NovelToon NovelToon

Melody Untuk Galaxy

Bab 1

"Aduh, bagaimana ini? Apakah tidak bisa lebih cepat lagi, Pak?" tanya Melody cemas.

Pemilik bengkel tersebut menggelengkan kepalanya perlahan. "Tidak bisa, Neng. Ini bocornya bukan hanya satu lubang, tapi ada beberapa lubang di sana dan sini." Ia menunjuk beberapa lubang di ban motor milik Melody.

"Waduh, gawat! Kalo kelamaan menunggu, bisa-bisa Pak Boss marah," gumam Melody sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kalau boleh Bapak kasih saran. Ini motor ditinggal saja di sini. Nanti, besok pagi Neng bisa jemput motornya kembali."

"Baiklah kalau begitu. Aku titip motorku di sini Pak. Tolong jaga baik-baik, soalnya ini satu-satunya benda berharga yang aku miliki," ucap Melody sebelum meninggalkan bengkel tersebut.

"Siap, Neng."

Melody pun bergegas pergi, menuju tempat kerjanya. Beruntung letak bengkel itu tidak jauh dari Cafe Dut's, di mana Melody bekerja sebagai penyanyi dangdut di tempat itu.

"Ah, ada-ada saja," celetuk Melody sambil berlari kecil. Kedua tangan Melody memegang tali ransel yang ada di pundak kanan dan kirinya agar tidak jatuh ketika ia ajak berlari.

Dari posisinya saat ini, Melody sudah bisa melihat bangunan megah bertuliskan Cafe Dut's tersebut. Hanya tinggal puluhan meter lagi, ia pun akan segera tiba di sana.

Di sisi lain.

"Mom, bisa perintahkan sopir pribadi Mommy untuk menjemputku? Mobilku tiba-tiba saja mogok dan aku rasa tidak ada bengkel mobil di daerah sini," ucap Galaxy kepada Sang Mommy yang saat ini berada di rumah mewahnya.

"Tuh, 'kan! Mommy bilang juga apa, Gala. Sebaiknya kamu itu diantar jemput saja, tapi kamu malah ngeyel. Sekarang terbukti 'kan ucapan Mommy?" celetuk Dania dengan wajah menekuk di seberang telepon.

"Iya, Mom. Iya!" jawab Galaxy sambil tersenyum tipis.

"Baiklah, sekarang kamu di mana? Biar Mommy ke depan dan meminta Pak Memet agar segera menjemputmu."

Galaxy memperhatikan sekelilingnya. Sementara tangan lelaki itu masih memegang benda pipih tersebut di samping telinganya.

"Aku menunggu di depan sebuah kafe yang bernama Cafe Dut's. Katakan pada Pak Memet untuk secepatnya menjemputku di sini ya, Mom."

"Cafe Dut's? Oh, ok-ok. Tunggulah beberapa menit lagi."

Sementara Dania memerintahkan pak Memet untuk segera menjemputnya, Gala masih menunggu di tempat itu dengan sabar. Ia berdiri tak jauh dari sebuah kafe yang bernama Cafe Dut's tersebut sambil memainkan ponselnya.

Namun tiba-tiba ....

Brugkh!

Gdubrakk!

"Aw!"

Galaxy merasa ada seseorang yang sedang menabrak tubuhnya. Setelah itu terdengar lagi suara seseorang jatuh ke tanah sambil memekik kesakitan. Sama sekali tak terjadi apa-apa pada Galaxy. Hanya saja tubuh kekarnya itu bergeser beberapa centi dari posisinya semula.

Galaxy melirik seseorang yang tadi jatuh dan memekik kesakitan di bawah sana. Seorang gadis cantik dengan penampilan yang sangat sederhana. Gadis itu menatap Galaxy dengan penuh rasa kesal. Ia bangkit dari posisinya sambil menggerutu.

"Hei, Tuan! Jalanan ini bukan punya nenek moyang Anda, sehingga Anda tidak bisa berdiri seenak di tengah jalan seperti itu," kesal gadis itu dengan mata melotot.

Galaxy menoleh kanan dan kiri. Tak ada sesiapapun di sana. Hanya dia dan gadis itu. Memang ada beberapa lagi di belakangnya. Namun, jaraknya cukup jauh dan tidak mungkin gadis itu bicara pada yang lain.

"Kamu bicara padaku?" tanya Galaxy dengan alis yang saling bertaut.

Galaxy menepuk jidatnya. "Ya, ampun! Ternyata Anda cakep-cakep oon, ya! Ya, tentu saja saya bicara sama Anda. Trus Anda pikir saya bicara sama mahkluk tak kasat mata begitu?"

Galaxy tak menampakkan ekspresi apapun di wajahnya. Ia menampakkan telapak tangannya ke hadapan gadis itu sembari membuang muka.

Melody semakin kesal saja. Bukannya digubris, lelaki itu bahkan sama sekali tidak peduli. "Hhh, dasar lelaki aneh!"

Karena tidak ingin berdebat lebih jauh lagi, akhirnya Melody mengalah dan segera masuk ke dalam kafe tersebut.

"Yang waras mengalah!" gumamnya.

...***...

Bab 2

"Kamu kenapa, Mel. Dari tadi cemberut aja?" tanya Maya, sahabat Melody.

"Hari ini aku merasa sial dan aku tidak tahu kenapa. Pertama, ban motorku bocor dan anehnya, lubangnya tidak hanya satu. Yang kedua, aku tidak sengaja menabrak seorang lelaki oon yang berdiri tepat di depan kafe. Dan akibat tabrakan itu, aku rasa kakiku salah urat. Lihatlah, pergelangan kakiku bengkak!" jawab Melody sembari memperlihatkan pergelangan kakinya yang memang tampak membengkak.

Maya memperhatikan kaki Melody dan ia begitu terkejut setelah melihatnya. "Ya ampun, Mel. Sebaiknya kakimu diurut saja. Nanti kalau dibiarkan bisa-bisa kakimu akan semakin memburuk," ucap Maya.

"Begitu, ya?" Melody ikut memperhatikan kondisi kakinya. "Kamu tahu alamat tukang pijat yang sudah berpengalaman soal ini, gak?"

"Tau lah, itu Mak Urut langgananku. Dia tukang pijat yang sudah terkenal, loh!"

"Besok anterin aku ke tempat Mak Urut itu, bisa?" pinta Melody.

"Ya, tentu saja bisa, dong!" jawab Maya yakin.

Setelah selesai berdandan, Melody dan Maya pun bergegas menuju ruangan di mana ia dan sahabatnya itu akan menggoyang panggung di Cafe tersebut. Dengan dress bermanik sebatas lutut dan sepatu high heels setinggi 10 cm, Melody siap menjadi bintang yang paling bersinar di malam ini.

"Kamu yakin bisa bernyanyi sambil berdiri, Mel? Kalau kakimu sakit, kamu bisa bernyanyi sambil duduk," tanya Maya dengan sedikit cemas.

"Kamu tenang saja. Aku pasti bisa, kok!" jawab Melody dengan penuh keyakinan.

Sementara itu.

"Besok Mommy tidak mau tau, Gala. Mau tidak mau, kamu harus diantar jemput sama pak Memet," titah Dania yang kini tengah menatap lekat anak lelakinya itu.

Galaxy menganggukkan kepalanya pelan. "Baik, Mom."

Tiba-tiba saja tatapan Galaxy tertuju pada sesosok gadis cantik yang sedang menertawakan dirinya di ujung tangga. Gadis itu menjulurkan lidahnya sambil mengolok-olok Galaxy.

"Memang enak?" ucap gadis itu dengan begitu pelan. Bahkan tidak terdengar sedikitpun suara yang keluar dari bibir gadis itu. Walaupun begitu, Galaxy masih bisa membaca gerak bibirnya dengan tepat.

"Mom, aku ke kamar dulu, ya. Setelan jas ini benar-benar membuatku gerah," ucap Galaxy sebelum ia pergi meninggalkan Dania di ruangan itu.

"Baiklah. Tapi, jangan lupa! Setelah selesai segera temui kami di ruang makan," titah Dania.

"Yes, Mom."

Galaxy bergegas naik ke lantai atas, di mana kamarnya berada. Sebelum tiba di kamarnya, Galaxy berpapasan dengan gadis cantik yang tadi mengolok-oloknya. Ia sempat melirik gadis itu untuk beberapa detik, kemudian kembali fokus ke depan.

"Wah, aroma-aromanya aku bakal dapat mobil baru, nih. Mobil kesayangan milik Kak Gala," ucap Gadis itu sambil tersenyum menatap Gala yang melewatinya.

Galaxy yang tadinya ingin mengacuhkan ucapan gadis itu, mendadak menghentikan langkahnya kemudian berbalik menatap Berlian.

"Jauhkan pikiran itu dari kepalamu, Berlian. Karena aku tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi," tegas Gala yang kemudian kembali melangkahkan, memasuki kamarnya.

Gadis itu mengerucutkan bibirnya. "Dasar pelit."

"Heh, Nona! Apa yang kamu lakukan di sana? Apa kamu tidak dengar perintah Mommy-mu barusan?" Daniel bertolak pinggang sambil mendongak menatap Berlian yang masih berdiri puncak anak tangga.

"Eh, iya, Dad! Segera meluncur!"

Berlian segera turun dari lantai atas sambil berlari kecil menapaki satu-persatu anak tangga. Wajah cantik gadis itu selalu tampak ceria, persis seperti Ibunya, Dania.

Daniel menghembuskan napas berat. Sebenarnya ia kesal melihat Berlian yang berlarian seperti itu. Namun, melihat wajah cantik anak gadisnya itu, mengingatkan Daniel kepada Dania dan rasa kesal itu pun mendadak sirna.

"Lain kali jangan berlarian seperti itu lagi, Berlian. Apa kamu sudah lupa bahwa kamu sudah pernah terguling-guling di sana dan akhirnya tidur beberapa hari di Rumah Sakit," celetuk Daniel sembari melenggang mendahului Berlian.

"Iya-iya, Dad. Aku ingat," sahut Berlian yang kini mengikuti langkah Daniel dari belakang.

"Ingat, tapi tidak jera! Itu lah kamu," ucap Daniel sambil mendengus kesal. Sementara gadis itu hanya cengengesan di belakangnya.

...***...

Bab 3

Keesokan harinya.

"Aaakkhhh! Aduh, Mak! Ampun, Mak, sakit!"

Terdengar suara rintihan Melody di sebuah rumah sederhana. Di sela suara rintihan gadis itu, terdengar pula pekikan tawa dari sahabatnya, Maya.

"Hahaha ...."

"Sedikit lagi, Nak. Tahan, ya!" ucap seorang wanita tua yang sedang memegangi kaki gadis itu dengan sangat kuat.

Prekkk!

"Huaaa! Kakiku," jerit Melody untuk yang kesekian kalinya.

"Sudah, sudah, Nak. Sudah selesai." Wanita tua tersebut kembali melemaskan otot-otot kaki Melody dengan lembut.

"Ya ampun, Melody! Coba lihat, gara-gara teriakkanmu, semua warga berdatangan ke tempat ini," ucap Maya.

Benar saja, banyak warga di sekitar tempat tinggal Mak Urut berdatangan. Mereka begitu penasaran dan ingin tahu siapa yang sudah berteriak-teriak di rumah wanita tua itu. Wajah cantik Melody terlihat merah merona. Dengan sekuat tenaga ia menahan rasa malu ketika melihat banyaknya kepala yang muncul dari balik pintu untuk menyaksikan dirinya.

"Maaf, Pak. Maaf, Buk." Melody menangkupkan tangannya sambil tersenyum kecut menatap para warga yang kini melihat ke arahnya.

Setelah menyaksikan sendiri apa yang terjadi di rumah itu, para warga pun kembali ke rumah mereka masing-masing sambil tertawa pelan.

"Memangnya teriakan ku tadi nyaring sekali, ya?" tanya Melody kepada sahabatnya yang setia membawanya ke Mak Urut langganannya.

"Bukan lagi! Kamu itu seperti seorang gadis yang disiksa oleh ibu tiri, tau nggak," sahut Maya sambil tertawa pelan.

"Ish, kamu belum tahu saja bagaimana rasanya! Moga saja suatu saat nanti kamu akan merasakan apa yang aku rasakan saat jni. Aku ingin melihat bagaimana reaksimu ketika di pijit oleh Mak Urut. Dan saat itu aku akan balas tertawaanmu, ha ha ha!" celetuk Melody sembari mencoba bangkit dari posisi duduknya.

"Duh, jangan begitu, dong. Nanti aku tidak bisa nyari uang lagi, Mel."

"Habisnya kamu ngeselin. Sejak tadi terus tertawa lantang. Menertawakan aku yang sedang kesakitan. Jadi, jika seandainya tadi aku adalah seorang anak tiri yang disiksa oleh Ibu tirinya, maka posisi kamu di sini adalah saudara tiri yang kejam."

Maya kembali tergelak. "Ah, kamu bisa aja. Iya deh, Maaf-maaf."

Maya membantu Melody berdiri kemudian melepaskan pegangannya setelah gadis itu bisa mempertahankan posisinya. Perlahan Melody melangkahkan kakinya sedikit demi sedikit. Gadis itu tersenyum lega karena kakinya sudah dapat digerakkan walaupun masih terasa sakit dan terlihat bengkak.

Ya, akibat terlalu dipaksakan 'manggung' tadi malam, kondisi kaki Melody semakin parah saja. Selain bengkak, ia pun susah menggerakkannya.

"Bagaimana, apa sekarang sudah baikan?" tanya Maya sembari memperhatikan kaki Melody.

"Setidaknya aku sudah bisa menggerakkannya."

Di sela perbincangan kedua gadis itu, tiba-tiba Mak Urut memotong pembicaraan mereka.

"Nak Melody, kalau Mak lihat dari aura wajahmu. Sepertinya ada sesuatu yang salah di sana. Mak tidak bisa menjelaskannya secara rinci karena itu bukanlah bidangnya Emak, tetapi Mak masih bisa melihatnya dengan jelas. Kalau kamu berminat, kamu bisa kunjungi Mak Sum, dia ahlinya soal itu."

Sontak saja Melody dan Maya menoleh ke arah wanita paruh baya itu. Melody terpelongo, sementara Maya tampak semringah mendengarnya.

"Mak Sum? Wah ... betul, Mel. Aku sering ke tempat Mak Sum buat buang sial," ucap Maya sambil terkekeh pelan.

Melody menatap heran kepada Maya. "Kamu percaya sama yang begituan, May?"

"Ya, percaya lah! Kenapa enggak," jawab Maya mencoba meyakinkan.

Melody mencebikkan bibirnya kemudian kembali menatap Mak Urut. "Memangnya wajah saya kenapa, Mak? Terlihat jelek?"

"Bukan seperti itu, Nak. Coba saja kamu kunjungi Mak Sum, dia bisa menjelaskannya secara rinci padamu."

"Iya, Mel. Jika kamu berminat, aku bisa mengantarkanmu ke sana," sela Maya dengan sangat antusias.

"Nanti akan kupikirkan lagi," jawab Melody yang masih bingung, antara percaya atau tidak.

...***...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!