NovelToon NovelToon

MENJADI ISTRI SIMPANAN SANG CEO

Musibah

Pengenalan Tokoh

KAYRA AINUN ZAHRA

Wanita cantik berusia 26 tahun yang berprofesi sebagai sekretaris dari seorang pria bernama Erlangga Mahadika Gautama, seorang CEO muda di perusahaan Mahadika Gautama, perusahaan yang bergerak di bidang industri suku cadang otomotif.

ERLANGGA MAHADIKA GAUTAMA

Eksecutif muda berusia 32 tahun, anak dari owner perusahaan Mahadika Gautama yang kini berprofesi sebagai CEO dari perusahaan milik keluarganya tersebut.

CAROLINE WIJAYANTI

Wanita cantik berusia 27 tahun berprofesi sebagai model profesional yang juga merupakan istri dari Erlangga.

ARDA WISNU WARDHANA

Pria berusia 35 tahun, dia adalah sahabat yang juga merangkap sebagai manajer dari Caroline.

AGNES AMELIA

Wanita berusia 27 tahun, yang sebenarnya diharapkan oleh orang tua Erlangga untuk menjadi istri Erlangga. Hingga saat ini masih berusaha merebut hati Erlangga.

...❤️❤️❤️...

PROLOG

Selama lebih dari lima tahun bekerja di perusahaan swasta yang bergerak di bidang industri suku cadang otomotif, Kayra Ainun Zahra tidak sekalipun terpikirkan di benaknya jika akhirnya dia akan ditakdirkan menjadi istri simpanan dari atasannya sendiri, Erlangga Mahadika Gautama.

Kemelut yang terjadi dalam rumah tangga sang bos, Erlangga dan juga istrinya Caroline membuat Kayra terjebak masuk dalam permasalahan yang terjadi dalam rumah tangga atasannya itu. Terutama saat Erlangga yang secara tiba-tiba memutuskan untuk menikahinya, karena merasa kecewa dengan kondisi rumah tangganya bersama Caroline, istri sahnya.

Sementara orang tua Erlangga sendiri sebenarnya tidak menyetujui putranya itu menikah dengan Caroline karena profesi Caroline. Orang tua Erlangga sendiri sebenarnya sudah menyiapkan seorang wanita cantik yang ingin dia jodohkan dengan Erlangga. Dan masalah yang terjadi dalam .rumah tangga Erlangga dan Caroline sepertinya akan dimanfaatkan oleh orang tua Erlangga untuk membuat rumah tangga putranya itu bersama Caroline kandas.

Bagi Kayra sendiri menjadi wanita kedua dari seorang pria beristri, apalagi pria itu adalah bosnya sendiri, baginya adalah suatu hal yang sangat memalukan. Bagaimana Kayra menjalani hari-harinya sebagai istri simpanan atasannya itu? Dan bagaimana juga dia mencoba menutupi statusnya dari rekan sekantornya dan juga dari istri sah sang CEO? Dan bagaimana juga dia harus menghadapi wanita lain yang berambisi mengejar cinta Erlangga?

❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️

Sebuah mobil mewah asal pabrikan dari negeri Jerman memasuki gerbang sebuah rumah mewah berlantai dua bergaya Eropa klasik. Seorang pria tampan berusia tiga puluh dua tahun langsung memarkirkan mobilnya di depan rumah mewah tersebut. Saat pria bernama Erlangga Mahadika Gautama itu keluar dari dalam mobilnya, seorang supir langsung menghampiri pria yang berprofesi sebagai CEO di sebuah perusahaan suku cadang itu dan menerima kunci yang diberikan Erlangga, untuk memarkirkan mobilnya ke dalam garasi.

Erlangga berlari kecil memasuki rumahnya dengan tangan kiri menenteng tas kerja dan tangan kanan melonggarkan dasi yang terikat di kerah kemejanya.

" Selamat malam, Tuan." Suara seorang wanita menyapa Erlangga saat pintu rumahnya terbuka.

" Selamat malam, Bu Daus. Apa istriku sudah datang?" tanya Erlangga, karena Caroline hari ini dijadwalkan menghadiri acara launching produk kosmetik terbaru dari brand ternama di mana Caroline yang menjadi model iklannya.

" Nyonya belum datang, Tuan." sahut Bu Daus.

Erlangga memutar lengannya menolehkan pandangan ke arah arloji yang melekat di pergelangan tangan kanannya itu. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Dia menghembuskan nafas panjang, beberapa bulan belakangan ini dia merasakan jadwal istrinya itu teramat padat. Bahkan tak jarang dia sendiri yang lebih dahulu sampai di rumahnya.

Erlangga melanjutkan langkahnya menapaki anak tangga menuju kamarnya.

" Apa Tuan mau makan malam?" tanya Bu Daus dari bawah tangga.

" Tidak, Bu. Saya sudah makan," tolak Erlangga tanpa menolehkan pandangan dan terus melangkah.

Erlangga melempar tas kerjanya ke arah sofa dan mengambil ponsel dari saku blazernya sebelum akhirnya dia melepas blazernya itu. Pria itu segera mencari kontak Caroline dan segera menghubungi nomer sang istri.

Membutuhkan waktu hampir sepuluh menit sebelum telepon Caroline yang dihubunginya tersambung. Suara hentakan musik yang keras, itulah suara pertama yang didengar Erlangga saat panggilan teleponnya itu terangkat.

" Halo, Caroline. Kamu di mana sekarang?" tanya Erlangga dengan nada sedikit ketus karena dia tahu istrinya itu sedang berada dalam sebuah bar jika dilihat dari suara hentakan musik yang begitu kencang tadi.

" Halo, Sayang ... halo, halo ..." Suara Caroline bersautan dengan musik yang menggema dari dalam bar.

" Kamu di mana sekarang, Caroline?" Erlangga mengulang pertanyaannya karena suara Erlangga tidak terdengar di telinga wanita itu.

" Halo? Sayang aku tidak mendengar suaramu ..." sahut Caroline yang masih belum mendengar jelas apa yang diucapkan oleh Erlangga.

" Sebaiknya kau segera pulang, Caroline!" geram Erlangga. Dia merasa kesal karena sang istri memilih pergi ke bar dan bukannya pulang untuk melayaninya di rumah.

" Sayang, aku matikan dulu teleponnya, suara kamu tidak terdengar jelas, Sayang. Tut ... Tut ... Tut ...."

Erlangga menatap ponselnya saat mendengar suara telepon ditutup sepihak oleh sang istri.

" Sial!" Erlangga melempar ponsel ke atas tempat tidur dengan mendengus. Dia mengusap kasar wajahnya karena rasa kecewa yang kali ini dia dapat dari istrinya.

Sementara di Jakarta bagian lain, Kayra bersiap menuju ke peraduan. Wanita itu memang tidak terbiasa tidur hingga larut malam, karena keesokan hari dia harus beraktivitas. Menjadi seorang sekretaris seorang CEO dari sebuah perusahaan ternama membuatnya harus tampil fresh hingga dia harus menjaga pola tidurnya.

Ddrrtt ddrrtt

Kayra menoleh ke arah nakas di mana dia menaruh ponselnya. Dia segera bangkit dan meraih benda pipih itu. Kayra mendapati nama Wati, tetangga di rumah orang tuanya di kampung halamannya yang saat ini menghubungi ponselnya.

Kayra mengeryitkan keningnya. Saat ini jam di dinding kamar kontrakannya sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Membuat dirinya bertanya-tanya ada apa gerangan Wati menghubunginya malam hari? Apa terjadi sesuatu dengan Ibunya? Seketika hati Kayra dilanda kecemasan.

Tak ingin banyak bertanya-tanya Kayra langsung mengangkat panggilan masuk dari nomer tetangga ibunya itu.

" Assalamualaikum, Mbak Wati, Ada apa ya Mbak Wati telepon Kayra malam-malam begini? Apa terjadi sesuatu dengan Ibuku, Mbak?" tanya Kayra penasaran.

" Waalaikumsalam, Kayra. Maaf jika Mbak mengganggu kamu malam-malam. Mbak hanya ingin mengabarkan kalau rumah Ibu Sari kebakaran,"

" Astaghfirullahal adzim, Ya Allah ... lalu bagaimana Ibuku, Mbak Wati? Apa Ibuku baik-baik saja?" Seketika tubuh Kayra melemas, bahkan air matanya pun mulai jatuh berderai mendengar kabar yang disampaikan oleh tetangga di depan rumah orang tuanya itu.

" Ibu Sari mengalami luka bakar, sekarang ini Ibu Sari sudah dilarikan ke rumah sakit xx." Wati menjelaskan kondisi orang tua dari Kayra.

" Ya Allah, Ibu ..." Kayra seketika terisak dengan pundak bergetar karena merasakan kesedihan yang teramat dalam atas musibah yang menimpa orang tuanya. Kayra tidak memikirkan bagaimana keadaan rumahnya karena kebakaran itu, yang dia pikirkan hanya kondisi Ibunya, itu yang lebih penting untuknya.

" Kamu yang sabar ya, Kayra ..." Wati mencoba menenangkan hati Kayra yang sangat terpukul dengan berita yang disampaikannya. " Untuk rumah Bu Sari, hanya bagian dapur dan belakang saja yang terbakar, untungnya tidak sampai merembet ke depan dan tidak sampai ke rumah-rumah tetangga sebelah." Seakan mengerti, Wati pun memberitahukan kondisi rumah orang tua Kayra agar Kayra lebih tenang.

" Iya, Mbak. Terima kasih Mbak Wati sudah mengabari aku." Kayra mengucapkan terima kasih atas keperdulian tetangga di rumah orang tuanya di kampung halamannya.

" Kamu jangan terlalu khawatir, sekarang ini ada Bu RT yang menemani Ibu Sari di rumah sakit. Besok Mbak akan ke sana bergantian menemani Ibu Sari."

" Iya, Mbak. Kayra titip Ibu ya, Mbak. Mungkin besok pagi-pagi aku baru bisa pulang ke sana. Karena malam begini aku bingung harus naik apa?" Seandainya dia mempunyai kendaraan roda empat dan bisa mengendarai mobil sendiri, dia ingin langsung pulang ke Bandung saat ini juga.

" Ya sudah, kamu yang tenang, Sementara ini Ibu Sari sudah ditangani dokter. Ada Mbak dan beberapa warga yang jaga Ibu Sari di rumah sakit ini." Wati memaklumi jika Kayra tidak bisa secepatnya ke Bandung. Dia bahkan meminta agar Kayra bersikap tenang dan tidak mencemaskan siapa yang akan menjaga orang tua Kayra. Karena selama ini keluarga Kayra dikenal sebagai keluarga yang baik dan banyak membantu tetangga sekitar hingga membuat para tetangga pun tak segan untuk membantu Ibu Sari yang sedang tertimpa musibah.

*

*

*

Bersambung ...

Happy Reading❤️

Pulang Ke Bandung

" Selamat pagi, Sayang."

Erlangga terbangun saat mendengar suara bisikan lembut di telinganya ditambah dengan sebutan kecupan di pipinya. Erlangga menolehkan pandangannya dan mendapati Caroline sedang tersenyum ke arahnya.

" Pulang jam berapa kamu semalam, Caroline?" tanya Erlangga dingin, bahkan dia tak menanggapi sikap mesra yang dilakukan istrinya tadi kepada dirinya. Mungkin saja jika sang istri tidak lebih mementingkan karir dari ada dirinya, dia akan menyambut sentuhan istrinya itu dengan senang hati.

" Sebelum jam dua belas malam pastinya. Aku 'kan tidak ingin berubah menjadi Upik abu jika pulang lewat jam dua belas malam ..." Caroline seakan tak menanggapi serius rasa kesal suaminya itu.

Erlangga menyibak selimut yang tadi menggulung tubuhnya lalu bergegas turun dari tempat tidur. Dia ingin segera ke kamar mandi karena saat ini waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.

" Sayang, Minggu depan kemungkinan aku akan ke London. Aku ada jadwal pemotretan di sana bersama top model dunia. Ini kesempatan untukku supaya aku bisa mengembangkan karirku di luar negeri dan menjadi top model dunia." Caroline menceritakan rencananya kepada Erlangga.

Erlangga menghentikan langkahnya dan langsung memutar tubuhnya kembali memusatkan pandangan kepada sang istri.

" Kau akan pergi ke London?" tanya Erlangga seakan tidak percaya akan ambisi Caroline yang masih saja ingin mengejar karir sebagai model papan atas di level internasional.

" Tentu saja, Sayang. Aku tidak akan mungkin melewatkan kesempatan ini begitu saja." tegas Caroline bersemangat.

" Caroline, kapan kamu akan berhenti mengejar karirmu itu? Apa menjadi istri seorang CEO ternama masih kurang untukmu?" Erlangga berkacak pinggang. Tentu saja tidak setuju dengan niat istrinya itu.

" Sayang ..." Caroline melangkah mendekati Erlangga lalu melingkarkan tangannya di leher sang suami. " Kamu tahu jika impianku sejak dulu adalah menjadi seorang model dunia, kan? Dulu saat akan menikah kamu setuju tidak akan menentang karirku. Kenapa sekarang malah kamu mempermasalahkan karirku, Sayang?" tanya Caroline heran.

" Aku tahu, tapi sudah lima kamu menjadi istriku, Caroline. Apa kamu tidak bisa merubah keinginanmu? Menjadi seorang istri dan mempunyai anak? Lima tahun pernikahan kita, kamu selalu saja menolak jika kita membicarakan soal anak." ungkap Erlangga kesal.

" Sayang, aku tidak ingin badanku menjadi lebar, banyak lemak karena aku harus hamil dan melahirkan anak. Untuk sekarang ini aku belum siap untuk itu." Caroline yang sangat menjaga berat badannya tentu tidak ingin kehamilannya akan merubah bentuk tubuhnya yang ideal saat ini sebagai seorang model ternama. " Lagipula usiaku masih di bawah tiga puluh tahun. Nanti saja ketika umurku tiga puluh, baru kita bicarakan tentang mempunyai anak."

Erlangga mendengus kasar, dia lalu mengurai pelukan tangan Caroline yang melingkar di lehernya. " Apa menurutmu pernikahan kita ini mengganggu karirmu, Caroline?"

" Aku tidak berpikir seperti itu, Sayang. Tapi untuk saat ini, aku mohon kamu mengerti," ucap Caroline memohon.

" Apa selama ini aku kurang memahamimu!?" geram Erlangga kemudian memilih meninggalkan Caroline menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya karena dia akan segera berangkat ke kantor.

***

Erlangga mengambil ponselnya setelah dia keluar dari kamar mandi, karena sejak bangun tadi dia belum sempat mengecek pesan yang masuk di ponselnya itu. Ada beberapa pesan masuk di ponselnya termasuk pesan dari Kayra, sekretarisnya. Erlangga memilih membuka pesan dari Kayra terlebih dahulu.

" Selamat pagi, Pak. Maaf saya mengganggu waktu Bapak. Saya hanya ingin menyampaikan jika saya tidak bisa masuk kerja beberapa hari ini, karena orang tua saya mengalami musibah di Bandung. Terima kasih atas pengertian dari Bapak."

Erlangga segera menghubungi nomer telepon Kayra selesai membaca pesan dari sekretarisnya itu.

" Selamat pagi, Pak." Suara Karya terdengar di ponsel milik Erlangga saat panggilan telepon pria itu terhubung.

" Berapa lama kamu akan di Bandung, Kayra?" tanya Erlangga. Ketidakhadiran Kayra dipastikan akan membuatnya kerepotan di kantor, Karena sejauh ini hanya Kayra yang mampu menempati pekerjaan sebagai sekretarisnya.

" Saya belum bisa memastikan, Pak. Saya harus melihat kondisi Ibu saya terlebih dahulu. Karena Ibu saya mengalami luka bakar akibat kebakaran di rumah Ibu saya itu, Pak." Kayra sengaja menjelaskan masalah apa yang terjadi di rumah orang tuanya sehingga membuat dia harus absen dari pekerjaannya dan berharap atasannya itu mengerti.

" Kebakaran? Rumah orang tua kamu kebakaran?" Erlangga terkesiap mendengar penjelasan dari Kayra tentang masalah yang sedang dihadapi sekretarisnya itu.

" Benar, Pak. Karena itu saya terpaksa harus ijin tidak bisa berangkat bekerja," sahut Kayra.

" Ya sudah kalau begitu, kamu selesaikan saja urusan kamu di sana, dan semoga semuanya selesai dengan baik dan kondisi Ibu kamu cepat membaik." Erlangga tidak punya pilihan selain merelakan Kayra yang harus pulang ke kampung halamannya. Sebagai seorang atasan dia juga harus bijaksana dalam menanggapi masalah yang sedang dihadapi oleh pegawainya walaupun sebenarnya dia sendiri pun membutuhkan kehadiran Kayra untuk membantu menghandle pekerjaannya di kantor.

" Terima kasih banyak atas pengertiannya, Pak." Setelah Kayra menjawab perkataannya, Erlangga langsung menyudahi panggilan teleponnya dan segera memakai pakaian karena dia harus bersiap untuk pergi ke kantor.

***

Kayra berlari saat turun dari ojek online yang membawanya ke rumah sakit tempat Ibunya di rawat. Dia langsung mendekat ke meja resepsionis untuk menanyakan letak kamar Ibunya di rawat. Karena menurut kabar dari Wati, Ibunya kini sudah dipindahkan dari kamar IGD.

" Permisi, Mbak. Kalau kamar Galaxy di sebelah mana ya, Mbak?" tanya Kayra kepada petugas yang berjaga di meja resepsionis.

" Kamar Galaxy ada di lantai empat di sebelah kiri, Mbak." Petugas rumah sakit itu memberikan informasi sesuai dengan tugasnya.

" Terima kasih atas informasinya, Mbak." Setelah mengucapkan terima kasih, Kayra pun lalu melangkah ke arah lift untuk menuju lantai kamar Ibunya dirawat.

Setelah keluar dari lift, Kayra memilih melangkah ke arah sebelah kiri dari lift yang dia pakai tadi sesuai petunjuk dari petugas resepsionis di bawah.

" Bu RT ...!" Kayra memanggil Bu RT di tempat tinggal orang tuanya yang terlihat sedang duduk di depan ruangan kamar rawat orang tuanya.

" Neng Kayra?" Bu RT yang tadi terduduk dan berbincang dengan orang yang juga sedang menunggu keluarganya yang dirawat di kamar sebelah kamar Ibu Sari langsung berdiri menyambut Kayra yang mendekat ke arahnya.

" Bu, bagaimana kondisi Ibu saya? Apa Ibu baik-baik saja?" tanya Kayra terlihat cemas.

" Ibu Sari mengalami luka bakar di lengan kirinya, tapi dokter bilang kondisinya tidak terlalu mengkhawatirkan," ungkap Bu RT.

Kayra menarik nafas lega mendengar penjelasan dari Ibu RT soal keadaan Ibu Sari.

" Saya mau melihat Ibu saya dulu ya, Bu RT." Kayra berpamitan karena dia ingin menemui Ibunya langsung untuk memastikan bahwa kondisi Ibunya saat ini masih terselamatkan.

" Silahkan, Neng Kayra." Bu RT pun mempersilahkan Kayra yang ingin menemui Ibunya. Ibu RT sangat memahami perasaan Kayra, sebagai anak semata wayang yang tinggal jauh dari orang tuanya karena harus bekerja di luar kota, Kayra pasti sangat mengkhawatirkan kesehatan orang tuanya yang tinggal satu-satunya itu.

*

*

*

Bersambung ...

Happy Reading❤️

Segeralah Kembali Ke Jakarta

Kayra menatap tubuh Ibunya yang terbaring di atas brankar dengan tangan kiri terbalut perban. Dia tahu ada kulit yang melepuh dibalik balutan perban berwarna putih itu. Sementara mata Ibunya itu kini terpejam dengan kening berkerut seakan menahan rasa sakit.

" Ibu ..." Kayra mendekat ke arah brankar dan menyentuh wajah Ibunya itu.

Ibu Sari membuka matanya perlahan saat merasakan sentuhan tangan Kayra dan mendengar suara Kayra yang terdengar jelas di telinganya.

" Kayra ..." Dengan suara lemah Ibu Sari memanggil nama anaknya.

" Ibu ... maafkan Kayra karena tidak bisa menjaga Ibu. Maafkan Kayra karena Kayra tidak ada di saat Ibu terkena musibah." Kayra terisak seraya menciumi wajah Ibunya. Kayra merasa kecewa kepada dirinya sendiri karena dia merasa gagal merawat orang tuanya.

" Kamu tidak salah, Nak. Semua ini adalah musibah. Semua ini karena keteledoran Ibu." Ibu Sari tidak ingin Kayra menyalahkan dirinya sendiri karena anaknya itu bekerja jauh dari rumah dan harus meninggalkannya sendiri di Bandung.

" Kenapa bisa sampai seperti ini, Bu?" tanya Kayra mempertanyakan kenapa kebakaran itu sampai terjadi.

" Ibu teledor, Kayra. Ibu lupa mematikan kompor setelah menghangatkan makanan." Ibu Sari sedikit menceritakan apa yang menyebabkan musibah itu terjadi.

" Apa lukanya parah, Bu? Apa perlu dioperasi? Kalau harus dioperasi sebaiknya dioperasi saja ya, Bu!?" Kayra meminta Ibunya itu menjalani operasi agar luka bakarnya segera sembuh. Dia tidak sampai hati jika Ibunya terus merasakan kesakitan atas lukanya itu

" Tapi bagaimana biayanya, Kayra? Kalau biayanya mahal sebaiknya tidak usah, Nak." Ibu Sari sudah membayangkan biaya yang dibutuhkan untuk menjalani operasi itu besar dan dia tidak ingin membebani putrinya itu.

" Ibu tidak usah memikirkan soal biaya, biar Kayra yang urus soal biaya pengobatan Ibu." Kayra meminta Ibunya untuk tidak memusingkan soal biaya pengobatannya.

" Tapi bagaimana dengan kondisi rumah kita, Nak? Pasti akan butuh biaya untuk merenovasi kerusakan karena kebakaran itu." Ibu Sari juga kepikiran akan tempat tinggalnya setelah kebakaran tersebut.

" Bu, Ibu jangan pikirkan soal dana dulu, sebaiknya Ibu istirahat saja. Nanti Kayra akan bicarakan dengan dokter. Ibu harus tenang jangan pikirkan macam-macam, serahkan semuanya ke Kayra biar Kayra yang akan menanggani semuanya." Kayra tidak ingin Ibunya itu memikirkan soal biaya rumah sakit, pengobatan dan renovasi rumah. Yang diperlukan Ibunya saat ini adalah ketenangan untuk proses penyembuhannya

***

Tok tok tok

" Permisi, Dok. Maaf jika saya mengganggu." Kayra memasuki ruangan dokter yang menangani Ibu Sari setelah dia dipesilahkan masuk oleh seorang perawat.

" Oh, iya silahkan, Mbak." Dokter Hani mempersilahkan Kayra masuk ke dalam ruangannya.

" Perkenalkan, saya Kayra, Dok. Saya putri dari Ibu Sari, pasien yang semalam masuk karena luka bakar." Kayra memperkenalkan dirinya kepada Dokter Hani.

" Jadi Mbak Kayra ini putri dari Ibu Sari, ya? Kebetulan sekali, saya ingin membicakan soal kondisi Ibu Sari kepada Mbak Kayra." Dokter Hani menutup buku agenda yang tadi sedang dia bubuhkan tulisan dengan goresan tintanya.

" Bagaimana dengan kondisi Ibu saya, Dok? Apa parah? Apa bisa disembuhkan?" Tak sabar rasanya Kayra ingin mendapatkan penjelasan dari dokter yang merawat Ibunya itu.

" Ibu Sari mengalami luka bakar, dan luka bakarnya itu termasuk dalam derajat kategori luka bakar tingkat tiga atau full thickness burn, karena mengenai seluruh lapisan epidermis dan dermis. Oleh sebab itu disarankan dilakukan operasi pada anggota tubuh yang mengalami luka bakar tersebut," tutur Dokter Hani menerangkan.

" Apakah Ibu saya akan baik-baik saja, Dok?" cemas Kayra.

" Insya Allah, kondisi kesehatan Ibu Sari akan baik-baik saja," Dokter Hani mencoba menenangkan Kayra.

" Mengenai biaya operasi, apakah biayanya sangat mahal, Dok?" tanya Kayra, karena dia takut uang tabungannya itu tidak dapat mengcover untuk membiayai pengobatan Ibunya. Dan setelah Dokter Hani menyebutkan biaya untuk bedah operasi Ibunya, Kayra bisa menarik nafas lega karena uang tabungannya bisa menutupi biaya operasi Ibunya itu.

" Baiklah, Dok. Tolong lakukan yang terbaik untuk Ibu saya, Dok." Kayra memutuskan untuk segera melakukan tindakan operasi untuk Ibunya. Karena yang paling utama bagi Kayra adalah membuat Ibunya sehat kembali agar dia bisa lebih tenang.

***

Ddrrtt ddrrtt

Kayra mengambil ponselnya yang bergetar dari dalam tasnya. Kayra mendapati nama bosnya di layar ponselnya itu. Kayra dengan cepat mengangkat panggilan ponsel tersebut.

" Selamat siang, Pak." Kayra menyahuti panggilan masuk dari Erlangga.

" Bagaimana keadaan orang tuamu, Kayra?" tanya Erlangga menanggapi sapaan Kayra.

" Hmmm, Ibu saya akan menjalani operasi, Pak." jawab Kayra.

" Apa lukanya parah?" tanya Erlangga lagi.

" Luka bakarnya termasuk jenis luka bakar tingkat tiga, menurut dokter harus segera dioperasi. Tapi luka bakarnya hanya di sekitar tangan kiri saja, Pak." Kayra menjelaskan.

" Oke, baiklah. Dirawat di rumah sakit mana Ibumu?" Erlangga sudah seperti wartawan yang menanyakan secara mendetail.

" Di rumah sakit xx, Pak." sahut Kayra.

" Oke, oke, siapa nama Ibumu? Nanti saya yang akan menanggung biaya rumah sakit dan pengobatan Ibumu, Kayra." ujar Erlangga.

Kayra membulatkan matanya mendengar ucapan atasannya yang mengatakan akan menghandle semua biaya rumah dan pengobatan Ibunya.

" Hmmm, Bapak tidak usah repot-repot, saya ada uang kok, Pak." Kayra menolak rencana Erlangga yang ingin mendanai biaya rumah sakit dan pengobatan Ibunya. Kayra merasa tidak enak hati kalau Erlangga sampai membayar biaya rumah sakit Ibu Sari. Karena masalah Ibunya adalah masalah pribadinya dan tidak ada hubungannya dengan perusahaan.

" Kamu adalah pegawai saya, dan saya sangat membutuhkan tenaga kamu di sini. Tentu saya tidak ingin melihat apa yang terjadi dengan orang tua kamu akan mempengaruhi kinerja kamu di sini!" tegas Erlangga. Sebagai seorang sekretaris yang sudah lima tahun mendampingi pekerjaannya, Erlangga tidak ingin pekerjaan Kayra akan terganggu karena masalah yang dihadapi oleh Ibu dari sekretarisnya itu.

" Tapi, Pak ...."

" Sebentar lagi saya harus menghadiri meeting. Nanti saya akan urus untuk mengurus biaya rumah sakit Ibu kamu. Setelah Ibu kamu membaik, segeralah kembali ke Jakarta." Perintah Erlangga seolah tidak ingin ditentang.

" Baik, Pa. Terima kasih." Tak lupa Kayra mengucapkan terima kasihnya atas kebaikan bosnya itu, walaupun dia tahu apa yang dilakukan Erlangga hanya karena Erlangga membutuhkan tenaganya di kantor.

Tak lama setelah Kayra mengucapkan terima kasih atas bantuan bosnya itu, Erlangga langsung menutup panggilan teleponnya.

Kayra menghembuskan nafas, walaupun dia merasa tidak enak tapi dia merasa bersyukur seluruh biaya rumah sakit Ibunya ditanggung pihak perusahaan tempat dia bekerja. Setidaknya uang yang rencananya dia pakai untuk membiayai pengobatan Ibunya bisa dia gunakan untuk memperbaiki kerusakan di bagian rumahnya yang terbakar.

.

*

*

*

Bersambung ....

Happy Reading❤️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!