat senang naik mobil karena ia tahu jika naik mobil pasti akan jalan-jalan ketempat bermain
'' sudah ya sayang jangan nangis lagi, ntar cantiknya hilang Lo '' bujuk Lina pada putrinya itu
'' aku mau ikut ayah bu... '' ucap nya masih terisak
'' Alisa... udah dong sayang... ayah akan menyusul kita nanti, sekarang kita akan pergi kerumah baru dan disana pasti banyak teman '' sebut Lina kembali membujuk putri nya itu .
'' lumrah balu bu... '' ucap Alisa dengan suara cadel nya
''.iya sayang, ibu yakin kamu pasti suka '' seru Lina
'' baiklah bu, ayo kita pelgi, tapi benelan kan Bu ayah akan susul kita '' tanyanya kembali memastikan jika sang ayah akan berkumpul bersama nya dirumah yang baru, seperti yang diucapkan oleh ibunya
'' beneran dong ... '' ujar lina, jauh di lubuk hatinya ia merasa sedih mendengar sang anak tidak ingin berpisah dengan ayahnya namun karena menuruti keinginan dirinya sendiri ia harus memilih jalan ini dan berpisah dengan suaminya.
'' ayo bu... Alisa tidak mau ketinggalan, kak Adi dan kak Yoan sudah naik mobil itu '' ajak Alisa
Lina pun tersentak dari lamunannya '' eh iya ayo sayang '' sahutnya
'' buk.. ibuk mau bawa anak-anak kemana '' tanya bik sari yang sedari tadi hanya mendengarkan Lina bersama anak nya.
'' maafkan saya bik... saya harus pergi, bibik disini saja temani bang Hermanto '' kaya Lina sambil memeluk bik sari yang sudah lama bekerja bersama nya.
'' tapi kalian mau kemana, jangan tinggalkan ibu nak lina, ibu sangat menyayangi kalian dan hanya kalian keluarga yang ibu miliki '' ucap bik sari mulai menagis.
sedikit banyaknya ia mendengar pertengkaran yang terjadi antara kedua majikan nya itu, namun bik sari tidak ingin ikut campur dalam urusan rumah tangga majikannya itu.
Lina tertegun mendengar perkataan bik sari, benar apa yang dikatakan oleh bik sari.
'' bik jika bibik ikut dengan ku, aku tidak bisa janji untuk mengaji bibik, sedangkan kalo bibik tetap disini mungkin bang Hermanto tetap memakai jasa bibik '' ujar lina
'' tidak masalah nak Lina, asalkan ibuk bisa bersama kalian itu sudah cukup '' imbuhnya kembali
Lina tampak berpikir sejenak dengan permintaan bik sari, '' lebih baik aku bawa saja bik sari, agar bisa menjaga anak-anak nanti nya, aku belum tahu kesibukan apa saja yang akan aku hadapi besok, kalo bik sari ikut aku bisa bekerja dengan tenang ''
'' baiklah bibik boleh ikut, aku akan suruh mobil itu memutar arah kembali agar bibik bisa mengambil pakaian '' ucap Lina
'' terimakasih nak lina, bibik senang bisa bersama dengan kalian '' ucap wanita tua itu
'' saya juga senang bibik mau ikut bersama kami, yuk kita siapkan pakaian bibik'' ajak Lina
mobil yang dinaiki mereka pun berputar arah kembali untuk mengambil pakaian bik Sari.
setelah mengemas bik sari pun bergegas meninggalkan rumah majikannya itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
'' nah... ini rumahnya sayang ... '' ujar lina saat sudah sampai dirumah kontrakannya, rumah ini sudah ia survei beberapa hari yang lalu, Lina juga sudah membayar sewa rumah tersebut untuk setahun ke depan agar ia aman.
'' wah... rumahnya besal sekali bu... '' ucap Alisa merasa kagum melihat rumah indah itu. rumah yang memiliki tiga kamar dan antara ruangan satu dan ruangan lain hanya diberi sekat pembatas tanpa dinding
'' kamu suka sayang, '' tanya Lina pada Alisa
'' suka bu.. suka banget, nanti Lina bisa main kuda-kudaan sama ayah '' seru gadis itu tersenyum membayangkan dirinya bermain bersama sang ayah
Lina hanya terdiam mendengar perkataan anaknya itu,
'' aku harus cari cara agar Alisa bisa melupakan ayahnya, aku tidak ingin mental mereka terganggu gara-gara bang Hermanto '' batin Lina menangis
Lina dan bik sari mulai menyimpan pakaian mereka kekamar masing-masing, Lina tidur bersama Alisa, sedang kan kedua putranya Yoan dan Adi tidur dikamar yang ada disampingnya kamar nya.
kamar bik sari berada dibelakang dekat dengan dapur.
setelah merapikan beberapa pakaian Lina pun merasa lega karena sudah keluar dari perkampungan suaminya.
Lina menatap keluar jendela, ia memandangi kendaraan yang lalu lalang ramai.
sementara Yoan dan Adi tengah sibuk dengan mainan mereka, Alisa sendiri malah tertidur saat menunggu ibunya merapikan pakaian.
Lina tersenyum melihat sang putri yang tertidur pulas saat ini, '' maaf kan ibu nak... maafkan aku bang '' batin Lina sedih
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!