Siang itu begitu panas terik, hingga menyilaukan mata Sandra yang sedang membawa mobilnya, menuju kampus. Saat ini Sandra memang sedang berada di luar kota karena ada kepentingan mendadak.
Sandra memang tinggal di kota besar walaupun harus hidup di sebuah apartemen murah bersama teman-temannya.
Sandra terlihat buru-buru karena satu jam lagi, ia harus mengikuti ujian semester awal di salah satu universitas bergengsi di Amerika.
Karena jalanan begitu lengang siang itu, ia menambahkan kecepatan mobilnya agar bisa tiba lebih cepat ke kampus tersebut.
Naas bagi Sandra yang tidak mengetahui ada mobil yang datang berlawanan arah dengan kecepatan tinggi.
"Astaga!" Apakah orang itu sedang mabuk?" Sandra membanting stir mobilnya untuk menghindari tabrakan dengan mobil yang ada di depannya.
Dari jarak dekat seorang lelaki yang menyadari ada mobil yang hendak menabrak dirinya berusaha mengelak, namun sayang tanpa di duga Sandra menabrak seorang lelaki yang sedang menerima telepon di pinggir jalan.
"Aaaaakkkkk!" Pekik lelaki itu sebelum mobil itu melaju kencang ke arahnya.
Demikian juga Sandra yang nampak panik tidak bisa menghentikan mobilnya.
"Brakkk....
"Astaga!" Apakah aku sedang menabrak seseorang?" Teriaknya panik.
Sandra turun dari mobilnya dan melihat kondisi pria itu dengan posisi telungkup.
"Tuan!" Panggil Sandra sambil menyentuh tubuh lelaki itu dengan tangannya yang sudah gemetar.
Apakah anda baik-baik saja?" Sandra membalikkan tubuh lelaki itu dan melihat wajah pria itu berlumuran darah.
"Apakah dia mati?" Sandra menyentuh nadi pria itu ternyata masih hidup.
"Syukurlah, anda masih hidup Tuan. Aku akan menghubungi rumah sakit dengan ponsel anda."
Sandra mengambil ponsel lelaki itu yang ikut terlempar tidak jauh dari lelaki itu jatuh.
"Selamat siang!"
"Selamat siang!"
"Maaf tuan, tolong segera kirimkan ambulans karena ada kecelakaan tabrakan, satu orang korban terluka." Sandra menyebutkan lokasi kejadian perkara tanpa menyebutkan identitasnya.
"Maaf dengan siapa kami bicara?" Tanya petugas ambulans dari seberang telepon.
Sandra mematikan ponsel milik lelaki itu dan mengirim lokasi kejadian ke petugas ambulans itu.
Sandra meletakkan kembali kepala pria itu yang sempat ia pangku secara perlahan." Maafkan saya Tuan!" Saya tidak bermaksud jahat padamu, tapi saat ini saya sedang mengejar impianku." Ujar Sandra sambil menangis ketakutan.
Sandra kembali ke mobilnya lalu melanjutkan lagi perjalanannya menuju kampus.
"Sial!"
Kenapa aku sampai bisa menabrak orang?"
Untungnya dia tidak tewas, kalau tidak aku bisa masuk penjara gara-gara menghindari pemabuk gila yang membawa mobilnya ugal ugalan seperti tadi." Gumamnya lirih berusaha menenangkan rasa syok-nya.
Sandra menghela nafas panjang sambil menambah kecepatan agar bisa tiba tepat waktu di kampus ternama itu.
Setibanya di kampus yang sudah mulai nampak sepi, namun Sandra masih bisa di ijinkan masuk karena alasannya yang cukup tepat. Ia melihat kursi yang masih kosong yang memang tersedia khusus untuk dirinya berdasarkan nomor urut peserta ujian.
Semua temannya tidak begitu peduli dengan kedatangan Sandra dengan nafas tersengal dan tubuh gemetar. Mereka sibuk berpikir mengingat lagi setiap apa yang mereka pelajari sesuai dengan soal yang tertera di layar komputer.
Tanpa banyak berpikir ia langsung menyelesaikan soal yang tertera di layar komputernya. Beruntunglah ia mampu menyelesaikannya dengan mudah karena ia sudah banyak belajar.
"Semoga nilai aku bagus semua ya Tuhan!" Harapnya sambil menengadahkan wajahnya ke langit.
Sekitar Empat jam berkutat dengan ujian hari pertamanya, Sandra nampak lega setelah menyelesaikannya dengan mudah.
Tanpa menyapa teman-temannya, Sandra berinisiatif untuk pulang ke apartemennya. Ia mengambil langkah seribu tanpa berpikir hal lainnnya karena ia kembali memikirkan peristiwa mengerikan tadi pagi yang harus ia alami.
Sandra kembali ke mobilnya dan ia bisa bernafas lega, namun hatinya kembali tergelitik kala mengingat seorang lelaki tampan yang ia tabrak empat jam yang lalu.
"Ya Tuhan, aku lupa melihat identitas lelaki itu." Ucapnya seraya memukul jidatnya dengan perasaan menyesal.
"Ya Tuhan, semoga dia baik-baik saja, aku yakin Engkau maha baik Tuhan." Sandra menjalankan lagi mobilnya dan sekarang menuju ke apartemennya.
Sandra bekerja di salah satu restoran siap saji. Ia sengaja mengambil cuti satu Minggu hanya untuk mengikuti ujian semester awal.
"Lebih baik aku tidur supaya bisa bangun pagi dan berangkat kerja lebih awal." Ucapnya lalu menutupi tubuhnya dengan selimut karena saat ini di Amerika sedang memasuki musim dingin.
🌷🌷🌷🌷🌷
Sekitar jam sepuluh pagi, restorannya sudah mulai ramai dengan banyaknya pengunjung yang ingin menikmati sarapan pagi.
Sandra yang hanya melayani para pengunjung, dengan telaten mengulangi pesanan mereka agar tidak terjadi kesalahan dalam memberikan menu untuk pengunjung restoran.
"Satu burger, dua ayam dan tiga porsi kentang goreng." Ulang Sandra kepada salah satu tamu yang sedang mengantri makanannya.
Sandra mengambil uang dari tangan pelanggan lalu mengembalikan uang setelah menghitung harga pesanan pelanggan itu.
"Terimakasih!" Keduanya saling berucap satu sama lain. Dan Sandra melakukannya hingga para pengunjung mendapatkan bagian makanan mereka masing-masing.
*
*
Ketika sudah berganti shift, Sandra melepaskan celemek miliknya.
"Bye semuanya, aku pulang ya!" Ucapnya lalu masuk ke dalam mobilnya.
Setibanya di kamar apartemen, Sandra menghempaskan tubuhnya di atas kasur empuk miliknya. Ia lalu tertidur pulas hingga terbawa mimpi.
"Tuan apakah anda mengalami kebutaan karena kecelakaan itu?" Tanya Sandra kepada pria tampan yang telah ia tabrak.
"Dasar gadis kurang ajar!"
Lihat!" Apa yang sudah kamu lakukan kepadaku. Gara-gara kecerobohanmu, mataku sampai buta." Bentak pria tampan itu lalu mencekik Sandra hingga ia kehilangan nafasnya.
"Tuan...tuan!" Maafkan aku, aku memang tidak sengaja membuat anda buta.
Pria tampan itu melepaskan tangannya dari leher Sandra, lalu menyiramkan air di wajah Sandra.
"Tuan..ampun Tuan.... Maafkan saya!"
Sandra mengatupkan kedua tangannya sambil meminta maaf kepada pria tampan itu!"
"Sandra bangun!"
Sandra membuka matanya dan melihat temannya menyiram wajahnya dengan air.
"Anna, apa yang kau lakukan?" Mengapa tubuhku di siram air?" Tanya Sandra kesal.
"Dibangunin susah, mending aku siram. Lagian tuan siapa yang kamu buat matanya buta?"
"Lupakan saja, aku hanya mimpi, Anna." Sandra bangkit dari tempat tidur lalu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
"Ternyata sudah pagi saja." Ucap Sandra buru-buru berdandan cantik untuk kembali beraktifitas seperti biasanya.
Mobil milik Sandra sudah bersaing sama mobil lainnya untuk lebih cepat tiba di tempat kerja mereka masing-masing. Tapi, pagi ini jalanan ibukota cukup macet membuat Sandra sedikit gelisah.
"Semalam aku bermimpi seorang pria buta, apakah lelaki yang aku tabrak itu benar-benar buta atau dia sudah meninggal sebelum mobil ambulans datang?" Bayangan kematian pria tampan itu makin memenuhi pikiran Sandra.
Ting...Ting...
Bunyi klakson mobil di belakang mobil terus berbunyi membuat Sandra terperanjat.
"Iya sabar kenapa sih orang itu!" Omel Sandra pada mobil di belakangnya.
Sementara di tempat yang berbeda, seorang pria tampan yang bernama Richard Miller menghancurkan semua barang-barang yang ada di ruang inap VVIP yang ditempatinya saat ini. Pasalnya ketika dokter Albert membuka perban pada kedua bola matanya, Richard tidak bisa melihat apapun yang ada di hadapannya.
"Dokter, mengapa ruangan ini sangat gelap dokter?" Tolong nyalakan lampunya!" Tanya tuan Richard panik.
Dokter Albert melakukan pemeriksaan ulang pada mata Tuan Richard dan ternyata pria tampan ini buta.
"Maaf Tuan Richard!" Saat ini anda mengalami kebutaan pada kornea mata anda. Jika anda ingin melihat lagi, hanya ada satu cara yaitu anda harus bisa mendapatkan donor mata dari korban kecelakaan." Ucap dokter Albert.
"Apa...saya buta?" Tidak dokter!" Saya tidak mau buta. Mommy, Daddy, tolong saya tidak mau jadi orang buta.
"Tidakkkkk!"
Prankkkk....
"Richard, sayang!" Mommy dan Daddy akan mencari donor mata untukmu, nak!" Nyonya Chaterine menghibur putranya yang sedang murka saat ini.
"Kapan mommy?" Apakah harus menunggu Richard sampai tua dan menjadi laki-laki tidak berguna?" Teriak Richard yang tidak lagi bisa merasakan keindahan dunia.
"Semuanya tergantung dari nasib orang lain yang kurang beruntung." Ucap Tuan Miller.
"Apa yang aku harus lakukan saat ini?" Dengan mata yang buta, mommy. Bagaimana caranya Richard bisa bekerja?" Richard ingin meninggalkan kota ini mommy." Ucap Richard.
"Kamu mau ke mana, nak?"
"Richard ingin tinggal diperkebunan sampai Richard bisa melihat lagi." Ucap Richard ketus.
"Lakukan apapun yang kamu inginkan, sayang, mommy tidak akan mencegah kamu pergi, asalkan kamu merasakan ketenangan di sana." Ucap Nyonya Chaterine sedih.
"Aku tidak akan pernah tenang mommy, sampai aku bisa menemukan sendiri tersangka utama yang telah menabrak aku. Aku akan membuatnya juga buta!" Ucap Richard Miller.
"Daddy akan meminta detektif untuk menyelidiki kasus tabrakan itu." Ucap Tuan Miller.
"Antarkan aku langsung ke perkebunan mommy dan aku harap tidak ada yang boleh tahu bahwa saat ini, aku sudah menjadi lelaki cacat." Ujar Richard sedih.
"Tidak akan ada yang tahu tentang kamu Richard, kecuali asisten pribadimu Teddy." Ucap tuan Miller.
Keluarga Miller mengantar putra mereka Richard ke perkebunan keluarga yang ada di pedesaan.
Biasanya Richard hanya menghabiskan waktunya di perkebunan itu setiap akhir pekan.
"Richard apa yang ingin kamu lakukan di perkebunan selama mengasingkan diri?" Tanya tuan Miller.
"Pastinya aku ingin menyatu dengan alam Daddy, karena aku lebih mengenal setiap detail rumah di perkebunan dari pada rumah di kota.
Biarkan alam yang akan menghibur ku, hingga aku bisa melihat lagi suatu hari nanti." Ucap Tuan Richard.
Kedua orangtuanya tidak ingin bertanya lagi pada Richard karena jiwa Richard yang masih labil pasca kecelakaan tabrakan di desa yang tidak jauh dari perkebunannya.
Disaat tuan Richard yang sedang dilanda kemarahan, justru Sandra sedang menghadapi permasalahan keuangan yang mengharuskan dirinya melakukan registrasi ulang untuk semester berikutnya.
"Ya Tuhan, biayanya besar sekali, bagaimana caranya aku melunaskan uang semesternya dalam waktu dekat ini." Gumam Sandra lirih.
Sandra kembali ke apartemennya. Ia hanya duduk termenung sambil memikirkan solusi yang terbaik untuk mendapatkan pekerjaan lain yang menghasilkan uang yang lebih besar dalam dua Minggu ini.
Ia ingin mengambil pekerjaan lain, seperti menjadi pelayan di Club malam atau seorang DJ diskotik atau menemani para bos mafia yang selalu menghabiskan waktu mereka dengan alkohol dan wanita sexy.
"Hai Sandra!" Sapa Imelda yang tinggal sekamar dengan Sandra.
"Hai!" Ucap Sandra dengan wajah muram.
"Apakah ada masalah?" Tanya Imelda.
"Aku butuh pekerjaan dengan gaji yang bisa dibayar dimuka, apakah ada perusahaan seperti itu?" Tanya Sandra dengan wajah cemberut.
"Tidak ada perusahaan yang melakukan itu pada karyawan baru. Kalau butuh uang cepat hanya satu, kamu harus jadi pelacur dengan begitu akan di bayar kontan." Ucap Imelda.
"Tidak apa aku menjadi wanita biasa tanpa mengenyam pendidikan kalau harus mengorbankan tubuhku hanya karena uang. Lupakan saja Imel!" Mungkin nasibku hanya berakhir menjadi pelayan restoran siap saji." Ucap Sandra ketus.
"Apa maksudmu Sandra?" Apakah jangan-jangan kamu masih perawan sampai saat ini?" Tanya Imelda sambil menutup mulutnya karena tercengang melihat Sandra mengangguk kepalanya menjawab pertanyaannya.
"Gila kamu Sandra dan aku sangat mengagumi dirimu yang bisa menjaga dirimu dengan baik." Puji Imelda pada Sandra.
"Terimakasih!" Sandra menutup wajahnya dengan selimut lalu berusaha memejamkan matanya.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Richard menghubungi asistennya Teddy yang saat ini sedang menghandle pekerjaan di perusahaan miliknya.
"Hallo, selamat siang Teddy!" Apakah kamu bisa melakukan sesuatu untukku?"
"Apa bos?" Berikan perintah anda!" Ujar Teddy yang selalu siap melakukan apapun untuk Tuannya itu.
"Carikan aku seorang gadis perawan yang belum pernah mengenal cinta dengan lelaki manapun karena aku tidak ingin satu lelaki pun pernah menyentuh tubuhnya, walaupun itu hanya ciuman." Pinta tuan Richard.
"Bos, apa tidak anda tidak salah dengan permintaan anda?" Di jaman modern seperti ini, mana ada gadis perawan yang bisa kita dapatkan dalam waktu dekat?" Ucap Teddy sedikit protes dengan permintaan gila bosnya itu.
"Lakukan apapun yang aku minta, atau kau yang akan aku pecat!" Ancam tuan Richard yang tidak ingin mendengarkan alasan apapun dari mulut asistennya itu.
"Baik bos!" Aku akan berusaha mencari tahu keberadaan gadis perawan itu untuk anda, walaupun hasilnya mungkin nihil." Ucap asistennya Teddy yang tidak ingin memberi harapan palsu kepada tuannya."
"Lakukan secepatnya dalam satu Minggu ini, bawa gadis suci itu ke sini, atau pekerjaanmu yang akan menjadi taruhannya." Ancam tuan Richard.
Teddy menjauhkan ponselnya dari kupingnya karena teriakan Tuan Richard membuat telinganya hingga berdenging.
Richard meletakkan ponselnya sambil tersenyum bangga karena ia akan mendapatkan gadis perawan.
"Dasar pria buta gila!" Mencari gadis perawan di kota rimba seperti ini, mana mungkin. Matanya saja buta bagaimana bisa tahu gadis itu perawan atau tidak. Bisa saja semua gadis akan menipumu dengan muda karena keadaan kamu saat ini yang tidak bisa membedakan perawan dan tidaknya."
Gumam Teddy sambil menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal.
"Hai Teddy apakah kamu sedang dihukum oleh bosmu lagi?" Tanya Imelda yang merupakan sekertarisnya Teddy.
"Orang gila itu makin menjadi gila karena dia menginginkan seorang gadis perawan dalam satu Minggu ini harus saya temukan.
Bagaimana bisa aku menemukannya di kota yang besar ini. Kita juga tidak bisa membedakan gadis itu yang masih tersegel tanpa sentuhan lelaki manapun atau ...ah sudahlah kamu juga belum tentu bisa membantuku." Ucap Teddy galau.
"Siapa bilang aku tidak bisa membantumu. Aku memiliki teman satu kamar yang kebetulan masih perawan tulen.
"Gadis itu seperti biarawati karena ia tidak memiliki kesempatan untuk bergaul dengan lelaki manapun. Kalau kamu sangat membutuhkan gadis itu, kebetulan sekali dia sedang kesulitan keuangan saat ini untuk membayar uang kuliahnya di semester berikutnya." Ujar Imelda.
"Wah, Imel!" Kau adalah sekertaris hebat dan tercantik yang pernah aku miliki. Terimakasih sudah memberikan solusi terbaik untukku." Ucap Teddy penuh syukur.
"Nanti aku akan memperkenalkan dia kepadamu. Tapi, orangnya cukup tegas dan sangat teliti. Dia masih kuliah dan memiliki seorang nenek yang tinggal di perkebunan anggur sebagai pelayan." Ucap Imelda.
"What..?" Mampus aku!" Si bos saat ini sedang menetap di perkebunan itu. Mengapa semuanya menjadi suatu kebetulan?" Gumam Teddy membatin.
"Ada apa Teddy?" Mengapa kamu tiba-tiba murung?" Tanya Imel heran.
"Oh, tidak apa Imel!" Tolong segera pertemukan kami." Pinta Asisten Teddy kepada sekretarisnya.
"Sekarang saja kamu bisa bertemu dengannya. Untuk apa menunggu lama." Ujar Imelda.
"Apakah dia akan menyanggupinya?" Bukankah orangnya cukup tegas seperti katamu tadi." Ucap Teddy.
"Tapi saat ini dia lebih membutuhkan uang dari pada harga diri, kenapa tidak mencoba menawarkan dia barang bagus untuk bisa membuatnya bisa mendapatkan ilmu yang akan ia tempuh untuk selanjutnya." Balas Amel.
"Baiklah kalau begitu aku akan mengantarmu pulang." Ucap Teddy.
"Wah aku bisa merasakan mobil mewah si bos Richard. Dia mungkin akan tergila-tergila kepadanya." Ucap Amel begitu keduanya sudah berada di dalam mobil.
"Secantik itukah dia?"
"Sangat cantik, mungkin kamu juga akan jatuh cinta kepadanya." Ujar Amel.
*
*
Amel mempersilahkan Teddy duduk di sofa. Ia lalu menemui Sandra yang saat ini sedang duduk termenung di depan jendela kamarnya.
"Hei, apakah kamu sudah mendapatkan pinjaman atau pekerjaan lain yang bisa menyelesaikan permasalahanmu?" Tanya Amel yang duduk disampingnya Sandra.
"Mungkin aku akan merelakan cita-citaku untuk menjadi seorang sarjana pendidikan." Ucap Sandra sambil mengusap air matanya.
"Apakah kamu menginginkan sekali menyelesaikan pendidikan kamu?" Tanya Amel.
"Tentu saja Amel!"
"Kalau begitu apakah kamu mau menjadi wanita simpanan CEO?" Tanya Amel.
"Apa..?" Sentak Sandra tidak percaya kepada teman kamarnya ini.
"Ya... tergantung kamu mau atau tidak." Ucap Amel cuek.
Sandra menggigit bibir bawahnya. sambil berpikir keras untuk menerima saran dari Amel, teman kamarnya.
Sandra akhirnya menerima tawaran teman kamarnya, Imelda. Ia memejamkan matanya dan menghembuskan nafasnya dengan berat.
"Aku terima tawaran kamu Imel. Tapi, aku harus membuat perjanjian denganmu dan juga Tuanmu itu. Anggap saja kamu tidak pernah mengetahui tawaran ini. Jika suatu saat nanti kamu buka mulut pada siapapun, kau akan berurusan dengan pengadilan karena ini menyangkut masa depanku." Ancam Sandra.
"Baiklah Sandra, aku dan asistennya bosku, yang akan menjamin kerahasiaan dirimu. Asalkan kamu bisa membantunya agar tidak dipecat oleh CEO kejam itu." Ucap Imelda.
"Kita deal?" Tanya Sandra.
"Deal."
Keduanya saling bersalaman dan Sandra dan Imelda keluar dari kamar mereka menemui asisten Teddy yang sedang duduk gelisah menanti jawaban dari seorang Sandra.
"Teddy, kenalkan!" Ini Sandra." Ucap Imel memperkenalkan keduanya.
"Sandra, ini Teddy, kalian berdua yang akan melakukan transaksi berdua dalam kerjasamanya." Ucap Imel kepada keduanya.
Jantungnya Teddy seakan berhenti seketika, saat melihat kecantikan Sandra yang telah membuatnya terpesona.
Keduanya bersalaman sambil menyebutkan nama mereka masing-masing. Sandra memberi senyum terbaiknya pada Teddy. Keduanya berbasa-basi sesaat lalu membuat janji temu untuk selanjutnya.
"Andai saja tuan Richard bisa melihat gadis ini, mungkin dia tidak akan menjadikan dirimu sebagai wanita simpanannya, dia akan menikahimu secepatnya Sandra," gumam Teddy membatin.
"Teddy!" Kenapa jadi bengong?" Naksir ya sama Sandra?" Seloroh Imel membuat wajah Sandra bersemu merah.
Imel meninggalkan keduanya untuk melakukan transaksi. Teddy mengajak Sandra untuk makan di luar sambil membicarakan hal penting itu, yang berkaitan dengan keinginan gila tuan Richard.
"Sandra, boleh kita ngobrol di tempat yang nyaman, seperti restoran karena aku harus memberikan arahan kepadamu sebelum kamu bertemu dengan bosku." Pinta Teddy.
Sandra mengangguk lalu meminta ijin pada Teddy untuk mengambil tas miliknya. Keduanya menuju restoran dan duduk di salah satu sudut ruangan yang agak menjauh dari meja para pengunjung lainnya. Keduanya memesan makanan mereka sebelum memulai obrolan penting.
"Nona Sandra, aku harus memberitahu kepadamu tentang kepribadian tuanku.
Tuan Richard mengalami kebutaan baru-baru ini, jika nanti bertemu denganmu dengan jiwanya yang labil, aku mohon kamu tetap bertahan karena pada dasarnya dia seorang pria yang baik hati, perhatian dan tanggung jawab." Ucap Teddy.
"Aneh tuan kamu itu, dia tidak bisa melihat, bagaimana dia bisa membedakan aku yang masih gadis perawan dan tidak." Ucap Sandra heran.
"Entahlah, tolong hadapi saja dia nanti, aku serahkan nasibku kepadamu, jika tidak berhasil, maka pekerjaan aku menjadi taruhannya." Ucap Teddy terlihat murung.
"Tidak masalah, yang penting kamu harus membayar dulu uang kuliahku sekarang, setelah itu aku baru mau menemui Tuanmu yang gila itu." Ucap Sandra.
"Sebutkan saja nomor rekeningnya, aku akan langsung mentransfer pembayarannya sekarang," Ucap Teddy.
Sandra memberi tahukan nomor rekening bank yang direkomendasikan kampusnya. Dalam sekejap pembayaran uang kuliahnya sudah lunas. Teddy memperlihatkan bukti transfer kepada Sandra. Gadis ini akhirnya tersenyum lega, sekarang giliran dirinya yang memenuhi kewajibannya untuk melayani tuan Richard di atas ranjang.
"Terimakasih tuan Teddy!"
"Kapan aku bisa bertemu dengan Tuanmu itu?" Tanya Sandra sambil menyedot milk shake miliknya.
"Kalau bisa malam ini, nona Sandra." Ujar Teddy.
"Uhuk...uhuk!" Sandra begitu terperanjat mendengar permintaan asisten tuan Richard ini.
"Aku belum mempersiapkan apapun tuan Teddy, bagaimana mungkin aku bertemu dengannya seperti ini." Ujar Sandra sambil mengelus dadanya yang terasa sakit.
"Kamu cukup mengikuti aku ke salon kecantikan. Mereka akan mengubah dirimu menjadi Cinderella dalam satu malam." Ucap Teddy.
Sandra mendenguskan nafasnya kasar. Semuanya serba mendadak baginya. Ia pun menyanggupinya dan keduanya berangkat ke salon untuk mendapatkan perawatan maksimal dengan menggunakan gaun indah yang sudah di rekomendasikan oleh Teddy dari desainer ternama yang ada di kota tersebut.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Sandra keluar dari salon itu dengan menjelma seperti putri raja. Wajahnya yang sudah cantik, kini lebih bersinar dari awal Teddy bertemu dengannya setelah di make over oleh MUA profesional.
Jantung Teddy makin bergetar melihat kecantikan Sandra yang makin membuat orang terpukau menatapnya.
"Tuan Teddy!" Kita berangkat sekarang?" Tanya Sandra menyadarkan Teddy yang sedang terpana menatapnya.
"Oh iya, nona Sandra. Teddy membuka pintu mobil untuk Sandra di bagian jok mobil belakang.
Mobil itu langsung bergerak menuju perkebunan tempat peristirahatan keluarga tuan besar Miller.
"Sandra, andai saja kamu bukan target untuk tuanku, aku lah yang akan menikahimu saat ini." Gumam Teddy membatin.
"Tuan Teddy, bukankah ini arah perkebunan di luar kota?" Tanya Sandra yang tidak tahu tujuan dirinya yang akan di bawa ke tempat tuan Richard Miller.
"Maaf nona Sandra, aku lupa mengatakan kepadamu bahwa Tuan Richard sedang beristirahat di perkebunan karena keadaannya yang buta yang belum di ketahui oleh banyak orang.
Tuan Richard ingin kembali ke kota, jika ia sudah mendapatkan donor mata." Ucap Teddy.
"Ya Tuhan, beberapa bulan lalu, aku menabrak seorang pria di daerah sini, sekarang aku harus melewati daerah yang sama. Semoga lelaki itu baik-baik saja saat ini." Gumam Sandra lalu berusaha melupakan peristiwa menakutkan itu, ketika mobil mewah itu melintasi di tempat kejadian tabrakan dua bulan yang lalu.
Tidak terasa mobil mereka sudah memasuki gerbang utama perkebunan. Sandra membelalakkan matanya karena, perkebunan milik tuan Miller adalah tempat neneknya mengabdi pada keluarga itu, walaupun ia belum pernah di ajak neneknya menginjak istana ini, namun ia tahu sekali keluarga hebat itu.
"Tuan Teddy, mengapa anda tidak menyebutkan kalau aku akan bertemu dengan keluarga tuan Miller?" Tanya Sandra kesal.
"Maaf nona Sandra, yang akan kamu temui nantinya adalah putranya tuan Miller yaitu tuan Richard. Aku tahu kalau nenekmu bekerja di sini, makanya aku tidak mau kamu membatalkan perjanjian kita, jika aku memberi tahu siapa yang akan menjadi klien kamu malam ini." Ujar tuan Teddy sambil tersenyum getir.
"Aku memang tidak pernah mendengar nama putranya tuan Miller. Aku hanya tahu kedua orangtuanya saja." Ucap Sandra kuatir akan bertemu dengan neneknya.
"Aku mohon maaf nona Sandra, ini sangat mendesak, jadi aku mohon anda bisa mengerti keadaanku yang membutuhkan pekerjaan di keluarga ini." Ucap Teddy.
"Kalau begitu aku harap CCTV di semua sudut istana itu tidak boleh diaktifkan selama aku bertemu dengan Tuanmu itu. Aku tidak ingin nenekku melihat aku berada di sana." Ucap Sandra ketakutan.
"Baik nona Sandra, aku akan berkoordinasi dengan pihak keamanan perkebunan agar wajahmu tidak terekspos oleh rekaman CCTV."
"Baguslah kalau anda mengerti tuan Teddy!" Ucap Sandra lega.
Teddy menahan nafasnya yang terasa sangat sesak karena takut Sandra akan menggagalkan rencananya.
Setibanya di istana, Sandra turun dari mobil itu lalu mengikuti langkah tuan Teddy menemui tuan Richard Miller.
Teddy mengetuk pintu kamar tuan Richard.
"Silahkan masuk Teddy!" Titah seorang lelaki tampan dengan suara bariton dari dalam kamarnya.
"Kamu tunggu di sini sebentar, kalau aku panggil, kamu boleh masuk ke kamar Tuan Richard." Ucap Teddy.
Sandra mengangguk dengan cepat lalu mengatur detak jantungnya yang tiba-tiba bergemuruh.
"Ya Tuhan, tamat sudah masa depanku di atas ranjang seorang lelaki buta yang membeli tubuhku. Oh kemiskinan!" Mengapa engkau sangat rentan membuat harga diri kami yang harus ditukar dengan setumpuk uang." Keluh Sandra terlihat pasrah.
Teddy menemui Tuan Richard dengan menyapa pria tampan itu yang makin tampan dengan stelan jas yang sangat rapi dengan rambut klimis yang disisir rapi.
"Selamat malam Tuan Richard!" Sapa Teddy dengan lembut.
"Apakah kamu sudah membawa seorang gadis perawan untukku?" Tanya tuan Richard.
"Dia sudah ada di sini Tuan Richard dan dia sangat cantik seperti seorang ratu, anda sangat beruntung mendapatkannya." Ucap Teddy menggambarkan bagaimana sosok gadis yang akan dijadikan Tuan Richard sebagai simpanannya.
"Kalau begitu bawa dia kepadaku." Titah tuan Richard sudah tidak sabar dengan mengulum senyumnya.
"Silahkan masuk nona Sandra!" Pinta tuan Teddy.
Sandra melangkah masuk ke kamar mewah milik tuan Richard dengan kepala tertunduk.
"Perkenalkan dirimu terlebih dahulu, nona!" Titah tuan Richard.
Sandra mengangkat wajahnya ingin melihat siapa sosok lelaki yang telah membeli keperawanannya.
Tubuh Sandra terhuyung ke belakang hingga dompet miliknya jatuh dari genggamannya. Tubuhnya bergetar hebat dengan kedua tangannya membekap mulutnya dengan mata terbelalak.
"Astaga!" Kamu?" Ini tidak mungkin!"
Dia...., dia adalah lelaki yang telah aku tabrak satu bulan yang lalu dan saat ini dia menjadi cacat karena aku." Gumam Sandra ketakutan.
Teddy melihat kegugupan Sandra lalu menanyakan keadaan Sandra.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!