NovelToon NovelToon

Mr.Playboy Vs Miss.Dingin

Bab 1 Miss Tomboy Atau Miss Dingin

"Ayo Mira...bisa ngga gercep sedikit? Sudah siang ini, ntar kamu terlambat pergi ke kampus!!"

"Dih...kakek pakek bahasa singkat segala, gercep...gercep...emang tau artinya??"

Dari dalam muncul seorang gadis belia dengan tubuh tinggi semampai ( bukan semeter tak sampai ya☺☺ ) dengan bola mata berwarna kebiruan lari menenteng sepatunya.

Rambut hitam legam sepinggang yang diikat ekor kuda, celana jeans robek dilutut, kaos oblong dengan kemeja kotak-kotak lengan panjang tak di kancing tak lupa memakai topi di kepalanya.

Kakek Dahlan memandang cucu tomboynya dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Mira...kamu mau kuliah atau mau ngojek?"

"Jiahhh kakek...kalo bisa ya dua-duanya lah...ngojek sambil kuliah!!" Dengan santai dia menjawab ocehan kakeknya sambil mengunyah sanggar pisang yang tadi pagi dia goreng buat sarapan mereka berdua.

Nama sebenarnya adalah Shahnaz Almira, tapi sejak kecil kakeknya selalu memanggilnya dengan sebutan Mira.

Mira sebenarnya bukan cucu asli kakek Dahlan. Kakek Dahlan dan istrinya almarhumah, menemukan Mira di dekat sungai yang biasa mereka lewati dulu di desa jika akan pergi ke sawah.

Tak ada pengenal apapun di dalam keranjang bayi itu selain kalung berliontin kepala naga dengan matanya berwarna biru sesuai dengan warna bola mata Almira.

Juga ada kantung hitam berisi uang benggolan yang saat di perhatikan benar-benar oleh sepasang kakek nenek itu ternyata terbuat dari logam mulia yang sekepingnya seberat 10 gram. Dan beberapa jumput perhiasan.

Yang paling menarik dari itu adalah sepucuk surat dari robekan kain yang ditulis dengan tinta merah dan kemungkinan itu tinta dari darah yang bertuliskan "Jagalah Shahnaz Almira putri kami...selamatkan dia..."

Kotak itu sampai sekarang 16 tahun usia Mira, masih disimpan kakek Dahlan dengan baik.

Seminggu setelah mereka menemukan bayi Almira, desa sering didatangi oleh serombongan orang berpakaian serba hitam yang mencari sepasang suami istri dan bayinya. Tentu orang satu desa tak tau menahu karena memang rumah kakek Dahlan letaknya berada di ujung desa.

Karena khawatir dengan keselamatan sang bayi, kakek memutuskan untuk meninggalkan desa bersama istri dan Almira dua hari setelahnya.

Kakek yang dulunya memang seorang guru silat mendapatkan pekerjaan sebagai penjaga gudang beras di kota. Mereka membeli rumah kecil untuk mereka bertiga berlindung.

Almira kecil tumbuh menjadi seorang bocah perempuan yang sangat cantik dan juga cerdas. Bayangkan saja saat usianya baru tiga tahun, dia sudah pandai mengikuti gerakan silat yang diajarkan oleh kakeknya, rajin belajar mengaji dari si nenek dan sudah pintar membaca dan menulis.

Usia 4 tahun, dia sudah minta di sekolahkan bersama teman-temannya di sekolah dasar, belajar seperti teman-teman lainnya, bahkan lebih cerdas dari anak-anak di atas usianya.

Dari kecil Almira memang sudah memiliki hobi tersendiri...yaitu hobi berantem dengan anak laki-laki yang suka membully dia dan sahabatnya.

Tapi masih untung Almira kecil masih mampu untuk mengontrol kekuatannya hingga walaupun mereka berkelahi tapi tak sampai mencederai teman-temannya.

Satu pesan dari kakek dan nenek yang selalu diingat Almira. "Punya ilmu bela diri, bukan untuk gaya-gayaan...tapi untuk membela kejahatan dan kebatilan...mengerti kamu nak!!!" Begitu selalu pesan nenek sebelum beliau meninggal dua tahun lalu karena sakit jantung.

"Ck..ck..ck...kok malah melamun...cepat kunci pintunya..." Kakek berteriak lagi dari atas motornya.

"Bawel..." gerutu Almira...lalu dia bersalto tiga kali dari depan pintu dan hup...dia mendarat cantik di belakang kakeknya dan duduk anteng di motor.

"Cah gemblung..." Lalu kakek mengacak kepala Almira yang di tutupi topi.

"Baju, celana, topi dan sepatumu ini sudah berapa lama tidak kau cuci, Mira??"

""Sebulan..." Jawab Mira enteng.

"Jorok..."

"Biarin..."

Lalu cucu dan kakek yang seperti anjing dan kucing itu melaju di jalan raya.

"Ngebut kek..." Almira berteriak kencang di belakang.

"Mira????" Kakek Dahlan berteriak ngga kalah kencang. "Kamu lupa ngga pakai helm lagi ya..."

"Iya kek...Mira lupa...jangan-jangan tadi Mira juga lupa sikat gigi..."

"Dasar cucu jorok...." Kembali kakek berteriak menggerutu.

"Jangan menggerutu terus kek...nanti amal ibadah kakek tidak diterima oleh Allah SWT..." Mira tak kalah lantang berteriak.

"Dasar cucu kurang ajar...kamu mau doakan kakek cepat mati ya..."

Mira cuma cengengesan di belakang.

Shahnaz Almira sebenarnya seorang gadis cantik, tomboy tapi juga dingin seperti es...dia hanya mau tersenyum dan tertawa bila dekat dengan kakek dan almarhumah neneknya.

Tapi jika dengan orang lain, jangan harap seharian bisa melihat dia tersenyum atau menjawab hanya seperlunya saja...oleh sebab itu dia selalu terkenal dengan sebutan Miss Dingin oleh teman-teman sekolahnya dulu dan julukan itu tetap bertahan hingga dia kuliah dan duduk di semester dua sekarang.

Tidak sedikit laki-laki tertarik dan jatuh hati padanya, tapi kebanyakan mereka mundur saat mereka tau apa kegiatan Almira.

Untuk mendapatkan uang, Mira bukan saja mengandalkan kecerdasannya untuk ikut kuis-kuis berhadiah, tapi dia juga mengandalkan keahlian bela dirinya untuk ikut tarung bebas. Tapi tentu saja menutupi identitasnya yang sebenarnya.

Sebenarnya kakek sudah lama melarang cucunya untuk melakukan itu, karena kakek khawatir dengan keselamatan cucunya. Bagaimanapun tangguhnya seorang Shahnaz Almira, tapi dia tetap seorang wanita. Dia harus kembali kepada kodratnya sebagaimana seorang wanita bersifat dan bersikap.

"Mira...tunggu kakek menjemputmu siang nanti ya...kakek ngga mau kamu terlibat tawuran lagi...wong anak gadis kok hobinya berkelahi..."

"Lha ini...disuruh masak nasi, nasinya mentah...disuruh goreng ikan, wajannya menyala kepanasan...sudah berapa wajan yang kamu bolongi pake sutil dalam sebulan ini, Almira???? Bangkrut kakek kalau harus beli wajan terus."

"Lha salah kakek sendiri...memasak itu kan kerjaannya perempuan!!" Jawab Almira enteng.

"Terus kamu bukan perempuan? Dasar cucu nakal..."

"Pokoknya kakek ngga mau tau...pulang kuliah tunggu kakek dan jangan pulang sendiri, sebab nanti kamu berantem lagi."

"Iya...iya...kek ngga usah bawel, napa!!" Almira menusuk pinggang kakeknya.

"Dasar cucu kurang ajar..." Umpat kakek.

"Sudah sana turun, sudah sampai!!! Ingat pesan kakek ya...jangan berantem."

Almira turun dari motor...setelah mencium tangan kakeknya, dia berseru sambil berlari...."Kalo ingat ya kek...takutnya Mira lupa..."

"Anak itu...." Kakek hanya mengurut dada melihat kelakuan bandel cucu cantiknya itu.

"Apa liat-liat...mau gue colok biji mata loe..." Mira menatap tajam pada segerombolan cowok yang sedang memandangnya.

Lalu dengan santainya dia melewati mereka yang melongo karena masih pagi sudah di kasih sarapan ancaman oleh Almira.

***Bersambung....

Karya baru ya guys...pengganti novel kutukan cinta yang sudah dikontrak dan tak bisa diikutkan lagi dalam writer season 7. Jangan lupa like, komen, vote, favorit dan ratenya di novel baruku ini ya...semoga suka...Terima kasih🙏🙏

Bab 2 Pertemuan

"Permisi...apa saya boleh duduk di sini?" Aku yang sedang asyik membaca buku, menoleh pada si empunya suara.

Seorang gadis berkaca mata minus berbaju ala gadis tahun 80an berdiri tegak di depanku.

Aku tak menjawab.Tapi aku menggeser pantatku sambil meneruskan kegiatan membacaku.

"Maaf, kenalkan...nama saya Alia Safira." Dia mengulurkan tangannya padaku.

Aku memandangnya sebentar. "Shahnaz Almira," kataku singkat.

"Kamu itu cantik sekali, tapi gayamu sangat tomboy." Dia memberikan penilaiannya.

"Tapi saya suka dengan gaya orang sepertimu, jauh dari kesan kemunafikan."

Aku berhenti membaca lalu menatap si cupu di sebelahku.

"Capeknya aku mendengar si cupu ini berceloteh macam beo saja...ngga capek kah mulutnya itu? Coba kamu laki aja, sudah ku plester tu bibir." Aku membatin.a

Tiba-tiba...."Heh gadis culun...kemari kau!!!"

Alia Safira tampak ketakutan lalu beringsut menggeser duduknya lebih dekat denganku.

"Heh gadis salah kaprah...minggir kamu...aku ada keperluan penting dengan si culun itu."

Aku mengangkat wajahku memandang pada tiga orang gadis di depanku yang tampil sangat modis tapi seperti memakai pakaian kurang bahan menurutku.

"Kalian bicara denganku?" Aku menunjuk diriku sendiri.

"Bodoh...." Kata gadis berambut pirang di sebelahnya. "Memang kamu liat ada orang lain di sini selain kalian berdua?"

Aku berdiri. "Heh pendek berambut api...bisa ngga kalau bicara dengan orang lain itu sopan sedikit?"

Kontan si rambut pirang sangat marah saat ku bilang pendek berambut api.

"Kamu anak beasiswa kan? Ngga usah besar kepala deh loe...miskin belagu pula."

Bukannya marah aku malah tersenyum. "Hei pendek, dari mana kamu tau aku miskin? Kalaupun aku miskin, apa aku mengemis belas kasihan pada keluargamu untuk makan dan biaya kuliahku? Ngga kan?"

Dua teman si pirang merah kelam wajahnya, mendengar teman mereka ku bilang pendek.

"Hei miskin....kamu tau sedang berhadapan dengan siapa? Gadis yang berbulu mata lentik di sebelahnya menggertakku.

"Tau..." Jawabku.

"Temanmu yang pirang itu si pendek, kamu si bulu mata palsu dan kamu..." Aku menunjuk pada gadis rambut pop di sebelahnya yang tadi membentak teman culunku. "Kamu si rambut mangkok aja deh..." Hahahaha...aku tertawa geli.

Walaupun Alia Safira takut tapi dia jadi tersenyum juga mendengar perkataanku.

"Beraninya kau...." Si rambut mangkok mencengkeram kerah bajuku.

"Lepaskan tangan kotormu itu dari bajuku, sebelum kupatahkan tangan bonekamu ini."

Aku menekan sedikit urat nadi di pergelangan tangannya, membuat si gadis meringis kesakitan.

"Pergi kalian sana....jangan berani-berani menggangguku dan temanku, mengerti?" Aku menghempaskan tangannya.

Mereka hendak mengeroyokku tapi tak jadi apalagi mereka melihat kilatan mataku semakin berwarna biru.

"Awas kau gadis bar-bar dan kau gadis culun..." Mereka lalu pergi meninggalkan kami.

"Kamu ngga apa-apa Shahnaz?" Alia memegang lenganku.

"Panggil saja namaku Almira, aku lebih suka panggilan itu!!" Kataku.

"Sebenarnya kamu ada masalah apa dengan mereka Alia?"

"Kami dulu satu sekolah waktu SMA, mereka membully saya sejak dulu."

"Kenapa kamu diam saja?" Aku menelisik Alia dari atas kepala hingga kaki.

"Aku tau, kamu bukan orang miskin seperti ku, kamu cantik...tapi kamu menutupi semua dengan dandanan culunmu."

"Apa yang kamu sembunyikan di balik dandananmu ini?"

"Kamu bisa menipu mata mereka semua, tapi tidak dengan mata Almira, Alia!!"

Alia menghela napas panjang. Dia menoleh ke kiri dan ke kanan dulu sebelum bicara.

"Sebenarnya ide begini adalah ide abang dan ayahku. Agar musuh-musuh dan kolega bisnis ayah tertipu dengan penampilanku."

Alia tak lagi menggunakan kata saya...mungkin dia merasa lebih akrab sekarang denganku.

"Kamu memangnya jurusan apa, Alia?"

"Lho, kita kan satu jurusan sama-sama di fakultas kedokteran...aku sering melihatmu duduk sendiri di pojok."

"Kok aku ngga pernah liat kamu ya?" Kataku lagi.

"Ya iyalah kamu ngga pernah liat aku, sejak semester satu kamu kan selalu fokus pada mata kuliah saja...mana pernah kamu menoleh kanan kiri kalau di kelas."

"Padahal asal kamu tau, cowok-cowok di kelas sering memujimu setinggi langit!!! Dan para cewek sibuk membicarakanmu, ada yang memuji juga ada yang mencelamu."

Aku tertawa. Alia terpana mendengar suara tawa dan melihat senyumku. Daguku semakin runcimg. Dan empat lesung pipit, dua di pipi dan dua lagi masing-masing di samping bibir indahku.

"Pantas semua cowok mengagumi dia, selain sangat pintar...dia sangat cantik!!" Bisik hati Alia

Cetek...aku menjentikan ibu jariku di depan wajahnya. "Kamu sedang menilaiku saat ini kan?"

Alia terkejut. "Kok kamu tahu Mira?"

"Kamu memandangku tak berkedip sejak tadi, itu tandanya kamu sedang menilaiku..."

"Ayolah...sebentar lagi kelas akan dimulai, kamu duduk dekat aku saja kalau takut diganggu lagi."

"Memangnya ketiga gadis aneh tadi sekelas dengan kita kah?"

"Mereka anak jurusan fakultas ekonomi." Alia menjawab sambil menepuk-nepuk rok belakangnya yang agak kotor.

*

*

"Kamu belum dijemput, Mira?" Aku menggeleng sambil celingukan di depan pagar.

"Kamu sendiri? Kok belum dijemput?"

"Tau nih, tadi abangku bilang dia akan menjemput ayah dulu baru kemari menjemputku."

"Kenapa ngga naik motor sendiri, Mira?"

Aku menghela napas. "Kakekku tidak mengijinkan, beliau takut aku berantem lagi jika pulang sendiri."

Alia hanya tersenyum. "Kamu kan memang bar-bar...liat gaya tomboymu ini...kamu mau bergaya apapun tak akan bisa menutupi kecantikanmu, Mira!!"

"Hadeuh...kata cantik itu sudah berapa belas kali kamu sebutkan, Alia? Aku malah risih mendengarnya."

"Masa aku harus mengatakan kamu ganteng? Berarti aku ada kelainan dong..."

Kami tertawa lagi. Akhirnya setelah 2 semester kuliah di sini, aku menemukan juga seorang teman yang asyik untuk diajak ngobrol.

Seorang gadis yang sangat kaya raya, cantik, tapi menutupi semua yang dia miliki dengan dandanannya yang sangat sederhana.

"Itu ayah dan abangku sudah datang!!" Dia menunjuk ke arah mobil hitam yang mendekat.

"Ayo Mira, bareng dengan aku yuk..."

"Tidak usah...terima kasih...aku menunggu kakekku saja, bisa habis aku diamuk masa oleh kakek jika beliau menjemput aku tak ada di sini."

Kaca mobil terbuka, lalu menjulur sosok wajah dari dalam mobil.

"Alia....ayo...."

Beberapa mahasiswi pada salah fokus semua. Apalagi saat dia turun dari mobilnya dan menghampiri kami berdua.

Tiba-tiba Alia menarik tanganku..."Mira, ini abang aku...Aliandhara namanya..."

"Bang....Alia sekarang sudah punya teman, cantik kan teman Alia?"

Kami saling bertatapan. Dari awal kami bertemu tadi saja aku sudah ngga suka dengan abangnya Alia ini. Senyam-senyum tebar pesona, lirak lirik kemana-mana...

"Halo...kenalkan...Saya abangnya Alia, saya pikir dari jauh tadi kamu ini cowok lho...habis dandananmu itu laki banget sih..."

"Abang...."Alia mencubit pelan lengan kakaknya.

Hatiku bertambah gondok dengan ni orang...cukup satu orang laki-laki yang selalu mau mengajak berantem setiap hari, jangan ditambah menjadi satu lagi.

Dia menatap wajahku dalam-dalam. Karena sebagian wajahku tak terlalu kelihatan tertutup topiku.

"Nah...nah...gatal rasanya tanganku mau nyolok matanya ni orang!!!"

Dari pada aku ribut di sini, cepat ku katakan pada Alia. "Pulang sono gih...aku ngga apa-apa kok di tinggal sendiri."

"Ooo ya sudah...aku duluan ya Mira..." Alia menarik tangan abangnya yang seperti terhipnotis berdiri tak beranjak dari hadapanku.

"Abang!!!!!"

Teriakan Alia sontak mengagetkannya. "Apa sih Alia? Abang tidak tuli!!!"

"Ayo abang!!! Dasar playboy cap gayung...awas nanti abang ditonjok sama teman Alia baru tau rasa."

***Bersambung....

Happy reading di karya baruku...semoga suka ya...jangan lupa...like, komen, vote, favorit dan rate nya...terima kasih😊😊🙏🙏

Bab 3 Dalam Bahaya

"Yah, sampai kapan para bodyquard di belakang mobil kita itu harus mengintili terus? Terkadang Alia itu bosan yah dengan kehidupan kita yang seperti ini!!"

"Alia sayang...kamu pikir abang dan ayah ngga bosen hidup begini? Tapi kamu pikir lagi, emang abang dan ayah berani patantang petenteng wira-wiri kemana-mana tanpa dikawal?"

"Bang, Alia ingin seperti Mira...bisa bebas kemanapun dia pergi!!"

"Ya sebenarnya ngga bebas-bebas amat juga sih...justru kakeknya malah takut jika Mira akan berantem lagi kalau keluar sendiri."

"Mira siapa dek?" Aliandhara bertanya dengan cueknya sambil menyetir.

"Ya ela bang...Mira teman Alia yang tadi ada di gerbang kampus."

"Ooo cewek tomboy yang melotot saat abang ngeliati dia dari ujung rambut sampai ujung kaki tadi itu ya!!"

"Huft...untung abang ngga ditonjok sama dia, berani ngeliati dia sampai segitunya."

"Alia..."

"Ayah tau temanmu tadi itu bukan cewek sembarangan."

"Secara tak sengaja tadi ayah melihat kalung berliontin kepala naga dengan mata berwarna biru yang tersembul keluar dari kemejanya."

"Ayah seperti pernah melihat seseorang memakai kalung berliontin seperti itu, tapi ayah lupa di mana pernah melihatnya."

"Ayah bukan melihatnya dalam mimpikan?" Tanya Aliandhara.

"Kok dalam mimpi pula sih, Li? Ayah jarang tertidur kok di bilang mimpi."

"Justru itu yah...karena ayah jarang tidur itu makanya kadang sulit membedakan."

"Ooo bocah edan."

Plak...koran di tangan ayah mereka memukul kepala Aliandhara pelan.

"Kamu pikir ayahmu ini sudah pikun kah? Ngga bisa membedakan mana nyata mana mimpi?"

"Sudah yah...kayak ngga tau sifatnya bang Ali aja sih? Gila kita kalau melayani dia, inget nanti tensi ayah naik seperti tempo hari gara-gara kelakuan bang Ali."

Aliandhara cuma nyengir kuda sambil nyetir.

"Abangmu ini paket komplit, Alia!!! Ya menjengkelkan, playboynya iya, ya cerewet juga...pokoknya kalau mau pacaran sama abangmu itu, dia harus wanita yang kuat...dalam arti kuat menghadapi kelakuan abangmu ini!!"

"Tapi siapa wanitanya yah?? Secara pacar bang Ali lho banyak...semua beda-beda yang dibawa pulang dan dikenalkan pada kita."

"Heh cah gemblung...ayah ngga mau dengar ya...kalau salah satu dari para wanita yang sering kamu bawa, melapor sama ayah kalau mereka hamil."

"Idih...amit-amit yah...Ali masih punya iman juga kali, yah!!"

"Hah??? Sekarang abang homo ya...kok suka sama si iman?? Aduh bang, sudah kurangkah wanita di dunia ini sampai abang sekarang sukanya sama si iman?"

Pletak...

Sekarang giliran Aliandhara menepuk kepala Alia dengan koran yang tadi dipukulkan ke kepalanya.

"Kamu ini ngga jelas...bukan iman yang itu? Tapi abang masih berpikir panjang untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama."

"Pacar boleh banyak, tapi bila tiba waktunya kelak abang menemukan pilihan hati yang cocok...maka pada satu wanita itulah akan abang serahkan cinta abang sampai maut memisahkan."

"Wuidih...so sweetnya!!!" Alia sampai memegang ke dua pipinya sendiri sambil senyum-senyum.

Tiba-tiba...

"Tuan Kelvin, pelankan laju mobil anda karena mobil yang persis di depan mobil tuan Aliandhara itu adalah mobil musuh."

"Siapa yah?" Alia mulai cemas melihat raut wajah ayah dan abangnya yang tadi sumringah sekarang jadi menegang.

"Tutup semua jendela kacanya Ali...setidaknya mobil kita ini kacanya anti peluru, paling tidak kita aman sementara ini."

"Selalu begini kan? Itulah sebabnya Alia ingin hidup normal seperti gadis lainnya, yah!! Alia takut kalau begini terus maka nyawa Alia akan terancam."

Aaaarrrggh....

Alia berteriak ketakutan ketika sebutir peluru menuju kencang kearahnya, tapi kemudian terpental begitu menghantam jendela kaca mobil.

Baku tembak antara pengawal tuan kelvin dan orang-orang yang ada di mobil hitam di depan mereka tak terelakan lagi. Mereka yang ada di dalam mobil terlihat sangat cemas.

Aliandhara dan ayahnya bersiap dengan pistol di tangannya untuk berjaga-jaga.

"Ayah...lihat...semua bodyquard kita tertembak yah!!! Kita kayaknya akan benar-benar tamat hari ini." Kata Aliandhara.

Alia takut bukan kepalang mendengar semua itu...kenapa mereka mengejar-ngejar ayah dan bang Ali sih? Apa ayah dan bang Ali adalah seorang Mafia? Hingga punya banyak musuh di mana-mana?"

"Mereka kuat sekali dan seperti sangat terlatih, Ali..."

"Bukan begitu yah, ayah saja yang salah mempekerjakan bodyquard kacangan untuk menjadi pengawal pribadi kita."

"Sudah dong yah...abang...di saat genting gini malah bertengkar ngga penting, pikirkan bagaimana caranya meloloskan diri!!"

Alia semakin ciut nyalinya melihat 4 orang botak bertubuh kekar memakai jas dan kacamata hitam datang semakin mendekat ke mobil mereka.

Namun tiba-tiba...

"Hei kepala botak seperti bola...beraninya sama orang yang sudah tidak berdaya...kalau berani sini lawan kakekku!!"

"Bocah edan..." Terdengar suara mengumpat. "Kenapa kakek yang harus menghadapi mereka semua?"

"Karena kakek lebih tua dari pada Mira, jadi silahkan maju terlebih dulu, dan Mira akan mundur ke belakang."

Sebelumnya....

"Lama amat sih jemputnya kek? Lumutan tau pantat Mira..."

"Kakek jemputnya naik motor atau naik becak sih?"

"Bawel...ayo cepat naik, kakek masih ada pekerjaan yang belum selesai dikerjakan."

"Ya salah kakek sendiri, sudah tau masih sibuk tapi maksa untuk menjemput Mira."

"Dari pada orang babak belur kamu hajar? Setiap hari kerjamu berkelahi saja...kalau tidak berkelahi ya balapan motor liar, kalau ngga ya ikut tarung bebas...kamu ini salah kelaminkah?"

"Tapi begitu disuruh bantu kakek masak di dapur, masakan gosong semua..."

"Disuruh rebus air untuk bikin kopi kakek, air rebusan sampai kering di kompor."

"Kek..."

"Hmmm"

"Kek..."

"Apa???? Kak...kek...aja..."

"Bisa ngga sih..."

"Bisa apa?"

"kalo menggerutu itu cukup dalam hati aja, berisik tau..."

"Dasar cucu kurang ajar!!!"

"Kek..."

"Apa Mira????"

"Perasaan Mira mendadak ngga enak, kenapa tiba-tiba Mira jadi kepikiran sama Alia dan keluarganya, ya???

"Cepat susul ke arah mereka pergi tadi kek...Mira takut terjadi apa-apa dengan mereka."

"Tapi itu artinya kita putar balik dari arah rumah kita, Mira...perut kakek mules nih, mau boker...tau!!!"

"Kek...keselamatan orang lain lebih penting!!! Tunda dulu mulesnya, kantungin batu tuh...biar mulesnya batal."

"Ngebut napa kek? Lambat amat kayak keong!!!"

"Turun kek, biar Mira yang bawa motor...kakek duduk di belakang saja."

Mira mengambil alih kendali, dengan kecepatan penuh dipacunya motor itu ke arah mobil Alia tadi.

Pas bertepatan dengan kondisi keluarga Alia yang sedang dalam bahaya.

Keempat orang berpakaian hitam itu berhenti dan sontak menoleh ke arah datangnya suara yang mengatakan mereka botak berkepala bola.

"Rupanya ada kakek bau tanah dan bocah ingusan nyasar, sob!!!"

Mereka berempat tertawa terbahak-bahak..."

***Bersambung...

Semoga suka dengan cerita novelku yang baru ya guys...mohon dukungannya...like, komen, vote, favorit dan ratenya ya!!! Happy reading💗💗

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!