NovelToon NovelToon

The Goddess Of War

Dendam Kin Izumi

Hallo selamat datang di novel ketiga, dari kisah Kin Rui, putri Kagami Jiro. Diharapkan kalian juga membaca Casanova In Love dan juga Never Say Good Bye ya sebelumnya agar lebih enak dan nyambung bacanya. Hehe ...

Dan semoga kisah Kin Rui tak akan kalah menarik dengan cerita-cerita sebelumnya. Dan semoga Anezaki bisa menyampaikan kisah ini dengan lebih menarik dan bikin greget. Jujur sampai deg-degan sendiri sebelum launching. Hehe ...

Okay, langsung saja kita simak. Rui The Goddess Of War.

Happy reading, semoga kalian menyukainya ♡

...⚜⚜⚜...

Gemuruh petir melengkapi malam dingin yang begitu mencekam ditemani dengan turunnya rintik hujan. Hawa dingin menyelimuti seluruh kota Tokyo dan sekitar.

Terlihat seorang pria dewasa dengan masih memakai pakaian tahanan, namun sudah dia balut dengan sebuah jas hujan berwarna hitam. Dia mulai meninggalkan sebuah kantor kepolisian yang baru saja menjadi tempat tinggalnya dalam beberapa hari ini.

Tempat tinggal yang seharusnya akan dia tempati selama 15 tahun itu, kini dia tinggalkan begitu saja. Atau lebih tepatnya, pria itu sudah berhasil meloloskan diri dari jeruji sel itu entah bagaimana caranya dan bagaimana dia melakukannya.

Tak ada yang tidak mungkin untuk seorang Kin Izumi, seorang petinggi utama sebuah yakuza yang cukup besar seperti Death Eyes. Pria yang begitu genius dan cukup kuat! Semuanya akan dilakukannya dengan begitu mudah hanya seperti membalikkan telapak tangannya.

Dendamnya yang begitu membara semakin besar terhadap Kagami Jiro setelah kematian istrinya saat itu. Kematian yang disebabkan oleh tangannya sendiri, namun dia selalu menyahlahkan Kagami Jiro atas kejadian itu.

Flas back on ...

Malam itu Kin Izumi berniat untuk melenyapkan Kagami Jiro, pria yang sudah menjadi rival terberatnya dalam urusan gangster maupun percintaannya. Istri yang dinikahinya rupanya sudah mengandung benih dari Kagami Jiro karena sebuah kecelakaan di masa lalu.

Namun semua itu sama sekali tak diketahui oleh Kagami Jiro, karena Amane, istri dari Kin Izumi tak pernah memberitahukan soal kehamilan itu kepada Kagami Jiro di masa lalu.

"Kali ini tak akan ada lagi yang bisa menghentikanku untuk mengahkiri hidupmu, Kagami Jiro! Dan kali ini kau dan Doragonshadou juga akan berakhir! Gyahahaha ..." Kin Izumi mulai menyeringai menakutkan dan kembali tertawa begitu menggelegar di malam yang begitu dingin dan mencekam kala itu.

Tangan kanannya yang sudah menggenggam sebuah katana kini diangkatnya tinggi-tinggi ke udara dan sudah bersiap untuk menghunuskan katana itu untuk menyerang Kagami Jiro.

JLEEBB ...

Katana itu sukses menusuk tubuh seseorang hingga darah segar itu kini mulai mengucur dan merembes membasahi pakaian hangat berwarna sweet lilac. Bahkan darah segar yang begitu kental itu juga mulai terjatuh menetes hingga membasahi lantai.

Katana itu masih menancap tepat pada perut seorang perempuan dewasa, karena Kin izumi tak tega untuk menarik kembali katana yang sudah menancap cukup dalam itu. Hatinya begitu ngilu membayangkan rasa sakit yang sedang dialami dan dirasakan oleh wanita yang sangat disayanginya itu.

Bahkan Kin Izumi masih terlihat begitu terkejut seakan tak percaya dengan apa yang sedang terjadi saat ini. Sebuah kesalahan terbesar untuknya di sepanjang hidupnya. Sebuah kesalahan terbesar untuknya karena tak bisa menghentikan serangannya kali ini. Sebuah kesalahan terbesar yang akan dia sesali di sepanjang sisa hidupnya kini terjadi begitu saja.

"Amaneee!!!!" ucapnya begitu menggelegar. Suara parau itu menggaung dan memenuhi seisi rumah tua ini. "Tidak!! Amane!!"

Ternyata Amane, istri dari Kin Izumi sudah berdiri membelakangi Kagami Jiro dan berusaha untuk untuk menjadi tameng Kagami Jiro.

Niatnya adalah untuk menghentikkan serangan dari suaminya, Kin Izumi. Namun naas, Kin Izumi sudah terlalu bersemangat dan dibutakan oleh kebenciannya hingga dia tak bisa menghentikkan serangan itu secara tepat waktu, hingga akhirnya katana itu malah menghunus dan melukai tubuh Amane.

Flash back off

Kin Izumi mulai memasuki sebuah rumah besar yang berada di kawasan Tokyo, Seijo Chome Estate. Sebuah kediaman yang selalu dijaga dengan ketat oleh beberapa penjaga dan pengawal keluarga besar Kin.

Namun, dengan mudahnya Kin Izumi bisa menyelinap memasuki rumah besar itu begitu saja tanpa sepengetahuan dari mereka. Pria berkacamata minus dan memiliki rambut keemasan yang sedikit gondrong itu segera memasuki sebuah kamar dengan begitu hati-hati.

Kin Izumi mendatangi seorang gadis kecil yang kira-kira berusia 6 tahun. Gadis kecil itu rupanya masih belum tidur dan saat ini sedang bermain memecahkan sebuah permainan puzzle di dalam kamarnya.

"Papa ..." ucap gadis kecil itu begitu berbinar karena sudah hampir satu bulan mereka tak saling bertemu.

Kin Izumi duduk bersimpuh lalu mulai membuka dan merentangkan kedua tangannya lebar-lebar. Gadis kecil itu segera berlari ke arahnya dan mulai melompat ke pelukan sang papa.

"Apa pekerjaan papa di luar negeri sudah selesai?" imbuh gadis kecil itu begitu polos.

Yeap, karena selama ini kakeknya, Kin Makoto mengatakan kepada gadis kecil itu jika Kin Izumi sedang berada di luar negeri karena sebuah pekerjaan.

Kin Izumi yang sudah duduk bersimpuh di hadapan gadis kecil itu tersenyum hangat lalu mengusap lembut kepala gadis kecil itu.

"Iya, Rui sayang. Malam ini kita akan bepergian jauh. Papa akan membawamu jalan-jalan keluar negeri. Kamu mau kan ikut bersama papa?" ucap Kun Izumi menatap hangat gadis kecil itu.

Meskipun Rui hanyalah anak sambungnya, dan merupakan putri kandung dari Kagami Jiro, namun Kin Izumi sangat menyayanginya seperti dia menyayangi putra kandungnya, Light. Kin Izumi tak pernah membedakan kasih sayang untuk mereka berdua.

"Hhm. Aku mau ikut bersama papa!" sahut gadis kecil bernama Rui yang sudah melupakan ajakan dari Kagami Jiro untuk menjemputnya esok hari.

"Baiklah. Ayo papa bantu untuk mengemasi barang-barangmu." ucap Kin Izumi lalu mulai bangkit dan membantu Rui untuk mengemasi beberapa pakaian dan barang-barangnya.

Tak hanya barang-barang Rui, Kin Izumi juga mengemasi beberapa barang dari putranya, Light. Karena malam ini Kin Izumi akan membawa mereka untuk membuka lembaran baru bersama di Thailand. Kin Izumi akan membuka sebuah kehidupan baru bersama kedua buah hatinya.

Kepergian Amane tentunya sungguh membuatnya sesak, terlebih Amane meninggal karena tangannya sendiri. Dan ini akan menjadikan dendam dihatinya semakin tersulut dan semakin besar.

Kagami Jiro! Suatu saat aku akan menghancurkanmu, seluruh keluargamu, dan seluruh Doragonshadou! Aku akan membuatmu tersiksa sebelum kematianmu menghampirimu! Aku akan membuatmu menderita karena kehilangan orang-orang terkasihmu! Bahkan semua itu akan terasa begitu menyakitkan untukmu, karena Rui ... darah dagingmu sendirilah yang akan membuatmu berakhir dan hancur menjadi berkeping-keping!

Batin Kin Izumi mulai mengikrarkan janjinya dengan kedua tangannya yang mengepal kuat dan menatap lurus-lurus gadis kecil bernama Rui yang tengah sibuk mengemasi beberapa mainannya dan memasukkannya ke dalan tasnya.

...⚜⚜⚜...

Wang Nam Khiao Dengan Identitas Baru

Dini hari yang masih ditemani dengan rintik hujan, menjadikan hawa dingin dan berkabut gelap menyelimuti sebuah desa yang terletak di sebuah kaki pegunungan di Thailand.

Sebuah capung besi Sikorsky S-92 berwarna putih kombinasi merah mentereng terlihat sudah mulai melakukan pendaratan secara vertikal dan sempurna di sebuah desa kecil di Thailand.

Wang Nam Khiao, sebuah desa kecil tepi sungai yang begitu menawan dan terletak di kaki pegunungan. Wang Nam Khiao terkadang dijuluki Switzerland of Thailand atau Swiss-nya Thailand karena keindahannya yang begitu memukau.

Desa pegunungan ini terletak di Nakhon Ratchasima. Hamparan perkebunan anggur, hutan hijau yang begitu menyegarkan, air terjun yang begitu indah, kebun bunga yang menawan, dan lahan pertanian akan memenuhi pedesaan ini. Masih begitu alami, asli dan bernuansa dengan alam.

Wang Nam Khiao juga dikenal sebagai daerah yang udaranya paling bersih di Thailand. Ada air terjun, ada pasar mingguan besar yang diadakan setiap hari-hari tertentu, dimana orang-orang dari berbagai kelompok etnis akan datang untuk menjual kerajinan tangan yang otentik.

Terlihat seorang pria berkacamata minus dengan rambut keemasan yang sedikit gondrong yang kira-kira berusia 32 tahun mulai menuruni capung besi yang begitu kokoh itu dengan menggendong seorang anak laki-laki berusia kira-kira 3 tahun di dalam pelukannya yang masih tertidur dengan cukup pulas.

Seorang gadis kecil juga terlihat mulai menuruni capung besi itu dan melenggang di belakang pria itu. Beberapa pria dengan pakaian serba hitam dan army juga mulai turun mengiringi mereka.

Kedatangan mereka disambut dengan hangat oleh beberapa pria dengan yang cukup sangar dan memiliki wajah yang cukup seram dan tegas. Segerombolan pria itu hanya mengenakan celana panjang longgar bermotif army dan mengenakan tank top hitam press body yang memberlihatkan sekatan-sekatan nyata pada bagian tubuhnya yang besar dan kekar.

"Selamat datang di Wang Nam Khiao, Tuan Kin Izumi!" sapaan penuh kehormatan disampaikan dengan begitu patuh dan hangat oleh salah satu dari mereka yang mungkin adalah pemimpin dari para segerombolan pria berdarah Thailand itu.

Pria itu memberikan salam dengan tangan kiri mengepal dan tangan kanan terbuka lalu menautkan kedua tangannya begitu saja layaknya salam seorang petarung kung fu jaman dahulu.

"Chai, antarkan kami ke tempat beristirahat. Putri dan putraku sudah cukup letih karena perjalanan panjang!" titah Kin Izumi yang masih menggendong putranya sendiri.

Karena Kin Izumi akan selalu turun tangan sendiri jika menyangkut soal putra dan putrinya. Kin Izumi tak akan membiarkan orang lain menyentuh putra dan putrinya, kecuali dalam hal darurat.

"Baik, Tuan Kin Izumi. Silakan!" pria dewasa berdarah Thailand yang bernama Chai itu kini mulai mengantarkan Kin Izumi menuju ke sebuah tempat peristirahatan.

Sementara para kaki tangannya mulai membawakan beberapa tas dan mulai mengikuti mereka.

...⚜⚜⚜...

Kin Izumi mulai membaringkan putranya di atas pembaringan dengan begitu hati-hati agar putranya tak terbangun. Sementara Rui terlihat masih melihat-lihat kamar barunya yang masih terbilang cukup sederhana dan hanya berbahan dasar kayu, tak seperti rumah lamanya saat di Tokyo, Jepang.

"Rui, Sayang. Ada apa?" Kin Izumi mulai mendatangi gadis kecil itu yang masih terlihat cukup terkejut karena suasana baru di tempat tinggal barunya. Dan mungkin saja Rui memang belum terbiasa dengan kehidupan barunya.

"Papa. Apakah kita akan lama tinggal disini?" tanya Rui dengan polosnya dan menatap pria berkacamata minus yang kini sudah duduk bersimpuh di hadapannya.

"Ya, Sayang. Apa Rui tidak menyukai tempat ini?" tanya Kin Izumi dengan begitu lembut dan hangat.

"Aku sangat menyukainya, Papa. Aku senang senang sekali, Papa! Tapi ... aku rindu mama ..." kini raut wajah gadis kecil itu terlihat begitu murung karena mengingat sosok mamanya yang sudah tiada.

"Rui, Sayang. Mama sudah tenang dan bahagia di surga. Suatu saat nanti, ketika kau dewasa nanti, kau akan mengerti ... mengapa papa mengajakmu untuk datang kemari." Kin Izumi mengusap lembut kepala Rui.

Dan sebenarnya, tujuan Kin Izumi mendatangi tempat ini, adalah untuk melarikan diri dari kepolisian Jepang dan melatih Rui agar Rui tumbuh menjadi gadis kuat yang tangguh. Dan kelak suatu saat nanti Kin Izumi akan membawa Rui kembali ke Jepang untuk aksi balas dendamnya dan menghancurkan Kagami Jiro dan Doragonshadou.

"Dan mulai detik ini, namamu adalah Violette Karimova!" tutur Kin Izumi masih menatap lekat putri pertamanya.

Bertepatan saat Kin Izumi mengatakan hal itu, terdengar suara gemuruh petir yang begitu kuat dan menggelegar, hingga membuat gadis kecil itu seketika melompat ke dalam pelukan Kin Izumi.

Semenjak saat itulah, mereka bertiga menggunakan identitas baru mereka. Bahkan Kin Izumi juga merubah nama Kin Light, putra Kin Izumi yang masih berusia 3 tahun menjadi Cloud Karimova. Dan Kin Izumi juga merubah namanya sendiri menjadi Buck Karimova.

Identitas baru terlah terbentuk, kini saatnya Kin Izumi untuk memulai lembaran baru bersama kedua buah hatinya di Negeri Gajah Putih, negeri Thailand, tanpa seorang istri yang mendampinginya.

"Kau harus menjadi gadis yang kuat, hebat dan tangguh. Suatu saat, kau harus membalaskan dendam untuk orang yang sudah melenyapkan mamamu saat itu! Kau harus bisa mengakhiri Kagami Jiro, putriku!" ucap Kin Izumi menandaskan dengan begitu tegas, dan kembali menatap manik-manik mungil di hadapannya yang masih begitu polos tanpa dosa.

CCTTARRR ...

BLLAARR ...

Gemuruh petir terdengar saling bersautan kembali. Ritme dari hujan yang turun saat ini dan sudah menjadi semakin deras menambah mencekam suasana dini hari yang masih begitu dingin ini.

"Tidurlah, Sayang. Mulai besok kau harus berlatih dengan giat dan harus selalu berusaha menjadi yang terbaik dari yang terbaik, terkuat dari yang terkuat! Menjadi tercerdik dari yang tercerdik! Apa kamu siap, putriku?"

Kin Rui atau lebih tepatnya Viollete Karimova mengangguk pelan, menuruti titah dari sang papa. Meskipun di dalam relung hatinya yang paling dalam sebenarnya sangat berjolak dengan semua ini.

Yeap, gadis kecil itu sudah pernah bertemu dengan Kagami Jiro sebelumnya. Bahkan gadis itu sudah menyetujui untuk tinggal bersama Kagami Jiro saat sang papa masih berada di luar kota ( menurut pemahaman Viollete)/mendekam di sel jeruji.

Karena sebenarnya gadis kecil pemilik identitas baru Viollete Karimova ini sudah merasa cukup nyaman saat bersama dengan Kagami Jiro. Namun setelah mengetahui sebuah kenyataan tak terduga kali ini cukup membuatnya begitu terpukul. Saat sang papa mengatakan jika Kagami Jiro-lah penyebab kematian dari sang mama. Jika Kagami Jiro-lah pembunuh dari Amane yang sangat disayangi oleh Viollete.

Rasa nyaman dan sayang seketika berubah menjadi sebuah kebencian dan memenuhi isi hati Violette saat ini terhadap Kagami Jiro. Yeap, Kin Izumi berhasil menorehkan sebuah kebencian itu di dalam jiwa putri pertamanya! Hingga semua pembalasan dendam kini sudah melewati garis start, dan dimulai.

...⚜⚜⚜...

Menjadi Seorang Penembak Jitu

15 tahun kemudian ...

Terlihat sekelompok bagian dari organisasi sedang melalukan pelatihan di tempat terbuka di desa Wang Nam Khiao yang terletak di Nakhon Ratchasima, Thailand.

Kali ini mereka sedang melakukan pelatihan dengan menggunakan senjata api laras panjang. Masing-masing dari mereka sudah berderet pada satu barisan dengan disuguhkan masing-masing sebuah piringan papan target.

Mereka sudah seperti sekelompok penembak jitu, karena hampir semua dari mereka melakukannya dengan begitu sempurna dan tepat mengenai sasaran. Sangat sempurna!

Namun sepertinya tidak untuk seorang gadis yang masih cukup muda. Tidak seperti biasanya, kali ini gadis ini melakukannya sedikit kurang sempurna karena hanya mengenai sasaran luar dari papan target.

Dan karena keteledorannya kali ini, seorang pemimpin utama dari sekelompok organisasi itu mulai melenggang dan menghampiri gadis muda itu dengan wajahnya yang sudah memanas.

"Violette!" hardiknya dengan suara tegasnya yang begitu lantang dan membuat semua orang yang sedang berada di tempat itu menghentikkan segala aktifitasnya.

Pria paruh baya yang kira-kira sudah berusia 47 tahun dan berkacamata itu berkacak pinggang dan terlihat begitu marah karena menyaksikan latihan dari gadis itu yang sebenarnya hanya sedikit kurang sempurna saja.

"Ada apa denganmu hari ini?!" tandas pria paruh baya itu kembali dengan begitu lantang. "Jika kau seperti ini, bagaimana kamu mau menjadi yang terbaik dan terhebat? Membidik dengan benar dan tepat saja kau tidak bisa!" ujar pria itu sangat meremehkan.

Gadis bernama Viollete itu menunduk dan tak berani untuk berkata-kata. Karena dia sungguh memahami sang pemimpin yang tak lain adalah papanya sendiri. Minta maaf pun tiada guna.

Sang papa hanya menginginkan dirinya menjawab dan memuaskannya dengan ketrampilan dan keahlian bela diri dan bermain dengan beberapa senjata saja. Hanya bukti nyata saja yang diinginkan oleh sang papa.

"Viollete!" tandas pria itu kembali dengan suara yang lebih melengking.

Tak ada satupun dari mereka yang berani membantu gadis itu dari amarah sang pemimpin yang tak lain adalah papa dari gadis itu sendiri, Buck Karimova. Seorang petinggi dari Death Eyes yang berhasil melarikan dari jeruji sel dan melarikan diri ke Negeri Gajah Putih bersama kedua buah hatinya.

"Ma-maaf, Papa ..." ucap Viollete begitu lirih dan tak sadar sepasang manik-manik itu sudah sedikit berair karena sedih dengan perlakuan dari sang papa.

Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Viollete mendapatkan perlakuan super tegas dan disiplin seperti ini dari sang papa. Malahan semua itu sudah seperti makanannya sehari-hari untuknya.

"Papa ... maafkan kak Vio." seorang pemuda tiba-tiba saja datang dan menghampiri Buck Karimova.

Seorang pemuda yang memiliki rambut keemasan juga seperti Buck, namun wajahnya adalah perpaduan antara Amane dan Buck. Cukup tampan dan manis, dan dia juga sangat menyayangi kakaknya. Dia adalah Cloud Karimova, putra kedua dari Buck Karimova.

"Kau diam saja, Cloud! Lebih baik kau juga fokus dengan latihan Muay Thay milikmu jika kamu tak mau mendapatkan hal yang seperti ini juga dariku!" tandas Buck Karimova dengan sangat tegas. "Bawa Cloud latihan kembali!" titahnya kepada pelatih Cloud.

"Mari kita berlatih kembali, Tuan Cloud." kini pelatih Muay Thai Cloud mulai mengajaknya untuk kembali berlatih sesuai dengan titah sang pemimpin mereka.

Tak bisa membantah perintah dari sang papa, kini Cloud yang merupakan adik dari Viollete yang saat ini berusia 18 tahun meninggalkan mereka dengan langkah yang begitu berat bersama guru Muay Thai-nya.

"Lakukan sekali lagi! Jika kau tak bisa melakukannya dengan baik, maka aku akan menghukummu!" titah Buck Karimova masih berkacak pinggang menatap Viollete tajam.

Viollete mengambil nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan, lalu mulai mengangkat kembali senjata laras panjang itu dan mulai mengarahkan pada posisi untuk membidik papan target di depan.

"Pegang senapannya dengan benar! Dan arahkan tepat pada sasaran taget!" tandas Buck yang masih terus mengawasi putri pertamanya itu.

Viollete mulai memfokuskan sasaran bidikanya dan akhirnya perlahan mulai menarik pelatuk dari senjata laras panjang itu.

TAR ...

Sebuah peluru meluncur dan mengenai piringan papan target itu pada bagian sisi luarnya. Dan tentu saja ini membuat Buck Karimova begitu murka dan naik pitam hingga wajahnya yang putih menjadi memanas dalam hitungan detik.

"Viollete! Kau mau mempermalukanku?!" geram Buck Karimova dengan tangan kanannya yang mulai diangkat ke udara dan berniat untuk melakukan sebuah pukulan untuk putrinya.

Viollete semakin menunduk dan memejamkan matanya karena tak bisa melawan sang papa. Namun, tiba-tiba saja seseorang menahan serangan itu tepat saat tangan kanan Buck Karimova hampir saja mengenai wajah Viollete.

GGRREEP ...

Seorang pemuda yang tak lain adalah salah satu bagian dari organisasi mereka, memberanikan diri untuk menolong gadis malang itu.

"Tuan, ini sungguh sudah sangat bagus untuk Viollete. Dengan latihan keras lagi, Viollete pasti akan menjadi seorang penembak jitu yang handal. Tak perlu kasar seperti ini ... kasihan Viollete ..." ucap pemuda itu dengan nada yang begitu rendah dan berharap Buck Karimova akan memahami dan memaafkannya.

Namun bukan Buck Karimova namanya, jika mudah untuk menerima saran dari orang lain! Dia adalah orang yang paling merasa benar dan tidak mau digurui oleh siapapun! Satu-satunya orang yang bisa menakhlukkannya adalah Amane, yang saat ini sudah tiada.

"Beraninya kau padaku, Nickhun Vihokratana! Apa kau berani menggantikan hukuman untuk Viollete?!" geram Buck Karimova menatap tajam pemuda berdarah Thailand yang sebenarnya sudah cukup dekat dengannya, karena Nickhun adalah salah satu murid terbaiknya selama berada di desa Wang Nam Khiao.

Pemuda itu terdiam beberapa saat dan mulai mengangguk tanda mengiyakan. Sementara Viollete menggeleng pelan menatap pemuda itu dan kembali memohon kepada papanya, karena hukuman dari sang papa biasanya akan sangat berat dan super ekstrim.

Dan tentu saja gadis itu akan sangat menghkawatirkan pemuda yang selama 15 tahun ini sudah menjadi sahabatnya yang cukup dekat.

"Aku akan menggantikan hukuman untuk Viollete." ucap Nickhun dengan mantap.

"Jangan, Nick! Jangan ..." sela Viollete begitu khawatir jika papanya akan memberikan hukuman yang sangat berbahaya, misalnya dengan menangkap sebuah buaya di rawa, mengalahkan seekor hewan liar dan buas, ataupun hal berbahaya lainnya. "Papa! Jangan hukum Nick! Aku mohon, Papa! Hukum aku saja!" kini Viollete meraih lengan sang papa dan berharap Buck Karimova akan melepaskan Nickhun yang sudah berani membantahnya.

Buck Karimova mengernyitkan keningnya menatap putrinya untuk beberapa saat. Wajahnya yang sudah tak muda lagi itu masih terlihat cukup tampan dan tegas. Si genius tegas lebih tepatnya.

"Aku akan melepaskannya, tapi ada satu syarat!" ucap Buck menatap tajam putrinya.

"Baiklah. Aku akan memenuhi persyaratan itu, asal papa melepaskan Nick!" ucap Viollete tanpa berpikir panjang terlebih dahulu, karena saat ini yang dia khawatirkan adalah sahabatnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!