Maimunah seorang janda yang berumur 40 tahun, namun masih terlihat cantik dan sangat muda. Maimunah memiliki putri yang sudah menginjak dewasa berumur 21 tahun, bernama Sinta. Maimunah hendak menikah dengan seorang pria muda berumur 27 tahun, bernama Mukid.
Keseringan bertemu menimbulkan rasa cinta Sinta terhadap Mukid.
Permasalahan yang rumit muncul dari ibu kandung, bapak tiri dan anak kandung.
Temukan cerita lengkapnya di novel MENCINTAI AYAH TIRIKU.
$$$$$$$
Sinta menjalankan motor matic nya dengan cepat. Dirinya harus tiba di kampus secepatnya lantaran dirinya sudah terlambat bangun dan hari sudah sangat kesiangan. Sinta lupa kalau hari ini ada kuliah pagi dari dosennya sebagai ganti hari lalu dosennya berhalangan hadir karena kepentingan keluarga yang tidak bisa ditinggalkan.
Namun di saat kepanikan yang terjadi pada Sinta, dirinya harus dihadapkan dengan masalah di jalan raya. Sinta kena serempet mobil, sehingga mengakibatkan sedikit kerusakan dari motor matic yang ia kendarai ditambah Sinta mengalami luka- luka ringan. Pengemudi mobil itu turun ketika Sinta sudah terjatuh dan menimbulkan kerumunan karena kejadian itu.
Sinta beserta motor matic nya telah menepi di pinggir jalan.. Sinta masih meringis kesakitan lantaran bagian lututnya terluka. Tempat itu lah yang bikin pedih dan lama keringnya. Pengemudi mobil itu mendekati Sinta dan melihat keadaan Sinta setelah menyuruh asistennya membawa motor matic milik Sinta ke tempat bengkel motor terdekat.
" Kamu tidak apa- apa nona? Motor kamu biar aku yang urus. Asisten pribadi ku sudah membawanya ke bengkel dekat sini." kata pria itu. Sinta mendongak ke arah suara laki-laki yang mengajaknya berbicara. Sinta benar-benar terkesima dan terpesona atas ketampanan pria itu. Badannya tinggi besar dengan tubuh yang kekar.
" Alamak, tampan sekali pria ini! Sepertinya dia seorang pangeran yang diturunkan ke bumi." pikir Sinta seraya menelan air liurnya yang banjir di dalam mulut nya.
" Nona! Kamu tidak apa- apa kan? Atau kamu masih merasakan sakit? Aku akan mengantarkan kamu ke rumah sakit." ucap laki-laki itu.
" Eh, tidak perlu! Ini hanya luka ringan saja." sahut Sinta. Laki-laki itu segera melihat bagian-bagian yang lecet di kaki dan tangan Sinta. Laki-laki itu segera mengambil kotak p3k di dalam mobilnya dan mulai menjalankan kemampuannya seperti sedang menolong korbannya. Sinta meringis ketika dibersihkan lukanya dan setelah itu diolesi dengan obat merah di luka nya.
" Rumah kamu di mana, biar aku mengantarkan kamu pulang." tawar laki-laki itu. Sinta masih melongo dengan pesona pria dewasa nan kekar itu.
" Nona!" kembali laki-laki itu berucap dan mengagetkan Sinta.
" Eh iya! Tapi seharusnya aku ada kuliah pagi ini om." keluh Sinta.
" Bagaimana keadaan kamu, apakah kamu tidak apa- apa jika tetap mengikuti mata kuliah pagi ini?" tanya laki-laki itu.
" Kaki ku masih sakit." keluh Sinta. Laki-laki itu menarik nafasnya dalam- dalam lalu tanpa minta persetujuan dari Sinta, langsung mengangkat tubuh Sinta dan membawanya masuk ke dalam mobilnya. Asisten pribadi laki-laki itu telah datang kembali dari tempat bengkel terdekat lalu dengan cepat membuka pintu belakang mobil itu. Sinta sesaat seperti terhipnotis mencium aroma maskulin laki-laki itu. Ini membuat Sinta seperti mabok dibuat nya.
" Aku akan mengantarkan kamu pulang yah!" kata laki-laki itu. Sinta menurut saja.
" Jalan Roi!" perintah laki-laki itu setelah dirinya pun ikut masuk ke dalam mobilnya. Laki-laki itu kini duduk di sebelah Sinta.
" Namaku Mukid. Siapa nama kamu?" tanya laki-laki itu yang menyebut dirinya dengan Mukid.
" Aku Sinta, om." sahut Sinta.
" Baiklah, Sinta nanti kalau motor kamu sudah selesai diperbaiki, orangku akan mengantarkan nya ke rumah kamu. Oke?" ucap Mukid. Sinta mengangguk pelan.
@@@@@@@
Selama perjalanan Mukid meminta nomer WA Sinta. Sinta dengan senang hati memberikannya. Ini adalah kesempatan untuk nya mengenal lebih jauh siapa laki-laki itu.
Setibanya di rumah Sinta, Mukid kembali memapah Sinta untuk masuk ke dalam rumah.
" Jadi ini rumah kamu yah?" tanya Mukid. Sinta menganggukkan kepalanya.
" Bukan, ini rumah mama aku." sahut Sinta. Mukid tersenyum mendengar penuturan Sinta.
" Baiklah, sekarang kamu istirahat dulu. Besok aku bisa melihat keadaan kamu kembali. Oke?" kata Mukid.
" Terimakasih banyak om!" ucap Sinta. Mukid tersenyum dengan sikap ramah Sinta.
" Iya, Sama-sama. Aku minta maaf, gara-gara aku kamu jadi bolos mengikuti mata kuliah hari ini." ucap Mukid.
" Tidak apa, om! Besok aku akan menjumpai dosennya." kata Sinta. Mukid mengerutkan dahinya.
" Oke Sinta, aku balik dulu. Kamu tidak apa- apa kan jika aku tinggal?" tanya Mukid.
" Tidak apa- apa om! Ada Bibi yang akan menemani aku sampai sore. Dan sore mama sudah kembali ke rumah." jelas Sinta.
" Baiklah, salam buat mama nya Sinta kalau begitu." sahut Mukid. Sinta tersenyum saja. Setelah nya Mukid bergegas meninggalkan Sinta di rumahnya dan kembali dengan aktivitas nya yang tentu saja menjadi tertunda lantaran kecelakaan kecil itu.
@@@@@@@
Di sebuah kafe yang menyajikan berbagai menu masakan nusantara dengan tempat nya yang nyaman dan asri, di sana ada sepasang kekasih yang sedang menikmati makan siang bersama. Di mana si wanita nya berusia lebih tua dibandingkan dengan si pria. Dia adalah Maimunah bersama dengan Mukid.
Maimunah dan Mukid menikmati makan siang bersama dengan ketemuan di kafe itu. Mukid setelah mengantarkan Sinta di rumahnya langsung menuju ke kafe tersebut lantaran Maimunah telah lama menunggu nya. Perkenalan antara Maimunah dengan Mukid berawal dari melakukan kerja sama di bidang bisnis. Maimunah sendiri bekerja di salah satu perusahaan besar yang setara dengan perusahaan Mukid. Maimunah saat ini bertugas sebagai sekretaris dari perusahaan ternama tersebut. Sedangkan Mukid salah satu direktur utama yang dipercaya keluarga nya untuk mengelola perusahaan tersebut. Bersama saudara nya yang lain, Mukid bertanggung jawab mengelola dan mengembangkan perusahaan keluarga yang sudah turun temurun itu.
Kerja sama antara dua perusahaan itu menjadikan keduanya semakin dekat dan karena diantara mereka saling bertukar nomer WA menjadikan mereka lebih intens untuk berkomunikasi. Bahkan komunikasi mereka semakin keluar dari pembicaraan soal kerja sama bisnis yang mereka jalani.
Maimunah sendiri adalah mama dari Sinta. Tentu saja Mukid belum mengetahui kalau Sinta adalah anak dari Maimunah. Perbedaan umur itu tidak menghalangi mereka untuk berhubungan lebih dekat. Apalagi statusnya Maimunah adalah seorang janda yang ditinggal suaminya lantaran meninggal dunia.
" Apakah kamu habis bertemu klien, sampai aku tadi harus menunggu lama di kafe ini." kata Maimunah.
" Maaf, tadi ada kecelakaan kecil. Roi menabrak motor seorang gadis. Jadi aku harus bertanggungjawab dan mengantarkan gadis kecil itu pulang ke rumahnya lantaran ada sedikit luka ringan di kaki dan tangannya." jelas Mukid. Maimunah menyimak dengan serius.
" Oh, kirain." sahut Maimunah.
" Setelah makan siang ini, apakah kamu masih kembali ke kantor sayang?" tanya Mukid.
" Tidak! Aku harus pulang. Aku sudah bilang dengan bos ku, kalau aku pulang lebih cepat. Anakku tadi menghubungi aku kalau dia tadi juga jatuh dari motor nya lantaran kurang berhati-hati." kata Maimunah.
" Loh, kok bisa kebetulan begini sih?" sahut Mukid.
" Iya, jalanan lagi ramai katanya anakku. Diapun buru- buru hendak ke kampus, tapi di tengah jalan malah jatuh dari motor nya." jelas Maimunah.
" Kapan kamu bisa mengenalkan anak kamu? Aku juga ingin dekat dengan anak kamu, sayang! Atau besok malam minggu aku datang ke rumah kamu yah?" kata Mukid.
" Jangan dulu, sayang! Kita janjian di luar saja." sahut Maimunah menolak nya.
" Bahkan kamu pun masih enggan untuk memberi tahu kan dimana tempat tinggal kamu." kata Mukid terkesan mengeluh.
" Maaf, nanti kalau sudah tiba saat nya aku akan mengenalkan kamu dengan anak ku dan kamu juga boleh ke rumah aku. Kamu tahu kan, kalau aku ini seorang janda. Omongan tetangga di sekitar rumah ku bisa bikin pusing aku." keluh Maimunah.
" Selagi omongan mereka tidak benar, kamu tidak perlu memikirkan pembicaraan orang mengenai kamu." kata Mukid.
" Tapi aku bukan tipe orang yang bisa cuek seperti itu. Aku pasti bisa kepikiran jika mendengar mereka menggunjingkan aku." kata Maimunah.
" Kalau begitu, ayo kita menikah saja dan kamu ikutlah dengan aku di rumah aku." sahut Mukid.
" Mukid, aku belum siap. Beri aku waktu." ucap Maimunah. Mukid akhirnya hanya menghela nafasnya.
Di dalam kamarnya Sinta tersenyum sendiri ketika mengingat wajah pria yang telah membuat dirinya jatuh dari motor. Dan Pria itulah yang telah membantu dirinya membersihkan luka dan mengobati nya dengan obat merah. Bahkan motor nya yang menjadi rusak itupun kini telah diperbaiki oleh laki-laki tampan yang baru saja Sinta kenali itu.
" Kenapa aku jadi memikirkan laki-laki itu? Tapi dia sangat tampan dan membuat aku terpesona." gumam Sinta. Sinta menimang- nimang benda pipih miliknya. Jujur, dirinya saat ini sangat berharap jika laki-laki yang bernama Mukid itu akan menghubungi dirinya serta menanyakan kabarnya.
Benar saja, tidak berselang lama ponsel Sinta ada notifikasi pesan chat masuk. Sinta tersenyum membaca isi pesan dari laki-laki yang bernama Mukid itu. Laki-laki yang menyebutkan dirinya dengan nama Mukid itu bertanya kepada Sinta tentang keadaan Sinta. Tentu saja perhatian kecil dari Mukid ini membuat Sinta semakin menambah hatinya semakin berdebar dengan kencang.
Berawal dari kekaguman dan ketampanan dari pria itu dan bahkan pria itu sangat bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi dengan Sinta yang jatuh dari motor lantaran kelalaian sopir nya dalam mengendarai mobil nya.
Sinta akhirnya memberanikan dirinya membalas semua pesan chat dari Mukid dengan menelponnya.
" Halo Sinta!" sapa Mukid di seberang sana.
" Ha... halo om Mukid!" sahut Sinta. Sinta benar-benar gugup dan jantung nya tiba-tiba Bergenderang tidak menentu. Panas dingin itulah yang dirasakan oleh Sinta.
" Kamu gimana kabarnya? Sudah lebih baikkah, Sinta?" tanya Mukid.
" Sudah lebih baik, om! Tadi bibi langsung memanggilkan tukang urut untuk memijit seluruh badanku. Dan juga luka ringan di kaki dan tangan sudah di obati lagi, om." cerita Sinta.
" Oh, baguslah! Jadi sudah tidak ada masalah yang serius kan?" tanya Mukid.
" Masalah serius? Tentu ada dong om! Tiba-tiba aku tidak bisa melupakan tampan nya wajah kamu. Bahkan jantung ini selalu berdetak semakin kencang ketika menyebut nama kamu." batin Sinta.
" Sinta! Halo kamu masih di sana?" tanya Mukid diseberang sana lantaran Sinta lama terdiam tidak menjawab pertanyaan dari Mukid.
" Eh, tidak ada om! Aku sudah lebih baik." sahut Sinta.
" Syukur lah!" ucap Mukid.
" Om, mama mengucapkan terimakasih buat om. Karena om tadi mau mengantarkan aku sampai rumah dan mengobati luka- luka ringanku saat jatuh dari motor tadi." kata Sinta.
" Itu sudah menjadi tanggung jawab, aku. Lagian gara- gara mobilku kamu jadi terjatuh dari motor dan akhirnya tidak bisa mengikuti kuliah pagi tadi." kata Mukid.
" Soal kuliah ku tidak apa- apa om. Besok aku bisa menjumpai dosennya. Oh iya, om! Jika ada waktu mama ingin mengundang om untuk makan malam di rumah sebagai bentuk terimakasih mama lantaran om sudah menolong aku." kata Sinta.
" Waduh, jangan repot- repot begini Sinta. Sampai kan salam buat mama kamu tetapi kebetulan jadwal aku beberapa minggu ini sangat padat." ucap Mukid. Ini merupakan bentuk penolakan halus dari Mukid.
" Yah sudahlah, mungkin lain waktu kalau om Mukid tidak sedang sibuk kita bisa makan malam bersama- sama." sahut Sinta.
" Tentu saja, Sinta!" kata Mukid.
Cukup lama Mukid dan Sinta berkomunikasi melalui ponsel mereka itu. Obrolan ringan yang berujung saling mengetahui siapa masing-masing dari mereka. Tehtu saja, Sinta juga sangat kepo tentang Mukid dari apa yang disukai dan tidak disukai oleh Mukid. Terus dimana rumah tinggal Mukid dan Kerjaannya. Hingga larut malam Sinta jadi begadang saling chat dengan Mukid.
" Waduh, kenapa aku jadi meladeni anak remaja seperti Sinta? Padahal selama ini aku lebih menyukai wanita dewasa yang lebih tua usianya daripada aku?" pikir Mukid sambil membolak-balikan tubuh nya di atas tempat tidur nya.
" Tiba-tiba aku menjadi kangen dengan Maimunah." gumam Mukid lalu mulai menghubungi Maimunah dengan video call.
Sinta mengikuti mata kuliah pagi ini dengan pikiran bertreveling. Dirinya memang seperti menyimak penjelasan dosen dengan penuh kidmat. Namun sejatinya pikiran nya kemana-mana. Sinta benar-benar seperti dimabok asmara dengan pria dewasa yang telah menabrakkan tempo lalu. Sekarang ini dirinya sudah semakin intens berkomunikasi dengan pria itu. Dengan Mukid dirinya sering berkirim pesan chat walaupun sekedar bertanya sudah makan apa belum, sudah mandi apa belum, Sedang melakukan aktivasi apa, dan lain-lain nya. Perhatian Mukid ini semakin membat Sinta menjadi bawa perasaan. Dirinya jadi berharap lebih dengan hubungan nya dengan Mukid. Sinta menjadi blingsatan jika sehari saja pesan chatnya belum mendapatkan balasan dari Mukid.
Seperti hari ini, pagi tadi Sinta telah mengirimkan pesan chat kepada Mukid namun belum juga di balasnya. Tanda read birupun belum ada. Sinta jadi galau jika Mukid tidak membalas chat nya. Sampai mata kuliah itu usai, Sinta masih duduk di kelas itu. Dirinya enggan bangkit dari tempat duduknya. Padahal satu jam lagi ada mata kuliah berikutnya.
" Sinta, kamu tidak mau ke kantin?" tanya Nayla yang tiba-tiba mendekati Sinta dan tentu saja membuat lamunan Sinta seketika memudar.
" Eh, tidak! Aku lagi malas." sahut Sinta.
" Ayolah, apakah kamu tidak lapar? Ayo kita ke kantin dan minum di sana jika kamu tidak mau makan." ajak Nayla. Nayla adalah kawan dekat Sinta di kampus itu. Sinta terbilang tidak memiliki kawan dekat. Sinta termasuk pilih- pilih dalam mencari teman. Memang banyak teman yang dikenalnya namun hanya sebatas tahu saja dan tidak terlalu dekat. Hanya Nayla yang sudah Sinta anggap sebagai teman dekat nya. Nayla lah yang suka jalan bareng dengan Sinta dan bahkan Nayla pernah menemani Sinta dirumah nya ketika mama nya Sinta sedang ke luar kota.
" Sinta, ayolah ke kantin. Apa kah kamu sedang sakit atau tidak enak badan sih?" tanya Nayla.
" Tidak! Aku tidak apa- apa, aku sehat kok." sahut Sinta.
" Atau kamu sedang ada masalah?" tanya Nayla.
" Tidak juga." sahut Sinta.
" Lalu apa, kamu jadi sangat pendiam sekarang ini." kata Nayla. Nayla melihat bola mata Nayla. Nayla masih menatap kosong di depan.
" Aku tidak tahu, Nayla." kata Sinta.
" Ya sudah, ayo kita ke kantin dulu, biar pikiran kamu lebih segar, mana tahu kamu bisa bercerita dengan aku." ajak Nayla sambil menarik tangan Sinta. Sinta akhirnya mengikuti ajakan Nayla.
Setelah sesampainya di kantin mereka duduk dan Nayla memesankan minuman untuk Sinta. Dua juz dan dia porsi nasi soto. Setelah pesanan nya tiba, Nayla mulai menyantap makanan itu. Sinta hanya menyeruput minuman nya.
" Ayo kamu harus makan, Sinta. Makanlah supaya kamu bisa kuat menanggung berat nya rasa rindu." ucap Nayla asal. Sinta melebar matanya. Sinta menganggap Nayla tahu akan keadaan nya yang benar-benar rindu pada sosok Mukid itu. Sinta mengambil mangkok sotonya dan mulai melahapnya. Nayla akhirnya tersenyum melihat reaksi Sinta yang seolah tertampar oleh kata- katanya padahal hanya candaan saja.
" Jadi kamu rindu seseorang? Siapa pria yang kamu rindu kan itu, hem?" tanya Nayla setelah habis sotonya. Sinta masih menikmati sotonya dengan lahap.
" Pria tampan dan berkharisma. Aku rasa aku sudah tergila-gila dengan nya Nayla." kata Sinta. Nayla terkekeh mendengarnya.
" Wah, sahabatku lagi kasmaran rupanya, makanya jadi susah makan." ucap Nayla.
" Ini sudah habis sotonya." kata Sinta.
" Bagus! Setelah ini kamu pasti bakal kuat menahan rindu itu. Hahaha." sahut Nayla. Sinta mencubit pipi Nayla yang cubby itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!