NovelToon NovelToon

Terpaksa Menikahi Suami Sahabatku

Part 1 MENIKAHLAH DENGAN SUAMIKU

"Sandra ...." Suara isak tangis Kanaya di ujung telepon, seketika membuat Sandra menghentikan kegiatannya.

Model cantik yang kini sudah bersiap melakukan pemotretan itu kemudian meminta waktu beberapa menit untuk menerima telepon dari Kanaya, sahabat baiknya.

"Ada apa? Apa ada sesuatu yang terjadi?"

"Ayahku masuk rumah sakit, San, penyakit jantungnya kambuh lagi. Aku butuh uang secepatnya untuk biaya operasi ayah." Suara Kanaya terdengar panik di ujung sana.

"Tenanglah ... aku akan membantumu. Aku yakin ayahmu akan baik-baik saja."

"Tapi, San, kali ini biayanya cukup banyak–"

"Katakan saja berapa yang kamu butuhkan, Naya. Aku akan segera mengirimkannya sekarang. Saat ini aku sedang melakukan pemotretan, aku tidak bisa lama-lama." Sandra menatap beberapa orang yang saat ini sedang menunggunya.

Kanaya dengan perasaan tidak enak langsung mengatakan nominal uang yang dibutuhkan untuk biaya rumah sakit.

"Aku akan mengirimnya sekarang juga, tapi ada syaratnya, Nay?"

"Syarat?"

"Iya. Aku punya syarat untukmu. Kalau kamu setuju, aku akan mengirimkan uang ini sekarang juga."

"Apa syaratnya, San, aku janji akan melakukan apa pun, yang penting kamu mau meminjamkan uang itu padaku." Suara Kanaya terdengar memelas. Sebenarnya Sandra tidak tega, tetapi, mendengar Kanaya membutuhkan bantuannya, membuat Sandra mempunyai ide gila untuk menyelesaikan masalah yang kini juga tengah di hadapinya.

"Apa syaratnya, San?"

"Menikahlah dengan suamiku."

"A–apa?"

"Kalau kamu bersedia, aku akan mengirimkan uang itu sekarang juga."

"Tapi, Sandra–"

"Aku minta tolong sekali ini saja sama kamu, Nay ...."

"Apa maksudmu, Sandra? Minta tolong apa?"

"Menikahlah dengan suamiku."

"Sandra, apa kau gila?"

"Aku akan lebih gila jika kali ini aku harus menuruti keinginan mertuaku yang tidak mungkin bisa aku kabulkan!"

"Apa maksudmu, Sandra?"

"Ibu mertuaku menginginkan cucu dengan segera. Dia bosan karena aku lebih mementingkan karirku daripada keluarga. Ibu akan menikahkan suamiku dengan perempuan lain jika tahun ini aku tidak hamil juga." Sandra menjelaskan dengan singkat sambil sesekali melirik orang-orang yang saat ini sedang menunggunya dengan tatapan kesal.

"Menikahlah dengan suamiku dan berikan aku anak. Aku lebih ikhlas menikahkan suamiku denganmu daripada harus memberikannya pada perempuan lain pilihan ibu mertuaku."

"Sandra, kau benar-benar gil–"

"Kamu hanya perlu menjawab setuju, setelah itu aku akan kirimkan uang yang kamu butuhkan bahkan lebih dari nominal yang kamu sebutkan tadi."

"Sandra–"

"Yes or no!"

"Kesempatan ini hanya satu kali, Nay, kalau sekarang kau menolak, aku akan menghubungi temanku yang lain. Aku yakin, mereka pasti tidak akan menolak untuk menyewakan rahim mereka padaku."

"Sandra–"

"Yes or no!"

"San–"

"Nabila Kanaya!"

"Yes!"

"Bagus!" Sandra tersenyum di balik telepon. Mungkin benar, dia memang sudah gila. Menawarkan suaminya untuk menikah lagi dengan sahabat baiknya.

Akan tetapi, Sandra tidak punya pilihan lain selain ini. Ide yang tiba-tiba datang saat mendengar sang sahabat membutuhkan bantuan.

Maafkan aku, Naya, tapi aku tidak punya pilihan lain. Biar bagaimanapun, aku sangat mencintai Sean. Aku tidak akan pernah rela jika ibu mertuaku menikahkan Sean dengan perempuan lain karena aku tidak mau memberikannya seorang cucu.

"Kirimkan nomor rekening kamu, aku akan mengirimkan uang yang kau butuhkan sekarang juga."

Kanaya hanya menghela napas berat karena terjebak dengan ucapan Sandra hingga akhirnya gadis itu menjawab dengan kata iya.

Kanaya melirik sang ibu yang terlihat panik di depan pintu ruang ICU yang tertutup rapat. Ingatannya kembali pada ucapan dokter yang memeriksa sang ayah beberapa menit lalu.

"Pasien harus segera di operasi untuk pemasangan ring, kalau tidak–"

"Lakukan apa pun untuk kesembuhan ayah saya, Dokter, saya mohon ...."

"Sediakan biaya operasinya, setelah itu, kami akan segera melakukan tindakan operasi."

"Kanaya! Berapa nomor rekeningmu? Aku sedang pemotretan! Kau pasti tidak tahu kalau sekarang mereka sedang menatapku dan rasanya ingin memakanku hidup-hidup!" Suara Sandra di ujung telepon menyadarkan lamunan Kanaya.

"Cepat, Naya!"

Demi ayah, aku akan melakukan apa pun. Maafkan aku, Bu, aku yakin, ibu pasti tidak akan menyetujui keputusanku.

Kanaya dengan cepat mengirimkan nomor rekeningnya pada Sandra. Tidak sampai lima menit, kedua mata gadis itu membulat saat melihat berapa banyak uang yang dikirimkan oleh Sandra.

"Kamu pakai uang itu untuk biaya operasi dan biaya pengobatan ayahmu. Sisanya bisa kamu pakai untuk keperluan lain."

Belum sempat Kanaya mengucapkan sesuatu, Sandra sudah terlebih dahulu mematikan panggilan teleponnya.

Kanaya yang masih shock dengan nominal uang yang dikirimkan oleh sahabat baiknya itu mencoba kembali menelepon, saat Sandra mengakhiri panggilan teleponnya. Namun, nomor Sandra sudah tidak aktif lagi.

Pasti saat ini dia sedangkan bekerja. Ya, Tuhan ... aku hanya pinjam dua ratus juta, tetapi kenapa dia malah mengirimkan aku uang sebanyak ini?

"Satu Milyar ... apa dia sedang bercanda?"

Bersambung ....

Selamat datang di novel terbaruku.

Jangan lupa like, komentar dan votenya ya ❤❤❤

Semoga kalian suka

Part 2 HARUS SEGERA DIOPERASI

Beberapa saat sebelum menelepon Sandra ....

Nabila Kanaya atau biasa dipanggil Naya, duduk di ruang tunggu rumah sakit dengan perasaan gelisah. Wajah cantiknya terlihat cemas, kedua tangannya sesekali saling meremas, telapak tangannya terasa dingin, tetapi terasa basah karena berkeringat.

Kanaya melirik ibunya yang duduk tepat di sampingnya. Raut wajah yang sama seperti dirinya. Wanita paruh baya itu terlihat cemas dan sedih, bahkan air matanya pun sudah mengalir.

Kanaya merengkuh bahu wanita yang sudah melahirkannya itu kemudian memeluknya. Memberikan kekuatan dan meyakinkan sang ibu bahwa semuanya pasti akan baik-baik saja.

"Kenapa dokter itu belum juga selesai memeriksa ayahmu, Nay? Ibu takut terjadi apa-apa sama ayah kamu."

"Ibu tenang saja, tidak akan terjadi sesuatu pada ayah, Bu, ayah pasti akan baik-baik saja."

Kanaya mencoba meyakinkan ibunya meskipun ia sendiri tidak yakin apa kali ini ayahnya akan baik-baik saja. Semakin hari, kondisi sang ayah semakin memburuk.

Seminggu yang lalu Ayahnya baru pulang dari rumah sakit karena penyakit jantung yang di deritanya. Baru seminggu keluar, hari ini pria yang menjadi cinta pertamanya itu harus kembali ke rumah sakit karena tiba-tiba di temukan pingsan di kamar mandi tadi pagi.

Kanaya dan Rianti segera beranjak dari duduknya setelah melihat dokter yang memeriksa Danu, sang ayah, keluar dari ruang perawatan.

"Bagaimana keadaan ayah saya, Dok?" Kanaya menatap dokter muda di depannya.

Dokter Ivan menghela napas panjang sambil menatap sepasang ibu dan anak di depannya.

"Kondisinya semakin memburuk, pasien harus segera dioperasi," ucap Dokter Ivan.

"Mari ikut ke ruangan saya, saya akan menjelaskan semuanya."

Kanaya dan Rianti mengangguk, kemudian mengikuti dokter menuju ruangannya.

***

Kanaya menatap Danu yang kini terbaring lemah dengan selang infus dan beberapa alat medis yang terpasang di beberapa bagian tubuhnya. Hatinya sangat sedih melihat keadaan sang ayah yang terbaring tak berdaya.

Saat ini ayahnya sudah dipindahkan ke ruang ICU.

Dokter bilang, Danu harus segera di operasi secepatnya.

Kanaya menghela napas panjang, saat mendengar ucapan Dokter Ivan saat menyebutkan berapa banyak uang yang harus disiapkan untuk operasi.

Darimana aku mendapatkan uang sebesar itu untuk biaya operasi ayah?

Kanaya tampak berpikir keras sambil menatap wajah pucat sang ayah. Jumlah tabungannya tidak cukup untuk membayar biaya operasi, Kanaya harus segera mencari uang tambahan agar ayahnya segera di operasi.

Akan tetapi, di mana ia akan mencari pinjaman uang untuk biaya tambahan operasi ayahnya? Sementara, tabungan miliknya saja tidak sampai seperempat dari jumlah biaya operasi yang ditentukan oleh dokter.

***

"Kanaya ...." Panggilan dari ibunya membuyarkan lamunan gadis itu. Kanaya baru saja keluar dari ruangan ICU sebelum akhirnya duduk di dekat sang ibu yang sama-sama terlihat gelisah seperti dirinya.

"Ada apa, Bu?"

Rianti meraih tangan putri cantiknya itu.

"Ayahmu harus segera di operasi, Nay, ibu ada simpanan sedikit, tetapi tidak cukup untuk biaya operasi." Rianti menatap Kanaya dengan sedih.

"Bagaimana kalau kita jual rumah saja, Nay?" lanjut Rianti. Kedua netranya menatap Kanaya yang terlihat terkejut.

"Jangan, Bu ... kalau nanti kita jual rumah, kita mau tinggal di mana? Lalu, nasib Kayla dan Juna gimana, Bu, kalau rumah kita dijual?" Kanaya menggeleng, tidak menyetujui usul perempuan baya itu. Apalagi, saat Kanaya mengingat kedua adiknya, Kayla dan Juna.

Rianti menarik napas panjang, netra tuanya meneteskan air mata saat melihat sang suami terbaring tak berdaya dengan beberapa alat medis terpasang di tubuhnya.

Sebelum Kanaya masuk ke dalam ruang ICU, Rianti memang sudah terlebih dahulu masuk ke dalam itu. Rianti melihat bagaimana keadaan suaminya di ruangan itu.

Seketika, rasa sakit muncul di hati Kanaya, saat melihat bagaimana keadaan Danu di dalam ruangan itu.

Kanaya memeluk ibunya, mencoba memberikan wanita yang telah melahirkannya itu kekuatan.

Aku harus melakukan sesuatu agar ayah bisa sembuh dan segera dioperasi. Harus!

Kanaya tiba-tiba teringat pada Sandra Milea, sahabatnya. Wanita cantik yang kini namanya sedang naik daun di dunia model.

"Halo, Sandra ...."

Bersambung ....

Part 3 MENYEWA RAHIM

Kanaya dan Rianti saling berpelukan saat Danu dibawa ke ruang operasi. Pria yang sangat mereka sayangi itu hari ini menjalani operasi setelah Kanaya berhasil mendapatkan uang pinjaman dari sahabatnya.

Uang sebesar satu milyar yang diberikan oleh Sandra langsung Kanaya pakai untuk membayar operasi ayahnya.

"Semoga ayahmu baik-baik saja." Rianti menangis di pelukan Kanaya.

"Kita sama-sama berdoa untuk ayah agar operasinya berjalan lancar."

"Iya, Nay, semoga semuanya berjalan lancar."

"Amiinn ...."

Sepasang ibu dan anak itu kembali berpelukan, saling menguatkan satu sama lain.

"Naya, kamu belum cerita sama ibu, dari mana kamu mendapatkan uang sebanyak itu untuk biaya operasi?"

Bukannya menjawab, Naya justru membawa sang ibu untuk duduk di ruang tunggu.

"Naya ... dari mana uang sebanyak itu, Nak, jujur sama ibu?" Rianti menatap Kanaya dengan lembut. Firasatnya sebagai ibu mengatakan kalau Kanaya sedang tidak baik-baik saja sekarang.

"Apa uang itu benar-benar dari Sandra?"

"Iya, Bu. Uang itu dari Sandra."

"Syukurlah ... tadinya ibu takut kalau kamu mendapatkan uang itu–"

"Sandra memberikan uang itu, tetapi dia minta syarat yang harus aku penuhi, Bu." Kanaya menatap perempuan itu dengan rasa bersalah. Kanaya menggenggam tangan ibunya.

"Syarat apa? Bukankah biasanya sahabatmu itu sangat baik dan tanpa pamrih?" Rianti menatap sang putri dengan rasa khawatir.

"Sandra akan memberikan uang itu asal aku mau menuruti permintaannya. Dia ingin aku menolongnya."

"Menolongnya? Apa maksudmu, Nay? Ibu tidak mengerti."

Kanaya menghela napas panjang, gadis cantik itu menatap Rianti dengan rasa bersalah. Namun, akhirnya ia menceritakan semuanya pada sang ibu.

Apalagi, beberapa saat yang lalu, Sandra kembali menelepon, memastikan kalau Kanaya tidak akan mengingkari janjinya.

"Ya, Tuhan ... Naya." Perempuan paruh baya di depannya itu menutup mulutnya, merasa tak percaya dengan ucapan Kanaya.

"Kamu mau mengorbankan dirimu menikah dengan suami Sandra untuk mendapatkan keturunan demi operasi ayahmu?"

"Naya, apa kamu sudah–"

"Tidak ada jalan lain, Bu. Kita membutuhkan uang itu dengan segera. Ayah harus segera dioperasi, aku tidak mau terjadi apa-apa sama ayah ...."

"Kanaya ...." Rianti memeluk putri pertamanya itu. Mereka berdua menangis sambil saling berpelukan.

"Maafkan ibu dan ayahmu karena kami tidak bisa memberikan kehidupan yang layak untuk kalian."

"Apa yang ibu katakan? Kami semua bahagia hidup bersama ibu dan ayah. Aku dan adik-adikku tidak pernah kekurangan. Kami selalu mendapatkan semua yang kami inginkan." Kanaya kembali memeluk perempuan yang melahirkannya itu.

Dulu, sebelum ayahnya menderita penyakit jantung, keluarga mereka hidup dengan berkecukupan. Keluarga mereka hidup sangat bahagia.

Ayah Kanaya adalah seorang pedagang sembako yang mempunyai puluhan cabang toko. Meskipun mungkin tidak sekaya seperti cerita-cerita dalam novel yang sering Kanaya baca, tetapi keluarga hidup dengan berkecukupan tanpa kekurangan apa pun.

Namun, setelah ayahnya sering sakit-sakitan, usaha sang ayah semakin menurun. Uang modal yang biasa mereka pakai untuk berjualan, sedikit demi sedikit mulai habis untuk biaya pengobatan sang ayah.

Sehingga akhirnya, usaha mereka pun gulung tikar. Mereka hidup dengan mengandalkan uang tabungan kedua orang tuanya yang akhirnya semakin lama pun habis.

Beruntung, Kanaya sudah lulus kuliah dan saat ini sudah mulai bekerja. Gadis cantik itu kini menjadi tulang punggung bagi keluarganya.

"Lalu, apa yang akan kamu lakukan sekarang, Nak?"

"Aku akan memenuhi janjiku pada Sandra, Bu. Aku akan menikah dengan suaminya."

"Apa kamu yakin, Nay, kamu akan dicap sebagai pelakor karena kamu menikah dengan laki-laki yang sudah beristri."

"Sandra yang meminta, Bu, bukan aku. Lagipula, pernikahan ini pernikahan rahasia, Bu."

"Maksud kamu, Nay?"

"Bu, Sandra memintaku menikah dengan suaminya untuk mendapatkan keturunan. Dia akan merahasiakan pernikahan ini dari siapapun termasuk kedua mertuanya."

"Setelah aku mengandung dan melahirkan anak dari suaminya, pernikahan ini akan berakhir, dan Sandra akan mengakui anak yang aku lahirkan itu sebagai anaknya."

"Apa?"

Rianti sangat terkejut mendengar penuturan putrinya. Sejak Kanaya menjelaskan tadi, perempuan berusia lima puluh tahun itu mengira kalau Kanaya hanya dijadikan istri kedua saja. Akan tetapi, ternyata dia salah.

"Jadi, maksud kamu, Sandra menyewa rahim kamu untuk melahirkan anak darah daging suaminya?"

Bersambung ....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!