"Saya terima nikah dan kawinnya Annisa Syarifah Salsabila binti Muhammad Taufik dengan mas kawin seperangkat perhiasan emas di bayar ... Tunai," ucap Farhan dengan sekali tarikan napas.
"Bagaimana ...? SAH ... SAH ... para saksi?" tanya pak penghulu dengan kedua orang saksi.
"Sahhh ...!" jawab saksi serempak.
Tampak Farhan menarik napas lega. Setelah dinyatakan Sah.
Farhan menunggu dengan gelisah kedatangan pengantin wanitanya. Annisa, wanita yang telah menjadi istrinya, adalah teman masa kecilnya dulu.
Ketika Annisa memasuki ruangan dan duduk di samping Fathan, tampak pria itu kaget. Dia tidak mengira banyak perubahan yang terjadi pada diri Annisa.
Seingat Farhan, wanita itu berkulit sawo matang bukan putih seperti yang duduk disampingnya. Annisa menyalami dan mencium tangan Fathan.
Setelah itu penandatanganan surat nikah dan penyerahan mas kawin. Farhan tampak masih kaget dengan kenyataan jika Annisa tidak seperti yang dia bayangkan. Mereka duduk bersanding menerima tamu undangan.
Selama acara berlangsung Farhan tampak hanya diam terpaku. Berbeda dengan Annisa, dia tampak gembira dan selalu memberikan senyuman semringahnya.
Setelah jam menunjukkan pukul sebelas malam, tamu undangan mulai sunyi. Keluarga meminta kedua pengantin untuk meninggalkan acara.
Farhan dan Annisa meninggalkan tempat pesta menuju kamarnya. Di kamar, saat Annisa akan mengganti pakaiannya tiba-tiba Farhan bersuara.
"Kamu bisa menggantikan pakaianmu di kamar mandi. Jangan dihadapanku. Besok kita langsung pindah ke rumah baru. Di sana kita akan tidur terpisah," ucap Farhan dengan suara lantang.
"Terpisah? Kenapa,Kak? Bukankah kita sudah sah sebagai suami istri. Kenapa kita harus tidur terpisah?"
"Aku belum bisa memenuhi kewajibanku sebagai suami istri. Aku menikahimu hanya sebagai baktiku kepada kedua orang tua. Sebenarnya aku telah memiliki kekasih dan kami telah berhubungan selama 6 tahun."
"Maksud kak Farhan, kakak menikah denganku karena terpaksa sebagai bakti kepada orang tua. Untuk itu kakak nggak bisa menunaikan kewajiban sebagai suami karena nggak ingin mengkhianati kekasih kakak."
"Ya. Aku nggak akan pernah memberimu nafkah batin. Namun, nafkah yang lain akan aku penuhi. Pernikahan kita hanya sementara, saat kekasihku siap untuk menikah, kita akan pisah. Kamu nggak akan rugi karena aku belum menggaulimu."
Annisa tidak mau mendengarkan lagi ucapan Farhan, dia segera melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Annisa menghidupkan keran dan membiarkan air mengalir. Tangisnya pecah.
Annisa yang awalnya sangat bahagia ketika orang tuanya mengatakan jika dirinya akan dinikahkan dengan Farhan, menjadi sangat kecewa mengetahui kenyataan jika Farhan tidak pernah menginginkan pernikahan ini.
"Tuhan, katakan jika pertemuan ini hanyalah suatu kebetulan, sehingga aku tak harus berharap terlalu banyak. Aku sadar,tidak semua angan-angan seseorang akan dia dapatkan. Angin berhembus tidak sesuai dengan kehendak perahu layar."
Annisa masih menangis tersedu di dalam kamar mandi. Sementara itu, Farhan telah mengganti pakaiannya dengan piyama dan membaringkan tubuhnya di ranjang pengantin mereka.
"Ketika aku merasakan kebahagiaan mendalam, aku merasa tertampar karena setiap kebahagiaan itu buat aku tersadar bahwa kebahagiaan hanya sementara. Sebenarnya yang menyakitkan itu bukan dia. Tetapi harapanmu terhadap dirinyalah yang terlalu tinggi. Namun, apapun yang terjadi, nikmati hidup ini. Hapus air mata dan berikan senyummu. Kadang senyum terindah datang setelah air mata penuh luka."
Annisa menghapus air matanya. Dia membasuh wajahnya dari riasan. Setelah itu Annisa mandi. Annisa mengambil wudu untuk melaksanakan solat malam.
Setelah mandi dan menggantikan pakaiannya dengan piyama, Annisa keluar dari kamar mandi. Annisa melihat ke arah tempat tidur. Suami yang dia harapkan akan memberikan kebahagiaan ternyata memberikan luka.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bersambung.
Selamat Siang. Mama hadir dengan novel terbaru. Mama harapkan dukungan dari semuanya. Jangan lupa tekan love, like dan tinggalkan komentarnya untuk memberikan mama semangat.
Terima kasih. 😘😘😘😘
Siang harinya setelah pamit dengan kedua orang tuanya, Annisa dan Farhan pindah ke rumah yang suaminya beli dua tahun lalu.
Farhan selama ini hanya tinggal sendirian di rumah yang saat ini Annisa tempati.
Setelah dapur selesai dibersihkan, Annisa membuat jus jeruk buat suaminya Farhan. Dua gelas jus jeruk Annisa bawa dengan napan.
"Silakan di minum, Kak!" ucap Annisa.
Annisa meletakkan jus jeruk itu di meja, berhadapan dengan Farhan. Annisa memilih duduk di samping Fathan, suaminya.
"Aku akan mempekerjakan seseorang untuk membantu kamu di dapur dan seorang tukang kebun sekalian supir jika kamu butuhkan."
"Aku rasa nggak perlu, Kak. Aku bisa mengerjakan sendiri. Jika hanya untuk kita berdua, aku masih sanggup memasaknya."
"Nanti ibumu dan ibuku mengira aku pelit, nggak mau menggaji seseorang buat membantu pekerjaanmu. Lagi pula aku nggak mau berhutang budi karena kamu telah membantu dan melayaninya."
"Itu bukan hutang budi, jika aku membantu pekerjaan rumah, dan melayani Kak Farhan tapi emang udah kewajibanku sebagai seorang istri."
"Kita hanya menikah di atas kertas, Annisa. Jangan pura-pura baik, menjadi istri berbakti. Aku juga nggak bisa menunaikan kewajibanku."
"Walau pernikahan kita ini, Kak Farhan anggap hanya pernikahan diatas kertas, tapi itu sah menurut agama maupun negara. Sebagai baktiku, aku nggak akan keberatan melakukan semuanya walau kak Farhan belum bisa melaksanakan kewajiban sebagai suami."
"Jangan bersikap sebagai istri yang baik, karena aku nggak akan pernah terenyuh. Aku telah berencana menikah setahun lagi dengan kekasihku. Jadi pernikahan kita hanya sampai segitu. Jangan melibatkan hati dan perasaan agar saat kita harus berpisah tidak ada luka."
Farhan berdiri dari duduknya. Tanpa menyentuh minuman yang Annisa sediakan, pria itu meninggalkan Annisa.
Annisa memegang dadanya yang terasa sesak, tapi dia telah bertekat tidak akan menangis dan menyerah pada kenyataan ini. Annisa akan buktikan pada Farhan jika ia kha pantas dicintai. Annisa juga ikut masuk ke kamar tamu.
...----------------...
Annisa membuat sarapan roti bakar. Segelas kopi dan sepiring roti telah selesai dihidangkan.
Annisa melangkah menuju kamar suaminya. Diketuk pintu beberapa kali, tidak juga ada sahutan.
Annisa mencoba memutar gagang pintu. Ternyata tidak di kunci. Annisa melangkah masuk dan menghidupkan lampu kamar.
Tampak Farhan masih terlelap di bawah selimut yang menutupi tubuhnya. Annisa mendekati tempat tidur dan mencoba membangunkan Farhan dengan mengguncang lengannya pelan.
"Ada apa, Sayang," ucap Farhan dengan mata yang masih tertutup.
"Bangun, Kak. Udah mau jam 7.Kakak harus kerja."
"Sebentar, Sherlin. Aku masih ngantuk, Sayang," ujar Farhan dengan mata yang masih tertutup.
Annisa tersentak saat Farhan menyebut nama wanita lain. Annisa yakin itu pastilah nama kekasih suaminya.
Annisa kembali membangunkan Farhan. Kali ini tangannya diraih Farhan dan digenggamnya.
Farhan menarik tangan Annisa kuat hingga wanita itu jatuh ke dalam pelukannya. Farhan membuka matanya perlahan dan mendapatkan Annisa yang sedang berada dalam pelukannya.
Farhan melepaskan pelukannya dan langsung duduk bersandar di kepala ranjang.
"Siapa yang mengzinkan kamu masuk dan memeluk tubuhku."
"Aku masuk setelah beberapa kali mengetuk pintu tapi nggak ada jawaban. Aku juga nggak memeluk tubuh, Kakak. Namun, Kak Farhanlah yang menarik tanganku, hingga tubuhku jatuh kepelukan."
"Sudahlah, aku nggak butuh alasan. Lain kali, jangan masuk walau aku nggak membukakan pintu."
"Aku hanya takut Kak Farhan telat pergi kerja."
"Perusahaan itu milikku, nggak akan ada yang marah. Sekarang keluarlah," usir Farhan.
Dengan menahan sesak di dada, Annisa berjalan keluar dari kamar.
Beberapa orang terluka oleh kata-kata dan beberapa oleh tindakan. Tapi luka terbesar yang aku percaya adalah seseorang mengabaikanmu ketika kamu menghargai mereka lebih dari apa pun.Sungguh menyakitkan menjadi orang yang selalu berusaha menjadi apa yang dibutuhkan orang lain, tetapi tidak pernah dihargai.Yang lebih buruk dari dibenci adalah diabaikan karena kamu seperti tidak ada sama sekali, dan kehadiranmu bukanlah apa-apa.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bersambung.
Mohon dukuangannya dengan memberi like dan komentar. 🥰🥰🥰🥰🥰
Annisa keluar dari kamar Farhan dengan menahan sesak di dada. Dipegangnya dadanya. Wanita itu duduk di kursi makan menunggu Farhan.
Setengah jam baru Farhan keluar. Dia menuju meja makan dan melihat roti bakar dan segelas kopi yang tersedia.
"Mulai besok, jangan buatkan aku sarapan. Aku nggak akan menyantapnya. Biasanya aku juga begitu, sarapan berdua dengan Serlin di restoran."
"Aku nggak tau, tapi Kak Farhan bisa sarapan sedikit di rumah. Setelah itu baru sarapan dengan Serlin ," ucap Annisa berusaha tersenyum.
"Kamu pikir perut aku apa? Sarapan dua kali," ucap Farhan.
"Aku kerja. Jangan tunggu kapan aku pulang. Mungkin aja aku pulang tengah malam."
"Kak Farhan lembur?" tanya Annisa. Dia bangun dari duduknya dan mendekati Farhan.
"Nggak, Sherlin mengajak makan malam setelah pulang kerja."
Annisa memegang dasi Farhan, membuat pria itu terdiam dan tertegun. Bau wangi tubuh Annisa menusuk hidungnya.
"Apa maumu?" tanya Farhan.
"Aku hanya memperbaiki dasi Kak Farhan. Kurang rapi. Jika dulu, orang nggak akan bicarakan, tapi saat ini Kak Farhan telah memiliki istri. Jika dasi dan pakaian nggak rapi, yang akan diomongin istrinya, aku. Mereka nanti berpikir aku nggak melayani Kak Farhan," ucap Nissa sambil memperbaiki dasi Farhan.
"Rapi, sekarang kak Farhan baru boleh pergi kerja." Annisa menyalami Farhan dan mencium tangannya.
"Salam buat Sherlin. Kapan-kapan Kak Farhan bisa kenalkan denganku. Aku ingin tau, wanita seperti apa yang dicintai suamiku," ucap Annisa dengan senyuman.
Wanita macam apa yang ada dihadapanku saat ini. Biasanya wanita akan marah jika suaminya dengan wanita lain. Namun Nissa bahkan minta kenalan.
"Hati-hati, Kak. Jangan telat makan siang."
Farhan berjalan meninggalkan Annisa menuju mobilnya. Dari dalam mobil Farhan memperhatikan Annisa yang masih berdiri di teras rumah mereka.
Annisa itu sebenarnya cantik banget, dan lembut. Namun, sayang banget aku udah memiliki kekasih yang sangat aku cintai. Aku telah sering mengecewakan Serlin, pasti dia akan terluka jika tau aku dan Nissa bercinta. Makanya aku nggak mau menyentuh Nissa. Lagi pula kasihan jika nanti kami pisah, kesuciannya telah aku renggut. Biarlah itu untuk pria yang mencintai dirinya dan juga dicintai Annisa.
Farhan menjalankan mobilnya dengan perlahan, meninggalkan halaman rumah dan Annisa.
Setelah Farhan pergi Annisa masuk ke rumah. Dia melihat sambil tersenyum ke arah sarapan yang tidak di sentuh Farhan.
"Tersenyumlah dan katakan 'kamu baik-baik saja', karena toh tidak ada yang benar-benar peduli. Aku tersenyum kemarin, aku tersenyum hari ini dan saya akan tersenyum besok. Hanya karena hidup ini terlalu singkat untuk menangisi apa pun. Aku akan belajar tersenyum melalui rasa sakit ini. Terkadang hanya itu yang kita dapatkan. Terkadang kita hanya perlu tersenyum, berpura-pura semuanya baik-baik saja, menahan air mata dan pergi begitu saja."
Annisa mengambil semua berkas-berkas yang dibutuhkan untuk mencari pekerjaan. Dia memutuskan untuk kembali melamar pekerjaan. Di rumah akan membuat rasa sakitnya akan bertambah.
Farhan yang baru sampai di ruang kerjanya si kagetkan dengan seseorang yang langsung memeluknya.
"Sayang, sejak kapan kamu datang," ucap Farhan begitu tahu yang memeluknya Serlin.
"Aku sampai kemarin malam. Pagi-pagi langsung ke sini, karena aku tau kamu nggak akan pergi bulan madu. Kamu pasti akan langsung bekerja."
"Aku udah katakan, jika pernikahanku hanyalah diatas kertas. Aku akan menunggu saat kamu siap menikah."
Farhan duduk di kursi kerjanya. Serlin naik ke pangkuan dan memeluknya.
"Aku mencintaimu, Serlin. Nggak akan ada wanita yang bisa menggantikan kamu di sisiku."
Serlin mengecup bibir Farhan mendengar ucapan cinta dari pria itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!