NovelToon NovelToon

Bossku, Jodohku!

Terlihat familier

Tap! tap! tap!

Derap kaki terdengar menggema disebuah lorong penghubung menuju sebuah lift. Dua orang pria bersetelan jas rapi berhenti didepan benda persegi tersebut dan menunggu pintu itu terbuka.

Tring!

Pintu lift pun terbuka, beberapa orang keluar dari dalam sana dan sedikit membungkukkan tubuhnya memberi hormat pada kedua pria itu. Keduanya pun menyambut dengan senyuman sopan nan ramah.

"Selamat pagi pak!" Sapa salah seorang dari mereka.

"Pagi!" Balas salah satu pria tersebut.

Beberapa orang yang ternyata adalah para karyawan kembali melanjutkan langkahnya setelah menyapa Direktur mereka terlebih dahulu. Sedangkan kedua pria itu memasuki benda kotak didepannya.

Pintu lift hendak tertutup, namun seseorang dari luar mencegatnya.

"Tunggu!" Pekiknya.

Pintu pun kembali terbuka, menampakan dua gadis berpakaian kemeja putih yang dipadu dengan rok span hitam membalut tubuh mereka. Dengan napas terengah-engah kedua gadis memasuki benda itu setelah membungkukan sedikit tubuhnya.

"Makasih pak!" Ucap salah seorang dari mereka dan hanya diangguki salah satu dari pria itu.

Kedua pria itu berdiri dibagian belakang, sedangkan kedua gadis itu berdiri dibagian depan.

"Ya ampun La, hampir saja kita telat. Hufh!" Cerocos salah satu dari gadis itu dengan mengibas-ibaskan tangan untuk menetralkan rasa panas yang menjalari tubuhnya.

Sang gadis yang disampingnya hanya tersenyum. Ia ambil sesuatu dari dalam tasnya. "Nih! Seka dulu keringatnya." Titahnya seraya menyodorkan selembar tissue pada temannya itu.

"Ahhh! Ila emang paling pengertian. Makasih ya!" Balas temannya itu seraya memeluk lengannya dengan manja. Sang gadis hanya tersenyum menanggapinya.

Si gadis terus mengoceh dengan tangan tak berhenti bergerak menyeka keringat yang bercucuran didahinya. Temannya hanya tersenyum menanggapi. Terlihat dari interkasi keduanya, dapat disimpulkan kedua gadis itu memiliki sifat berlawanan. Gadis cerewet dan gadis kalem. Bahkan gadis itu melupakan kedua orang dibelakang yang hanya memperhatikan interaksi mereka.

"Alay!" Gumam salah satu dari pria itu dengan memutar bola matanya malas, pria disampingnya menyenggol untuk tak bicara sembarangan. Takut-takut kedua gadis itu tersinggung, Ia memberi kode untuk diam.

Ternyata gumaman itu terdengar gadis kalem didepan mereka. Sang gadis menoleh kebelakang, melihat kearah dua pria itu dan menganggukan kepalanya sopan disertai senyuman. Begitupun pria yang menyenggol temannya, Ia ikut tersenyum dengan mata yang menatap lekat wajah cantik itu.

'Kayak kenal, tapi dimana ya?' Gumam sang pria dalam hati. Ia terus menatap lekat wajah cantik itu dengan otak berpikir keras. Mencoba mengingat seseorang yang seperti familier untuknya.

"Maaf pak, kita harus turun dilantai tujuh." Ucapan sang gadis berhasil menyadarkan pria itu.

"Ah iya! Silahkan!" Balasnya tersenyum.

Tring!

Pintu pun terbuka, kedua gadis itu membungkukan kepalanya memberi hormat sebelum meningglkan tempat itu.

"Makasih pak!" Ucap gadis cerewet tadi dengan menarik cepat tangan temannya yang tak sempat mengucapkan terima kasih.

Ia hanya bisa menatap pria yang sejak tadi menatap dirinya itu, hingga mata keduanya bersitubruk. Tak lama tatapan pun terputus dengan pintu lift yang kembali tertutup.

'Seperti kenal, tapi siapa?' Batin sang gadis.

"La, ayo cepet. Kita gak boleh telat dihari pertama kita!" Ucap si gadis cerewet dengan terus menyeret tangannya. Sang gadis hanya tersenyum dan menggelengkan kepala. Ia hanya pasrah mengikuti langkah sahabatnya itu dan melupakan pemikiran tentang pria itu.

**

Sementara itu didalam lift, kedua pria terus beradu argumen mengenai kedua gadis tadi.

"Gila tu cewek, alay bener!" Salah satu dari mereka mulai berkomentar. Menurutnya tingkah dari salah satu gadis itu begitu berisik dan menjengkelkan.

"Biarin lah Put. Kayaknya mereka karyawan baru." Balas pria yang begitu kalem disampingnya itu.

"Kamu harus tegas Ka. Apalagi sama anak baru kayak mereka. Entar lama-lama kalo dibiarin, mereka bakal ngelunjak!" Peringatnya.

"Iya, Putput Iya!" Balasnya dengan nada ledekan.

"Ck! Bisa gak sih panggilan tuh yang lengkap. Putra! namaku tuh Putra, ya ampun! Cape, dikira cewek mulu." Gerutu Putra yang kesal pada sahabat sekaligus bossnya ini.

Panggilan itu memang tak asing didengar jika mereka tengah bersama. Namun dalam kantor seperti ini, Ia tak ingin karyawan lain tau tentang panggilan unyu itu. Wibawanya bisa hancur jika nama itu diketahui penghuni kantor.

Sang bos hanya tersenyum menanggapi itu, sungguh begitu senang menggoda sahabat yang merangkap jadi sekertarisnya yang pemarah itu. Sahabatnya ini mengingatkan Ia pada sang papih yang begitu pedas dalam bicara.

"Oh iya Ka-"

"Pak Aska! Ingat ini dikantor!" Sang bos menyela ucapan sekertarisnya, dan membalikan ucapannya tadi disertai kekehan.

"Ya elah! Iya, iya! Maksudku, eh salah. Maksud saya, pak Aska yang terhormat." Balas Putra hingga Aska tergelak dibuatnya. Panggilan itu sungguh menggelikan ditelinganya.

"Udah jangan ketawa mulu!" Titah Putra dengan nada kesal, hingga Aska pun menghentikan tawanya.

"Iya deh! Pak sekeretaris, apa jadwal kita hari ini?" Tanya Aska dengan nada kembali meledek.

Putra kembali berdecak kesal melihat wajah sang bos yang menjengkelkan dimatanya. Jika saja ini bukan dikantor ingin sekali Ia mencekik sahabatnya itu. Namun hal itu Ia urungkan demi cuan yang memanjakan tiap akhir bulan.

"Hari ini tu.. Eh iya, padahal kita gak usah naik keatas sii." Ucap Putra.

"Kenapa?" Tanya Aska.

"Jadwal pak bos kan dibawah. Dilantai tadi. Hari ini adalah penyambutan untuk karyawan magang." Balas Putra yang baru mengingat jadwal sang bos hari ini.

Aska hanya tersenyum menanggapinya, Ia juga melupakan hal itu. Konsentrasinya terpecah mengingat tatapan gadis yang tadi Ia temui.

'Sebenarnya siapa gadis itu? Kok kayak gak asing ya?' Batin Aska bertanya-tanya.

Akhirnya Putra kembali menekan tombol tujuh yang tadi sempat mereka pijaki, mereka pun kembali kelantai dimana kedua gadis tadi itu turun.

\*\*\*\*\*\*

Hai-hai cerita aka udah launching yaa😍😍 Jangan lupa jejak pertamanya ditinggal yaa!🤗🤗

Si kalem yang melelehkan hati😘

Karyawan magang

Disebuah ruangan yang cukup luas, tampak banyak orang yang mengenakan pakain putih hitam dengan serempak. Mereka tengah duduk disebuah kursi dengan wajah-wajah tegang.

"Selamat datang kepada para karyawan yang akan berdedikasi pada perusahaan ini. Saya harap kalian semua bisa belajar dan bekerja dengan baik disini." Seorang wanita dewasa tengah menyampaikan pidato untuk menyambut para karyawan yang akan magang diperusahaan yang tengah berkembang itu.

"Saya juga berharap, kalian bisa mematuhi segala aturan dan tata tertib perusahaan ini. Jika belum ada yang kalian mengerti silahkan bisa bertanya kepada saya." Lanjutnya.

Namun mereka masih diam tak ada yang bersuara, sepertinya suara wanita berkacamata dengan rambut sebahunya itu memberi aura mencengkam untuk para karyawan magang itu. Ada kisaran sepuluh orang karyawan dan sepuluh orang karyawati yang akan magang disana.

"Sebentar lagi, kita akan kedatangan Direktur kita. Jadi kalian persiapkan diri kalian untuk menyambutnya." Lanjutnya hingga membuat suasana kian mencekam.

Semua orang berpendapat jika semua bos pastilah seorang yang dingin, kejam, arogan, dan masih banyak lagi sifat menakutkan lainnya. Membayangkannya saja sudah membuat tenggorokan mereka tercekat dan berkeringat dingin. Jika kepala HRD saja sudah setegas ini, bagaimana dengan bos nya?

Ceklek!

Pintu terbuka hingga menampakan dua orang pria yang memasuki ruangan dan berjalan menaiki podium. Semua mata mendongak menatap kehadiran Direktur mereka.

"Itu bukannya?" Salah seorang gadis dari deretan salah satu karyawati berbisik dan langsung dapat sikutan dari teman disampingnya. Memberi kode agar Ia diam.

"Selamat pagi semuanya!" Ucap sang Direktur.

"Pagi pak!" Balas mereka serempak.

"Selamat datang di A'art design. Perkenalkan saya Aska Giovano Aruman, Direktur perusahaan ini."

Deg!

Seorang gadis terpaku mendengar penuturan sang Direktur. Matanya membola dengan jantung yang berdegup kencang.

"Aka?" Gumamnya pelan.

Matanya tiba-tiba memanas dan berkaca-kaca. Nama seseorang yang sudah lama tak pernah Ia dengar, kini Ia dengar begitu jelas. Bahkan si pemilik nama berada tepat didepan matanya. Ingin sekali Ia berlari kedepan dan menubrukan diri pada seseorang bertubuh tegap dan begitu tampan didepan sana.

Pantas saja Ia begitu familier melihat pria yang tadi terus mentapnya, ternyata itu memang pria yang Ia kenal. Dan perusahaan ini? Kenapa Ia tak melihat detail perusahaan ini? Kenapa Ia melupakan nama Direkturnya?

Segala sambutan dari sang direktur tak Ia dengar, pikirannya melayang pada kejadian tadi dan mengingatkan Ia pada belasan tahun silam. Hingga genggaman tangan sang sahabat menyadarkannya.

"Kenapa?" Tanyanya.

"Giliran kamu La, buat memperkenalkan diri." Bisik teman disampingnya.

Sang gadis melirik kana dan kiri, ternyata atensi semua orang kini tertuju padanya. Ia menghembuskan napasnya panjang dan mulai berdiri. Gadis cantik dengan tinggi seratus enam puluh senti meter, berkulit putih, rambut panjang yang dibiarkan tergerai, dan bentuk tubuh yang ideal. Sungguh ciptaan Tuhan yang dikagumi semua kaum adam.

"Perkenalkan nama saya Van-" Belum juga sang gadis menyebutkan namanya, seseorang dari luar mengetuk pintu dan membukanya.

"Maaf pak mengganggu!" Sesal salah satu staf yang nampak segan pada atasannya itu dan diangguki Aska.

"Seseorang sudah menunggu bapak diruangan anda." Ucapnya.

"Siapa?" Tanyanya.

"Maaf pak saya kurang tau. Dia seorang wanita, dan dia bilang ini darurat." Balasnya dan diangguki Aska.

"Baiklah! Cukup sampai disini dulu perkenalannya. Sekali lagi saya ucapkan selamat datang dan selamat bergabung dengan kami. Terima kasih." Tuturnya diakhiri senyuman manisnya.

Lalu matanya menatap sang gadis yang masih berdiri. Sejujurnya Ia masih penasaran dan ingin tau nama gadis itu, namun sepertinya Ia harus mengurungkan niatnya untuk tau hal itu. Ia pun berlalu diiringi sang asisten dibelakangnya.

"Baiklah ini sudah waktunya jam istirahat, semuanya boleh keluar!" Ucap bu Neti, kepala HRD setelah sang direktur hilang dibalik pintu.

Semua orang membubarkan diri terkecuali sang gadis yang sedari tadi berdiri dan kini duduk dengan lemas. Lututnya bergetar hebat dengan degup jantung yang semakin berpacu kencang.

"La! Kamu kenapa?" Tanya temannya menepuk pundak sang gadis, namun Ia hanya diam tak menjawab.

"La!" Tegurnya lagi, namun masih juga belum ada respon.

"Vanilla!" Tegurnya lagi dengan sedikit bentakan hingga sang gadis pun terlonjak.

"Ya ampun Fi!" Ia sampai mengusap dadanya karena terkejut.

"Lagian kamu sih ngelmaun aja. Mikirin apaan sih?" Tanya Sofi yang penasaran dengan diamnya sang sahabat.

"Gak mikirin apa-apa kok." Balas Vanilla tertunduk.

"Bohong! Aku kenal kamu sudah lama La, jadi kamu gak bisa bohongi aku." Selak Sofi dengan nada tegas.

Vanilla yang tak bisa berbohong didepan sahabatnya itu mendekapnya menyembunyikan buliran air mata yang sedari tadi Ia tahan. Melihat tempat itu sepi dan hanya berdua dengan sahabatnya, membuat Ia leluasa Menumpahkan sesak yang tiba-tiba menghimpit rongga dadanya.

"Akhirnya Tuhan mempertemukan aku dan dia." Lirihnya.

"Maksudmu?" Tanya Sofi memastikan. Meski Ia tau maksud sang sahabat, tapi Ia ingin memastikan.

"Aka! Aka!"

Pecah sudah tangis gadis cantik itu. Sofi menepuk-nepuk pundaknya dan mencoba menenangkannya.

******

Si kalem penuh misteri🤭

Cinta pertama

Ceklek!

Aska membuka pintu ruangannya, hingga nampak seorang wanita yang membelakangi. Ia tersenyum, melihat dari postur tububnya tentu Ia tau siapa wanita itu.

Wanita itu menoleh kala mendengar suara pintu terbuka, Ia tersenyum dan segera menghamburkan diri untuk memeluk tubuh tegap itu.

"Aka! Kangen!!" Pekiknya.

Aska membalas mendekapnya dan membelai rambut panjang itu. Senyum pria tampan itu kian mengembang menyambut kedatangan wanita yang menurut Ia masih saja menjadi gadis kecil baginya itu.

"Iya de. Aka juga kangen!" Balas Aska.

Ia melerai pelukannya dan membenahi rambut yang sedikit berantakan dari sang gadis. "Kamu apa kabar? Om Rei mana?" Cecar Aska dengan beberapa pertanyaan.

"Isshh aka tuh. Jangan panggil om teruslah! Sekarang aka kan kakaknya." Protes gadis yang ternyata adiknya itu.

Aska terkekeh dengan protesan yang terdengar omelan baginya itu. Ia mengusek pucuk kepala sang adik dengan gemas. "Iya, iya bumil." Ucapnya dengan nada lembut.

Jarak yang jauh membuat kakak beradik itu jarang bertemu. Seperti hari ini, Kia beserta suami sengaja berkunjung ketempat sang kakak. Mengingat Ia juga sudah lama tak mengunjungi kedua orang tuanya, membuat ibu hamil itu memendam kerinduan mendalam pada mereka.

Kedua kakak beradik itu terus mengobrol, bertukar cerita tentang kehidupan mereka masing-masing.

**

Sementara itu dikantin. Kedua gadis magang tengah menunggu makan siang mereka. Kedua gadis itu asyik mengobrol membahas pertemuan yang tak terduga tadi.

"Kenapa gak nyapa dia?" Tanya Sofi. Ia begitu heran kenapa sahabatnya ini tak ingin menyapa pria yang Ia tau itu cinta pertama yang selama ini Vanilla selalu ceritakan padanya.

Vanilla tersenyum dengan menggelengkan kepalanya. "Nggak Fi! Aku gak ingin dia tau, aku Vanilla." Balasnya.

"Kenapa?" Tanya Sofi keheranan.

Vanilla mengedikan bahunya. "Biarlah seperti itu."

"Karena kak Daffa?" Tanya Sofi lagi. Vanilla kembali tersenyum menanggapi itu.

Vanilla tau biarpun Ia menyapa pria yang selalu menjadi bahan pengaduannya dengan sang Maha Pencipta, sang pria belum tentu juga mengingat dirinya. Namun entah kenapa, Ia tak ingin pria itu tau siapa dirinya yang sebenarnya. Biarlah mereka hanya mengenal sebagai atasan dan bawahan saja.

Sofi menghembuskan napas panjang. Ia tau gadis cantik didepannya itu begitu mengharapkan cinta pertamanya, namun keadaan membuat sang gadis harus melupakan itu. Ia genggam tangan sang sahabat dan tersenyum memberi semangat untuknya.

"Apa sih Fi? Aku bukan gadis lemah ya!" Kekeh Vanilla.

"Ck!" Sofi berdecak kesal seraya melepas genggamannya kasar hingga Vanilla tertawa kecil.

"Aku tuh khawatir tau sama kamu! Kamu boleh tegar didepan semua orang. Tapi tidak denganku." Penuturan Sofi membuat Vanilla menghentikan tawanya dan menggenggam tangan sang sahabat dengan erat.

"Iya makasih ya! Kamu selalu ada untuk ku." Ucap Vanilla, dan disambut anggukan disertai senyuman dari Sofi.

Ditengah pembicaraan keduanya, seorang pemuda datang menyapa mereka.

"Hai boleh gabung?" Tanyanya seraya mendaratkan bokong dibangku, disamping Sofi.

Dilihat dari pakaian yang dikenakan sang pemuda, dapat ditebak jika Ia juga anak magang disana. Vanilla mengangguk sebagai jawaban. Sofi hanya memutar bola matanya malas melihat tatapan yang seolah menelanjangi sahabat didepannya.

Sang pemuda mengulurkan tangan untuk mengajak kenalan. "Kenalin, aku Dion." Ucapnya.

Vanilla menyambut uluran tangan itu dengan senyuman. "Vanilla." Ia segera menarik tangan dari jabatan yang sedikit sulit untuk Ia lepas itu.

"Sofi." Tanpa menyambut jabatan tangan sang pemuda, Ia hanya menyebutkan namanya.

Makanan pun datang disaat mereka baru berkenalan. Namun saat mereka ingin menikmatinya, suara seseorang menghentikan pergerakan sendok yang hampir memasuki mulut mereka.

"Vanilla!"

\*\*\*\*\*\*

Jangan lupakan jejaknya yaa gaiss🤗 Jom ramaikan kolom komentarnya😉

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!