Seorang wanita cantik mengenakan pakaian tidur yang ditutupi blazer panjang berdiri di atas jembatan. Rambut panjangnya yang tergerai sesekali terurai dihempas angin malam. Namanya Yurika Esperanza, seorang artis terkenal yang kini fotonya ada di mana-mana.
Malam ini, ia tampak sedih. Air mata mengalir di pipinya tanpa henti. Pandangannya terarah pada sungai besar di bawah jembatan. Ia ingin mengakhiri hidupnya.
Di balik nama besar dan kehidupan mewahnya, ada banyak beban yang harus ditanggung olehnya. Rasanya, hari ini ia sudah tidak kuat lagi untuk menanggungnya. Ia ingin mengakhiri segala penderitaannya.
Yurika naik ke atas pagar jembatan. Merentangkan kedua tangannya seperti burung yang hendak terbang. Matanya terpejam lalu ia menjatuhkan dirinya ke sungai
Byur!
Tubuh Yurika telah masuk ke dalam air dengan sempurna. Ia tidak melawan sama sekali ketika air terus menariknya jatuh lebih dalam ke bawah. Air perlahan masuk ke dalam mulutnya, menggantikan pasokan oksigen yang seharusnya ia dapatkan. Rasa tercekik yang menyakitkan ia rasakan menjelang kematiannya. Lambat laun kesadarannya hilang dan ia tertidur dalam mimpi yang dalam.
Mimpi ....
Tentang masa-masa kejayaannya ....
Sebagai seorang artis ....
*
*
*
"Apa hambatan Anda selama memerankan tokoh Kiara, wanita yang diselingkuhi suaminya dalam film terbaru ini?" tanya seorang wartawan.
"Ah, apa ya, hambatannya ... saya rasa tidak ada. Ini bukan pertama kalinya saya berperan sebagai tokoh protagonis yang teraniaya. Apalagi lawan main saya sepertinya sangat menghayati perannya sebagai suami suami yang kasar jadi saya gampang menangis selama proses syuting. Berasa sedang dimarahi suami sungguhan."
Jawaban dari sang artis membuat suasana wawancara malam itu semakin meriah. Gelak tawa dari Para wartawan terdengar saat narasumber yang mereka wawancarai berusaha melawak.
"Kalau seandainya kisah film tersebut terjadi di dunia nyata, apa yang akan Anda lakukan dengan suami Anda?"
"Hem, pertanyaan yang sulit juga, ya ...." Artis tersebut tampak menghela napas.
Kisah nyata yang pernah dialami juga tak jauh berbeda dengan cerita di film terbarunya. Bedanya, ia belum menikah saat sang pacar ternyata berselingkuh dengan wanita lain. Sang pacar juga akhirnya memilih menikah dengan wanita selingkuhannya yang berasal dari keluarga kaya raya.
"Seandainya saya mendapatkan suami seperti Emran, mungkin lebih baik saya tidak menikah seumur hidup. Atau kalau sudah terlanjur dinikahi lelaki seperti itu, saya akan memilih menjadi janda. Untuk apa kita bertahan dengan orang yang tidak memperdulikan kebahagiaan kita? Lebih baik hidup sendiri dengan membahagiakan diri sendiri."
"Yap! Saya rasa wawancara kali ini sudah cukup, sampai jumpa di kesempatan selanjutnya. Jangan lupa untuk nonton filmnya." Sang manajer menghentikan acara wawancara. Ia meminta sang artis untuk meninggalkan tempat wawancara.
"Terima kasih, Yurika .... "
"I love you, Yurika ...."
"Yurika! Jadilah istriku!"
Jepretan lampu kamera serta gemuruh suara teriakan para penggemar terpusat kepada seorang wanita yang kecantikannya bak Dewi Yunani. Ia tersenyum sembari melambaikan tangan dengan anggun sebagai ucapan selamat tinggal kepada para wartawan dan fans setia setelah acara launcing film terbarunya usai. Kecantikan parasnya serta keindahan senyumnya membuat banyak orang jatuh hati hingga ada yang menitihkan air mata saking bahagianya bisa berjumpa dengan artis tercantik di negara ini.
Yurika Esperanza. Begitulah orang-orang biasa menyebutnya. Wanita berusia 20 tahunan yang semakin menanjak karirnya di dunia hiburan. Majalah, iklan, serta layar bioskop tak pernah absen dihiasi wajah Yurika. Seakan seisi negara ini begitu memuja dirinya. Kepopulerannya mengalahkan populeritas presiden dan wakil presiden.
❤❤❤❤❤
Halo .... 🖐🏻
Selamat membaca cerita baru aku. Semoga kalian suka ya...
Jangan lupa selalu dukung author dengan memberikan komentar, like, dan vote. 😘
"Yurika, jangan lupa istirahat. Besok masih ada jadwal syuting iklan. Aku pulang dulu," Ucap Jenny, sang manajer.
Yurika merebahkan tubuhnya di sofa kamar hotel seraya menghela napas panjang. Hari ini ia begitu kelelahan mengikuti padatnya jadwal promosi film di beberapa bioskop dari pagi hingga malam. Belum sempat beristirahat, sang manajer sudah mengingatkan tentang jadwalnya besok. Hidupnya begitu terkekang dengan jadwal yang begitu padat. Hingga ia tak bisa menikmati kehidupannya sendiri sebagai wanita biasa.
Buket bunga dari para penggemar memenuhi ruang tamu hotel. Ada juga bingkisan kado, boneka, serta surat-surat yang ia dapatkan selama menjalani promo film. Biasanya, semua yang ia dapatkan sebagian akan disumbangkan ke panti asuhan, karena rumahnya tidak akan cukup memuat barang-barang tersebut.
Pandangan mata Yurika tertuju pada sebuah novel yang akhir-akhir ini ia baca. Novel Berjudul "Pangeran Elf Menemukan Cinta" yang ia dapatkan dari salah seorang penggemar. Ia tertarik untuk membacanya karena baru pertama kali mendapatkan hadiah berbeda dari penggemarnya. Novel, sebuah hadiah yang ia sendiri tidak pernah terlintas ide untuk memberikannya kepada seorang idola. Yurika terhanyut dalam kisah novel yang dibacanya.
Di suatu perjamuan makan malam, *tampak Pangeran Adrian dan Putri Hilda hadir dalam acara tersebut. Kehadiran mereka menyita perhatian para elf yang hadir. Semua orang sepakat bahwa keduanya merupakan pasangan serasi yang ditakdirkan sang pencipta untuk bersama.
Akan tetapi keserasian mereka sebenarnya memancing pihak-pihak tertentu yang iri dan ingin memisahkan keduanya. Apapun dilakukan demi bisa menyingkirkan Putri Hilda dari sisi Pangeran. Termasuk pada malam itu, ada yang tega menaruh racun dalam minuman Putri Hilda*.
"Putri ... Bangun! Putri!" Pangeran Adrian menggoncang-goncangkan tubuh Putri Hilda. "Siapa yang berani melakukan ini kepada Putri Hilda?" Pangeran Adrian memangku sang istri dengan wajah yang panik. Putri Hilda tidak sadarkan diri setelah meminum minuman yang diduga telah dicampur racun. Ia sangat murka ada yang berani mencelakakan istri tercintanya.
Sebelum jatuh pingsan, Putri Hilda mengeluh sakit kepala. Tak lama dari acara minum-minum, ia batuk darah dan langsung pingsan. Semua orang yang terlibat dalam pesta malam itu tidak diperbolehkan keluar sebelum pelakunya tertangkap. Ezra selaku pengawal pribadi pangeran mengerahkan seluruh prajuritnya untuk mengamankan tempat itu.
"Cepat! Tangkap orang yang berani meracuni Putri!" perintah pangeran.
Para pengawal istana langsung mengadakan pemeriksaan mendadak kepada seluruh orang yang hadir di acara pesta. Baik tamu kehormatan, para pejabat, hingga pelayan tak ada yang bisa lolos dari pemeriksaan. Setiap orang yang membawa barang-barang mencurigakan akan dipisahkan dari yang lain.
Sambil menunggu pelakunya ditemukan, tabib memeriksa dan mengobati sang putri. Pangeran Adrian menunggu dengan cemas di depan kamar sang putri sembari memperhatikan para pengawal yang masih memeriksa orang-orang di halaman istana. *Ia tidak akan mengampuni siapapun yang berani mengusik kebahagiaannya bersama Hilda.
Memang, ada kabar yang menyebutkan bahwa sepertinya Putri Hilda tidak akan bisa melahirkan keturunan. Hal tersebut akan mengancam posisi pangeran saat nanti dilantik menjadi seorang raja. Banyak pejabat yang diam-diam menginginkan putri mereka menggantikan posisi Hilda. Pangeran Adrian yang sangat mencintai istrinya, bahkan rela kehilangan tahta hanya demi mempertahankan istri tercinta. Akibat cinta mati seorang pangeran, nyawa Putri Hilda dalam bahaya. Hanya dengan melenyapkannya, putri yang lain akan dapat kesempatan bersanding dengan pangeran*.
"Pangeran! Kami telah menemukan pelakunya!"
Dua orang pengawal menyeret seorang pelayan ke hadapan Pangeran Adrian. Tubuh wanita itu terlihat kurus dengan pakaian yang lusuh serta wajah kusam terkena abu dari perapian. Wanita itu menangis gemetar ketakutan berhadapan langsung dengan pangeran dan disaksikan oleh banyak pasang mata.
"Kami menemukan bungkusan bubuk mencurigakan yang memiliki aroma sama dengan yang tercium dari minuman Tuan Putri." Salah satu *dari mereka menyerahkan bungkusan aneh yang dicurigai sebagai obat kepada Ezra.
Ezra mencium aroma dari bubuk tersebut. Ternyata benar, baunya sama dengan apa yang ia cium dari minuman milik Putri Hilda. Ezra menoleh ke arah pangeran dan memberikan kode bahwa benar memang itu merupakan barang buktinya*.
"Yang Mulia ... bukan saya pelakunya ... bukan saya ... saya tidak tahu apa-apa ... ampuni saya ...." Pelayan bernama Yuri itu bersujud di hadapan Pangeran berharap bisa lepas dari tuduhan. Ia benar-benar tidak tahu apa-apa. Selama pesta, ia hanya bekerja di dapur membantu koki utama istana seperti pelayan lainnya sesuai perintah tuannya.
Yuri tidak tahu menahu mengapa bungkusan bubuk itu tiba-tiba ada di dalam saku bajunya. Padahal, sejak pagi ia terus berada di dapur membantu koki istana menyiapkan makanan. Ia bahkan tidak bertemu secara langsung dengan Putri Hilda. Bagaimana caranya meracuni?
"Hukum pancung dia di depan masyarakat umum! Supaya mereka semua tahu bahwa orang yang jahat kepada keluarga istana akan mati!" perintah Pangeran. Seperti apa yang dikatakan dalam hatinya, ia tidak akan mengampuni siapapun yang melakukan tindakan kriminal.
"Yang Mulia ... saya benar-benar tidak bersalah. Bukan saya yang beracuni Putri ... pelaku sebenarnya masih ada di ruangan ini. Yang Mulia ... jangan sampai Anda menyesal telah menghukum orang yang salah! Anda harus berbuat adil!" Yuri terus meronta saat diseret pergi oleh pengawal. Ia merasa difitnah dan perlu mendapatkan keadilan.
Pangeran Adrian sudah tidak bisa mentolerir perbuatan yang dilakukan pelayan itu. Bukti sudah sangat jelas, penjahat tidak mungkin akan mengaku.
Sementara itu, salah satu orang yang ada di sana mengembangkan senyuman lebar setelah Yuri ditangkap. Dia adalah Asteria Rebecca, orang yang sebenarnya telah meracuni Putri Hilda. Ia sengaja mengkambinghitamkan Yuri, pelayannya, agar dirinya terhindar dari hukuman. Asteria merupakan kandidat terkuat yang digadang-gadang bisa menggantikan posisi Putri Hilda.
"Huh! Kasihan sekali pelayan itu. Dasar Aster elf laknat! Tega-teganya dia mengorbankan orang yang tidak bersalah." Yurika mengumpat saat membaca bagian novel yang dianggapnya cukup menguras emosi.
Yuri hanya tokoh figuran dalam novel namun kisahnya dibuat tragis. Sejak awal cerita Yuri dikisahkan berasal dari keluarga miskin yang mengharuskan ia bekerja sebagai pelayan sejak usia anak-anak. Tubuhnya kurus dan berwajah jelek hingga tak ada satupun lelaki yang tertarik kepadanya.
"Kenapa namaku sama dengan tokoh ini. Yurika ... Yuri. Kasihan sekali nasib Yuri," gumam Yurika. "Ah! Tapi, kehidupanku yang seperti ini juga tidak lebih baik dari dia. Kapan aku punya waktu untuk menikmati hidup. Hah ...." Mengingat kembali jadwal yang ada, selalu membuat Yurika stres.
Ia kembali menghibur diri dengan lanjut membaca novel yang ada di tangannya. Saking asyiknya membaca dan terlarut dalam cerita, Yurika akhirnya tertidur di atas sofa dengan novel yang masih ada di tangannya.
❤❤❤❤❤
Jangan lupa tinggalkan like, komen, dan vote ya
Byur!
"Hah! Hah! Hah!" Yurika kembali terbangun. Ia merasa seperti dibangunkan secara paksa setelah terjun ke dalam sungai. Napasnya tersengal-sengal saking kagetnya.
"Dasar pemalas! Cepat bangun dan bersiap-siap! Hari ini kita akan bekerja di ladang!" Seorang wanita bertubuh besar yang wajahnya tampak galak memegangi ember di tangannya.
Sepertinya itu ember yang ia guyurkan kepada Yurika sampai dirinya terbangun paksa. Ada yang aneh dengan wanita itu. Wajahnya begitu asing, tidak pernah ia lihat sebelumnya. Wanita itu pergi meninggalkan Yurika setelah berhasil membangunkannya.
Yurika kebingungan. "Bukankah seharusnya aku sudah mati? Semalam aku bunuh diri. Kenapa aku bangun lagi?" gumamnya.
Ia mengarahkan pandangan ke sekeliling. Saat ini, ia berada dalam sebuah bangunan seperti kandang ternak yang terbuat dari pagar kayu dan atap daun jerami. Tempat tidurnya ternyata juga berasal dari tumpukan jerami. Pakaian yang ia kenakan seperti model pakaian lama yang berbahan kaku, berwarna putih lusuh.
"Apa aku sedang syuting film baru?" Ia terus bertanya-tanya saking bingungnya.
Yurika bangkit dari tempatnya, menyingkirkan beberapa batang jerami yang menempel di tubuhnya. Ia mendekat ke arah jendela, memperhatikan ke arah luar. Tampak beberapa orang yang berpakaian sama dengannya tengah bersiap-siap di halaman membawa alat pertanian.
"Kenapa mati saja sulit sekali? Mentang-mentang aku artis malah bangun lagi disuruh syuting. Film apa ya, kira-kira?"
Yurika tidak pernah terpikir jika di alam baka masih juga ada acara syuting seperti yang selama ini ia jalani. Semuanya begitu membingungkan saat ia kembali terbangun setelah memutuskan untuk mati bunuh diri.
"Tapi, kenapa tidak ada kru film? Peralatan syuting juga tidak ada. Siapa wanita yang tadi kurang ajar menyiramkan air ke wajahku?" Yurika menggerutu. Seumur-umur belum pernah ada yang bersikap kurang ajar padanya, apalagi dia seorang artis terkenal. Ibaratnya lecet saja tidak boleh.
Kepalanya dipenuhi dengan banyak pertanyaan. Yurika juga tidak bisa menemukan Jenny, manajernya, di antara orang-orang itu. Ia kembali mengamati ruangan itu. Benar-benar tampak seperti kandang sapi dan entah mengapa artis terkenal sepertinya bisa ada di dalam sana, tidur di atas tumpukan jerami, lalu ada yang berani menyiramnya.
Ia melihat ada cermin di meja. Setidaknya ia harus merapikan diri sebelum keluar menemui yang lain. Diraihnya cermin bulat itu dari atas meja, lalu memperhatikan wajahnya sendiri. Tangan Yurika bergetar saat melihat bayangan yang ada di dalam sana bukanlah wajahnya. Ia sampai mengetes beberapa kali untuk memastikan pantulan di dalam cermin itu adalah dirinya atau bukan.
Wajah kusam dan jelek serta telinga yang meruncing pada ujungnya. Penampilannya mirip seorang budak jika dibandingkan dengan artis. Ia memegangi telinganya, bagian tubuh yang paling membuatnya penasaran.
"Auw!" teriaknya saat mengetahui bahwa telinga itu sungguhan, bukan sekedar perlengkapan syuting yang biasa ia pakai.
Butuh beberapa saat bagi Yurika untuk mencerna apa yang sebenarnya terjadi padanya. Sepertinya ia telah hidup kembali setelah mati bunuh diri. Ia pernah melihat film semacam itu. Akan tetapi, bukankah film adalah fiksi yang tidak mungkin terjadi? Kenapa ia benar-benar merasakan hidup kembali dengan ingatan yang sama namun dalam tubuh yang berbeda?
"Yuri ... cepat! Nyonya Catlin akan marah kalau kamu terlambat!" seri seirang wanita muda dari arah pintu.
'Yuri? Apakah namaku Yuri? Sepertinya nama itu familiar?' tanya Yurika di dalam hati.
Yurika kembali mengamati dirinya secara seksama di dalam cermin. Wajah yang jelek, telinga runcing seperti kaum elf, serta nama Yuri ... Nyonya Catlin ... itu adalah hal yang ia ingat dari novel miliknya, 'Pangeran Elf Menemukan Cinta'. Benarkah ia hidup kembali sebagai Yuri, salah satu tokoh figuran yang ada di novel itu?
"Ini pasti hanya mimpi. Tidak mungkin aku masuk ke dalam dunia novel," gumamnya. Ia terkekeh sendiri dan tidak percaya dengan apa yang dialaminya.
"Kenapa malah bengong? Hah, dasar anak ini ...." Remi, teman Yuri yang tidak sabar menunggunya akhirnya menyeret Yuri untuk ikut dengannya.
Yurika masih bengong dengan dirinya sendiri. Ia tidak percaya sekarang hidup kembali sebagai orang yang jelek, miskin, dan menjadi budak. Kalaupun harus hidup dalam dunia dongeng, seharusnya ia hidup sebagai seorang putri yang hidup bahagia dengan pangeran.
"Bawa ini!" Remi memberikan sebuah keranjang dan pisau kepada Yuri.
Keduanya berjalan mengikuti para pekerja yang lain. Semuanya berpakaian kumal, memakai alas kaki yang berbahan anyaman bambu. Sepertinya mereka juga sama, budak atau pelayan untuk keluarga bangsawan, termasuk Yuri.
"Kamu tidak kedinginan?" tanya Remi.
"Hah, apa?" Yurika belum terbiasa akrab dengan dirinya yang sekarang. Dia adalah Yuri yang berteman dengan Remi.
"Tadi Nyonya Catlin kan sudah memandikanmu secara paksa. Bajumu juga masih basah, memangnya kamu tidak kedinginan?"
"Ah, tidak. Justru ini segar," ucap Yuri sembari tersenyum.
"Kamu memang aneh. Padahal kamu semalam juga baru tenggelam di dalam danau tapi pagi ini sudah kembali bugar meskipun harus diguyur air dulu oleh Nyonya Catlin baru kamu bangun."
Perkataan Remi membuat Yurika tertegun sejenak. Ia ingat bagian cerita di mana Yuri hampir mati tenggelam di danau. Itu bukan kecelakaan, tetapi kesengajaan yang dilakukan oleh Aster, Nona Muda di tempat Yuri bekerja.
Malam itu Aster kesal karena melihat Pangeran Adrian sedang jalan berdua dengan Hilda. Untuk melampiaskan kekesalannya, ia memukuli Yuri dan mendorongnya hingga masuk ke dalam danau.
Novel yang Yurika baca tidak terlalu banyak menceritakan tentang Yuri, membuatnya tidak bisa mengira-ira apa yang akan terjadi selanjutnya dengan tubuh yang saat ini ia tempati.
"Kenapa aku tidak masuk saja ke dalam tubuh Hilda atau Asteria? Kenapa harus Yuri?" lirihnya.
"Kamu bicara apa tadi?" tanya Remi yang sepertinya mendengar Yuri mengatakan sesuatu.
"Ah, tidak apa-apa ... aku hanya penasaran, sebenarnya kita akan pergi ke mana," kilah Yuri.
"Hari ini kita akan ke kebun memanen buah anggur. Setelah tahun lalu sempat gagal panen, akhirnya tahun ini keluarga Jansen bisa panen anggur melimpah. Aku yakin kita akan mendapatkan bonus tahun ini," ucap Remi penuh harap.
Yurika memilih diam. Yang ia tahu dari novel itu, tahun ini para pelayan juga tidak akan mendapatkan bonus. Bahkan gaji mereka harus dipotong karena keluarga Jansen menggunakan uangnya untuk mengadakan pesta.
Pada pesta perjamuan yang dilakukan bangsawan Jansen, akan hadir pula Pangeran Adrian. Saat itu Aster pura-pura jatuh agar bisa memeluk Pangeran paling tampan di negeri Elf itu.
Yurika jadi penasaran seperti apa tokoh-tokoh yang berasal dari novelnya. Mungkinkah Pangeran Adrian setampan yang digambarkan? Putri Hilda dan Aster juga digambarkan memiliki wajah yang cantik meskipun sifatnya sangat bertolak belakang.
❤❤❤❤❤
Jangan lupa dukungannya, like, komen, favorit, dan voteb😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!