"Valerie!" Hansel berteriak memanggil nama wanita itu. Matanya menajam, melihat ke segala penjuru, berusaha untuk menemukan gadis yang dicarinya.
"Valerie!" panggilnya lagi.
"Ada apa, Hans? Kenapa kau berteriak-teriak seperti itu? Kau sangat tidak sopan!" tukas Arga.
"Di mana Kakakmu itu?" tanya Hansel, dia menatap Arga dengan tatapan yang susah diartikan.
"Dia di kamarnya," jawab Arga.
Tanpa memperdulikan Arga, Hansel berjalan mendahului pria itu. Langsung menuju kamar Valerie yang berada di lantai atas.
Tanpa permisi, Hansel membuka pintu kamar Valerie. Terlihat wanita itu sedang duduk di meja belajarnya dengan tatapan kosong.
Valerie terkejut ketika tangannya ditarik paksa oleh seorang pria. Dia semakin terkejut karena pria itu adalah Hansel.
"Kak, ada apa? Kenapa kau sekasar ini?" tanya Valerie gusar.
"Ada apa?" Hansel menyeringai, "Sudah berapa kali kukatakan, jangan pernah mencampuri urusan pribadiku? Kenapa kau tidak pernah mendengar apa yang kukatakan, ha?" pekik Hansel tepat di telinga Valerie.
Valerie menolak tubuh Hansel, "Kenapa? Kau masih berani bertanya kenapa aku melakukan ini semua?" Valerie ikut menaikkan oktaf suaranya.
"Karena aku mencintaimu, Kak!"
"Mencintaiku?" Hansel tersenyum meremehkan.
Hansel melepaskan tangan Valerie, berbalik dan hendak pergi. Namun, Valerie langsung menghadang jalan pria itu.
"Kak, aku benar-benar mencintaimu. Kenapa setiap kali aku menyatakan cinta, kau tidak pernah mengatakan apapun?!" sentak Valerie, menatap lekat manik hazel pria di hadapannya saat ini.
"Valerie, pengakuan cintamu itu tidak pernah bisa menggerakkan hatiku. Sesuatu yang serius selalu memerlukan bukti. Jadi, jika kau benar-benar mencintaiku, maka buktikanlah dengan ketulusanmu. Jika hanya mengobral pernyataan cinta, semua orang juga bisa melakukannya!" cetus Hansel.
"Bukti? Aku tidak tau, bukti apa yang harus aku tunjukkan agar kamu percaya dengan pernyataan cintaku," ucap Valerie bingung.
"Kau tidak tau?" Hansel tersenyum meledek, begitulah dia,entah sudah berapa ribu kali Valerie menyatakan cinta padanya, tapi selalu ditanggapi dengan senyuman olehnya. Seolah-olah, pernyataan cinta yang dilakukan Valerie hanyalah sebuah guyonan belaka.
"Berikan kesucianmu padaku, maka aku akan menganggap serius pernyataan cintamu itu," pungkas Hansel, seringaian tipis tercetak jelas di wajahnya.
"Ke-kesucianku?" mata Valerie terbelalak. Memang benar, cinta membutuhkan sebuah pengorbanan. Tapi, dia tidak menyangka, pengorbanan yang diinginkan Hansel, adalah hal yang paling ia jaga selama ini.
"Kenapa? Kau tidak bersedia?" tanya Hansel, raut wajah Valerie sudah cukup memberikannya jawaban. "Kalau begitu, jangan pernah katakan cintamu padaku lagi. Kau belum cukup tulus, Val," imbuhnya, Hansel mengambil langkah, namun lagi-lagi langkahnya terhenti.
"Kak, bisakah kau mengganti permintaanmu?" pinta Valerie memohon, menatap punggung Hansel dengan mata yang berkaca-kaca.
"Kenapa aku harus menggantinya? Kau tidak bersedia memberikannya padaku, atau kau sudah memberikannya pada pria lain?" tuding Hansel dengan seringaian samar. Dia tidak benar-benar menginginkan kesucian wanita menyebalkan yang sudah dianggap seperti adiknya sendiri. Tujuannya hanya satu, dia ingin membuat Valerie menyerah dengan pernyataan cinta konyolnya itu. Tidak lagi mengusik pacar-pacar Hansel. Setiap Hansel memiliki seorang kekasih, pasti berujung dengan perpisahan karena gangguan Valerie.
Valerie terbelalak, dia menggelengkan kepalanya, tentu saja Valerie sangat terkejut dengan kata-kata Hansel yang berhasil menikam hatinya.
"Bu-bukan seperti itu, Kak. Hanya saja, aku memang tidak bisa untuk…." Valerie terdiam, ucapannya terasa tertahan di tenggorokan.
"Apa?" Hansel masih berdiri membelakanginya, dengan sabar menunggu kata-kata yang akan diucapkan Valerie padanya.
Valerie terdiam, hanya merangkai kata untuk sebuah penolakan saja dia bingung. Bagaimana bisa dia membuat Hansel percaya dengan pernyataan cintanya.
"Aku sibuk. Kalau kau tidak bersedia, maka mulai sekarang jangan pernah mengusik kehidupan pribadiku lagi. Carilah kebahagiaanmu sendiri, Vale. Karena aku memang tidak akan mungkin bisa menerima cinta palsumu itu!" ucap Hansel. "Jangan pernah mendatangi pacar-pacarku dan membuat mereka memutuskan hubungannya denganku. Bagaimanapun caranya, seumur hidupku, aku tidak akan pernah memilihmu!" ucap Hansel, kata-kata tajamnya sangat menusuk.
"Aku sudah mencintaimu selama bertahun-tahun. Mana mungkin aku bisa membuang semua perasaan ini begitu saja. Aku tidak akan pernah melakukan itu!" kekeuh Valerie.
Rahang Hansel mengetat, dia benar-benar kesal. Apakah harus mengancamnya baru bisa membuatnya menyerah? Kalau begitu, hanya bisa mencoba baru tahu jawabannya.
Hansel berbalik, dia berjalan ke arah Valerie. Kemudian,mendorong Valerie ke atas ranjang, menghimpit tubuh wanita itu.
"Itu artinya, kau bersedia menyerahkan kesucianmu itu padaku, kan?" tantang Hansel, "Kebetulan, Om Rey dan Tante Rena sedang tidak berada di rumah. Berarti, kita bisa melakukannya sekarang!"
-Bersambung-
"A-apa?" Valerie melotot, dia menatap lekat wajah Hansel, melihat apakah Hansel benar-benar serius atau tidak. Namun, wajah datar Hansel membuat Valerie merasa takut.
"Kak, aku, a-aku ti–" Valerie tergagap. Baru kali ini dia bisa sedekat itu dengan Hansel. Hatinya belum siap, sehingga jantungnya berdetak lebih kencang tidak karuan.
"Tidak mau?" Hansel bangkit dari tubuh Valerie. "Vale, kuharap ini menjadi yang terakhir!" kecam Hansel, kemudian pria itu melenggang pergi dari sana. Meninggalkan Valerie yang masih berbaring di ranjangnya dengan wajah tegang dan jantung yang berdegup kencang.
"A-aku masih tidak percaya, kami hampir berciuman tadi," gumamnya, memegang bibirnya yang sampai sekarang belum kehilangan momen first kissnya.
Dentuman pintu saat Hansel keluar menyadarkan Valerie. Wanita itu bangkit, menatap pintu dengan tatapan nanar. Otaknya berputar cepat, hatinya jadi meragu.
'Apakah aku harus menuruti permintaannya? Menyerahkan kesucianku yang selama ini aku jaga. Aku menjaganya juga untuk dirinya. Tapi, aku tidak menduga dia akan memintanya secepat ini. Bahkan, kami belum terikat dengan hubungan apapun. Jika sudah
mendapatkan apa yang dia mau, setelah itu dia pergi meninggalkanku, apa yang harus aku perbuat? Tidak ada yang bisa menjamin, dia akan bersungguh-sungguh mencintaiku setelah itu. Tapi, disisi lain, aku percaya kalau dia adalah pria yang jujur, dia pasti menepati janjinya.' batin Valerie.
Namun, hatinya menjadi sakit. Bukan ini akhir yang dia inginkan. Kenyataan yang saat ini menimpanya begitu menyakitkan hati.
"Apakah aku harus benar-benar menyerahkan kesucianku padanya?" Valerie menengadahkan kepalanya, melihat langit-langit kamar berwarna putih, warna kesukaan Hansel.
Valerie membuka pintu menuju balkonnya. Berdiri di tepi balkon sembari menatap awan yang berwarna jingga. Angin senja menerpa wajahnya, dinginnya terasa sampai ke tulang. Namun, dia masih memilih menetap, merasakan semilir angin yang membuat raganya tenang.
Valerie membenarkan kacamatanya, pandangannya terasa buram kala air mata mulai menganak di tepi kelopak matanya.
"Tuhan, aku benar-benar bingung sekarang. Aku … tidak mau melakukan dosa yang sama seperti Ibuku!" gumam Valerie yang benar-benar dilanda kebingungan. Dia benar-benar mencintai Hansel, tapi dia tidak mau mengikuti jejak sang Ibu yang melakukan kesalahan dengan melakukan hubungan suami istri sebelum menikah. Sungguh, dia benar-benar tidak mau.
Amanda Valerie, sering dipanggil Vale oleh orang-orang terdekatnya. Namanya sangat indah, namun nasib percintaannya sungguh tidak seindah itu.
Ibunya meninggal saat melahirkannya. Sedangkan sang Ayah? Dia tidak tahu di mana keberadaan Ayahnya itu. Bahkan, rupanya pun dia tidak tahu. Benar, dia anak yang lahir karena kesalahan kedua orang tuanya, dan Ayahnya tidak mau bertanggung jawab.
Dia diangkat oleh orang baik, yaitu Rena dan Rey. Selama ini, dia diperlakukan sangat baik oleh semua anggota keluarganya, kecuali Hansel. Pria yang telah mencuri hatinya namun tidak pernah berniat mengembalikannya.
Valerie termasuk orang yang introvert, dia memilih menutup kecantikannya dengan kacamata tebalnya dan rambut yang dikepang dua, baju-bajunya juga jauh dari kata fashionable.
Saudara-saudarinya sering mengajari dia berdandan, namun dia sudah terlampau nyaman dengan penampilannya saat ini. Dia tidak pernah mengolesi wajahnya dengan make-up apapun. Jika menatapnya dengan intens, kecantikannya benar-benar sangat terlihat.
Dia memiliki seorang Bibi dan Nenek kandung. Namun,dia lebih memilih tinggal bersama Rena dan Rey, yang sudah dianggap sebagai orang tua kandungnya.
Valerie menatap wajahnya, dia menyapu air matanya yang mengaburkan penglihatannya.
"Aku tidak mau memiliki anak di luar nikah karena kesalahanku. Aku tidak ingin anakku kelak akan bernasib sama sepertiku," gumam Valerie. Dia menangkup wajahnya yang sudah bersimbah dengan air mata.
"Apakah aku harus melepaskan laki-laki yang menjadi cinta keduaku itu? Padahal, dia sangat kejam padaku, tapi entah kenapa aku bisa mencintainya sampai segila ini!" gumam Valerie. "Besok aku akan mencoba untuk menemuinya. Mungkin, ada cara lain yang bisa membuatku memilikinya namun tidak menyerahkan kesucianku sebelum kami menikah!" ucap Valerie sambil memeluk dirinya sendiri.
*****
Keesokan harinya, Valerie menemui Hansel di kantornya. Karena dia dikenal sebagai adik Hansel, untuk masuk ke dalam ruangan pria itu bukanlah hal yang sulit.
"Pak, Nona Valerie ingin bertemu Anda," ucap sang sekretaris melaporkan.
"Hah!" Hansel menarik nafas panjang, dia kira semuanya telah usai. Tapi, kenapa Valerie malah datang menemuinya lagi.
"Tolak saja. Katakan padanya aku sedang sibuk atau sedang tidak berada di kantor!" ucap Hansel, kembali fokus pada dokumen-dokumen di depannya.
"Baik, Pak!" sekretaris Hansel menundukkan kepalanya sebelum keluar.
Saat sekretaris Hansel membuka pintu, Valerie langsung menerobos masuk ke dalam tanpa permisi.
"No-nona, Anda tidak diizinkan masuk!" pekik sang sekretaris.
Hansel langsung menoleh ke arah keributan, sekali lagi dia menghela nafas ketika melihat Valerie menerobos masuk ke ruangannya.
"Ada apa?" tanya Hansel tanpa menoleh pada Valerie.
Valerie melihat ke arah sekretaris Hansel yang masih berdiri memperhatikannya di sana. Valerie terdiam cukup lama, Hansel mengerti kenapa Valerie terdiam.
"Keluar!" usir Hansel.
"Baik, Pak!."
"Ada apa, Vale?" tanya Hansel lagi.
"Kak, a-aku mau bertanya. Apakah tidak ada persyaratan lain agar aku bisa menjadi pacarmu?" tanya Valerie sambil menggigit bibir bawahnya.
"Ada. Menikah denganku!" celetuk Hansel.
-BERSAMBUNG-
"Kak, a-aku mau bertanya. Apakah tidak ada persyaratan lain agar aku bisa menjadi pacarmu?" tanya Valerie sambil menggigit bibir bawahnya.
"Ada. Menikah denganku!" celetuk Hansel, membuat Valerie terkejut sekaligus senang secara bersamaan.
"A-apa? Menikah denganmu?" tanya Valerie yang masih speechless.
"Ya, menikah denganku. Bagaimana, kamu mau?" tanya Hansel, berjalan mendekati Valerie yang berdiri mematung sambil terus berpikir, kira-kira apakah yang dikatakan Hansel itu benar atau hanya candaan saja.
"Kak, kamu sedang bercanda, ya?" tanya Valerie yang terlihat kesal. "Aku sedang berbicara serius, tapi kenapa kamu malah bercanda seperti ini?!" sentak Valerie.
"Memangnya, raut wajahku sedang menunjukkan candaan?" Hansel menunjuk wajahnya sendiri.
"Memang tidak. Tetapi, a-aku mengira kamu memang sedang bercanda denganku," ucap Valerie kemudian menundukkan kepalanya.
"Vale, aku sedang serius! Kamu mau tidak?" tanya Hansel sekali lagi untuk memastikan.
Valerie tersenyum senang, dia tidak menyangka kalau akhirnya Hansel lah yang mengajaknya menikah. Penolakan-penolakan yang dilakukan pria itu, malah berujung dengan ajakan menikah. Hati siapa yang tidak terharu dengan perihal seperti ini?
"Tentu saja, aku pasti mau!" Valerie tersenyum senang. Dia melihat Hansel yang sudah memeluknya dari belakang, Valerie bertambah senang.
"Tapi, aku memiliki satu syarat yang harus kau setujui kalau mau menikah denganku. Kalau kau tidak setuju dengan persyaratanku, berarti pernikahan kita gagal!" celetuk Hansel sambil memainkan rambut kepang Valerie.
"Syarat? Syarat apalagi, Kak? Memangnya, kalau mau menikah itu harus punya syarat, kah?" tanya Valerie dengan polosnya.
"Mau dengar tidak?" tanya Hansel.
"Ma-mau, Kak. Apa syarat yang harus aku penuhi?" tanya Valerie. Senyuman belum menghilang dari wajahnya.
"Syaratnya adalah ... pernikahan ini harus dirahasiakan dari siapapun. Tidak ada yang boleh mengetahui tentang pernikahan kita ini. Hanya kita berdua saja yang tau tentang ini, bagaimana?" ucap Hansel mengajukan syaratnya .
Aku yakin, setelah ini kamu pasti akan mundur. Tidak mungkin kamu mau menikah secara rahasia seperti ini. Yang kamu impikan, pernikahan sempurna dan bahagia. Jawablah, Valerie, aku sudah tidak sabar mendengar kalau dirimu akan mundur dan menyerah!
Hansel menyunggingkan senyuman puas saat melihat wajah terkejut Valerie. Valerie memang benar-benar sangat terkejut dengan syarat yang Hansel ajukan. Dia mematunh sejenak di tempatnya, tidak bisa mengucapkan apa-apa. Apalagi, menjawab syarat yang diajukan oleh Hansel.
"Kenapa malah termenung? Bagaimana? Sekarang jawablah, apakah kamu bisa menyanggupi persyaratan yang kau ajukan barusan?" ucap Hansel membuat Valerie teesadar dari lamunannya.
"Ke-kenapa kamu mengajukan syarat ini, Kak? Kenapa mereka tidak boleh tahu tentang pernikahan ini?" tanya Valerie, air mata sudah menganak di pelupuk matanya.
"Aku memiliki alasanku sendiri, Vale. Kamu tidak perlu tahu. Kalau memang kamu keberatan dengan persyaratan ini, tidak masalah. Tidak perlu menerima pernikahan ini. Dan mulai sekarang, hapuskan perasaan cinta yang ada di hatimu ini!" Hansel menunjuk dada Valerie, wanita itu semakin gamang.
Ingin melepaskan, namun perasaannya sudah terlalu dalam. Namun, apakah dia benar-benar bisa menyembunyikan hal sebesar ini dari orang-orang terdekatnya, termasuk Papa dan Mamanya?
"Ka-kamu akan membahagiakan aku, kan, Kak? Tapi, kenapa kamu tiba-tiba mengajakku menikah? Kemarin, kamu baru saja menolakku mentah-mentah, Kak!" desak Valerie, dia benar-benar membutuhkan penjelasan yang bisa membuatnya tenang untuk menerima pernikahan yang akan dirahasiakannya pada semua orang.
Kenapa? Tentu saja untuk membuatmu menyerah dengan semua ini, Vale! Aku sudah menganggapmu sebagai adikku. Jadi, untuk membuatmu menyerah dengan perasaanmu itu, aku tidak tega menyakitimu terlalu jauh, Vale. Kumohon, mengertilah dan menyerahlah!
"Menurutmu, apakah aku akan membahagiakanmu atau tidak?" tanya Hansel, suaranya begitu datar, sedatar wajahnya saat ini.
"Kamu lah yang mengajakku menikah. Walaupun aku tidak tahu kenapa kamu meminta aku merahasiakan pernikahan ini. Tetapi, aku tetap percaya padamu, Kak. Aku yakin, kamu benar-benar mencintaiku dan bisa membahagiakan aku seperti yang aku harapkan selama ini," tutur Valerie, binar-binar kebahagiaan tercetak jelas di wajahnya.
Mendengar penuturan Valerie, wajah Hansel langsung berubah masam. Dia merasa tidak mengerti dengan ucapan wanita itu. Wajahnya mendadak muram tapi tidak terlalu dia perlihatkan.
"Lalu? jawabanmu?" tanyanya sekali lagi.
Valerie *******-***** jemarinya dengan gugup, menggigit bibir bawahnya guna menetralkan kegugupan yang menderanya.
"Aku ... mau menikah denganmu, Kak!" jawab Valerie sambil tersenyum bahagia.
"A-apa?" Hansel begitu terkejut, dia tidak menduga Valerie akan menerima pernikahan konyol ini. Apa karena dia terlalu mencintainya? "Kamu serius?" tanya Hansel lagi memastikan.
Valerie menganggukkan kepalanya, meyakinkan diri sesaat kemudian tersenyum. "Ya, aku yakin. Memangnya, kenapa?" tanya Valerie.
"Vale, seharusnya kamu memikirkannya terlebih dahulu, kemudian menolakku. Pernikahan rahasia ini begitu konyol, bukan? Kenapa kamu malah menerimanya tanpa pikir panjang?" ketus Hansel. Dia begitu kesal dengan Valerie yang menerima tawaran pernikahan itu. Padahal, tujuan Hansel hanya untuk membuat wanita yang sudah dianggap adik olehnya itu melupakan semua perasaannya untuk Hansel.
Namun, kejadian yang tidak diduga malah terjadi. Membuat Hansel pusing tujuh keliling.
"Memikirkan apa lagi? Menikah denganmu saja sudah merupakan kebahagiaan terbesar bagiku. Sekarang, aku cukup bungkam, merahasiakan pernikahan kita dari siapapun, kan? Aku pasti akan melakukannya sesuai dengan apa yang kamu katakan kok. Itu hal yang mudah bagiku," tutur Valerie.
"Lalu, di mana letak kesalahannya, Kak? Aku menerima ajakan menikah darimu karena aku benar-benar mencintaimu. Aku yakin, kamu mampu membahagiakan aku, Kak. Kelak, hubungan kita pasti akan terekspos dan kita akan bersama di depan umum. Tentunya, itu harus membutuhkan izin darimu terlebih dahulu. Aku hanya perlu bersabar sebentar. Yang penting, aku bisa bersamamu, itu sudah sangat cukup untukku, Kak!" imbuhnya sambil menampilkan sederet giginya.
Kau terlalu polos Vale!
Hansel semakin mendekatkan wajahnya pada Valerie. Membuka kacamata wanita itu.
"Karena kamu sudah menjawab begitu. Maka, jangan pernah menyesalinya!" ucap Hansel berbisik.
-Bersambung-
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!