NovelToon NovelToon

Detektif Haezel

AWALNYA

"Bagaimana hasil penyelidikanmu, Detektif Haezel? Sudah menemukan siapa orang yang mem-back-up Zack?" Tanya seorang petinggi kepolisian pada Haezel yang masih diam.

Sesekali, ekor mata Haezel akan melirik ke arah pria paruh baya yang berdiri di sudut ruangan,yang ekspresi wajahnya terlihat datar. Pria yang tentu saja tak asing untuk Haezel, karena beberapa bulan belakangan Haezel kerap berkunjung ke rumahnya untuk sekedar berbincang atau bermain catur bersama. Pria yang begitu dihormati oleh Haezel karena beliau adalah ayah kandung dari gadis yang kini berstatus sebagai kekasih Haezel, Cheryl Anstasya!

"Haezel!" Atasan Haezel mendesak jawaban,membuat Haezel harus menarik nafas panjang dengan berat.

"Ya! Saya sudah menemukan orang tersebut, Pak!" Jawab Haezel akhirnya tanpa sedikitpun merasa gentar.

"Dan dia ada di dalam ruangan ini sekarang," sambung Haezel lagi seraya menatap satu persatu wajah para polisi senior yang beberapa diantaranya punya jabatan penting tersebut. Wajah mereka semua terlihat tegang, kecuali Pak Wardhana yang merupakan ayah kandung Cheryl. Raut wajah pria paruh baya itu masih datar.

Namun kebenaran tetap harus dikuak! Sepahit apapun kenyataannya, Haezel tidak mau menjadi seseorang yang melindungi penjahat! Haezel harus tegas!

"Dia adalah...." Haezel kembali diam dan ruangan seketika menjadi hening. Semua orang yang berada di dalam ruangan seolah menahan nafas.

"Pak Wardhana," ucap Haezel selanjutnya yang langsung membuat semua mata tertuju pada pria paruh baya di sudut ruangan tersebut.

"Apa kau sedang bergurau, Haezel?" Raut wajah Pak Wardhana kini berubah pongah.

"Semua bukti sudah jelas, Pak! Anda menjalin hubungan istimewa dengan Zack dan andalah yang menjadi pelindung Zack selama ini," jawab Haezel dengan nada tegas.

"Kau tahu sedang berhadapan dengan siapa sekarang?" Pak Wardhana menggebrak meja.

"Jangan menuduh sembarangan!" Pak Wardhana ganti menuding ke arah Haezel yang tetap menatap tegas ke arahnya.

"Saya tidak menuduh. Saya punya semua bukti," Haezel meletakkan satu map bukti ke atas meja.

Dua orang polisi masuk ke dalam ruangan dan segera meringkus Pak Wardhana yang kini berontak.

"Haezel!"

"Aku calon mertuamu! Dasar detektif keparat!" Maki Pak Wardhana pada Haezel yang hanya bergeming. Semua juga tahu kalau Haezel adalah anak emas bagi Pak Wardhana karena detektif muda itu adalah kekasih dari putri semata wayang Pak Wardhana, Cheryl.

Namun sekarang, justru Haezel yang menguak semua kebusukan Pak Wardhana dan menjebloskan pria paruh baya tersebut ke dalam jeruji besi.

"Haezel!"

"Aku tak akan pernah merestui hubunganmu dengan Cheryl! Enyah kau dari hidup putriku!"

"Ezel!" Guncangan dari Aileen membuat Haezel terjaga dari tidurnya. Pria dua puluh lima tahun itu mengusap wajahnya yang dipenuhi keringat dan akhirnya menyadari kalau ia tengah tertidur di sofa di rumah Aileen.

Setelah menyelesaikan kasus Pak Wardhana, Haezel memang sengaja mengambil cuti untuk sementara waktu dan menepi sejenak ke kota dimana Aileen dan suami serta anak mereka yang baru berusia tiga bulan tinggal.

Baru pagi tadi Haezel tiba di rumah Aileen, dan pria itu langsung terlelap di sofa ruang tengah. Namun ternyata, mimpi tentang Pak Wardhana kembali menghantui Haezel.

Dasar sialan!

"Sekarang jam berapa, Kak?" Tanya Haezel seraya melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Kau sudah tahu jawabannya!" Jawab Aileen seraya tertawa kecil. Aileen merapikan bantal sofa yang sedikit berserak.

"Apa kau selalu mengigau seperti itu saat tidur? Apa Mami tidak khawatir?" Cecar Aileen yang akhirnya mengungkapkan alasannya tadi membangunkan Haezel.

"Aku tidur di kamar kalau di rumah. Mami mana tahu," jawab Haezel seraya mengendik dengan santai.

"Apa ini ada hubungannya dengan kasus papanya Cheryl?" Tanya Aileen lagi yang sudah duduk di samping Haezel. Kebetulan bayi Latisha sedang tidur, jadi Aileen ada waktu mengobrol dengan adik laki-lakinya ini.

Haezel mengusap wajahnya sendiri sebelum menjawab pertanyaan Aileen. Makian dari Pak Wardhana serta ungkapan kekecewaan Cheryl karena Haezel menjebloskan Pak Wardhana yang merupakan ayah kandung Cheryl ke penjara.

"Ayah orang baik, Ezel!"

"Jadi tidak mungkin Ayah melakukan kejahatan seperti yang kau tuduhkan itu!"

"Aku punya semua bukti dan aku juga tidak mungkin begitu saja menjebloskan ayah kamu ke penjara kalau memang beliau tidak bersalah!" Sergah Haezel memberikan pengertian pada Cheryl.

"Tapi tak seharusnya kamu melakukan itu! Kau sangat bisa menutup kasusnya dan melindungi ayah!"

"Aku benar-benar kecewa sama kamu, Zel!"

"Aku hanya ingin menjadi detektif yang jujur, Cheryl! Aku juga sayang pada ayahmu," ungkap Haezel bersungguh-sungguh.

"Tidak!" Gertak Cheryl cepat.

"Kau tidak sayang pada ayah!"

"Kau jahat, Haezel!" Cheryl memukul-mukul dada Haezel penuh emosi.

"Kau jahat!" Maki Cheryl sekali lagi meluapkan semua emosinya.

"Kau jahat!"

"Ezel!" Lagi-lagi teguran dari Aileen membuat lamunan Haezel tentang Cheryl menjadi buyar. Haezel mengusap wajahnya sekali lagi.

"Apa keputusan yang Ezel ambil ini salah, Kak?" Tanya Haezel lirih pada Aileen yang masih duduk di sampingnya sejak tadi.

"Keputusan yang mana maksudmu? Tentang kau yang dengan berani menguak kasus Pak Wardhana?" Aileen balik bertanya pada Haezel yang kini mengangguk.

"Kau sudah melakukan tindakan yang benar, Ezel! Jangan gentar begini hanya karena Cheryl meninggalkanmu," nasehat Aileen bijak seraya menepuk punggung sang adik.

"Pak Wardhana sudah Ezel anggap sebagai ayah Ezel, Kak!"

"Setidaknya sampai Ezel tahu semua kejahatan yang sudah ia lakukan." Ezel tersenyum kecut.

"Cheryl seharusnya menerima dengan lapang dada tentang kasus yang menimpa ayahnya dan bukannya menyalahkanmu serta memaki-makimu begini!"

"Mungkin Cheryl memang bukan gadis yang baik untukmu, Ezel!" Pendapat Aileen .

"Tetaplah menjadi orang yang jujur yang menguak semua kebenaran. Jangan gentar atau terp0engaruh oleh hal kecil apapun."

"Perihal jodoh, Kakak yakin kau akan mendapatkan yang terbaik nantinya," tutur Aileen panjang lebar memberikan semangat pada Haezel yang hanya mengangguk.

Saat itulah terdengar salam dari pintu depan, yang langsung membuat Haezel dan Aileen menoleh.

"Siang, Bu Aileen! Mayra sudah pulang." Sapa gadis berseragam putih abu-abu tersebut yang langsung menarik perhatian Haezel.

Siapa gadis itu?

"Sedang ada tamu, Bu?" Tanya gadis itu lagi berbasa-basi pada Aileen.

"Dia adikku, May! Namanya Haezel dan dia akan tinggal disini beberapa hari ke depan," terang Aileen yang langsung membuat Mayra mengangguk paham.

"Mayra ke belakang dulu untuk ganti baju, Bu! Mau lanjut bantuin budhe di dapur," izin Mayra sebelum kemudian gadus itu berlalu menuju ke bagian belakang rumah Aileen.

"Itu siapa, Kak?" Tanya Haezel penasaran.

"Mayra! Keponakannya Mbok Sum," terang Aileen menjelaskan pada Haezel. Mbok Sum adalah asisten rumah tangga di rumah Aileen.

"Tinggal disini juga?" Tanya Haezel masih kepo.

"Iya! Orang tuanya meninggal dalam kecelakaan beberapa bulan silam. Lalu Mbok Sum minta izin agar Mayra tinggal disini dan membantu Mbok Sum juga di dapur. Kadang bantuin kakak mengasuh Latisha juga. Anaknya rajin dan penurut," ujar Aileen memuji Mayra.

"Masih SMA sudah yatim piatu. Gadis yang malang," gumam Haezel prihatin.

"Tahun ini May sudah lulus. Rencananya aku dan Cliff akan membiayai kuliahnya nanti jika Mayra masih mau lanjut kuliah." Terang Aileen lagi yang langsung nembuat Haezel mengangguk.

"Ezel mau mandi dulu kalau begitu!" Pamit Haezel akhirnya seraya beranjak dari sofa dan meninggalkan Aileen.

.

.

.

Hai! Ketemu di karya ke 35 bersama Haezel Miga Biantara dan Aileen Miga Biantara. Keduanya adalah anak dari Pak Gak Selera, Galendra Biantara dan Emily Aditya di "Jodoh Emily"

Konfliknya nanti mungkin sedikit rumit karena melibatkan perasaan. Halah! Tapi aku usahakan nggak berat-berat amat, ya 🤭

Dan sekedar info saja kalau hari ini aku rilis dua judul karya, tapi yang satu adalah ‼️Novel Dewasa‼️ dan novelnya sama sekali nggak ada akhlak.

Jadi yang belum cukup umur gosah baca 😅 baca yang ini saja!

Sekian perkenalannya.

Jangan lupa like biar othornya rajin UP dua episode per hari 🤣🤣🤣

JANGAN PANGGIL PAK!

Haezel yang sudah selesai mandi mengedarkan pandangannya ke setiap sudut kamar untuk mencari kopernya yang tadi dimasukkan Mbok Sum ke kamar.

Tapi kenapa koper Haezel tidak ada? Apa Haezel salah masuk kamar?

Haezel memeriksa lemari besar di samping tempat tidur, karena barangkali Mbok Sum memasukkan koper Haezel ke sana. Namun ternyata kosong. Tidak ada koper Haezel di manapun!

"Ck! Bagaimana mau pakai baju kalau begini?" Gumam Haezel seraya garuk-garuk kepala. Salah Haezel juga yang tadi asal masuk dan langsung mandi tanpa memeriksa terlebih dahulu ini benar kamarnya atau bukan.

Haezel akhirnya membuka pintu kamar dengan hanya memakai handuk yang membalut bagian bawah tubuhnya. Pria itu langsung terkejut saat mendapati Mayra yang ternyata sedang menyapu rumah dan sekarang berada tepat di depan pintu kamar Haezel.

"Hah!" Mayra membanting sapu di tangannya ke arah Haezel, lalu gadis itu berbalik dan menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"Eh, maaf, May! Aku tidak ada maksud membuatmu kaget," ujar Haezel seraya garuk-garuk kepala.

"Kenapa Pak Haezel tidak pakai baju?" Tanya Mayra yang masih membelakangi Haezel.

"Pak?" Gumam Haezel karena Mayra yang memanggilnya Pak. Memang Haezel sudah seperti bapak-bapak?

"Koperku tidak ada di kamar. Kamu bisa bantu mencarikannya?" Pinta Haezel akhirnya pada Mayra.

"Bentar! May tanya dulu sama budhe," ujar Mayra seraya berjalan masih sambil menutup wajah dan matanya dengan telapak tangan. Tentu saja hal itu membuat Haezel tertawa.

"Ezel! Kenapa belum pakai baju?" Tegur Aileen yang sudah keluar dari kamar seraya menggendong Latisha.

"Koper Haezel tidak ada di kamar, Kak! Kamar Haezel yang mana, ya?" Tanya Haezel akhirnya seraya garuk-garuk kepala.

"Yang di bawah tangga seperti biasa. Mbok Sum juga naruh koper kamu di sana!"

"Lagian, tadi Kakak sudah menegur kamu kenapa malah masuk ke kamar yang ini pas pamit mandi. Kamu cuma diem saja!" Omel Aileen seraya geleng-geleng kepala.

"Masa, sih?" Haezel tertawa kecil.

"Sepertinya tadi Ezel sedang tidak fokus!" Ujar Haezel lagi beralasan.

"Ya, Tisha, ya!" Haezel mencolek hidung Latisha yang berada di gendongan Aileen.

"Ayo ikut Uncle!" Ujar Haezel lagi seraya mengulurkan tangannya dan hendak menggendong putri pertama Aileen tersebut.

"Pakai baju dulu sana!" Sergah Aileen sedikit galak pada Haezel. Persis sekali seperti Papi kalau mengomel.

"Ck!" Haezel berdecak dan akhirnya berjalan ke arah kamar di bawah tangga.

"Pak Haezel! Kata Budhe, koper anda di kamar bawah tangga!" Lapor Mayra yang sudah keluar dari dapur masih sambil menutup wajahnya dengan telapak tangan.

"Itu kenapa wajah kamu ditutup begitu, May? Nanti kalau jalan nabrak bagaimana?" Tegur Aileen heran

"Pak Haezel belum pakai baju,Bu!" Jawab Mayra jujur yang langsung membuat Haezel tergelak.

"Ck! Sana pakai baju, Ezel!" Usir Aileen akhirnya pada Haezel yang masih terus terkekeh dan tak kunjung masuk ke dalam kamar di bawah tangga.

"Polos banget kamu, May!" Celetuk Haezel sebelum kemudian pria itu menghilang ke dalam kamar dan menutup pintu.

"Ezel sudah masuk kamar, May! Buka itu tangannya!" Titah Aileen pada Mayra yang mengintip sedikit untuk memastikan. Setelah yakin Haezel benar-benar sudah pergi, Mayra akhirnya membuka kedua telapak tangannya.

"Maaf, Bu! May lanjut nyapu dulu," izin Mayra akhirnya seraya nengambil sapu yang tadi sempat Mayra lempar ke arah Haezel yang bertelanjang dada. Aileen hanya geleng-geleng kepala dan lanjut menggendong Latisha ke halaman depan sekalian menunggu sang suami pulang.

"May! Belum selesai yang nyapu?" Tegur Mbok Sum saat Mayra hampir menyelesaikan pekerjaannya.

"Tinggal dikit lagi, Budhe!" Jawab Mayra seraya melempar pandangan ke arah pintu kamar Haezel karena mendengar suara pintu yang dibuka dari dalam. Benar saja, Haezel sudah keluar lagi dan kali ini pria itu tak lagi bertelanjang dada melainkan sudah mengenakan celana jeans selutut serta kaus lengan pendek warna putih.

"May!"

"Eh, iya, Budhe!" Jawab Mayra sedikit tergagap.

"Cepat nyapunya, kok malah melamun! Kerja yang rajin jangan klemar-klemer!"

"Iya, Budhe! Ini sudah selesai, kok!" Ujar Mayra seraya membereskan sapu dan pengki yang tadi ia pakai, lalu membawanya ke belakang rumah menyusul Mbok Sum yang sudah terlebih dahulu ke belakang.

"May!" Panggil Haezel tiba-tiba.

"Iya, Pak? Ada apa?" Tanya Mayra seraya berbalik dan menghentikan langkahnya.

"Kak Aileen dan Tisha mana?"

"Di halaman depan, Pak! Biasa menunggu Pak Cliff pulang dari kantor kalau sore begini," jelas Mayra.

"Oh!" Haezel membulatkan kedua bibirnya.

"Saya permisi, Pak!" Pamit Mayra selanjutnya.

"Eh, May!" Panggil Haezel lagi.

"Iya, Pak! Ada apa lagi?" Tanya Mayra yang lagi-lagi harus kembali menghentikan langkahnya.

"Buatkan kopi, ya!" Titah Haezel pada Mayra.

"Iya, Pak! Mau pakai gula?" Tanya Mayra agar tak salah.

"Satu sendok saja!"

"Baiklah. Sebentar, ya, Pak!" Jawab Mayra saat Haezel lagi-lagi memanggilnya.

"May!"

"Iya, Pak!"

"Jangan panggil Pak, dong! Aku kan belum bapak-bapak," ujar Haezel yang tentu saja langsung membuat Mayra mengernyit bingung.

"Lalu saya harus memanggil apa?" Tanya Mayra bingung.

"Ezel saja," jawab Haezel seraya tersenyum.

"Nggak sopan, Pak! Pak Ezel kan lebih tua dari saya," jawab Mayra sungkan.

"Yaudah panggil mas atau abang. Penting jangan Pak, ya!"

"Aku kok berasa udah tua dipanggil Pak," kekeh Haezel yang hanya membuat Mayra meringis.

"Iya, Mas!" Ucap Mayra akhirnya meskipun masih kaku.

"Nah, begitu dong!" Haezel langsung tersenyum senang.

"May buatkan kopi dulu untuk Mas Ezel!" Pamit Mayra akhirnya yang hanya membuat Haezel mengangguk.

Haezel terus memperhatikan Mayra, hingga gadis itu menghilang ke arah dapur. Haezel mengulas senyum simpul, sebelum kemudian pria itu mengayunkan langkahnya menuju ke teras depan untuk menyusul Aileen dan baby Latisha.

.

.

.

Kasih gula dulu yang banyak biar diabetes. Sebelum nanti jualan bawang 😅😅

Tapi ngomong-ngomong panggilan Mayra mengingatkan aku pada si Maymunah yang amnesia trus kecebur got 🤣

Terima kasih yang sudah mampir.

Jangan lupa like biar othornya bahagia.

HARMONIS

"Pak Ezel, ini kopinya!" Ujar Mayra seraya meletakkan cangkir kopi di atas meja bulat yang ada di teras rumah Aileen.

"Kok panggil pak lagi?" Protes Haezel yang sedang menggendong baby Latisha di halaman rumah seraya melihat Aileen yang sibuk menyirami bunga-bunga hias koleksinya.

"Memangnya mau dipanggil apa?" Tanya Aileen seraya menghentikan sejenak aktivitas menyiram bunga.

"Maunya Ezel saja. Tapi Mayra keberatan dan minta memanggil mas. Yaudah Ezel iyain."

"Eh, sekarang malah panggil Pak lagi."

"Ezel kan bukan bapak-bapak sejenis abang Cliff," Cerocos Haezel yang langsung membuat Aileen tergelak.

"Pak detektif!" Celetuk Aileen seraya geleng-geleng kepala, sebelum kemudian wanita itu melanjutkan kegiatannya.

Sedangkan Haezel lanjut menghampiri Mayra sambil masih menggendong baby Latisha.

"Jangan panggil pak lagi, ya! Aku jadi merasa tua," pesan Haezel sekali lagi pada Mayra.

"Memang sudah tua!" Sahut Aileen usil sambil terus menyirami bunga-bunganya.

"Apa, sih, Kak?" Sungut Haezel sedikit kesal pada sang kakak.

"Kamu lagi godain Mayra atau bagaimana, Ezel? Ingat umur!" Aileen kembali berceletuk seraya meledek sang adik.

"Iya ini ingat, kok! Haezel umur delapan belas tahun! Sama seperti Mayra!" Jawab Haezel enteng yang tentu saja langsung membuat Aileen tergelak serta Mayra yang kini menahan tawa

"Delapan belas tahun? Itu berapa tahun yang lalu, Haezel?" Ledek Aileen selanjutnya yang hanya diabaikan oleh Haezel. Kakak perempuan Haezel itu memang bawel dan gemar meledek.

"Ngomong-ngomong, jangan panggil pak lagi mulai sekarang, May!" Pesan Haezel sekali lagi pada Mayra.

"Iya, Pak-"

"Eh, Mas! Maaf!" Koreksi Mayra cepat sedikit malu-malu.

"Coba diulangi!" Titah Haezel yanh masih menimang-nimang baby Latisha yang sibuk mengunyah jemari mungilnya. Dasar bayi!

"Mas Ezel," ucao Mayra lirih dan malu-malu.

"Apa? Nggak kedengeran, May! Lebih keras!" Titah Haezel lagi.

"Mas Ezel!" Mayra sedikit mengeraskan suaranya. Dan bibir Haezel langsung melengkungkan sebuah senyuman.

"Begitu, dong!" Ujar Haezel merasa puas.

"May masuk dulu, Mas! Nanti diomeli budhe kalau kelamaan disini," pamit Mayra selanjutnya seraya berlalu dari teras dan kembali masuk ke dalam meninggalkan Haezel serta baby Latisha.

"Ayo duduk dulu!" Haezel mengajak Mayra untuk duduk di kursi teras, lalu pria dua puluh empat tahun tersebut mengambil cangkir kopi yang tadi dibawakan Mayra. Haezel menghirup aromanya sebentar sebelum mulai menyesap kopi yang masih mengepulkan asap tersebut.

"Jangan, Sayang! Panas!" Haezel menjauhkan cangkir kopinya dengan cepat saat tangan mungil Baby Latisha hendak meraihnya.

Disaat bersamaan, mobil Abang Cliff yang merupakan suami Aileen, sudah tiba di halaman rumah.

"Sore!" Sapa abang Cliff pada Aileen yang langsung menyambutnya, serta pada Haezel yang tetap duduk di kursi dan memangku Baby Latisha.

"Kau terlambat sepuluh menit!" Ujar Aileen pada sang suami, sebelum wanita itu masuk ke dalam rumah membawa tas kerja Cliff.

"Kau akan minta Haezel menyelidiki aku pergi kemana selama sepuluh menit?" Tanya Cliff sedikit berseru dan ternyata sama sekali tak dihiraukan oleh Aileen.

"Dia masih posesif?" Tebak Haezel seraya menyambut sang abang ipar.

"Ya! Juga bawel dan cerewet," lapor Cliff yang sudah langsung mengambil Baby Latisha dari pangkuan Haezel, lalu menciumi putrinya tersebut dengan gemas.

"Salah sendiri mau menikahi si cerewet itu!" Ledek Haezel pada sang kakak ipar.

"Hei! Dia kakakmu! Dan kau selalu saja mencercanya," Cliff geleng-geleng kepala.

"Kami memang tak pernah akur sejak dulu," ujar Haezel blak-blakan.

"Siapa yang tak pernah akur?" Tanya Aileen yang sudah keluar lagi dari rumah seraya membawa secangkir kopi untuk Cliff.

"Kita berdua, Kak!" Jawab Haezel jujur.

"Kau itu yang selalu mengajakku berdebat!" Sungut Aileen yang hendak mengambil baby Latisha dari pangkuan Cliff. Namun dengan cepat disentak oleh sang suami.

"Kau jadinya cuti berapa hari, Ezel?" Cliff memilih untuk mengalihkan pembicaraan.

"Satu pekan! Dan Ezel akan menghabiskannya disini agar Mami dan Papi bisa berduaan di rumah," jawab

Haezel panjang lebar.

"Agar bisa godain Mayra juga pasti!" Cibir Aileen sok tahu.

"Mayra? Bukannya Haezel sudah punya pacar si Cheryl?" Cliff menatap bingung pada Aileen dan Haezel.

"Tidak usah menyebut namanya lagi, Cliff! Ezel sudah putus dengan Cheryl!" Sergah Aileen cepat.

"Putus? Kenapa bisa?" Tanya Cliff bingung.

"Tidak usah membahasnya, Bang!" Sergah Haezel cepat seraya kembali menyesap kopinya.

"Ck! Terlalu manis!" Gerutu Haezel yang sudah bangkit berdiri dan membawa serta cangkir kopinya.

"Mayra tadi menaruh berapa kilo gula." Haezel masih tak berhenti menggerutu hingga pria itu menghilang ke dalam rumah dan sepertinya hendak ke dapur untuk menginterogasi Mayra.

Modus sekali!

"Kenapa Ezel dan Cheryl putus? Kau belum cerita kepadaku, Sayang!" Tanya Cliff sekali lagi pada Aileen.

"Kau terlalu banyak bekerja, Cliff!" Jawab Aileen tidak nyambung.

"Iya makanya kamu cerita ke aku, kenaoa Haezel bisa sampai putus dengan Cheryl. Aku pikir mereka udah mau nikah," ujar Cliff lagi seraya memeriksa wajah Aileen lebih dekat dan sedikit mengusap-usap pipi istrinya tersebut.

"Auw! Sakit!" Protes Aileen menyalak pada Cliff.

"Kau jerawatan," Cliff memberitahu dan Aileen langsung merengut.

"Hormon! Tamu bulanan mau datang!" Sungut Aileen pada sang suami yang malah terkekeh.

"Jadi kenapa Ezel bisa putus dengan Cheryl?" Cliff mengulangi pertanyaannya lagi.

"Papanya Cheryl adalah tersangka utama dari kasus yang kemarin Haezel tangani. Cheryl merasa tak terima karena Haezel sudah menjebloskan papanya ke penjara. Jadi mereka putus," cerita Aileen seraya mengendikkan kedua bahunya.

"Kasus yang mana?" Tanya Cliff penasaran.

"Yang pria gay dan sslalu lolos dari jeratan hukum itu. Rernyata selama ini Papanya Cheryl yang mem-back up karena-"

"Papanya Cheryl gay juga?" Tebak Cliff sik tahu."

"Aku tak tahu soal itu. Ezel tidak cerita detail," jawab Aileen yang enggan bercerita lebih jauh lagi.

"Mungkin juga Cheryl memang bukan jodohnya Ezel," ujar Aileen selanjutnya berpendapat.

"Tapi kau jodohku, kan?" Tanya Cliff mengalihkan pembicaraan secara tiba-tiba.

"Kumat bucinnya!" Cibir Aileen pada sang suami.

"Biarin ya, Latisha! Nanti biar Latisha cepat punya adik lagi," Cliff mengerling nakal pada Aileen seolah memberikan kode.

"Ish! Latisha masih kecil juga!" Aileen refleks mencubit lengan Cliff dan pasangan suami istri itu kembali bercengkerama di teras rumah.

Semua pemandangan itu tentu saja tak luput dari pandangan Haezel yang hanya langsung mengulas senyum melohat keharmonisan keluarga sang kakak. Semoga kelak Haezel kuga bisa membangun keluarga seharmonis itu bersama gadis yang ia cintai.

.

.

.

Terima kasih yang sudah mampir.

Jangan lupa like biar othornya bahagia.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!