NovelToon NovelToon

Kembalinya Suamiku

Part 1 - Kembalinya Suamiku

Seorang wanita cantik dengan wajah ayu dan senyuman manis. Rambut yang tak pernah berubah sejak dulu yaitu sebahu. Tengah fokus memperhatikan anak-anak berhamburan keluar dari pagar sekolah taman kanak-kanak.

Dia adalah Salsa Natasya Anjani, ibu tunggal sejak 5 tahun yang lalu karena kepergian sang suami. Senyum Salsa mengembang saat melihat Angkara putranya berlari padanya. Ia langsung berjongkok untuk menyambut buah hatinya itu.

Senyuman yang sempat terbit di wajah Salsa harus pudar ketika melihat raut wajah cemberut juga mata sembab sang putra.

"Hey sayang, kenapa jagoan Mama nangis?" tanya Salsa langsung memeluk putranya, ia akan sedih jika putranya bersedih.

"Kala di ejek lagi sama teman-teman, Mama. Katanya Kala nggak punya Papa." Tangis Angkara  pecah dalam pelukan mamanya.

"Siapa bilang Kara nggak punya Papa? Kara punya Papa kok, tapi Papa nggak di sini sayang. Bilang sama Mama siapa yang ejek Kara," ujar Salsa berusaha tersenyum walau air matanya sebentar lagi tumpah.

Kelemahannya hanya satu, saat putranya menanyakan di mana keberadaan ayahnya. Salsa tidak sanggup menjawab jika Angkara sudah membahas ayah.

Ia tahu bagaimana sakitnya hidup tanpa seorang ayah, karena ia juga pernah ada di posisi itu saat usianya 15 tahun.

"Banyak, katanya Kala lahil tanpa ayah, Kala anak halam," adu Angkara dengan sesegukan.

Salsa melerai pelukannya, menghapus air mata sang putra. "Nggak, Kara bukan anak Haram, kara  anak Mama sama Papa," sanggah Salsa tidak terima.

"Telus dimana Papa Kala, Mama? Kenapa Papa nggak pelnah nemuin Kala? Papa jahat sama Kala."

"Setelah besar, Mama bakal bawa Kara ketemu Papa," bujuk Salsa.

"Kapan Mama?"

"Saat hari ulang tahun kamu yang ke 17 tahun," janji Salsa sungguh-sungguh.

Wanita berambut sebahu itu tidak akan tega menceritakan pada putranya bahwa suaminya telah pergi sejak ia mengandung Angkara.

Ia berdiri dengan Angkara di gendongannya. "Ayo sayang kita pulang, mau ketemu Oma apa Nenek?" tanya Salsa pada putranya, ia sesekali mengecup pipi gembul itu seraya berjalan menuju mobil.

"Kelumah Oma," jawab Angkara yang sudah tidak sedih seperti tadi. "Mama janji ya, setelah umul Kala 17 tahun, Kala bakal ketemu Papa?"

"Iya sayang, pasti."

Baru saja Salsa akan membuka pintu, seorang pria tampan berjas putih memanggil nama anak laki-laki yang ada di gendongan wanita itu.

"Hay, Kara," sapa Keenan melambaikan tangannya seraya berjalan semakin dekat.

Keenan Izyan Adreas, cinta pertama Salsa dulu. Namun, tidak bersatu karena suatu hal, dan berakhir menikahi Azka sahabat Keenan yang kini sudah tenang di alam lain. Mungkin sekarang laki-laki itu sedang memperhatikannya bersama putranya.

"Ayah Ken? Ayah datang jemput Kala?" auntias anak itu membrontak agar Salsa menurunkan tubuhnya.

Setelah terlepas, Angkara langsung memeluk kaki Keenan. "Tentu saja jemput putra Ayah," jawab Keenan sedikit menunduk untuk mengacak-acak rambut Angkara. Keenan akan selalu jatuh cinta pada anak usia 5 tahun itu.

Garis wajah, mata, dan senyuman semuanya mirip Azka. Dengan kata lain Angkara versi Azka sahabatnya saat kecil.

"Kenapa kesini?" tanya Salsa menghampiri Keenan. "Jangan terlalu dekat sama Kara, aku nggak mau dia bergantung sama kamu," ujar Salsa dengan suara lembutnya. Ia takut di cap janda gatal oleh tunangan Keenan.

"Ayah, ayo kita masuk ke sekolah, disana masih ada teman-teman Kala. Kala mau ngomong sama  meleka. Kalau Kala emang nggak punya Papa tapi Kala punya dua Ayah." Angkara menarik tangan Keenan agar ikut dengannya.

Semantara laki-laki itu langsung melirik Salsa yang sedang mengeleng. "Kara, ayo pulang nak. Mereka nggak perlu tahu Kara punya Ayah atau Papa. Emang Kara nggak sayang sama Mama?"

"Sayang, Kala sayang sama Mama," jawab Angkara.

"Kalau gitu, ayo pulang sama Mama. Jangan nyusahin Om Keen mulu."

Angkara menatap sendu Keenan saat ia di tarik oleh Mamanya masuk ke mobil. Salsa tidak pernah membiarkan putranya dekat dengan  laki-laki manapun, baik sahabat suaminya sendiri.

...****************...

Ritual setelah membaca, kuy tebar kembang yang banyak biar wangi. Jangan lupa juga tekan tombol vote, like, fav dan ramaikan kolom komentar💃💃💃💃💃💃🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Part 2 - Kembalinya Suamiku

Anak berusia lima tahun itu memperhatikan mamanya yang sedang sibuk di dapur seperti membuat sesuatu.

"Mama buat apa? Kala bantu boleh?" Wanita yang sedang di ajak bicara langsung menoleh dengan senyuman.

"Eh anak Mama udah bangun? Lapar ya sayang?" sambut Salsa langsung mematikan kompor dan menghampiri Angkara di meja makan. Ia ikut duduk di samping sang putra.

Lama Salsa memandangi wajah tampah putranya, setiap Ia melihat Angkara, maka ia akan teringat pada suaminya. Suaminya yang selalu memberinkannya cinta dan kasih sayang tanpa ada kata cukup.

"Mata mama pecah-pacah kok gitu, mata Mama sakit?" tanya Angkara langsung mengelus pipi sang Mama.

Salsa mengeleng seraya tersenyum, mengengam tangan Angkara yang kini berada di pipinya. "Mama nggak papa sayang. Ayo mandi sore dulu, bentar lagi Oma sama Opa datang jemput Kara."

"Yey jalan-jalan sama Oma cantik," girang Angkara seraya mengoyangkan pinggulnya lucu. "Mama nggak lupa kan sama hari ulang tahun Kala? Aku mau hadiahnya Papa, titik!"

"Kara ...."

"Sore cucunya Oma." Suara yang terdengar di ambang pintu dapur membuat kalimat Salsa berhenti. Wanita itu tersenyum dan menghampiri mama Mertuanya.

"Kara belum siap, Mi," ujar Salsa.

"Gampang itu, biar Kara sama Mami aja. Lanjut aja buat kuenya." Tari menepuk pundak menantunya dan beralih pada cucu satu-satunya itu.

"Hayo sayang ikut Oma, kita belanja sepuasnya."

"Hole belanja mainan yang banyak ya Oma?"

"Iya dong, kan hari ini harinya Kara. Bentar malam bakal ada pesta di rumah Nenek, pestanya besaaaarrr banget." Tari membentuk tangannya seperti lingkaran agar Kara bahagia di hari ulang tahunnya.

"Mami itu Kara nggak ganti baju dulu?" tanya Salsa mengikuti langkah mertunya ke teras depan.

"Nggak perlu, lagian langsung ke salon. Malam nanti cucu Oma akan menjadi panggeran."

Salsa hanya tertawa menanggapi keantusiasan Mertuanya, Suaminya memang tiada tapi hati orang tua Azka tak pernah berubah padanya.

"Dadah Mama sayang." Angkara melambaikan tangan dalam gendongan Ans Opanya.

"Cium Mama dulu dong," perintah Ans.

Cup

"Hati-hati Pi, Mi."

Sepeninggalan Mertuanya, Salsa kembali berkutat di dapur, untuk membuatkan kue ulang tahun untuk sang putra. Bukan karena tidak mampu membeli, tetapi ia ingin kue ulang tahun Kara spesial dari tangannya sendiri.

Jika ingin membeli, toko kue saja bisa di beli orang tua Azka untuk cucunya.

Tak terasa air mata Salsa menetes seraya menghias kue tar untuk malam nanti di rumah Mamanya.

"Selamat ulang tahun sayangnya Salsa. Kebetulan ya ulang tahun kamu sama kayak ulang tahun anak kita," guman Salsa seakan Azka ada di hadapannya.

Setelah kue yang ia buat jadi, barulah ibu tunggal itu segera bersiap-siap menuju rumah Mamanya di mana pesta ulang tahun akan

berlangsung.

***

Pesta berlangsung sangat meriah walau yang hadir orang-orang terdekat saja. Sahabat-sahabat Salsa dan Azka semuanya datang turut merayakan. Pesta berakhir jam 12 malam dan sang empunya hari telah tertidur dua jam yang lalu.

"Yah Kala tidul, padahal Anala mau izin pulang," ujar gadis kecil dalam gendongan Diton Daddynya.

Dito salah satu sahabat Azka suaminya.

"Hehehe, maaf ya Karanya emang gitu."

"Ish Kala Kebo," ejek Arga teman Angkara.

Semua orang bubar, Salsa mengendong putranya ke kamar dan membaringkan di tepat tidur. Ia tidak langsung menyusul Angkara ke alam mimpi. Wanita itu malah duduk di meja rias dengan kue tar sedikit kecil juga foto seorang pria tengah ternyum manis.

"Selamat ulang tahun ... selamat ulang tahun," gumam Salsa dengan air mata tak terbendung. "Tiup lilinnya ... tiup lilinnya sekarang juga ... sekarang juga ...."

"Besok aku bakal nemuin kamu," gumam Salsa.

***

Pagi harinya, Wanita itu bangun seperti biasanya, untuk menyiapkan sarapan untuk sang putra.

"Anak Mama tampan banget," gumam Salsa mengecup kening putranya yang masih terlelap setelahnya mengambil ponsel.

Matanya terbelalak sempurna saat semua pesan yang selama ini ia kirimkan pada nomor suaminya centang dua. Baru saja berkedip, centang dua abu-abu itu berubah menjadi biru pertanda pesannya baru saja di baca.

"Nggak, nggak mungkin aku pasti halu." Salsa mengeleng tak ingin percaya. Ia berlari keluar dari kamar untuk mencari Mamanya, ingin memperlihatkan ponselnya pada wanita paruh baya itu. Ingin memastikan bahwa ia hanya berhalusinasi.

"Mama!" teriak Salsa seraya menuruni satu persatu anak tangga.

"Mama di dapur nak!" sahut Reni.

Langkah wanita berambut sebahu itu harus berhenti karena keberadaan seseorang di ruang tamu yang sedang menunduk.

Siapa laki-laki itu? Kenapa ada dirumah Mamanya? Dan kenapa laki-laki itu seperti mirip dengan seseorang. Mulut Salsa terbuka saat laki-laki yang tengah duduk di sofa ruang tamu mendongakkan kepalanya.

"Nggak mungkin, aku pasti halusinasi!"

...****************...

Ritual setelah membaca, kuy tebar kembang yang banyak biar wangi. Jangan lupa juga tekan tombol vote, like, fav dan ramaikan kolom komentar💃💃💃💃💃💃🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Part 3 - Kembalinya Suamiku

Mendengar teriakan Salsa, Reni langsung menghampiri putrinya itu yang kini berdiri di anak tangga dengan wajah linglungnya.

"Salsa kamu kenapa nak?"

"Mama apa aku segitu rindunya sama Azka sampai liat dia ada dimana-mana? Sekarang aku liat dia di sofa itu," tunjuk Salsa pada sofa di mana laki-laki masih bergeming di tempatnya.

Reni ikut menoleh, setelah itu kembali menatap putrinya dengan senyuman.

"Dia memang Azka sayang, suami kamu. Mama yang bawa dia kesini?"

"Ma-maksud Mama?" tanya Salsa tak mengerti. Bukankah suaminya sudah meninggal lima tahun yang lalu? Tapi kenapa mamanya mengatakan itu.

"Nanti Mama cerita semuanya, nggak mau peluk dulu ...."

Tanpa mendengarkan kalimat berikutnya, Salsa langsung berlari menghampiri sosok yang selama ini ia rindukan.

Brugh

Tanpa membuang waktu ia langsung menubruk tutuh kokoh itu, jika Azka tidak berpegang pada kursi mungkin mereka sudah jatuh kelantai.

"Kamu beneran Azka? Kamu nggak ninggalin aku? Lalu kemana saja kamu selama ini Ka? Kamu nggak tau aku sangat rindu? Aku hampir gila setiap mengingat kamu," gumam Salsa berderai air mata dalam pelukan Azka.

Ralat, bukan dalam pelukan karena ia sendiri yang memeluk tanpa ada balasan. Salsa melerai pelukannya, mendongak menatap wajah tampan Azka masih dengan air mata di pipi.

"Kamu makin tampan ya Ka." Dengan tangan bergetar tangan Salsa mengelus rahang Azka.

Sementara laki-laki itu menatap Salsa dengan tatapan yang sulit di artikan, tak ada cinta di mata Azka untuk Salsa, melainkan tatapan penuh kebingungan.

"Kamu siapa? Kenapa kamu berani menyentuhku!" Azka langsung menghempaskan tangan Salsa kasar, dirinya tidak suka jika ada yang menyentuhnya apa lagi orang tidak di kenal sekalipun.

Salsa tertawa, menghapus air matanya. "Sekarang udah bisa bercanda ya, nggak kayak dulu lagi. Suami aku ...."

"Saya bukan suami kamu, dan berhenti menyentuhku!" bentak Azka dengan tatapan tajamnya.

"Azka, jangan bentak Salsa seperti itu!" tegur Reni.

"Dia berani nyentuh saya dan saya tidak suka itu," jawab Azka tegas. "Kau mencoba menipuku sekarang?" tuduh Azka tak mendasar pada mertuanya.

"Mama?" panggil anak kecil yang kini berjalan kearahnya. Salsa langsung menoleh dan menghapus air matanya.

"Gantengnya Mama udah bangun, udah sikat gigi sayang?" tanya Salsa di jawab anggukan oleh Angkara.

Bocah kecil itu melirik laki-laki yang sangat mirip dengannya tepat di belakang punggung sang Mama.

"Mama, om itu siapa? Kenapa mirip sama Kala?" tanya Angkara dengan polosnya.

"Katanya Kara mau ketemu Papa 'kan? Sekarang Papa ada di sini, ayo di sapa sayang."

"Papa? Dia Papa Kala?"

"Iya sayang."

Mata bocah kecil itu berbinar, menghampiri Azka yang masih berdiri dengan bingungnya. Ia tidak mengerti dengan situasi yang ia hadapi sekarang.

Ia baru saja terbangun dari tidur panjangnya kemarin, istirahat sebentar hingga dokter yang merawat dirinya mengajaknya kerumah ini. Dan sekarang ia harus di buat bingung dengan kemunculan wanita berambut sabahu yang mengaku-ngaku menjadi istrinya.

"Apa benal om Papa Kala?" tanya Angkara meraih tangan kekar Azka.

"Saya bukan Papa kamu!" tegas Azka.

"Azka, dia anak kamu!" tegur Salsa.

"Saya tidak punya anak dan saya belum menikah, jangan karena saya lupa ingatan kamu dengan mudahnya mengaku-ngaku. Saya tidak sebodoh itu."

Laki-laki itu menghempaskan tangan Angkara dan melangkah pergi menuju pintu, rasanya muak berada dalam rumah ini.

"Mau kemana kamu Azka?" cegah Reni Mertua sekaligus dokter yang merawat Azka selama lima tahun tanpa sepengetahuan putrinya karena alasan tertentu.

"Masuk!" perintah suara bariton yang baru saja datang, dia adalah Ans datang bersama Tari istrinya. Sepasang suami istri itu adalah orang tua Azka.

Ans menyerat Azka agar kembali masuk kerumah Reni dan memperjelas semuanya.

Sementara Salsa memeluk putranya yang kini menangis karena perbuatan Azka barusan, bukan hanya Angkara, hati Salsa juga sakit mendapat perlakuan dari laki-laki yang ia cintai.

Kebahagian yang baru saja ia rasakan karena suaminya kembali, kini harus hilang setelah melihat sikapnya yang tidak seperti dulu lagi. Penuh cinta dan kasih sayang untuknya.

Suaminya memang kembali dengan fisik yang sama tetapi dengan  sikap yang berbeda.

...****************...

Ritual setelah membaca, kuy tebar kembang yang banyak biar wangi. Jangan lupa juga tekan tombol vote, like, fav dan ramaikan kolom komentar💃💃💃💃💃💃🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!