"Kerajaan harus dihancurkan!" teriak seseorang bernama Terizla memerintahkan seluruh pasukannya untuk meratakan kerajaan tersebut.
Sang raja yang berdiri tepat di hadapan Terizla merasa murka, ia pun melancarkan serangan langsung pada Terizla dengan senjata andalannya yakni sabit kembar.
"Kau tidak akan bisa menghancurkan istanaku, orang jahat!" teriak sang raja penuh emosi.
Matanya menyorot tajam menatap Terizla yang tampak tersenyum jahat itu, sang raja pun turun dari kudanya memegang senjata miliknya dan bersiap bertarung dengan Terizla disana, tentunya ia ingin mempertahankan kedaulatan kerajaannya.
"Angkat senjatamu dan lawan aku, Terizla!" sang raja berteriak menantang Terizla untuk berkelahi dengannya.
"Hahaha, untuk apa aku membuang-buang tenaga melawan kau? Kau itu bukan lawan ku, kekuatan kita tidak sebanding Feng Ying! Sebaiknya kau menyerah saja atau aku akan menghancurkan istana beserta keluarga mu, tanpa ampun!" ucap Terizla untuk sombong.
"Kesombongan akan menghancurkan mu, Terizla! Lawan aku atau kau tidak lah lebih dari seorang pengecut, Terizla! Atau mungkin kau takut denganku?" ucap sang raja.
"Takut? Cih!" elak Terizla.
Pria dengan wajah hijau serta jubah hitam itu akhirnya maju mendekati Feng Ying, ia membawa senjata berbentuk balok yang memang merupakan andalannya itu untuk bisa mengalahkan semua musuh-musuhnya selama ini.
"Buat apa aku takut dengan raja lemah sepertimu? Majulah dan akan aku tunjukkan seberapa hebat senjata milikku ini!" teriak Terizla.
Feng Ying tersenyum smirk, ia akan terus berupaya untuk dapat mengalahkan Terizla biarpun ia tahu akan sangat sulit mengingat Terizla dibantu oleh para iblis yang sangat-sangat kuat.
"Hiyaaa..." sang raja berteriak sembari berlari menyerang Terizla dengan sabit miliknya.
Pertarungan antara keduanya pun terjadi, mereka cukup seimbang karena memang dahulu Feng Ying dan Terizla adalah saudara seperguruan. Namun, terlihat kalau Feng Ying cukup kesulitan mengimbangi kekuatan dari senjata milik Terizla.
Sraaatt...
Feng Ying berhasil merobek jubah yang dikenakan Terizla dengan sabitnya, ia tersenyum merasa senang telah berhasil melakukan itu.
Sreeettt....
Ia kembali melakukan hal yang sama, kini terdapat dua robekan pada jubah Terizla. Makhluk hijau yang telah dirasuki iblis itu berubah geram, matanya merah menyala menatap ke arah Feng Ying seakan hendak membunuhnya.
"Beraninya kau merusak jubah kebanggaan milikku, rasakan lah balasannya raja bodoh! Bersiaplah untuk menerima kematian mu! Hiyaaa..." Terizla yang emosi kembali berlari mendekati Feng Ying.
Pertarungan itu semakin memanas, sebab Terizla kini bertambah emosi.
"Hahaha, kamu tidak akan pernah bisa mengalahkan ku, Feng Ying! Akulah raja terkuat di muka bumi ini, kau tidak ada apa-apanya!" ujar Terizla di sela-sela pertarungan.
"Simpan omongan mu itu bila kau menang nanti, Terizla. Tapi, lebih bagus jika kau memang mengatakan itu sekarang, karena kau tidak akan memiliki kesempatan untuk mengatakannya nanti! Kali ini aku akan membunuhmu Terizla, dan melenyapkan mu dari muka bumi ini!" ucap Feng Ying yang masih terus menghindari serangan senjata Terizla.
Praaangg...
Senjata balok milik Terizla berhasil menjatuhkan sabit kembar Feng Ying ke tanah.
"Hahaha, bagaimana Feng Ying? Masih ingin melawanku?" ucap Terizla tertawa puas.
Feng Ying terlihat panik, ia tak bisa berbuat apa-apa lagi saat ini karena senjatanya telah terjatuh dan pantang bagi seorang raja sepertinya mengambil senjata itu kembali.
"Matilah kau, Feng Ying....!!" teriak Terizla.
Feng Ying membulatkan matanya, senjata balok di tangan Terizla itu terlempar ke arahnya dan tepat mengenai kepalanya.
Bughh...
Feng Ying tersungkur ke tanah setelah kepalanya terkena senjata Terizla, ia merasakan sakit yang amat sangat, darah pun bercucuran keluar membasahi dahinya.
Tak cukup sampai disitu, Terizla mengambil senjata milik Feng Ying yang terjatuh dan berniat menancapkan sabit itu ke tubuh Feng Ying.
"Kau akan mati di tanganku, Feng Ying. Dan aku yang akan menggantikan tugasmu sebagai raja di istana ini, ada kata-kata terakhir yang ingin kau sampaikan Feng? Sebelum aku menusukkan sabit milikmu ini," ujar Terizla.
"Bunuh lah aku, Terizla! Jika itu memang mau mu, aku tak akan melawan lagi."
Mendengar ucapan Feng Ying barusan, membuat Terizla makin bersemangat untuk membunuhnya. Terlihat kalau Feng Ying pun sudah pasrah seakan menerima kematiannya di tangan Terizla.
"Bersiaplah untuk mati....!!"
"Tunggu!" disaat Terizla hendak menusukkan sabit itu ke tubuh Feng Ying, tiba-tiba sebuah suara teriakan terdengar lantang di dekatnya.
"Oh hahaha.... apa mau mu Xavier?" tanya Terizla pada seorang pria berkuda di depannya itu.
Terlihat pria itu menatap ke arah Feng Ying sang raja yang sudah tergeletak tak berdaya itu, ada senyum tipis di wajahnya ketika melihat sosok berkuda yang tak lain ialah panglima kerajaannya.
"Jangan bunuh dia!" ucap pria bernama Xavier kepada Terizla.
"Apa maksudmu? Sekarang kau ingin membela raja busuk ini, iya? Dasar pengkhianat!" geram Terizla.
"Aku akan membunuhmu, Xavier!" teriak Terizla penuh emosi yang menggebu-gebu.
"Tahan dulu, Terizla!" titah Xavier.
Akhirnya Terizla tidak jadi mengarahkan senjatanya pada Xavier, ia menatap heran saat Xavier turun dari kudanya dan menghampirinya.
"Kenapa? Kau takut denganku?" ujar Terizla.
"Tidak, aku hanya ingin menjelaskan agar tak ada salah paham diantara kita. Kedatangan ku kesini bukan untuk membela raja bodoh ini, tapi karena aku ingin aku sendiri yang membunuhnya. Serahkan senjata itu padaku, agar aku dapat membalaskan dendam ku padanya!" jelas Xavier.
Mendengar itu, raja Feng Ying langsung terkejut. Ia tak menyangka orang kepercayaannya itu ternyata adalah seorang pengkhianat, kelegaannya tadi berubah menjadi kepanikan saat Xavier melirik ke arahnya dengan senjata sabit di tangannya.
"A-apa yang kau katakan barusan, Xavier? Kau mengkhianati ku? Setelah semua yang aku berikan padamu, begini caramu membalasnya?" ujar Feng Ying berusaha sedikit mengangkat kepalanya.
"Dengar, raja bodoh! Kau itu tidak lebih dari seorang manusia yang payah, kikuk dan juga tidak bisa berbuat apa-apa. Kau memang pantas mendapat ini, karena kau sudah merebut apa yang seharusnya menjadi milikku. Ratu Lien Hua, dia adalah milikku dan aku yang berhak menikahinya, bukan kau raja sialan!" ucap Xavier.
Kedua mata Feng Ying membulat lebar mendengar penuturan Xavier, "Jadi, itu sebabnya kau berkhianat dariku Xavier? Kau mencintai Lien Hua, dan ingin bersamanya. Mengapa kau tidak mengatakan itu dari awal Xavier? Kalau aku tahu, pasti aku sudah membunuh mu!" geram Feng.
"Ya, kau sudah tahu jawabannya. Sekarang terimalah nasibmu, raja bodoh!" ucap Xavier tersenyum smirk.
Xavier mengangkat sabit di tangannya, lalu segera menancapkan sabit itu ke dada Feng dan merobeknya dengan mudah, seketika darah Feng muncrat diiringi suara teriakannya yang terdengar cukup jelas.
•
•
Suasana istana semakin kacau, setelah rombongan Terizla berhasil memasuki area istana dan memporak-porandakan semuanya.
Sang ratu bersama putri kecilnya yang masih berusia 7 tahun, terlihat sangat panik dan bingung harus menyembunyikan putrinya dimana.
Praaangg....
"Aaaaa mommy, aku takut!" jeritan putri Xiu yang terkejut saat melihat kaca di kamarnya pecah.
"Tenang ya sayang! Ada mommy disini, mommy akan jaga kamu sebaik mungkin. Kamu gak perlu takut, selalu ingat apa yang mommy katakan sebelumnya! Setiap kali kamu dalam kesulitan, tenangkan hati kamu dan bayangkan sesuatu yang indah!" ucap ratu Lien coba menenangkan putri Xiu dan memeluknya erat.
Ceklek...
Tak berselang lama dari kejadian kaca pecah, pintu kamar terbuka dan membuat mereka berdua terkejut lalu menatap ke arah pintu, putri Xiu semakin ketakutan dan memeluk erat ibunya.
"Ratu!" rupanya itu adalah Luan, salah satu pelayan di istana tersebut.
"Luan? Syukurlah! Ternyata kamu yang datang, saya sudah sangat panik tadi! Bagaimana keadaan di luar? Apa sudah membaik?" ucap ratu Lien.
"Tidak ratu, justru semakin gawat! Pasukan-pasukan iblis itu sudah berhasil membobol pertahanan istana, mereka sekarang berada di area dalam istana dan sedang mencari ratu serta putri Xiu!" jawab Luan dengan panik.
"Apa??" ratu Lien menganga dan nampak panik.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
"Ratu!" rupanya itu adalah Luan, salah satu pelayan di istana tersebut.
"Luan? Syukurlah! Ternyata kamu yang datang, saya sudah sangat panik tadi! Bagaimana keadaan di luar? Apa sudah membaik?" ucap ratu Lien.
"Tidak ratu, justru semakin gawat! Pasukan-pasukan iblis itu sudah berhasil membobol pertahanan istana, mereka sekarang berada di area dalam istana dan sedang mencari ratu serta putri Xiu!" jawab Luan dengan panik.
"Apa??" ratu Lien menganga dan nampak panik.
"Benar ratu! Sebaiknya sekarang kita segera pergi dari sini dan cari tempat sembunyi yang aman ratu, supaya kita bisa selamat dari mereka!" ucap Luan memberi usul pada sang ratu.
Ratu Lien terdiam sejenak, ia berpikir jika pergi dari istana maka itu sama saja menyerahkan kerajaan milik suaminya secara cuma-cuma pada para penjahat tersebut, maka ia pun memilih cara lain agar bisa menyelamatkan istana sekaligus nyawa putri kandungnya itu.
"Tidak Luan, aku memiliki rencana lain. Sekarang kau bawalah putriku ini jauh-jauh dari sini, jaga dan sembunyikan dia di tempat yang aman! Aku akan tetap disini menghadang mereka, biar gimanapun aku tidak mungkin membiarkan mereka dapat menguasai istana ini!" ucap ratu Lien.
"Tapi ratu, itu sangat berbahaya! Nyawa ratu bisa terancam, karena tidak pandang bulu untuk menghabisi siapapun yang menghalangi mereka termasuk ratu! Ada baiknya ratu ikut dengan saya, kita sama-sama menyelamatkan diri!" ucap Luan.
"Tidak! Sebagai seorang ratu, aku harus menjaga kedaulatan istanaku! Sekarang cepatlah kamu bawa putri Xiu pergi dari sini, sebelum mereka berhasil menemukannya!" ujar ratu Lien.
"Ratu, apa ratu yakin?" tanya Luan agak ragu.
"Ya, aku yakin! Sudah cepat kamu bawa putri Xiu pergi dari sini!" titah ratu Lien.
"Mom..." putri Xiu menangis menatap sang ratu dan mengeratkan pelukannya pada tubuh ibunya itu, ia tak mungkin tega meninggalkan ratu Lien sendirian di istana itu.
"Mom, mommy ikut juga ya sama aku dan bik Luan! Aku gak mau tinggalin mommy disini, aku pengen sama-sama terus sama mommy!" pinta putri Xiu dengan nada sedihnya.
"Tidak sayang, istana tidak boleh ditinggalkan begitu saja. Mommy harus tanggung jawab sebagai ratu disini, kamu dan bik Luan pergi ya selamatkan diri! Dengar sayang, nanti mommy pasti akan menyusul kalian kok!" ucap ratu Lien.
"Benar mom? Mommy gak bohong kan?" tanya putri Xiu khawatir jika ibunya tidak akan menyusul.
"Iya sayang, mommy gak mungkin bohong sama putri mommy yang cantik ini." jawab sang ratu sembari mendekap tubuh Xiu dengan erat.
"Hiks hiks... mommy jangan lama-lama ya!" ujar putri Xiu diiringi isak tangis.
"Pasti, mommy gak akan lama kok sayang!" ucap ratu Lien menenangkan putrinya.
Setelah dirasa cukup, sang ratu melepas pelukannya dan meminta pada putri Xiu serta Luan untuk segera pergi dari sana sebelum para penjahat itu dapat menemukan mereka.
"Sudah ya, kamu sekarang pergi sama bik Luan! Luan, tolong kamu amankan putri saya ke tempat yang jauh dari wilayah kerajaan! Kamu bisa kabur melalui pintu belakang, minta bantuan dengan kusir kuda yang ada disana. Aku akan menyusul kalian sesudah masalah ini selesai," ucap ratu Lien memerintahkan Luan segera pergi.
"Baik ratu! Kalau begitu kami pergi dulu, mari tuan putri!" ucap Luan menggandeng tangan Xiu untuk dibawa pergi dari sana.
Putri Xiu melirik sejenak ke arah mamanya, ia sebenarnya tak tega meninggalkan sang mama dalam keadaan seperti ini, apalagi ia tahu di luar sangat berbahaya dan bisa saja mamanya terluka atau bahkan terbunuh.
"Mom, mommy hati-hati ya!" ucap putri Xiu.
Sang ratu mengangguk disertai senyuman, "Iya sayang, kamu gak perlu mikirin mommy! Cepat kamu pergi dari sini!" ucapnya.
Dengan berat hati putri Xiu keluar dari ruangan itu, ia mengendap-endap bersama Luan agar bisa kabur tanpa ketahuan oleh para penjahat yang sedang menyerbu ke istana.
Sementara ratu Lien juga meneteskan air mata, ia sangat berharap putrinya dapat diselamatkan. Tanpa berpikir panjang, ratu Lien bergerak keluar dengan membawa pedang miliknya.
"Aku harus hadapi mereka!" tekadnya dalam hati.
•
•
Sementara itu, para iblis utusan Terizla telah berhasil memasuki bagian dalam istana, mereka mengacak-acak seluruh benda yang ada disana termasuk patung serta beberapa foto keluarga kerajaan yang terpajang disana.
"Hahaha, cepat ratakan semuanya! Kita ganti istana jelek ini dengan kerajaan iblis, dan semua orang harus tunduk di bawah kaki kita!" teriak sang ratu iblis bernama Alice.
"Baik ratu!" ucap para prajurit yang kemudian langsung menghancurkan apapun disana.
"Hahaha... hahaha..." Alice tertawa puas dengan merentangkan kedua tangannya, ia merasa sudah menang karena tak ada lagi prajurit istana yang tersisa di sekitar sana.
"Ternyata hanya segini kemampuan kaum manusia, mereka memang tidak pantas berada di atas kita!" ujarnya menyombongkan diri.
"Kau benar ratu! Itulah sebabnya kita harus terus melebarkan sayap untuk bisa menguasai seluruh kaum manusia di negeri ini, dengan begitu pastinya kaum iblis tidak akan dipandang rendah lagi ratu!" ucap Wingki alias orang kepercayaan Alice.
Disaat mereka tengah asyik menghancurkan seluruh bangunan istana, tiba-tiba muncul kembali pasukan dari dalam sana yang menyerang seluruh prajurit iblis.
"Hiyaaa...."
Pertarungan pun kembali terjadi, Alice cukup heran lantaran prajurit-prajurit istana itu ternyata belum habis tak sesuai perkiraannya.
"Sialan! Aku pikir mereka sudah mati, tapi ternyata istana ini masih memiliki prajurit lainnya. Wingki, tunggu apa lagi? Cepat kau habisi mereka semua tanpa tersisa!" titah Alice.
"Baik ratu!" Wingki langsung mengangkat senjatanya dan bergerak mendekati para prajurit itu.
Dengan mudahnya Wingki berhasil menghabisi prajurit-prajurit istana yang tersisa, mereka semua langsung tepar tak berdaya dibuatnya.
"Hahaha, dasar lemah!" ucap Wingki.
"Bagus Wingki!" ucap Alice memuji Wingki.
"Terimakasih ratu!"
Tak lama kemudian, terdengar suara kuda yang berhenti di depan istana. Mereka pun segera berbalik mengarahkan pandangan ke arah kuda tersebut, Alice tersenyum ketika melihat Terizla telah kembali bersama panglima Xavier.
"Akhirnya kalian kembali. Bagaimana nasib si raja bodoh itu? Sudah berhasil kalian habisi bukan?" tanya Alice tersenyum smirk.
"Tentu saja. Menghabisi dia bukanlah suatu hal yang sulit dilakukan. Lalu, bagaimana denganmu? Apa kau telah berhasil menangkap seluruh atasan kerajaan dan sang ratu?" ucap Terizla.
Alice terdiam, dirinya terlena dengan kekuasaan sampai melupakan ratu Lien yang belum ia tangkap.
"Kenapa? Apa kau belum menangkap sang ratu?" tanya Terizla curiga.
"Eee sedang proses, dengan segera pasti aku berhasil menangkapnya! Kau tidak perlu cemas Terizla, rencana kita sudah 99 persen akan berhasil!" ucap Alice tersenyum smirk.
"Baiklah! Aku pegang kata-kata mu!" ucap Terizla.
Mereka semua pun mulai bergerak mencari keberadaan sang ratu, menangkap ratu di istana tersebut tentunya adalah sebuah keharusan bagi mereka agar mereka bisa benar-benar meruntuhkan kerajaan.
Sementara dari balik tembok, rupanya ratu Lien mengintip dan menguping pembicaraan orang-orang jahat itu, ia sangat syok saat mengetahui kabar suaminya telah meninggal dan juga fakta bahwa Xavier sudah mengkhianati istana.
"Aku sama sekali tidak menyangka, Xavier bisa melakukan ini semua terhadap kerajaan. Oh yang mulia, maafkan aku karena aku tidak bisa melindungi mu!" batin ratu Lien sambil menangis memegangi dadanya.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
Luan bersama putri Xiu telah sampai di desa yang jauh dari istana Quangzi, Luan sengaja membawa putri Xiu ke desa asalnya agar terhindari dari marabahaya yang bisa menyerang putri kecil itu.
Sebagai seorang abdi kerajaan yang setia, Luan tentunya tak mau jika putri Xiu yang ia asuh dari bayi hingga sekarang itu terluka oleh para penjahat yang menyerang istana.
Mereka pun turun dari kuda yang dikendalikan oleh satu orang kusir kerajaan bernama Mungyi. Kini mereka tiba di desa Azura, tempatnya para pendekar yang nantinya akan mengabdi pada seluruh kerajaan di negeri ini.
"Luan, kita sudah sampai di tempat tujuan. Kamu bisa turun dan bawa putri Xiu sekarang!" ucap Mungyi.
"Terimakasih Mungyi! Lalu, apa yang akan kau lakukan setelahnya?" tanya Luan.
"Dengan segala upayaku, aku akan coba menyelamatkan ratu Lien di istana! Barulah aku kembali kesini bersama sang ratu," jawab Mungyi.
"Berhati-hatilah Mungyi!" ucap Luan.
"Pasti!"
"Paman Mungyi, tolong bantu mommy ya! Aku gak mau mommy kenapa-napa!" ucap putri Xiu.
"Serahkan saja itu kepadaku tuan putri! Sekarang kau bersama bik Luan bisa turun, kalian harus selamatkan diri kalian! Paman akan pergi ke istana untuk menjemput sang ratu," ucap Mungyi.
"Baik paman!" ucap putri Xiu dengan nada pelan, ia sangat mencemaskan ibunya dan khawatir jika sang ibu tak bisa diselamatkan.
"Mari tuan putri!" ucap Luan.
"Iya bik," putri Xiu pun turun dari kereta kuda itu dengan bantuan Luan, mereka berdiam diri sejenak sampai Mungyi benar-benar pergi dari sana, karena putri Xiu ingin memastikan Mungyi bisa segera menolong ibunya di istana.
"Aku pamit Luan! Tuan putri, paman pergi dulu ya? Kamu hati-hati disini!" ucap Mungyi.
"Iya paman, paman juga hati-hati dan jangan lupa bawa mommy kesini ya paman!" ucap putri Xiu.
"Tentu," Mungyi tersenyum sembari menatap wajah putri Xiu dengan belas kasihan, ia tak bisa membayangkan jika putri Xiu harus hidup tanpa sosok ayah dan ibu.
Setelahnya, Mungyi pun pergi bersama kudanya kembali ke istana. Sedangkan putri Xiu bersama Luan bersiap untuk pergi menuju rumah.
"Mari tuan putri, kita ke rumah saya!" ucap Luan.
"Tapi bik, mommy gimana? Aku gak bisa tenang kalau gak sama mommy, aku maunya mommy ada disini bareng kita! Pokoknya mommy harus datang kesini bik!" ucap putri Xiu.
"Sabar ya tuan putri! Sekarang kita sembunyi dulu di rumah bibik, sekalian kita tunggu yang mulia ratu datang kesini. Tuan putri tidak perlu takut, ada bibik yang bakal jagain tuan putri sesuai permintaan sang ratu tadi!" ucap Luan.
"Gak mau bik! Aku mau tunggu disini aja, aku pengen kita ke rumah bareng-bareng sama mommy!" tegas putri Xiu.
"Putri Xiu, kita tunggu ratu Lien di rumah bibik ya? Disini gak aman buat tuan putri!" pinta Luan.
Putri Xiu menggeleng dengan wajah cemberut, ia masih tetap kekeuh tidak mau ikut dengan Luan pulang ke rumah, padahal Luan sudah berulang kali membujuk putri Xiu untuk segera pergi dari sana.
"Aduh! Ini gimana ya cara bujuk putri Xiu?" gumam Luan kebingungan sambil menggaruk kepalanya.
•
•
Di istana Quangzi, kini ratu Lien masih berusaha untuk kabur menghindari kejaran Terizla beserta pasukannya.
Seluruh punggawa istana telah berhasil dilumpuhkan, bahkan para tetua juga ditangkap dan dibawa oleh mereka secara paksa. Tentu saja hal itu membuat sang ratu semakin ketar-ketir.
"Aku harus bisa kabur dari sini! Aku gak boleh tertangkap mereka!" batin ratu Lien.
Ratu Lien pun bergegas pergi menuju pintu keluar istana, namun ia terkejut lantaran disana sudah banyak pasukan Terizla yang berjaga-jaga sehingga ratu Lien tak bisa pergi kemana-mana untuk saat ini dan tetap berdiam diri disana.
"Gawat! Sepertinya mereka sudah menyuruh orang untuk berjaga di sekeliling istana, aku tidak mungkin bisa keluar kalau begini!" batinnya.
Disaat sang ratu berbalik, ia tak sengaja menyenggol salah satu pot dengan sikunya.
Praaangg...
Pot itu pun pecah, ratu Lien reflek menutup mulutnya dan melihat ke sekeliling untuk memastikan apakah ada yang mendengarnya atau tidak.
"Huh syukurlah! Aku harus cepat pergi dari sini!" gumam ratu Lien.
Kali ini ia beruntung karena tak ada yang mendengar suara pecahan pot tadi, sehingga ia bisa melanjutkan langkahnya.
•
•
Terizla dan Alice masih terus menelusuri istana mencari dimana keberadaan ratu Lien, karena hanya sang ratu lah yang belum berhasil mereka temukan keberadaannya hingga saat ini.
"Alice, kita harus cari kemana lagi ratu itu? Sudah hampir seluruh bagian istana kita telusuri, tapi dia tidak kunjung ditemukan!" ujar Terizla frustasi.
"Sabarlah, Terizla!" ucap Alice singkat.
"Sabar sabar, saya sudah tidak punya waktu untuk mencari dia! Sebaiknya kita segera hancurkan saja istana ini, supaya ratu itu ikut mati bersama reruntuhan istananya!" geram Terizla ingin segera menghancurkan istana.
"Jangan!" tiba-tiba saja Xavier bersuara dari belakang mereka.
"Apa maksudmu jangan? Kau ingin membiarkan istana ini berdiri kokoh, iya?" tanya Terizla.
"Tidak, bukan begitu. Aku setuju dengan rencana kau untuk menghancurkan istana ini, tapi aku tidak setuju kalau kau juga ingin membunuh sang ratu!" jelas Xavier.
"Mengapa begitu?" tanya Terizla heran.
"Karena aku masih mencintai ratu Lien, dia milikku sekarang setelah raja Feng Ying mati! Kalau kau menyentuhnya sedikit saja, aku tidak akan segan-segan untuk menghabisi kalian berdua!" ancam Xavier.
"Hahaha, sudah mulai berani kau rupanya mengancam kami ya? Baiklah, akan ku biarkan ratu bodoh itu hidup! Sekarang carilah dia, bawa dia agar bisa terhindar dari reruntuhan istana!" ucap Terizla.
"Tentu saja akan kulakukan!" ucap Xavier dingin tanpa ekspresi.
Terizla serta Alice pun memberi jalan bagi Xavier untuk lewat, pria itu langsung melangkah hendak mencari keberadaan ratu Lien alias mantan kekasihnya.
"Lien, aku tidak akan biarkan mereka menyentuh kamu! Kamu tenang saja, aku akan melindungi kamu Lien!" gumam Xavier dalam hati.
•
•
Ratu Lien masuk kembali ke kamarnya, ia mengunci pintu rapat-rapat dan berdiri di belakang pintu sambil bernafas lega, memejamkan mata lalu perlahan menangis hingga ia terduduk disana memikirkan suaminya.
"Hiks hiks... aku harus bagaimana lagi sekarang? Yang mulia sudah tidak ada, apa aku bisa hidup tanpa yang mulia?" ratu Lien menangis sesenggukan sembari menutupi wajahnya.
Ia teringat pada sosok Xiu, putri kecilnya yang masih berusia 7 tahun itu.
"Xiu, kasihan sekali kamu sayang! Diusia kamu yang masih kecil, kamu sudah harus kehilangan ayah kamu nak! Tapi mommy janji, mommy akan selalu jaga kamu!" ucap ratu Lien.
Sang ratu pun mengusap air matanya, ia mencoba untuk kuat dan bertahan demi putri kecilnya, apalagi saat ini putri Xiu sangat membutuhkan kehadirannya.
Dari arah luar kamar, Xavier yang tengah mencari keberadaan ratu Lien pun melewati kamar tempat ratu bersembunyi.
"Duh, saya harus cari kamu kemana lagi Lien?" gumam Xavier kebingungan.
"Hiksss hiksss...."
Xavier tak sengaja mendengar suara tangis dari dalam kamar itu, ia pun menatap pintu kamar dan penasaran siapa yang ada disana.
"Kayak ada yang nangis," gumamnya.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!