NovelToon NovelToon

The Escort Man

OSCAR PETRICHOR

Oscar menggeram kesal saat cahaya matahari yang menyilaukan mata, menerjang masuk ke dalam kamarnya setelah seseorang dengan lancang menbuka tirai di kamar Oscar.

Astaga!

Oscar bahkan baru menejamkan mata kurang dari dua jam!

"Bangunlah, Osh!" Perintah seorang wanita yang kini bersedekap di samping ranjang ukuran king size milik Oscar. Satu-satunya wanita yang memiliki akses ke kamar Oscar bahkan ke rekening Oscar dan semua hal pribadi Oscar.

Ya, dialah Naomi Olsen yang merupakan manajer utama di agensi tempat Oscar bernaung saat ini. Naomi juga yang memperkenalkan Oscar pada dunia yang kini menjadi mata pencaharian utama seorang Oscar Petrichor. Dunia sebagai pria bayaran atau Naomi lebih suka menyebutnya sebagai escortman.

Terdengar lebih elegan menurut Naomi. Meskipun sebenarnya pekerjaan itu tetaplah pekerjaan menjijikkan bagi sebagian besar orang.

Dan, jika dulu Oscar melakoni pekerjaan ini karena tuntutan biaya kuliah serta biaya untuk pengobatan sang ibu, maka sekarang ini Oscar melakoni pekerjaan itu demi memuaskan hasratnya yang selalu membuncah. Oscar menikmati pekerjaannya sebagai escortman karena menurut Oscar, pekerjaan ini sangat bisa mengakomodasi kebutuhannya sdbagai seorang pria disamping penghasilan yang nemang lumayan jumlahnya.

"Oscar!" Panggil Naomi lagi dengan nada lebih tegas. Wanita tiga puluh lima tahun itu memang selalu bawel dan cerewet!

"Aku baru tidur satu jam, Nao!" Sergah Oscar seraya mendengus dan menutupi kepalanya dengan bantal.

"Aku menemukan botol minuman keras di kamarmu!" Naomi meraih botol kaca yang semalam Oscar letakkan di bawah tirai, lalu wanita itu menggoyang-goyangkannya.

"Botol kosong pertanda kau menenggak isinya hingga tandas!" Tukas Naomi lagi mulai kesal.

"Berapa kali harus aku tekankan, kalau kau dilarang keras mengkonsumsi minuman keras atau dalam keadaan mabuk saat melayani klien! Apa masih kurang jelas peraturan itu?" Sergah Naomi emosi.

"Aku baru meminumnya lewat tengah malam karena aku insomnia dan tak bisa tidur!" Sergah Oscar mencari alasan. Pria itu sudah menyingkirkan bantal tempatnya membenamkan kepala tadi dan akhirnya membuka mata lalu menatap pada Naomi.

"Itu bukan sebuah alasan! Aku harap ini yang terakhir dan aku tak mau kau minum minuman keras lagi!" Tuding Naomi tegas saat terdengar suara seorang gadis perempuan lain dari luar kamar Oscar.

"Mom!"

"Ya!" Sahut Naomi tanpa beranjak dari tempatnya.

"Mom bisa mengantar Jess ke sekolah? Sopir tidak masuk hari ini!" Seru gadis yang mengenakan setelan seragam sekolah dasar tersebut.

Jesslyn Olsen adalah putri Naomi yang tahun ini berusia sembilan tahun. Tidak ada yang tahu siapa ayah kandung gadis itu karena Naomi juga baru membawa Jesslyn ke rumah besar ini tiga tahun yang lalu. Tidak tahu sebelum itu Jesslyn tinggal dimana. Naomi adalah wanita yang tertutup perihal kehidupan pribadinya.

"Mom keluar sepuluh menit lagi, Jess! Kau bisa menunggu di depan!" Perintah Naomi pada sang putri.

"Baik, Mom!" Jawab Jesslyn tanpa sedikitpun menunjukkan wajahnya pada Oscar.

Ya, Oscar juga merasa malas untuk melihat wajah Jesslyn yang selalu berekspresi ketus. Tidak tahu apa sebenarnya masalah gadis itu!

"Aku sudah mengatur pertemuanmu dengan Madame Brennen. Nanti jam sepuluh di mansionnya," jelas Naomi yang akhirnya menjelaskan tentang tujuannya memaksa Oscar bangun tadi.

"Apa tidak bisa diundur? Aku masih mengantuk." Oscar sedikit bernegosiasi.

"Tidak!" Jawab Naomi tegas.

"Kita agensi profesional, Oscar! Semua klien kita menghargai waktu dan kita harus selalu tepat waktu!" Lanjut Naomi tetap dengan nada tegas.

"Ya, aku tahu! Aku hanya bercanda!" Sinis Oscar sedikit berdecak.

"Kau bisa bersiap-siap dari sekarang! Minum kopi, pakai mouthwash! Jangan sampai mulutmu masih bau alkohol saat kau menemui Madame Brennen, atau profesionalitas agensi kita akan menjadi buah bibir!" Pesan Naomi panjang lebar yang bagi Oscar lebih mirip ocehan burung membosankan.

Benar-benar menjemukan!

"Aku tahu yang harus aku lakukan, Nao!" Jawab Oscar sedikit ketus.

"Baiklah!" Naomi menghela nafas sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Aku akan mengantar Jess dulu sekalian ke butik untuk mengurus baju yang akan kau kenakan saat menemui Madame Brennen nanti. Semua klien kita tak akan senang jika kau memakai baju yang sudah pernah kau pakai saat melayani mereka,"Naomi sudah mulai bercerocos lagi.

"Memangnya kapan aku pernah memakai setelan suit yang sama, Nao?" Sergah Oscar semakin kesal dan emosi. Namun Naomi seolah tak peduli dan wanita itu sudah keluar dari kamar Oscar, serta selesai bercerocos.

Yeah! Setidaknya itu lebih baik!

.

.

.

Karya ke-36!!

Oscar Petrichor sudah muncul satu kali di "Queen of Alexander's" bab 122. Silahkan yang mau baca ulang, silahkan juga yang mau menebak-nebak alur ke depannya.

Karya ini berarti masuk ke "Seri Side Story/ Spin Off"

Terima kasih yang tetap setia mengikuti karya receh othor remukan emping melinjo ini. Jangan lupa like biar othornya tetap rajin UP, ya!

Bulan ini ada 2 judul on going, semoga nggak keteteran 💜💜

PROFESIONAL

Oscar masih mematut penampilannya di depan cermin, setelah pria itu mengenakan setelan suit mewah yang yadi disiapkan oleh Naomi. Pakaian serta penampilan Oscar memang selalu totalitas saat bertemu kliennya. Oscar selalu mengenakan suit mewah layaknya para eksekutif muda karena mayoritas yang menjadi klien dari agensi Naomi memanglah para wanita berkelas yang merasa kesepian.

Agensi milik Naomi memang memiliki pelayanan dengan standar yang tinggi karena para klien juga membayar mahal untuk para escortman yang Naomi sewakan. Sejauh ini sudah ada tiga orang di agensi yang sama yang bekerja seperti Oscar. Dan kabarnya, Naomi juga kembali melatih dua anggota baru demi memenuhi permintaan klien

Namun dari semua escortman yang ada, Oscar masih menjadi yang paling favorit di antara semuanya. Hampir semua klien yang sudah melihat Oscar serta merasakan pelayanan dari pria itu akan kembali menyewa Oscar.

Namun Oscar yang sombong tidak akan melayani klien yang sama lebih dari dua kali. Itupun jangka waktunya harus minimal tiga bulan dan Naomi biasanya akan langsung menolak jika klien kembali meminta untuk menyewa Oscar di bulan yang sama, sekalipun mereka menawarkan bayaran yang besar.

Mungkin itu adalah arti lain dari profesionalitas yang selama ini Naomi gembar-gemborkan.

Oscar memeriksa kancing di lengan suit yang ia kenakan, lalu juga membenarkan sedikit dasi yang kini menjadi pelengkap penampilannya. Setelah memastikan tak ada yang salah dengan penampilannya, segera pria tiga puluh tahun tersebut keluar dari kamar. Oscar akan langsung ke kediaman Madame Brennen.

"Kau sudah siap?" Tanya Naomi yang langsung memindai sekilas penampilan Oscar.

"Ya!" Jawab Oscar tanpa menghentikan langkahnya. Naomi mengikuti langkah besar Oscar sambil kembali mengoceh.

"Madame Anthony menghubungiku lagi dan bertanya kapan kau ada waktu untuk menemuinya lagi-"

"Aku sudah dua kali menemani Madame Anthony, Nao!" Oscar menghentikan langkahnya sekaligus menatap tegas ke arah Naomi.

"Yang kedua dibatalkan oleh Madame Anthony karena ia ada urusan mendadak," sergah Naomi mengingatkan Oscar.

"Ah, iya! Aku lupa!" Gumam Oscar merutuki dirinya yang kadang pelupa.

"Yang pertama juga sudah empat bulan yang lalu. Jadi sudah aku buatkan jadwal untuk kau bertemu dengan Madame Anthony," ujar Naomi lagi memberitahu Oscar.

"Kapan?"

"Lusa!"

"Dan Madame Anthony ingin kau menemuinya di rumah megahnya! Bukan lagi di kantor seperti sebelumnya," terang Naomi lagi bersamaan dengan Oscar yang sudah melanjutkan langkahnya. Naomi ikut melangkah dan mengikuti pria berpostur tinggi besar dan nyaris sempurna tersebut.

Ya, bukan hanya wajah Oscar yang parasnya membuat banyak klien jatuh hati, tapi tubuh tegap sempurna Oscar yang merupakan idaman kaum wanita juga menjadi penunjang penampilan Oscar, hingga banyak wanita kaya yang tergila-gila pada sosok pria bayaran tersebut.

Tak sedikit para wanita kaya yang merayu Naomi agar bisa menyewa Oscar secara eksklusif, namun sekali lagi Naomi selalu bersikap profesional dalam hal ini dan tetap pada prinsip agensi, jika klien hanya bisa menyewa salah satu escortman sebanyak dua kali saja dan tidak boleh lebih.

"Dia mungkin akan lebih cerewet jika kami bertemu di rumahnya dan bukan di kantor," kekeh Oscar yang hanya ditanggapi datar oleh Naomi

"Kau tetap harus bersikap profesional sekalipun kau tidak suka dengan klien, Oscar!" Tegas Naomi mengingatkan.

"Aku tak pernah mengatakan kalau aku tidak menyukai Madame Anthony!" Sergah Oscar mengelak dari pernyataan Naomi barusan.

"Aku selalu menyukai semua klien yang menyewaku," pungkas Oscar tegas sebelum akhirnya pria itu masuk ke dalam mobil, meninggalkan Naomi yang kini bersedekap.

Oscar sendiri kadang bertanya-tanya kenapa Naomi malah tak pernah memakainya sekalipun ia dan wanita itu hampir setiap hari bertemu dan berinteraksi. Naomi seolah tak tertarik pada pesona Oscar dan sikapnya selalu profesional di depan Oscar.

Atau mungkin Naomi seorang penyuka sesama jenis yang tak tertarik pada kaum pria?

Entahlah!

Oscar tak mau memikirkannya!

.

.

.

Terima kasih yang sudah mampir.

Jangan lupa like biar othornya bahagia.

MADAME BRENNEN

Oscar melangkah masuk ke dalam mansion Madame Brennen yang mewah. Seorang pria yang sepertinya seusia dengan Naomi langsung menyambut Oscar dan memasang senyuman ramah meskipun Oscar tahu kalau senyuman itu hanya palsu belaka.

Hampir semua pria yang tahu pekerjaan Oscar Petrichor pasti akan memandang remeh pada Oscar. Atau mungkin mereka hanya iri pada pekerjaan Oscar yang bisa menemani para wanita kaya.

"Selamat datang, Tuan Oscar! Saya Johnshon, sekretaris Madame Brennen," ujar pria bernama Johnson itu memperkenalkan dirinya pada Oscar.

"Ya!" Jawab Oscar singkat dengan gesture pongah tentu saja. Oscar tidak suka berbasa-basi pada orang yang bukan merupakan kliennya,apalagi jika orang itu menatapnya dengan sinis dan merendahkan. Pekerjaan Oscar tidak serendah itu!

"Mari saya antar ke ruangan Madame Brennen!" Ajak Johnson lagi yang kali ini hanya dijawab Oscar dengan anggukan kepala. Dua pria itu lanjut berjalan menyusuri lorong panjang dimana dibagian kiri dan kanan lorong berjejer lukisan mahal dari para pelukis ternama.

Sekilas mungkin lukisan itu terlihat hanya dipajang begitu saja dan memberikan kesempatan pada tangan jahil pengunjung mansion Madame Brennen ini untuk menyentuh atau mungkin mencurinya. Tapi jika dilihat lebih jelas, di depan lukisan-lukisan mahal tersebut sebenarnya sudah dipasang pengaman inframerah yang akan langsung menyakiti tangan siapapun yang penasaran ingin menyentuh atau mengambil barang seni berharga ratusan juta tersebut.

Ya, sungguh pengamanan kelas atas!

Dan sebaiknya anak-anak sejenis Jesslyn tidak perlu berkunjung ke mansion Madame Brennen ini atau mereka bisa kehilangan jari-jari mungil mereka kapanpun.

Tapi kenapa Oscar malah memikirkan Jesslyn?

Menyebalkan!

Oscar dan Johnson akhirnya tiba di ujung lorong, dimana terdapat pintu besar dengan ukiran mewah yang menandakan kalau itu bukanlah ruangan sembarangan.

"Silahkan masuk, Tuan Oscar! Madame sudah menunggu anda!" Ucap Johnson seraya membuka pintu mewah tadi.

Oscar melangkah masuk dengan pongah, meninggalkan Johnson yang sudah kembali menutup pintu. Oscar mengedarkan pandangannya ke dalam ruangan mewah yang merupakan ruang kerja merangkap kamar pribadi Madame Brennen sepertinya. Karena selain ada meja kerja, di ruangan tersebut juga ada sofa mewah serta sebuah ranjang mewah.

"Selamat siang, Oscar Petrichor!" sapa Madame Brennen dengan senyuman ramahnya. Wanita berusia empat puluh tahun tersebut bahkan masih terlihat muda dan segar. Perawatan mahal memang hasilnya tak pernah mengecewakan.

"Panggil saja Oscar, Madame!" Jawab Oscar sopan yang langsung meraih tangan madame Brennen dan mengecupnya. Sebuah gerakan sederhana yang membuat wajah Madame Brennen sedikit bersemu merah. Puber kedua sepertinya!

"Kau bisa memanggilku Aster kalau begitu," ujar Madame Brennen selanjutnya yang kedua tangannya sudah saling menggenggam. Apa wanita empat puluh tahun tersebut sedang grogi sekarang?

"Kita sudah pernah bertemu saat kau menemani Deasy Anthony waktu itu. Kau ingat?" Tanya Madame Brennen selanjutnya berbasa-basi pada Oscar.

"Tentu saja saya ingat, Madame!" Jawab Oscar seraya mengulas senyum tipis.

"Aku langsung meminta Johnson untuk mencari informasi tentangmu, lalu aku menghubungi Naomi dan disinilah kau sekarang!" Cerita Madame Brennen lagi seolah wanita itu sedang berusaha menutupi rasa gugupnya pada Oscar.

"Saya juga merasa senang karena anda mengundang saya, Madame-"

"Aster!" Madame Brennen memotong dan mengoreksi panggilan Oscar kepadanya.

"Ah, iya!"

"Aster!"

"Aku senang karena kau sudah mengundangku ke kantormu yang mewah ini," ulang Oscar seraya memasang senyuman tipis yang menjadi ciri khasnya. Meskipun hanya senyuman tipis, namun sudah mampu membuat para wanita kaya seperti madame Brennen ini bertekuk lutut kepadanya.

"Oh iya! Kenapa kau hanya berdiri saja sejak tadi, Oscar?"

"Silahkan duduk!" Madame Brennen menunjuk ke satu sofa single dan mempersilahkan Oscar untuk duduk di sana. Lalu wanita empat puluh tahun tersebut duduk di sofa lain yang berhadapan dengan Oscar. Madame Brennen masih tak berhenti menatap lekat pada Oscar, seolah wanita paruh baya tersebut begitu kagum pada ketampanan Oscar.

"Jadi, apa semua klien yang menyewamu selalu menginginkan hubungan ranjang? Apa ada yang menyewamu untuk melakukan hal lain? Hanya bercakap-cakap misalnya?" Cecar Madame Brennen lagi masih sambil merem*s jemarinya. Sepertinya wanita paruh baya itu sedikit gelisah atau mungkin grogi.

"Klien menyewa saya untuk melakukan hal apapun yang mereka sukai, Aster! Dan sudah menjadi tugas saya untuk melayani mereka sebaik-baiknya." Jawab Oscar diplomatis. Bibir Madame Brennen langsung menyunggingkan sebuah senyuman.

"Lalu, apa kau selalu mendapatkan klien yang sudah berumur?"

"Maksudku, kau terlihat masih muda dan-'

"Usia saya tiga puluh tahun, Madame," ujar Oscar memotong kalimat Madame Brennen yang tentu saja langsung membuat wanita empat puluh tahun itu terkejut.

"Kau masih begitu muda! Aku pikir kita sepantaran." Madame Brennen terlihat sedikit salah tingkah.

"Bagi saya umur bukan masalah,karena agensi sudah mempercayai saya untuk melayani klien yang berumur dan saya menyukainya," jawab Oscar dengan raut wajah begitu meyakinkan.

"Begitu, ya!"

"Berarti memang bukan masalah bagimu untuk melayani wanita yang lebih tua ini dan...." Madame Brennen menjeda sejenak kalimatnya dan Oscar langsung mengangkat sebelah alisnya.

"Dan?" Tanya Oscar penasaran.

"Dan perawan."

.

.

.

Deasy Anthony adalah Mommy-nya Edward Anthony.

Edward Anthony siapa?

Suaminya Elleanore Queen Alexander, anak bungsu Dean Alexander dan Felichia.

Kisah Edward dan Elleanore ada di "Queen of Alexander's"

Kisah Dean Alexander dan Felichia ada di "Rahim Untuk Sahabat Suamiku"

Terima kasih yang sudah mampir.

Jangan lupa like biar othornya bahagia.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!