"Kau kira bisa mengalahkan Sekte Naga Hitam, anak muda, jangan bermimpi. Karna Kau sudah mengalahkan enam sekte lain Kau ingin mengalahkan sekte kami.. Hahaha....!" tawa meledak Pangeran Naga Hitam, Pangeran Naga Hitam adalah putra dari Kaisar Naga Iblis, pimpinan sekaligus maharaja dari tujuh sekte iblis.
Wong Mo Gei hanya tersenyum tipis mendengar ejekan pangeran Naga Hitam tersebut. Sementara Wa Hua Wa dan sepupu Wong Mo Gei, Cek Pei menatap dari kejauhan. Hasrat keduanya ingin membantu Wong Mo Gei sangat tinggi. Namun tenaga dan tubuh mereka sudah begitu lemah.
Roh Naga air Cek Pei sudah mencapai batas. Karena bertarung dengan panglima naga, pengawal pangeran Naga Hitam tadi. Begitu pun dengan Wa Hua Wa, tubuhnya sudah terasa hancur dan tenaganya sudah habis terkuras setelah melawan ratusan para prajurit iblis anak buah Kaisar Naga Iblis. Roh naga terbang Wa Hua Wa pun telah mencapai batasnya.
Sementara itu Wang Man Chu, yang mewakili Sekte Awan Putih, tampak juga telah terduduk lesu tanpa tenaga lagi. Kekuatan roh naga awan putihnya telah habis terkuras setelah bertarung melawan beberapa perwira naga iblis dari sekte Naga Iblis.
Sin Yuan Ma, tampak berlutut memegang gagang pedang harimau suci. Roh harimau sucinya sudah kembali kedalam tubuhnya untuk istirahat. Sedangkan Sin Yuan tampak telah mengalami luka dalam karena terlalu memaksakan diri memakai kekuatan Roh harimau sucinya.
Begitu pun dengan Zhang Shin Ming tampak terduduk lemah dengan pedang perak di tangannya. Zhang Shin Ming juga sudah menguras seluruh tenaganya supaya bisa sampai sejauh ini. kekuatan roh sucinya yaitu roh suci naga api pun telah kembali kedalam tubuh tuannya tersebut.
Sekarang satu-satunya harapan mereka adalah Wong Mo Gei dengan pedang naga kayanganya. Roh raja naga apinya masih bersemedi didalam tubuh Wong Mo Gei. Namun roh kelinci surga yang bertugas menjaga tenaga dan kekuatan Wong Mo Gei tetap utuh dan selalu berstamina.
"Aku berharap putra kita mampu mengalahkan pangeran Naga Hitam dan Maharaja Naga Iblis, istriku," ucap Zhang Shin Ming lemah pada sang istri Shin Yuan Ma.
"Ya, sayang, jika Mo Gei tidak berhasil maka tujuh sekte akan hancur, orang-orang tidak berdosa akan semakin banyak menjadi korban kekejaman Maharaja Naga Iblis dan sekutunya," jawab Shin Yuan Ma sambil menatap kearah Wong Mo Gei yang sedang berhadapan dengan pangeran Naga Hitam.
Shin Yuan Ma hanya bisa berdoa dalam hati semoga yang maha pencipta membantu manusia dalam melawan kejahatan para iblis dari tujuh sekte iblis yang telah dibangkitkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Sementara itu Wong Mo Gei tampak berdiri tenang di hadapan pangeran Naga Hitam dengan dua kepalan tangan mengeluarkan cahaya putih bersinar. Aura tenaga dalam pemuda berbaju putih dengan jubah berwarna hijau muda itu terasa hangat memberi semangat kehidupan bagi orang yang merasakannya.
Sementara itu pasukan naga hitam dan sekutunya tampak beringsut mundur secara perlahan. Mereka takut akan terkena dampak pertarungan, yang akan terjadi di depan mereka. Bau anyir darah dan bau busuk bangkai menyengat di seantero tempat itu.
Pertarungan yang telah terjadi selama sehari semalam itu membuat begitu banyak korban di pihak naga hitam dan sekutunya. Sedangkan di pihak Wong Mo Gei dan tujuh sekte delapan mata angin tidak ada yang tewas. Itu seperti pemandangan yang penuh kemenangan. Namun sebaliknya, nun jauh dibelakang sana di gerbang sekte kelelawar hitam ribuan prajurit istana Yin dan Yang telah tewas dan gugur disana.
Hanya orang-orang pilihan yang sanggup mencapai beberapa sekte selanjutnya, hingga sekte naga hitam. Beberapa orang yang mampu mencapai sekte Naga Hitam termasuk ayah dan ibu Wong Mo Gei yaitu Zhang Shin Ming dan Shin Yuan Ma, termasuk Cek Pei dan Wa Hua Wa. Beberapa orang pilihan dari enam sekte lainnya termasuk Wang Man Chu.
"Kenapa Kau tersenyum manusia, apa Kau sudah tidak sanggup berbicara atau nyalimu sudah ciut atau sudah habis sama sekali!" ejek pangeran Naga Hitam. Pedang hitam bergagang kepala naga dengan dua tanduk berwarna merah teracung kearah Wong Mo Gei.
"Tuan! Sebenarnya aku sudah begitu muak dengan penghinaan pangeran Naga Hitam itu, namun tenagaku belum begitu pulih untuk kembali bertarung. Tuanku harus menggunakan pedang naga kayangan, hanya pedang naga kayanganlah yang mampu menandingi kekuatan pedang naga hitam yang ditempa oleh para iblis yang membenci manusia itu," bisik roh raja naga api yang lagi beristirahat di dalam tubuh Wong Mo Gei.
"Kelinci Bulan, apa Kau sudah selesai mengumpulkan kekuatan alam? Jika sudah segera kirim pada tuan kita, tenaganya juga mulai lemah karna bertarung terus-menerus dari tadi," tanya Naga api pada roh kelinci bulan.
"Kau memang tidak sabaran raja naga, setelah ratusan tahun bersemedi, begitu bangun kau jadi orang yang selalu tergesa-gesa," jawab roh kelinci bulan sambil tertawa, "Sebentar lagi raja naga, aku juga akan bisa mengirim kekuatan alam yang aku serap padamu sekalian," tambah kelinci bulan lagi.
Wuss!
Sring!
Wong Mo Gei mendatangkan pedang naga kayangan yang disimpannya di penyimpanan dimensi, pedang naga kayangan langsung tersampir di balik punggungnya. Wong Mo Gei tanpa pikir panjang lagi langsung menghunus senjata yang jarang ia gunakan itu.
Cahaya semburat berwarna merah api lansung memancar dari mata pedang naga kayangan. Pedang itu bersinar terang dan menimbulkan hawa panas menyengat kulit. Padahal Wong Mo Gei tidak mengerahkan tenaga dalamnya kearah pedang itu.
Wong Mo Gei tidak ingin mengambil resiko, ia segera merapal jurus 'Pedang Naga Api, Pedang Naga Menembus Awan'. jurus pedang ini adalah Jurus tingkat lima dari dua belas jurus Pedang Naga Api dalam kitab pedang kayangan.
Sedangkan tangan kiri Wong Mo Gei mencengkeram membentuk cakar disamping tubuhnya, Telapak tangan kiri Wong Mo Gei berisi jurus 'Cakar Naga Api'. tingkat empat, Cakar Naga Api Membelah Gunung'.
"Hah..! Pedang naga kayangan? Kenapa pemuda ini memiliki pedang naga kayangan?!" guman pangeran Naga Hitam tampak terkesiap melihat pedang ditangan Wong Mo Gei tersebut.
Untuk menghilangkan rasa keterkejutannya pangeran Naga Hitam memutar-mutar pedang naga hitam di sekitar tubuhnya. Putaran pedang naga hitam menimbulkan angin puyuh berwarna kehitaman yang mengelingi tubuh pangeran Naga Hitam itu.
.
.
Bersambung...
Dua puluh tahun yang lalu jauh sebelum pertarungan tujuh sekte dengan tujuh sekte iblis. Di negeri Yin dan Yang, terdapat tujuh sekte besar. Tujuh sekte itu adalah:
1 Sekte Api.
2 Sekte Awan Putih.
3 Sekte Air.
4 Sekte Tanah.
5 Sekte Batu.
6 Sekte Es.
7 Sekte Awan Hitam.
Setiap tahun tujuh sekte melakukan perlombaan besar yang menentukan siapa sekte tertinggi. Setiap perlombaan tahunan itu selalu di menangkan oleh Sekte Api. Itu di karena kan sekte Api di wakili oleh Shin Yuan Ma dan Zhan Sing Ming. Sepasang pendekar muda yang mempunyai kekuatan roh terkuat.
Shin Yuan Ma mempunyai roh harimau suci yang begitu kuat di tambah dengan pedang harimau suci di tangannya. Begitu pun dengan suaminya Zhan Sing Ming mempunyai roh naga api,, membuat pemuda itu menjadi pendekar muda tidak terkalahkan di dalam sektenya mau pun enam sekte lain.
Setiap orang yang mengikuti perlombaan tahunan adalah orang-orang yang berumur delapan belas tahun keatas. Rata-rata pemuda itu mempunyai roh binatang yang cukup kuat.
Saat ini ada beberapa roh yang menjadi andalan sektenya.
1 Roh Naga Api yang berasal dari sekte Api.
2 Roh Harimau Suci yang juga berasal dari sekte Api.
3 Roh beruang Awan Putih yang berasal dari sekte Awan Putih.
4 Roh Naga air yang berasal dari sekte Air.
5 Roh Srigala Putih yang berasal dari Sekte Tanah.
6 Roh Beruang Api yang berasal dari Sekte Batu.
7 Roh Beruang Salju yang berasal dari Sekte Es.
8 Roh Naga Terbang yang berasal dari Sekte Awan Hitam.
9 Roh Phoenix Merah yang berasal dari Sekte Awan Putih.
10 Roh Elang Perak yang berasal dari Sekte Air.
Lebih banyak lagi roh yang lain. Namun sepuluh roh itu adalah sepuluh roh terkuat saat ini yang menjadi andalan di dalam tujuh sekte.
Negeri Yin dan Yang adalah sebuah kerajaan terbesar di atas bumi yang menguasai daerah dataran tinggi maupun dataran rendah. Kerajaan Yin dan Yang mempunyai puluhan bahkan ratusan kerajaan sekutu. Kemakmuran rakyat di kerajaan Yin dan Yang jangan di ragukan lagi. Acara tahunan tujuh sekte di saksikan langsung oleh maharaja Cong Ming seorang Raja yang begitu bijaksana terhadap rakyatnya.
Sebuah lapangan besar akan di hiasi setiap tahunnya. Untuk perayaan tahunan itu, ribuan rakyat kerajaan Yin dan Yang dari tujuh sekte datang berbondong-bondong menyaksikan pertandingan para pendekar yang memperebutkan gelar dan memperebutkan nama sekte terkuat. Perlombaan tahunan ini selalu berlangsung adil. Karena semua itu adalah sebuah kompetisi bukan pertarungan sungguhan yang mempertaruhkan nyawa.
Alkisah karna selalu bersama dari umur lima belas tahun Shin Yuan Ma dan Zhan Shin Ming selalu bersama membuat hati kedua pemuda dan gadis cantik itu saling jatuh hati. Keduanya mengikat janji untuk hidup bersama, dan akhirnya melakukan pernikahan.
Setahun kemudian Shin Yuan Ma melahirkan seorang bocah laki-laki yang di beri nama Wong Mo Gei, kebahagian keluarga kecil itu semakin lengkap dengan kehadiran putra mereka.
Hari-hari terus berlalu, bulan berganti bulan. Tahun berganti tahun, bocah kecil Wong Mo Gei telah tumbuh menjadi seorang bocah yang tampan. Di umur sepuluh tahun Wong Mo Gei telah piawai memainkan jurus-jurus pedang yang di ajarkan oleh ibunya Shin Yuan Ma.
Wong Mo Gei pun cukup cepat mempelajari setiap jurus-jurus yang di ajarkan oleh ayahnya Zhang Shin Ming. Ketua Sekte Api juga menaruh harapan besar terhadap putra kedua pendekar yang membuat nama besar Sekte Api.
Musim terus berganti, tahun pun kini telah berlalu. Tidak terasa Wong Mo Gei telah tumbuh menjadi seorang bocah remaja yang begitu tampan. Ketampanan wajah Wong Mo Gei di dapat dari kedua orang tuanya yang mempunyai wajah tampan dan cantik.
Hari kebangkitan kekuatan Roh di dalam jiwa para remaja di Sekte Api pun semakin dekat. Zhan Shin Ming mulai menaruh harapan pada sang putra. Harapan itu juga muncul dari seluruh Sekte Api.
Wong Mo Gei yang selalu bermain dan akrab dengan saudara sepupunya Cek Pei, mulai giat berlatih semedi untuk persiapan hari dimana kekuatan Roh suci di dalam raga mereka.
....
Hari pembangkitan roh suci tinggal menghitung hari. Wong Mo Gei bersama Cek Pei tampak baru selesai berlatih kedikjayaan. Di banding Cek Pei, Wong Mo Gei lebih unggul bermain pedang maupun tenaga dalam. Sehingga Cek Pei menaruh harapan akan sepupunya tersebut.
"Mo Gei, jika saat pembangkitan roh suci, Kau mempunyai roh suci yang jauh di atasku, apakah Kau akan melupakan aku sebagai sahabat dan sepupumu?" tanya Cek Pei sambil duduk di bawah sebatang pohon yang cukup rindang.
"Cek Pei, Kau adalah sepupuku, apa pun adanya Kau, aku akan selalu ada sebagai sahabat dan sepupumu, aku juga berharap seperti itu padamu," jawab Wong Mo Gei sambil tersenyum dan mengambil tempat duduk di samping Cek Pei.
"Yah.. yang Kau katakan benar, banyak anak-anak seumuran kita giat berlatih namun belum tentu mempunyai roh suci yang kuat," kata Cek Pei, "Kau tidak usah cemas, sebagai sahabat dan sepupumu, aku akan selalu jadi sahabatmu, apa pun keadaanmu," tambah Cek Pei lagi.
"Terima kasih Cek Pei, Kau memang sahabatku," ucap Wong Mo Gei.
"Ya sudah hari sudah cukup siang, sebaiknya kita kembali kerumah. Nanti bibi Ma kehilangan putra simata wayang nya," kata Cek Pei sambil tertawa. Kedua sepupu itu baru bangkit dari duduknya dan berniat meninggalkan tempat mereka berlatih.
"Cek Pei... Mo Gei...!" terdengar seruan seorang pada mereka, tampak seorang gadis dengan baju merah berlari kearah mereka.
"Wa Hua Wa, Kau?" Wong Mo Gei agak terkejut melihat Wa Hua Wa berlari kearah mereka.
"Ada apa Wa Hua Wa, Kau terlihat tergesa-gesa?" tanya Cek Pei.
"Pembangkitan roh suci akan di adakan di puncak bukit bintang esok lusa, aku membawa undangan untuk kalian berdua," kata Wa Hua Wa dengan terengah-engah.
"Maksudmu?" tanya Wong Mo Gei tampak agak terkejut.
"Ketua Sekte kita, Kakek sesepuh Tian Shan, mengumumkan tempat pembangkitan di atas bukit bintang dua hari lagi," jelas Wa Hua setelah mengambil napas sejenak. Cek Pei dan Wong Mo Gei tampak saling pandang satu sama lain.
"Kenapa kalian saling pandang? Apa kalian tidak senang mendengar berita ini?" tanya Wa Hua Wa tampak agak bingung dengan sikap Wong Mo Gei dan Cek Pei.
"Entahlah... Wa Hua Wa, di bilang senang, aku senang mendengarnya, tapi setelah aku mempelajari dasar pembangkitan. Aku tidak merasakan kekuatan Roh suci yang kuat dalam diriku," jawab Wong Mo Gei tampak tidak begitu bersemangat.
"Wa Hua Wa, apakah Kau akan tetap menjadi teman kami, jika kami gagal mempunyai kekuatan roh suci yang kuat?" tanya Cek Pei sambil menatap wajah cantik Wa Hua Wa.
"Apa yang Kau katakan Cek Pei, aku akan selalu jadi teman kalian, walau sekali pun kalian tidak mempunyai kekuatan Roh suci," jawab Wa Hua Wa tegas.
"Tapi bagi orang yang tidak mempunyai kekuatan Roh suci, akan di kecilkan dan di jauhi orang-orang," kata Wong Mo Gei sambil menatap wajah cantik teman kecil mereka tersebut.
"Itu kan bagi mereka dan anggota sekte, tapi kita adalah sahabat dari kecil, apa selama ini kita mempedulikan siapa kita? Apa Kau memikirkan Kau adalah anak sepasang pendekar terbaik di tujuh sekte, tidak kan. Kita adalah teman selamanya," jawab Wa Hua Wa lagi sambil memegang pundak Wong Mo Gei dan Cek Pei.
Terima kasih Wa Hua Wa, Kau memang sahabat kami yang terbaik," ucap Cek Pei, sedangkan Wong Mo Gei hanya terdiam dengan sedikit senyum menyungging di wajah tampannya.
.
.
Bersambung...
Suasana begitu ramai di puncak bukit bintang pagi ini. Para penduduk khususnya keluarga anak-anak muda yang akan mengikuti pembangkitan roh suci. Beberapa pembesar dari enam sekte juga hadir sebagai tamu undangan. Tidak ketinggalan keluarga Wong Mo Gei dan Cek Pei.
Shin Yuan Ma dan Zhan Shin Ming bersama ayah Cek Pei, Tian Shin Lau bersama istrinya. Tian Shin Lau adalah seorang pendekar yang memiliki kekuatan roh suci elang perak.
Kekuatan roh suci Tian Shin Lau jauh dibawah kekuatan roh suci Zhan Shin Ming adiknya. Sedangkan istri Tian Shin Lau adalah seorang wanita biasa yang tidak memiliki kekuatan roh suci.
Pagi ini Shin Yuan Ma, begitu pagi bangun menyiapkan sarapan untuk putra dan suaminya Zhan Sing Ming. Begitu matahari mulai muncul di ufuk timur. Kedua pendekar itu telah lebih dahulu berangkat. Karena mereka berdua termasuk panitia yang mengurus segala keperluan di puncak bukit bintang.
"Mo Gei, ibu dengan ayah pergi dulu, Kau bangunlah dan mandi, setelah sarapan kami menunggumu di puncak bukit bintang," kata Shin Yuan Ma sambil duduk di tempat tidur milik Wong Mo Gei. Wong Mo Gei hanya mengangguk sambil beringsut duduk dari pembaringannya.
"Ya, ibu.. Mo Gei akan menyusul kesana bersama Cek Pei," jawab Wong Mo Gei sambil menutup mulutnya yang masih menguap, dan matanya masih terasa berat. Semalam Wong Mo Gei hampir tidak bisa tidur memikirkan apa yang akan terjadi hari ini.
Setelah mandi, Wong Mo Gei segera menuju meja makan dan sarapan makanan yang sudah di siapkan ibunya. Belum selesai Wong Mo Gei sarapan terdengar suara Cek Pei memanggilnya.
"Mo Gei...! Apa Kau sudah bangun..!" seru Cek Pei dari depan pintu rumah milik keluarga Zhan Shin Ming itu.
"Cek Pei, masuklah dulu, kita sarapan!" sahut Wong Mo Gei dengan nada suara keras dari ruang keluarganya. Cek Pei segera masuk kedalam dan menyusul Wong Mo Gei kearah dapur.
"Ku kira Kau belum bangun Mo Gei, tumben hari ini Kau telat bangun, tadi aku ketemu bibi dan paman di jalan," tutur Cek Pei sambil menarik sebuah kursi di bawah meja makan.
"Ya, aku hampir tidak bisa tidur semalaman," jawab Wong Mo Gei sambil meminum secangkir air putih.
"Kau terlalu memikirkan masalah ini Mo Gei," kata Cek Pei sambil mengambil sepiring makanan dari bawah tudung saji.
"Aku merasa, aku akan gagal hari ini Cek Pei, aku takut kalau orang tuaku akan malu pada acara pembangkitan roh suci nanti," tutur Wong Mo Gei lagi.
"Tidak usah takut, yang penting selama ini kita sudah berusaha belajar dan berlatih, paman dan bibi pasti akan mengerti, tapi aku yakin melihat kecekatan dan daya serap tubuhmu, aku yakin Kau mempunyai roh suci yang tidak dimiliki orang lain," kata Cek Pei berusaha menenangkan ketakutan Wong Mo Gei.
Setelah mereka berdua sarapan dua pemuda remaja itu berangkat dengan berjalan kaki. Cek Pei mengajak Wong Mo Gei lomba lari menggunakan kedikjayaan. Sehingga Cek Pei tertinggal jauh di belakang. Ilmu lari cepat yang dimiliki Wong Mo Gei jauh di atas ilmu lari cepat di banding yang dimiliki Cek Pei.
Wong Mo Gei sampai ke puncak bukit bintang lebih dulu di banding Cek Pei. Cukup lama Wong Mo Gei menunggu Cek Pei, Barulah Cek Pei sampai ke puncak bukit bintang itu.
"Ilmu lari cepatku dua kali dibawah ilmu lari cepatmu, Mo Gei. Apa Kau masih ragu kekuatan roh sucimu lemah?" tanya Cek Pei sambil mengatur napasnya yang tersengal. Wong Mo Gei hanya tersenyum mendengar perkataan Cek Pei yang berusaha menyemangatinya tersebut.
"Ayo! kakek Tian Shan sudah datang, sebentar lagi pembangkitan akan segera di mulai, aku tidak ingin ketinggalan, melihat roh suci para pesaing kita," kata Cek Pei sambil menggandeng tangan Wong Mo Gei. Wong Mo Gei hanya tersenyum dan mengikuti kemauan sahabat sekagus sepupunya tersebut.
"Saudara-saudara! Hari ini adalah hari dimana kita akan melihat, dan memilih siapa diantara anak-anak kita yang mempunyai roh suci terbaik dan terkuat. Para pemilik roh suci itulah yang akan menjadi wakil sekte Api setahun tiga tahun dari sekarang!" ucap sesepuh sekte Api Tian Shan.
"Yang pertama maju adalah Wa Hua Wa, putri dari Yan li er, dan Meng Yin," kata salah seorang panitia. Panitia itu adalah penguasa kekuatan Roh suci dari sekte Awan Putih.
Wa Hua Wa maju dengan pakaian serba merah kesayangannya. Sebelum maju ke tengah gelanggang Wa Hua Wa mengedarkan pandangannya kearah ratusan orang-orang yang berada di sana. Wa Hua Wa mencari keberadaan Wong Mo Gei dan Cek Pei.
"Wa Hua Wa! Semangat!" seru Cek Pei dan Wong Mo Gei hampir berbarengan. Setelah melihat Wong Mo Gei dan Cek Pei barulah Wa Hua Wa maju dengan wajah penuh semangat.
Dua orang pendekar yang biasa menjadi penuntun dalam pembangkitan roh suci. Maju untuk membantu Wa Hua Wa.
Wa Hua Wa berdiri tegak dalam posisi bersemedi. Kedua telapak tangannya merapat di depan dada. Rasa grogi dihati Wa Hua Wa membuat gadis itu memejamkan matanya.
Kedua pendekar penuntun itu mulai mengalirkan tenaga dalam dari sisi kanan dan sisi kiri bahu Wa Hua Wa.
"Sekarang rentangkan kedua telapak tanganmu di depan dada, Wa Hua Wa," perintah salah seorang penuntun pada Wa Hua Wa. Tanpa bertanya lagi Wa Hua Wa langsung melakukan apa yang di perintahkan menuntunnya. Tidak lama kemudian cahaya berwarna coklat muda mulai keluar dari tubuh Wa Hua Wa.
Cahaya coklat muda itu kemudian mengumpul di atas kedua telapak tangan Wa Hua Wa yang merentang menghadap ke atas. Cahaya itu mulai membentuk bola cahaya yang memiliki berbagai warna. Namun lebih relevan warna coklat. Tidak lama bola cahaya itu telah membesar, sebesar kepala. sebuah bentuk mahluk hidup tampak membayang dan menampakkan wujudnya.
"Hebat! Wa Hua Wa, roh suci yang ada di dalam dirimu adalah roh naga terbang," kata penuntun tersebut. Perlahan Wa Hua Wa membuka matanya. Betapa terkejutnya Wa Hua Wa melihat roh naga terbang berada di tangannya.
"Kau hanya perlu melatih kekuatanmu, agar dia cepat berkembang dan menjadi naga terbang dewasa mengiringi perkembangan tubuhmu," jelas penuntun yang satunya.
"Terima kasih banyak! Paman," ucap Wa Hua Wa. Matanya tampak berbinar ingin cepat selesai dan menemui kedua teman kecilnya Cek Pei dan Wong Mo Gei.
"Sudah, sekarang, turunkan tenaga dalammu, roh naga itu akan kembali kedalam tubuhmu," perintah penuntun itu.
"Baik! Paman," jawab Wa hua Wa. Gadis cantik berbaju merah itu langsung menurunkan intensitas tenaga dalamnya, secara perlahan bola cahaya itu sirna dan perwujutan roh naga terbang hilang dari pandangan.
.
.
Bersambung...
Mohon bantuannya bagi yang menyukai novel ini, Koment, Like, favorit dan Votenya..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!