🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻
•
•
🌹✨💞✨🌹
Satu tahun sudah pernikahan rizal dan wulan sekarang, namun masih tak ada cinta antara kedua nya.
Wulan yang dulu dan yang sekarang berubah 180°, tak ada senyuman lagi di wajah nya, Hari-hari di jalani dengan penuh penderitaan, entah kapan akan berakhir wanita tersebut tak tau.
Semua luka di sembunyikan begitu rapat hingga tak ada yang tau jika rumah tangga nya tidak baik-baik saja.
Wanita itu tak ingin membuat orang terdekat yang di sayang khawatir dengan kisah hidup nya.
Biarkan kehidupan rumah tangga seperti di neraka seperti ini.
Sikap rizal semakin kesini semakin kasar, tak ada penyesalan dari setiap ucapan atau tindakan yang di perbuat.
Semua tindakan nya di anggap hal kecil bukan hal besar yang tak patuh di pikir lagi atau merasa bersalah.
Sekarang wulan berada di taman belakang menyiram bunga yang di tanam, selama satu dan lebih tepat nya setelah menikah wanita itu memutuskan untuk menyibukkan diri, dia tak ingin berlarut dalam kesedihan yang mungkin akan ada.
Dan semua dugaan nya terbukti, pernikahan nya tak ada arti, dirinya hanya seperti tawanan polisi tak bisa bergerak bebas mencari kebahagiaan.
Menjalin hubungan suami istri mengikat dirinya tak bisa mencari pria yang di cintai.
"Nyonya," panggil bibi ina, asisten rumah tangga mereka.
"Iya bi, ada apa?" sahut Wulan menoleh.
"Sarapan sudah siap."
"Yah sudah, bibi kasih tau tuan saja, saya akan makan setelah nya."
Bibi ina terdiam, wanita paruh baya itu memprihatikan kehidupan rumah tangga majikan nya begitu menyedihkan.
Tak ada satu sikap dan perbuatan buruk terlewat kan dari mata nya. Bibi ina saksi mata Satu-satunya dan ikut sedih setiap air mata Wulan terjatuh dengan penyiksaan di berikan tuanya.
"Bibi, sana cepat. Nanti tuan lapar." Menyadarkan bibi ina yang terdiam.
"Iya, nyonya. Bibi permisi."
Kepergian art nya, Wulan kembali melanjutkan aktivitas yang sudah menjadi rutinitas pagi nya sebelum makan atau pun berangkat kampus.
Tok ... to k... tok ....
Tak mendapat jawaban, bibi kembali mengetuk ulang.
Tok... tok... tok...
Dan ketukan kedua ini berhasil mendapat respon dari dalam ruangan.
"Siapa?"
"Bibi tuan. Makanan sudah siap."
"Iya, bibi bisa kembali, sedikit lagi saya turun."
Beberapa menit kemudian.
Rizal makan dengan nikmat tanpa gangguan. Setelah selesei pria tersebut bangkit dari bangku, belum juga melangkah dering ponsel sudah berbunyi.
Menggeser tombol hijau ke atas, panggilan pun terhubung dengan seseorang di sebrang sana.
📞:"Ya, katakan ada apa?" Terus terang rizal tanpa basa-basi.
📞:"Sayang, kok gitu sih. Kamu gak rindu ya sama aku," tanya seseorang di sebrang sana dengan nada manja.
📞:"Sore kamu bisa kesini jika rindu."
📞:"Baiklah sayang dengan senang hati."
📞:" Jika tak ada hal penting yang di bicarakan lagi, saya tutup telpon," ucap Rizal langsung mematikan sambungan telpon sepihak tanpa menunggu jawaban orang di sebrang sana.
Sedangkan Wulan yang sudah berada di dekat situ, lagi dan lagi mendengar dan mungkin sebentar lagi akan menyaksikan rizal dan wanita nya bersenang-senang.
Namun hal itu sudah biasa bagi wulan, satu tahun bukanlah waktu yang singkat, dan wanita itu sudah banyak melewati penderitaan hidup.
Wulan berjalan begitu saja seperti tidak mendengar apapun, seakan diri nya budek.
Berbeda hal nya dengan rizal, pria itu lebih cuek dan menganggap tak ada orang di sekitarnya.
Pria tersebut langsung pergi tanpa sepatah kata pun, atau basa-basi menegur wulan.
Meski seperti itu, Wulan tetap mencoba menjadi istri yang baik, tapi semua itu bukan berarti dia ingin di sentuh rizal.
Wulan masih menyediakan pakaian dan semua keperluan rizal meski sudah berulang kali di ingatkan untuk tidak melakukan, tapi dia tetap melakukan.
Bagaimana juga rizal suaminya, mungkin dia sangat membenci pria berstatus suami nya itu, tapi dia tak boleh melupakan kewajiban meski tak semua di berikan dalam pelayanan penuh.
Tiba di meja makan, wanita itu segera duduk di bangku dan memulai sarapan pagi.
Wulan kini telah berada di kamar bersiap-siap untuk segera ke kampus, hari ini ada mata kuliah pagi, dan dosen tersebut adalah dosen killer yaitu suaminya sendiri.
Tak ada seorang pun di kampus mengetahui jika dia adalah istri dari rizal, hubungan pernikahan keduanya begitu tertutup dan semua itu permintaan dan keinginan rizal sendiri tidak ingin ada yang tau.
Rizal dosen killer yang tampan, meski sikap dan tindakan begitu keras, semua itu tidak membuat kaum hawa membenci atau mundur dari rasa suka dan kagum, bahkan perasaan mereka semakin besar untuk rizal.
Bahkan Wulan bosan mendengar banyak omongan mahasiswa kampus mengagumi rizal seperti idola.
Dan itu terasa geli menurut Wulan, banyak orang menyukai seseorang tanpa melihat baground dalam mereka hanya sering melihat sampul depan tanpa mencari tau isi dalamnya, sungguh menyedihkan bukan?
****
Di kampus.
Wulan duduk gabung dengan sahabat nya Santi, Panji dan dito di taman kampus.
Kuliah akan di mulai 30 menit lagi sesuai jadwal.
"Tumben telat," santi memandang sahabat yang baru datang.
"Macet, lagian masih ada waktu 30 menit sebelum di mulai kan?" ucap Wulan.
"Sudah gak usah di permasalahkan lagi, sekarang Wulan sudah di sini," lerai Panji.
"Benar tuh, gak guna hal sekecil ini di permasalahkan. Lagian kalau Wulan datang cepat emang mau ngapain? palingan ujungnya juga duduk kayak gini kan?" seru Dito bingung dengan kelakuan sahabatnya.
"Diam! bukan urusan lo," marah Santi kesal.
"Sudah-sudah kenapa jadi kalian yang ribut sih?" bingung Panji melihat kedua manusia berbeda jenis kelamin debat.
"Mending kita bahas tugas yang di kasih pak rizal dari pada berbicara hal yang tidak penting. Kalian tau kan, pak rizal dosen ter killer di kampus ini, tak main-main dia kasih nilai C," sambung Panji memberi topik pembicaraan yang lebih baik dari dari pada debat tak bermanfaat.
"Benar, bahkan yang saya dengar kemarin ada mahasiswa yang di kasih nilai C," sahut Dito yang mendengar dari senior.
"Masa sih, emang lo tau dari mana? kok kita gak tau apa-apa?" tanya Santi.
"Dari senior fakultas kita," jawab Dito.
"Benar senior?" tanya Santi dengan nada menggoda.
"Benar senior."
"Iya deh yang katanya benar. Awas kalau ada sesuatu, tapi gak cerita hanya karena takut PJ. Tanggung sendiri resikonya," ancam Santi memberi tatapan mautnya pada dito dan juga sahabat cowok satunya.
Wulan hanya terdiam, entah apa yang berada di pikirannya sekarang kini wanita itu terus terdiam dan mungkin perbincangan teman-temannya tak di dengar baik oleh nya.
...Bᴇʀsᴀᴍʙᴜɴɢ......
...✨____________ 🌼🌼_______________✨...
Hay reader's yang penasaran dengan awal mula rizal sangat membenci wulan yuk baca di episode 25, tapi maaf ya author jelasin nya secara singkat gak bisa panjang seperti rel kereta🤭.
🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻
•
•
🌹✨💞✨🌹
Semua kaum hawa yang berada di dalam ruangan menatap lapar pada arah rizal yang menjelaskan materi kuliah yang di ajarkan.
Namun tidak dengan wulan, wanita itu tak terpanah dengan wajah rizal.
Sudah banyak luka dan penderitaan yang di dapat hingga hati nya tak lagi hidup.
Pandangan nya mengarah ke depan tapi pada papan.
"Sampai di sini mengerti? atau ada yang tidak paham silakan bertanya?" tawar Rizal pada mahasiswa/i.
"Saya pak," teriak salah satu mahasiswa/i mengangkat tinggi tangannya.
Seketika wulan menoleh pada asal suara tersebut, dia sangat mengenal.
"Santi," gumam kecil wulan menatap sahabat nya.
Wanita yang mengajukan diri itu adalah santi, dan bahkan sahabat nya itu sangat menganggumi ketampanan rizal sejak awal masuk kampus.
"Silakan, apa yang tidak di paham?" ucap Rizal memberi santi kesempatan.
"Terimakasih atas kesempatan nya. Satu tahun berada di Universitas ini saya masih belum dapat satu jawaban dari pertanyaan saya sendiri dan bahkan saya sudah berusaha mencari jawaban nya tapi tak juga dapat dan hingga akhirnya sekarang saya memutuskan untuk bertanya langsung pada orang yang terkait dari pertanyaan yang terus berada di benak saya," ucap Santi panjang lebar.
Mendengar penuturan santi sepanjang ini, wulan merasa tidak beres tidak biasanya santi berbicara panjang lebar.
Dan mahasiswa/i lainnya yang berada di sini pun sama hal nya penasaran pertanyaan apa yang ingin di ajukan santi hingga seribet ini menjelaskan nya.
Santi please jangan yang aneh-aneh. batin wulan cemas dengan pertanyaan santi.
"Kriteria pasangan bapak seperti apa?" tanya Santi menatap serius rizal yang menatap datar nya.
Semua kaum adam yang berada di dalam sini melongo tak percaya, tapi tidak dengan kaum hawa lainnya wajah mereka seketika serius penasaran ingin mendengar tanggapan rizal.
"Pertanyaan seperti apa yang kau berikan? apa pembahasan saya ada materi itu?" tanya Rizal sedikit meninggikan suara sedikit kesal.
"Tidak, maaf Pak," tunduk takut santi tak berani menatap wajah seram rizal yang sedang marah.
"Hmmm, lain kali hal seperti ini jangan sampai terulang. Kalian bebas bertanya apa saja asal pertanyaan itu terkait materi kuliah," tegas Rizal memandang seluruh mahasiswa/i nya termasuk wulan.
Melihat wajah wulan seketika terlintas di benak nya satu hal.
"Untuk pertanyaan tadi, akan saya jawab," sambung Rizal dan membuat semua kaum hawa kaget tak percaya.
Wajah mereka sudah memancarkan kebahagiaan dan itu membuat wulan melihat malas.
"Saya tidak memiliki kriteria apapun, bagi saya wanita itu tak perlu di pilih atau di banding kan yang satu dengan yang lain. Tapi ada satu hal yang tidak saya sukai dan sangat saya benci," jeda Rizal sekilas menatap wulan.
"Wanita penyakitan yang sulit memberi keturunan, dan menurut saya wanita seperti itu hanyalah boneka tidak lebih, " tegas Rizal menekan setiap kata nya.
Deg ....
"Jadi kau menganggap ku hanya sebuah boneka? pria macam apa kau kenapa tega melakukan ini? apa salah ku?" batin Wulan merasa sesak mendengar pengakuan rizal.
"Kau hanya boneka tidak lebih, jika saja kakak ipar mu itu tidak melakukan kesalahan padaku semua tidak akan seperti ini, kau akan hidup bebas seperti burung," batin Rizal sangat membenci wulan.
***
"Parah tuh dosen masa wanita yang gak bisa beri keturunan di anggap boneka?" dito menggeleng kepala tak menyukai tanggapan rizal.
"Sudah tidak usah di pikirkan, asal kita tidak sependapat dengan nya," sahut Panji.
"Ogah sependapat dengan nya," ucap cepat Dito.
"San, apa lo masih mengagumi pak rizal?" tanya Dito.
"Gak tau, tapi yang di bicarakan pak rizal tidak ada yang salah, setiap pernikahan dan setiap pasangan pasti menginginkan anak sebagai pelengkap di keluarga kecil nya," jawab Santi.
"Dasar gadis bodoh, segitu nya lo menganggumi pak rizal hingga tak bisa berpikir jernih," ejek Dito geram dengan santi masih saja membela rizal.
"Elo nya yang bodoh, emangnya lo mau nikah sama wanita yang tak bisa beri keturunan? emangnya lo bisa komitmen untuk terus bertahan apapun keadaan yang akan terjadi? apa lo yakin tidak akan selingkuh untuk mencari yang baru?" tatap Santi tajam dengan tumpukan pertanyaan membuat dito diam sejenak.
"Kalau sudah jodoh dari yang kuasa, saya terima dengan lapang dada, masalah anak bisa di adopsi," jawab Dito asal.
"Lalu komitmen? apa masih bisa setia?"
"Pria sejati akan berpegang teguh dengan pendirian nya, dan jika mengingkari dia bukanlah pria sejati," jawab bijak Dito, dan bagi santi itu bukanlah bijak melainkan alay.
Wulan tak semangat ikut nimbrung obrolan mereka, ucapan rizal masih terus terngiang di benak nya.
Dirinya sudah tak sanggup menjalani pernikahan ini.
Apa aku masih bisa bertahan setelah mendengar pengakuan nya? apa aku sanggup?" batin Wulan bertanya-tanya.
"Lan? kamu kenapa?" tatap Panji melihat diam nya wulan sejak tadi tiba di kantin tak juga membuka suara.
Wanita itu mengunci rapat mulut nya.
"Hello, wulan are you oke?" panji menepuk pelan lengan wulan.
"Ada apa?" sadar Wulan menaikan alis bertanya.
"Sebenarnya kita yang tanya kamu kenapa? apa ada masalah? sejak tadi kamu diam saja, apa ada yang yang di pikirkan?" tanya
Panji ulang menatap wulan.
"Tidak, gak ada yang saya pikirkan," bohong Wulan.
Panji tau wulan sedang berbohong tapi dia tak bisa memaksa jika wulan tak ingin cerita.
Mereka pun menikmati makanan yang di pesan sesuai selera masing-masing.
Tapi tidak dengan wulan, wanita itu tak memiliki selera makan, tapi terus di paksa tak ingin sahabat nya bertanya banyak.
Wulan menyendok dan memasukkan malas ke dalam mulut nya.
"Lan, apa rencana kamu minggu depan?" tanya Santi.
"Emangnya ada apa dengan minggu depan?" tanya balik Wulan tidak ingat.
"Lan lo masih muda kenapa pikun amat sih?" heran Santi menggeleng kepala dengan sahabat nya ini.
"Hmmm," wulan membalas dengan deheman.
"Jawaban seperti apa itu?" kesal Santi melepas sendok dari genggaman nya.
Wanita itu menatap lekat kedua bola mata wulan.
"Gak ada keriput, lo masih cantik, muda, make-up pun gak kelihatan, lalu kenapa pikun jika bukan tua?" penasaran Santi.
"Gak tau," jawab singkat Wulan segera bangkit dari duduk nya.
"Eh, lo mau kemana Lan?" kompak ketiga orang tersebut.
"Toilet."
Wulan menatap wajahnya di pantulan cermin.
"Untuk apa muda, cantik, jika tak pernah dihargai. Aku hanyalah boneka tak lebih. Apa aku harus menceritakan ini sama kak dinda? tidak, jika aku cerita mas rizal pasti akan murka," ucap Wulan sedih takut akan timbul nya masalah.
Tetesan bening pun sudah jatuh membasahi wajahnya, wanita itu tak bisa menahan sakit hubungan pernikahan yang sangat menyiksa dirinya begitu dalam.
"Aku harus kuat, aku harus bisa buktikan jika aku bukan wanita lemah yang mudah ditindas oleh siapapun," ucap Wulan menyemangati diri sendiri agar tidak terpuruk dengan keadaan.
...Bᴇʀsᴀᴍʙᴜɴɢ......
...✨____________ 🌼🌼_______________✨...
🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻
•
•
🌹✨💞✨🌹
Wulan duduk mengerjakan tugas kuliah nya, hari sudah sore, namun rizal belum juga pulang.
Beberapa menit kemudian terdengar bunyi mesin mobil dan siapa lagi kalau bukan mobil rizal yang datang.
Rizal datang tak sendiri, melainkan bersama seorang wanita seksi yang menunjukkan gunung kembaran nya.
Wulan yang ingin mengambil minum terpaksa keluar dari kamar dan melihat pemandangan menjijikkan itu segera melangkah lebih cepat untuk tiba di dapur.
Meski tidak setiap hari, tapi rizal selalu membawa wanita itu bersama nya.
Entah apa yang mereka lakukan dan sedalam apa hubungan mereka, wulan tak peduli.
"Hei kau sini," panggil wanita tersebut angkuh.
Meski mengetahui wulan adalah istri rizal dia tak peduli, wanita itu sudah mengetahui semua penjelasan dari rizal jika wulan hanyalah boneka alat balas dendam nya.
Wulan tak mempedulikan panggilan nya, dia terus melangkah pergi, hingga suara berat menghentikan nya.
"Apa kau tuli! cepat kemari!" teriak Rizal geram melihat sikap cuek wulan.
Wulan menarik nafas panjang dan menghembus perlahan lalu berbalik berjalan menghampiri kedua orang yang berjenis kelamin pria dan wanita murahan di mata nya dengan berat hati.
"Ada apa?" tanya Wulan to the points tanpa basa-basi.
"Saya ingin minum buatkan saya jus lemon, kamu mau apa sayang," tanya Lestari bergelayut manja di lengan rizal.
"Menjijikkan," batin Wulan ingin muntah melihat pasangan tak ada otak.
"Tidak, aku tidak ingin apapun yang dia buat," tolak Rizal dengan tatapan jijik menatap wulan.
"Baiklah jika seperti itu sayang, hey kau untuk apa lagi di situ sana pergi, kau sudah mendengar nya bukan?" usir Lestari berlagak seperti majikan.
Dengan senang hati wulan pergi, dia juga tak betah berada di dekat mereka.
"Dia pikir dia siapa? dasar wanita gila, berlagak seperti nyonya saja, gak sadar apa hanya simpanan,".batin Wulan kesal dengan tingkah lestari.
"Nyonya sedang apa?" tanya art sopan.
"Lagi buatin jus, bi." jawab Wulan.
"Mari biar bibi saja, nyonya duduk di sana bibi yang akan buatkan."
"Makasih Bi."
Wulan berjalan dan duduk di meja makan memperhatikan bibi membuat jus.
Wanita itu tak tau banyak tentang memasak, yang di ketahui hanya memasak nasi, bubur, merebus air, mie, membuat jus dan juga lain yang gampang dan mudah di paham oleh anak-anak umum nya.
Bukan tak ingin berusaha untuk belajar, tapi dia bingung harus memulai belajar dari mana? dan siapa yang harus menjadi guru pembimbing nya.
Kenapa dulu aku gak belajar dari kak dinda sih, kalau udah gini aku sendiri yang ribet. batin wulan menyesal telah menyiakan kesempatan yang ada.
Mata nya intens melihat gerakan bibi yang lincah, bibi dengan talenta melakukan nya, pertama mengambil buah di dalam kulkas, memotong buah lemon menjadi dua bagian dengan pisau yang sangat tajam.
Meletakkan sebuah mangkuk di atas meja dapur, lalu peras satu demi satu potongan lemon secara bertahap.
Setelah tidak ada lagi sari buah yang keluar, bibi menekan lemon lebih kuat untuk mengeluarkan cairan yang tersisa.
Akhiri proses tersebut dengan menusuk daging buah lemon menggunakan garpu, lalu memutarnya perlahan untuk mengeluarkan sari buah yang masih terperangkap di sana.
"Sayang, kenapa kamu masih mempertahankan wanita itu? kenapa tidak kamu ceraikan saja?" tanya penasaran dengan nada menggoda.
"Kenapa bertanya hal seperti ini lagi? sudah ku katakan bukan, aku tidak akan menceraikan nya, aku ingin membuat nya menderita dan perlahan menginginkan kematian nya sendiri," jelas Rizal.
"Tapi mau sampai kapan sayang? aku tidak ingin di gantung begini aku ingin kepastian. Aku ingin hubungan kita lebih dalam."
"Jangan berharap lebih dari ini, sudah ku peringatkan dari dulu hubungan kita tidak lebih dari ini."
"Kenapa? bukannya kamu tidak mencintai nya? lalu siapa yang kamu cintai dan ingin kamu jadikan istri sesungguhnya?"
"Bukan urusan," jawab Rizal mood nya sekarang menjadi tidak baik karena pertanyaan yang di ajukan lestari.
"Silakan minum," sela Wulan meletakkan jus di meja.
Wulan sebenarnya malas mengantar dan harus melihat kedua orang tersebut, namun dia tak memiliki cara lain, lagian dia harus segera kembali ke kamar melanjutkan tugas kuliah.
"Tunggu, apa kau tidak ingin melihat pertunjukan romantis secara live dan juga gratis?" tawar Lestari sengaja mempamerkan kemesraan nya pada wulan.
"Saya sudah pernah melakukan bahkan jauh lebih dalam dari ini, jadi silakan nikmati," sahut Wulan berjalan begitu saja meninggalkan kedua nya.
"Dasar jal*ng, dengan siapa dia melakukan nya? apa dengan rizal? tidak mungkin, bukannya rizal sangat membencinya jadi tidak mungkin melakukan hal itu," batin Lestari kesal dengan tingkah sombong wulan tak merasa cemburu.
"Wanita murahan itu begitu sombong, lihat saja apa yang akan terjadi, apa dia masih bisa menunjukkan sikap sombongnya itu?" pandang Rizal memandang kepergian wulan.
Mood nya yang sudah hancur karena lestari kini bertambah hancur dengan sikap wulan.
"Apa yang ingin kamu perbuat padanya?" penasaran Lestari menatap rizal.
"Sedikit pelajaran agar hormat dan tidak sombong seperti ini," jawab Rizal." Pulang lah aku sedang tidak mood hari ini." sambung nya mengusir lestari.
Ucapan wulan menambah mood nya berantakan, tatapan wanita itu pun tadi menunjukkan ketidaksukaannya terhadap dirinya begitu jelas terpancar dari kedua bola mata dan juga ekspresi wajah menghina nya.
"Tapi kita baru berjumpa sayang, kenapa harus berpisah secepat ini?" protes Lestari tak terima.
"Besok datang lah ke kantor, aku sedang tidak ada jam mengajar di kampus."
"Baiklah jika seperti itu, aku akan segera balik. Jaga dirimu jika perlu sesuatu segera kabari aku," bangkit Lestari dari pangkuan rizal.
Sebelum itu lestari mencium bibir rizal sekilas dan pergi meninggalkan nya.
"Wanita nakal," ucap Rizal menatap kepergian lestari lalu beranjak pergi menuju kamar wulan.
Cekrek...
Rizal masuk tanpa mengetuk pintu, hingga membuat wanita yang berada di dalam kaget dengan kedatangan nya.
"Kenapa kaget seperti itu? apa saya menakutkan hingga kau melihat ku seperti sedang melihat hantu," rizal berjalan dan menjatuhkan bokong di ujung tempat tidur.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Wulan tak perduli perkataan rizal dan malah memberi pertanyaan.
"Saya bebas berada di mana pun saya mau, ini rumah saya, jika kau tidak suka terserah saya tidak peduli. Hari ini saya ingin tidur sini, kau tidur di lantai seperti biasa," kata Rizal.
Wulan tak menjawab, wanita itu menatap penuh kebencian pada rizal, selama satu tahun menikah pria itu tidak bosan menyiksa nya, apa dia harus tiada baru semua berakhir?
Wulan berbalik tidak peduli pada rizal yang menatap kesal dengan sikapnya ini.
Percuma protes, hasilnya akan sama tidur di lantai.
Rizal tak terima, dirinya merasa tidak di anggap dengan keberadaan nya sekarang.
"Apa kau tidak pernah di ajarkan sopan santun oleh keluarga mu? oh iya saya lupa kau wanita murahan yang memberi kepuasan pada banyak pria bukan? bahkan hal yang ku lakukan sama lestari hanyalah hal kecil, kau selalu melakukan lebih dari ku bukan?" hina Rizal mencengkram kuat lengan wulan.
Cengkraman rizal begitu kuat hingga wulan merasa kesakitan dan meringis minta di lepas kan, namun bukan di lepaskan semakin kuat cengkraman tersebut.
"Lepaskan, saya mohon sakit," pinta Wulan.
...Bᴇʀsᴀᴍʙᴜɴɢ......
...✨____________ 🌼🌼_______________✨...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!