Aku tidak pernah berniat untuk menjadi yang paling terang.
Aku hanya ingin selalu ada dan tak pernah padam.
~Ay Alvi~
Via telah mengetahui bahwa dirinya tengah mengandung lewat alat tes kehamilan yang di berikan oleh Maureen sahabatnya.
Namun, karena tubuhnya tidak mau menerima makanan di fase awal kehamilannya membuat wanita itu tidak sadarkan diri hingga harus di larikan ke rumah sakit oleh sahabatnya Maureen.
Di rumah sakit Via bertemu dengan kakak kelasnya Dony yang kini telah berpofesi menjadi seorang Dokter OBGYN. Dari penjelasan Dony pula lah Via mengetahui bahwa dirinya tengah mengandung dua anak kembar.
Kebahagiaan pun menyelimuti hati Via, saat ini tujuan hidupnya telah jelas. Wanita itu ingin merawat kedua buah hatinya dan mencurahkan seluruh perhatian pada mereka, tanpa harus memikirkan Ziga yang belum tentu pria itu juga memikirkannya. Namun masih ada yang mengganjal dalam pikiran wanita itu.
Akan tetapi, Via berusaha untuk membulatkan tekadnya. Wanita itu akan berusaha sebisa mungkin untuk membesarkan kedua buah hatinya walau tanpa kehadiran seorang suami di sisinya.
Maureen sendiri mengerti perasaan Via, cinta di antara Via dan suaminya belum tertanam dengan kuat. Akar cinta mereka masih terlalu dangkal, sehingga sedikit saja angin menerpa, kehidupan rumah tangga mereka menjadi goyah.
Wajar saja jika seperti itu, pernikahan mereka tidak di dasari dengan rasa cinta. Pernikahan yang awalnya hanya di alasi dengan saling berbagi keuntungan, tentu tidak akan membuat Via yakin bahwa Ziga yang telah menjadi suaminya itu benar-benar mencintainya.
"Benarkah Kau akan membawa kami ke Rusia Tuan?" tanya Via penasaran ketika mereka telah berada di dalam mobil.
"Jangan panggil Tuan, panggil saja namaku atau Kau bisa memanggilku dengan sebutan Kakak." tolak Demyan sopan.
"Tapi ...,"
"Wajahmu benar-benar mirip dengan adikku yang telah tiada." Demyan berkata sambil menghela nafas dan tetap memfokuskan pandangannya ke jalan.
"Maaf, aku tidak bermaksud untuk membuatmu sedih Tuan," ucap Via penuh dengan penyesalan.
"Tidak apa, bolehkah aku menganggapmu sebagai adikku?" tanya Demyan ragu-ragu, ketika mereka baru saja tiba di panti asuhan kembali.
Via mengangguk dengan pasti, wanita itu sangat senang, karena saat ini selain mempunyai sahabat yang sangat pengertian Via juga memiliki kakak angkat yang baik hati.
"Bolehkah aku memanggil dengan sebutan Kakak?" tanya Via kepada Demyan yang saat ini tengah menggandeng mesra tangan kekasihnya Maureen.
Mereka berdua mengangguk bersamaan. Selain Demyan, Maureen juga sangat menyetujui Via menjadi adik angkat kekasihnya. Maureen senang bisa melihat lagi senyum kebahagiaan dari wajah tampan Demyan.
Selama ini, pria itu selalu nampak sedang menutupi kesedihannya. Namun, kehadiran Via yang lelaki itu bilang sangat mirip dengan adiknya membuat Demyan tidak lagi bersedih dan dapat tersenyum cerah.
Akhirnya mereka pun pamit kepada para penghuni panti untuk segera pergi meninggalkan negara ini menuju Rusia, negara tempat Demyan berasal.
"Kamu yakin akan keputusanmu?" tanya Maureen kepada sahabatnya saat mereka sedang dalam perjalanan menuju bandara.
Via tak menjawab, matanya menerawang memandang keluar jendela.
Apakah ini pilihan yang tepat? Apakah akan lebih baik jika aku menjauh? Apakah aku bisa mengurus kedua anak ini dengan baik, batin Via kembali berkecamuk dengan pikirannya.
Wanita muda itu menghela nafas, memejamkan mata mencoba berpikir kembali dengan jernih.
"Vi!" panggil Maureen sekali lagi.
"Belum terlambat jika kau ingin mengubah keputusanmu," ucap Maureen, gadis itu seakan mengerti kegelisahan yang tengah di alami oleh sahabatnya tersebut.
Via menggeleng, " Aku bukan ingin merubah keputusanku," sanggah Via.
"Aku ... Aku hanya takut tidak dapat merawat kedua anak ini dengan baik." Via berucap sembari menyeka air mata yang tampak menetes dari sudut matanya.
Maureen memeluk Via, gadis itu mencoba memberikan kekuatan kepada sahabatnya tersebut.
"Jangan khawatirkan masalah itu, kami pasti akan membantumu untuk merawat kedua anak ini," hibur Maureen membelai perut sahabatnya yang masih rata.
"Terimakasih," ucap Via tulus, di saat-saat seperti ini kehadiran seorang teman seperti Maureen memang sangat ia butuhkan.
Wanita itu bersyukur ada Maureen yang membantunya untuk menghadapi semua masalah ini. Andaikan tidak ada sahabatnya itu, mungkin Via tak akan sanggup untuk melihat masa depan yang ia pilih sebagai keputusan untuk dirinya dan anak-anaknya kelak.
Satu bulan lebih sejak kepergian Via, Ziga terus berusaha mencari kabar tentang istrinya tersebut. Berbagai tempat telah di datangi oleh pria tersebut, namun tak pernah ada hasil yang dapat membuatnya puas.
Malam itu, Ziga membenamkan diri dalam minuman keras yang ia pikir dapat menghapuskan sedikit saja kegelisahan akibat kehilangan Via istrinya.
Di sudut Bar, Ziga duduk seorang diri dan mulai tampak sedikit mabuk akibat dari minuman yang di tenggaknya.
Entah berapa botol minuman yang sudah di tenggaknya. Saat ini dua pasang mata sedang mengawasinya, seorang wanita cantik dengan seorang pria berambut perak. Seringai jahat nampak di wajah keduanya.
"Kali ini aku akan mendapatkannya kemudian menghancurkannya berkeping keping," ucap si wanita kepada pria tersebut.
"Gunakan kesempatanmu sebaik baiknya!" ucap si pria mendukung perbuatan wanita tersebut.
Si wanita tersebut berjalan menghampiri Ziga,
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya wanita tersebut sambil menggelayut manja di lengan Ziga.
Ziga yang sudah mulai mabuk berhalusinasi dengan penglihatannya.
"Vi kemana saja kamu sayang?" tahukah kamu, Aku sangat merindukanmu," ucap Ziga sambil memeluk tubuh wanita tersebut.
Pelukan Ziga di sambut hangat oleh si wanita, kemudian dia segera membawa Ziga meninggalkan tempat tersebut.
Si wanita mengedipkan mata ke arah si pria berambut perak, seringai jahat muncul kembali di bibirnya.
"Tak kusangka kau menjadi lemah kaerna seorang wanita Ziga," gumam wanita tersebut saat dia membawa Ziga ke salah satu kamar pribadi yang tersedia di bar tersebut.
Sementara itu Danu yang sudah geram dengan kelakuan anaknya datang langsung ke negara S untuk memberi pelajaran bagi putra semata wayangnya tersebut. Ziga telah menelantarkan semua pekerjaannya sehingga perusahaan anjlok.
Danu mencari Ziga di Mansionnya, tetapi hasilnya nihil. Danu pun segera mencari Erik untuk bertanya, karena satu-satunya orang yang paling mengenal Ziga adalah Erik, yang telah mengikutinya sejak kecil.
"Erik, dimana Ziga ?" tanya Danu pada Erik yang sedang sibuk menyelesaikan pekerjaan yang di tinggalkan Ziga.
"Maaf Tuan, sa-saya tidak tahu keberadaan Tuan Muda," jawab Erik sedikit gugup. Dia tidak ingin Danu mengetahui apa yang sedang terjadi pada anaknya tersebut.
"Jangan bohong padaku Rik!" ucap Danu sedikit marah, dia tahu Erik pasti menutupi segala perbuatan Ziga, karena dia sangat menghormati dan juga menyayangi Tuan Mudanya tersebut seperti saudara kandung.
"Aku bertanya sebagai seorang ayah bukan sebagai Tuanmu," lanjut Danu yang sudah menganggap Erik sebagai anaknya sendiri.
Erik terdiam, dia tidak mau berkhianat pada Ziga , akan tetapi dia juga tidak mungkin membohongi Danu yang sudah begitu baik pada dirinya dan juga keluarganya.
"Tu-Tuan Muda pergi ke bar Tuan," jawab Erik pada akhirnya, dia memutuskan untuk bicara yang sejujurnya pada Danu.
Danu menggebrak meja yang ada di hadapannya membuat Erik berjengkit karena terkejut.
"Apa yang di lakukan anak itu, dia sudah menikah tapi masih tidak bertanggung jawab!" umpat Danu kesal.
"Cepat antar aku kesana!" titah Danu pada Erik.
Danu menahan emosinya, pria paruh baya itu benar-benar kesal dengan apa yang telah dilakukan oleh putra semata wayangnya tersebut.
************
Hai-hai jumpa lagi dengan Ay si Author recehan, terimakasih buat kalian semua yang sudah membaca karya-karya Ay.
Akhirnya Ay dapat membuat season 2 dari AKU MENCINTAIMU, novel yang akan menceritakan tentang perjalanan hidup Ziga untuk mencari istrinya yang pergi meninggalkannya, serta kisah Via sang istri yang harus merawat kedua buah hatinya seorang diri.
Semoga kalian menyukai cerita ini, jujur ini bukan cerita dengan happy ending sebagai klimaks, namun ini adalah cerita bagaimana perjuangan kedua orang insan yang saling mencintai akan tetapi harus terpisah karena kesalahpahaman dan juga ke egoisan masing-masing.
Jangan lupa baca karya Ay yang lainnya,
•TAKDIR CINTA (merupakan sequel dari kisah ini)
•TERJERAT CINTA si CUPU ( Kisah masa depan dari anak Ziga dan Via).
Sekali terimakasih untuk yang sudah membaca dan juga memberikan like, coment dan juga votenya. Yang belum Ay, Ay tunggu ya. Agar Ay lebih semangat dalam berkarya.
Salam sayang dari Ay si Author recehan 😘😘😘
Jangan takut akan perubahan, mungkin dari perubahan kita dapat menghasilkan sesuatu yang lebih baik lagi.
~Ay Alvi~
Danu menggebrak meja yang ada di hadapannya membuat Erik berjengkit karena terkejut.
"Apa yang di lakukan anak itu? Dia sudah menikah, tapi masih tidak bertanggung jawab!" umpat Danu kesal.
"Cepat antar aku kesana!"ucap Danu pada Erik.
Erik akhirnya hanya bisa menuruti keinginan Danu, walau sebenarnya dia tidak berniat mengkhianati Ziga.
Setibanya di Black X bar tempat biasa Ziga berkunjung, Erik dan Danu pun langsung mencari cari keberadaan Ziga. Tetapi setelah beberapa lama mencari dia sama sekali tidak menemukan keberadaan Tuan mudanya tersebut.
"Apa kau melihat Tuan Muda Ziga?" tanya Erik kepada salah seorang pelayan di sana.
Ziga dan Erik memang sering mengunjungi bar tersebut semenjak kepergian Via, jadi tidak heran jika para pelayan di sana sudah sangat mengenal mereka.
"Tadi saya melihat Tuan Muda bersama seorang wanita masuk ke dalam sebuah ruangan pribadi," jawab pelayan tersebut jujur.
Seketika Danu meradang mendengar jawaban pelayan tersebut.
"Cepat tunjukan dimana ruangan tersebut!" bentak Danu, pria itu sudah tidak dapat menahan amarahnya lagi.
"Ba-baik Tuan," jawab pelayan tersebut ketakutan, dia pun dengan segera mengantar Erik dan Danu menuju ruangan tempat Ziga berada.
Ternyata ruangan tempat Ziga berada di jaga oleh dua orang bodyguard suruhan wanita yang membawa Ziga tadi.
"Cepat buka pintunya!" perintah Danu kepada kedua orang tersebut.
Namun ternyata kedua orang tersebut malah menyerang Danu dan Erik, beruntung Erik memiliki ilmu beladiri yang cukup tinggi, jadi dia dapat dengan mudah mengalahkan kedua orang tersebut.
Danu pun segera menendang pintu ruangan tersebut. Betapa terkejutnya Danu ketika melihat Ziga berada di dalam sana dengan seorang wanita yang tengah duduk di pangkuannya.
Ziga dalam keadaan mabuk dan bertelanjang dada, sedangkan wanita itu sendiri dalam keadaan setengah telanjang.
"Dasar anak kurang ajar!"umpat Danu dengan segera menarik tangan Ziga sehingga membuat Sarah yang tengah duduk di pangkuannya terjatuh.
"Dan kau wanita kurang ajar! Masih saja kau mengganggu anakku yang sudah menikah!" bentak Danu pada Sarah.
"Erik cepat hubungi pihak kepolisian wanita ini harus mempertanggung jawabkan perbuatannya!" perintah Danu kepada Erik yang sedang membantu Ziga untuk berdiri.
"Apa Anda tidak salah Tuan, harusnya aku yang minta pertanggung jawaban anak Anda karna telah melecehkan ku!" Sarah membalas ucapan Danu dengan sombong.
"Tanggung jawab? Dalam mimpimu!" bentak Danu lagi.
"Kau pikir aku tidak tahu perbuatanmu menyabotase pesta ulang tahun perusahaanku!" ucap Danu berapi-api.
Sarah pun seketika menjadi ketakutan, dia berusaha untuk melarikan diri dari tempat itu. Akan tetapi ada Erik yang dengan sigap menghalangi jalannya.
"Anda mau kemana Nona?" tanya Erik sambil mencekal pergelangan tangan Sarah.
"Ahh ...." Sarah meringis kesakitan.
"Apa yang Papah lakukan? Papah menyakiti istriku!" ucap Ziga tanpa sadar karena pengaruh alkohol yang telah di konsumsinya.
Danu semakin meradang mendengar ucapan putranya, kemudian dia menampar Ziga dengan kuat sehingga membuat Ziga terjungkal.
"Istri katamu? Kau lihat baik-baik siapa wanita murahan itu!" ucap Danu penuh dengan emosi.
Ziga pun menatap wajah Sarah dengan bodohnya.
"Kau ... kau ... bukan istriku, kau bukan Via," tolak Ziga yang kesadarannya masih belum pulih.
Ziga pun terduduk di lantai dalam keadaan lemas.
"Via mengapa kau pergi meninggalkanku sayang?" lirih Ziga yang masih dapat di dengar oleh Danu.
"Pergi meninggalkanmu?" tanya Danu tak yakin.
"Jelaskan apa yang sebenarnya terjadi Erik?" tanya Danu pada Erik, karena dia pikir tidak akan ada gunanya bertanya pada Ziga yang tengah mabuk.
"Ah, itu Tuan ...," jawab Erik gugup, dia tidak tahu harus menjawab apa. Danu dan Ayu sangat menyayangi Via dan selama ini mereka belum tahu kalau wanita itu telah pergi meninggalkan Ziga.
"Via pergi meninggalkanku, karena aku menyakitinya," jawab Ziga meracau karena masih terpengaruh alkohol.
"Aku sangat mencintainya, walau pernikahan kami awalnya hanya pernikahan kontrak tapi kini aku benar benar mencintainya." Ziga terus berucap tanpa sadar.
"Pernikahan kontrak?" ucap Danu sambil memegang dadanya. Dia tidak menyangka pernikahan putranya tersebut adalah sebuah pernikahan kontrak. Danu pun langsung tak sadarkan diri karna tak kuat lagi menahan sakit di dadanya.
"Tuan ... Tuan!" panggil Erik sembari mengguncang tubuh Danu, namun tak ada pergerakan di sana.
Erik segera menghubungi ambulance untuk membawa tuan besar keluarga Pratama tersebut ke rumah sakit. Pria itu juga dengan segera menghubungi Ayu yang kini masih berada di USA.
Ziga menatap sang ayah yang kini terbaring lemah dengan tatapan bodoh. Alkohol telah membuat pria itu kehilangan setengah kesadarannya. Namun, begitu melihat Danu yang tak bergerak, Ziga berteriak histeris mengguncang tubuh Danu bermaksud membangunkannya.
"Pah! panggil Ziga.
"Papah ....!" Ziga memanggil dengan histeris dan mengguncang tubuh sang ayah yang kini telah terbujur kaku.
Pria itu memeluk jasad Danu yang masih terasa hangat. Tanpa ia sadari bulir air mata pun menetes dari pelupuk matanya. Ziga meraung menangisi kebodohannya. Dia menyesali perbuatannya ketika melihat tubuh sang ayah yang terbujur kaku di hadapannya.
Erik merangkul Ziga, memberikan laki-laki itu kekuatan untuk menghadapi takdir yang telah di tentukan oleh Tuhan.
Jenazah Danu segera di bawa ke USA malam itu juga atas permintaan Ayu. Wanita itu menginginkan suaminya di makamkan di tanah kelahirannya di kota New York.
Ayu menatap tanah basah tempat suaminya berada kini di Marble Cemetery, New York city.
Ibu satu anak itu tidak menyangka bahwa kepergian Danu ke negara S untuk menyusul putranya berakhir dengan kepulangan suaminya itu tanpa nyawa.
Ayu memandang Ziga yang kini juga berada di sana menatap tanah pemakaman dengan tatapan kosong.
"Puas Kau?!" Ayu bertanya dengan geram, kemudian wanita paruh baya itu pergi beranjak dari kompleks pemakaman meninggalkan Ziga yang hingga kini masih merasakan penyesalan yang begitu mendalam.
Ziga berjongkok, kemudian mencium batu nisan bertuliskan nama sang ayah di sana.
"Maafkan Aku Pah," sesal Ziga, pria itu menyadari sepenuhnya bahwa kematian sang ayah adalah akibat dari perbuatan bodohnya.
Ziga menangis, meratap, memeluk batu nisan tersebut. Pria itu sungguh-sungguh amat menyesal, namun semua telah terjadi. Tak ada yang dapat merubahnya kembali.
Ayu pulang ke Meadow Lane dengan hati yang hancur. Suami tercintanya telah meninggalkan dunia ini untuk selama-lama. Tak ada lagi kini yang dapat ia jadikan sandaran dalam hidupnya. Wanita paruh baya itu merasa sangat tersiksa kehilangan suami yang selama ini selalu menjadi sandaran hidupnya.
Ayu menghela nafas, sepertinya ia sudah tidak sanggup lagi menjalani kehidupan ini, dia menyerah dan tak ingin lagi berada di dunia.
*******
Hai, terimakasih sudah membaca AKU MENCINTAIMU 2, jangan lupa untuk like, coment dan juga votenya ya.
Biar ay lebih semangat dalam berkarya.
Mampir juga di novel karya Ay yang lainnya.
•TAKDIR CINTA
•TERJERAT CINTA si CUPU
Salam sayang dari Ay si Author recehan 😘😘😘😘
Ketika seseorang yang kamu sangat percaya mendustaimu, yakinlah bahwa kamu tengah di latih untuk lebih percaya pada dirimu sendiri.
~Ay Alvi~
Moscow, Rusia
Musim semi tiba di negara yang terkenal dengan julukan Negeri Beruang Putih tersebut.
Via memandang keluar dari jendela besar kamarnya. Wanita itu membelai lembut perutnya yang kini telah nampak membesar. Sudah beberapa minggu ini Via tinggal di Rusia di kediaman seorang milyarder terkenal yang kini telah menjadi ayah angkatnya Mr. Ivanovic Petrov yang juga merupakan ayah dari Demyan Ivanovic Petrov.
Via mengganti identitasnya untuk mengubur semua masa lalunya dan juga untuk menghindari dirinya akan di temukan oleh suaminya Ziga.
Mungkin banyak yang berpikir dan berkata jika sikap wanita yang kini telah berganti nama menjadi Aleea Ivanovic Petrov itu egois dan tidak masuk akal. Namun, rasa sakit yang ia rasakan hanya ia yang tahu bukan?
Beberapa orang mungkin menganggap remeh tentang perasaan yang ia rasakan, tentang kejadian yang ia alami. Itu karena mereka tidak pernah berada di posisi yang sama seperti yang wanita itu rasakan.
Pernikahan yang seharusnya menjadi satu moment terindah bagi seorang wanita, namun itu tidak di rasakan oleh Via. Perjanjian di atas kertas yang harus ia lakukan demi menyelamatkan nyawa sang kakak.
Bukan Via tidak tahu berterimakasih pada Ziga, tentu ia sangat tahu dan sangat berterimakasih kepada suaminya tersebut. Karena dengan bantuan pria yang hingga kini masih berstatus sebagai suaminya itulah, kakaknya Reza dapat menjalani perawatan yang tentu saja memakan biaya yang sangat besar.
Tapi, kembali lagi masalah perasaan, Via yang pernah di khianati oleh mantan kekasih dan juga sahabatnya itu sangat membenci dengan yang kata-kata selingkuh. Oleh karena itu Via sangat tidak terima ketika Ziga menuduhnya mempunyai perasaan terhadap Fello dan berselingkuh darinya.
Selama ini Via hanya merasa berhutang budi pada Fello. Dua kali pria berkebangsaan Spanyol itu menyelamatkan nyawanya. Mungkin jika saat itu tidak ada Fello Via tidak akan berdiri di sisi dengan keadaan sehat tanpa kurang suatu apapun.
Dan yang lebih menyakitkan adalah ketika ia harus mendengar kata-kata penyesalan.
Apa yang Anda rasakan jika seseorang yang Anda cintai berkata bahwa ia menyesal telah mengenal dan juga jatuh cinta pada Anda?
Tentunya sakit bukan? Itulah yang Via rasakan saat ini.
Walau kata-kata penghinaan dan penyesalan di ucapkan oleh Ziga dalam keadaan mabuk, hal itu sangat menyakiti hatinya.
Ada beberapa orang mengatakan bahwa orang mabuk terkadang lebih jujur daripada orang yang sadar. Oleh karena itu Via berpikir itu adalah isi hati Ziga yang sesungguhnya.
Sedangkan untuk kata cinta yang pria itu ungkapkan saat sadar, bisa jadi Ziga berbohong. Karena pria itu baru saja putus dari kekasihnya yang secara kebetulan juga sama dengan permasalahan Via, yaitu perselingkuhan dan pengkhianatan.
Via menghela nafas panjang menatap indahnya bunga yang kini tengah bermekaran menyambut datangnya musim semi yang begitu indah. Wanita itu membelai perut buncitnya.
Maafkan Mommy sayang, Mommy akan tetap menjaga kalian dengan baik walau tanpa kehadiran Daddy, batin Via.
Suara ketukan terdengar dari pintu kamarnya.
"Могу я пойти, мисс?" (boleh saya masuk Nona) tanya seorang pelayan dari luar kamar Via.
"Войдите!"( masuklah!) Via menjawab mempersilakan pelayan itu untuk memasuki kamarnya.
Maria sang pelayan itu pun masuk dengan membawa troly yang berisi makanan untuk sarapan pagi Via. Wanita itu memang memilih untuk sarapan di dalam kamar tidurnya karena biasanya jika di pagi hari seluruh anggota keluarga Petrov sibuk, mereka tidak pernah sempat untuk sarapan bersama.
Mereka masing-masing sibuk dengan pekerjaannya. Hanya di waktu malam malam seluruh anggota keluarga bisa berkumpul, karena Mr. Ivanovic selalu mewajibkan makan malam di rumah bagi para anggota keluarga. Semua itu di maksudkan agar mereka tidak terputus komunikasi antar sesama anggota keluarga. Karena sebagian banyak aktifitas mereka adalah di luar, sedikit sekali waktu untuk berkumpul dengan keluarga.
Maka dengan mewajibkan untuk makan malam di rumah, Mr. Ivanovic berharap masih ada komunikasi yang terjalin walau dunia bisnis menyita sebagian besar waktu mereka.
"Спасибо," (Terimakasih) ucap Via pada Maria yang memang di tugaskan secara khusus oleh Mr. Petrov untuk melayani segala kebutuhan Via, boleh di bilang Maria adalah pelayan pribadi Via atau yang saat ini di sebut Nona Aleea oleh semua orang yang berada di kediaman Mr. Petrov.
"Maria, apakah Maureen ada?" tanya Via kepada pelayan pribadinya tersebut.
(pakai bahasa Indonesia aja ya ngetiknya, tapi anggap mereka bicara bahasa Rusia, biar nggak ribet).
"Nona Maureen sedang pergi dengan Tuan Demyan Nona," jawab Maria sopan, gadis itu menata makanan dari troly ke atas meja.
"Silakan Nona!" ucap Maria yang telah selesai dengan pekerjaannya.
"Saya permisi Nona," pamit Maria kepada Via.
"Tunggu Maria!" tahan Via.
"Mari sarapan bersama!" ajak Via kepada pelayan pribadinya tersebut.
"Maaf Nona, tapi saya tidak pantas," tolak Maria merasa bukan tempatnya untuk sarapan bersama dengan wanita yang menjadi atasannya tersebut.
"Ayolah Maria, temani aku sarapan!" pinta Via dengan wajah memelas.
"Tapi ...." ucap Maria ragu-ragu, gadis itu takut jika nanti Mr. Petrov marah, karena di kediaman Petrov status itu jelas. Seorang bawahan tidak di perkenankan untuk duduk bersamaan dengan atasan atau majikannya.
"Aku tidak akan mengatakan apa-apa pada Papi," janji Via, wanita itu mengerti jika Maria pelayan pribadinya tersebut ketakutan.
Mr. Petrov adalah orang yang tegas, lelaki itu tidak mentolerir kesalahan sekecil apapun. Mungkin karena ia juga memegang kendali atas pergerakan mafia di Rusia membuat pria yang usianya sudah melebihi setengah abad itu lebih tegas dan juga kejam dalan mengambil keputusan.
Akan tetapi hal itu tidak berlaku untuk para anggota keluarganya. Mr. Petrov begitu penyayang dan baik hati di mata para keluarga termasuk di mata Via yang saat ini telah resmi menjadi anak angkat Mr. Ivanovich Petrov.
Maria pun akhirnya menuruti perkataan Via, gadis itu ikut duduk untuk menemani nona muda yang tengah hamil itu untuk sarapan.
"Makanlah!" Via berkata sembari menyodorkan piring yang telah ia isi dengan berbagai makanan yang tersedia di meja.
"Tapi Nona ...." Maria masih ragu-ragu, gadis merasa tidak pantas untuk duduk dan makan bersama satu meja dengan nona yang menjadi atasannya itu.
Via menggeleng, wanita itu tidak menerima penolakan pelayanan pribadinya tersebut.
"Makanlah! Kalau Kau tidak mau Aku juga tidak akan makan!" ancam Via yang akhirnya membuat Maria menurut dan mulai makan sarapannya bersama dengan Via.
Via sendiri merasa bahagia karena pada akhirnya ada yang menemaninya di saat sarapan. Jujur selama ini Via merasa sedikit kesepian. Rumah kediaman Petrov yang sangat besar dan megah, namun sedikit sekali yang tinggal di sana
Hanya keluarga inti yang menempati rumah utama, untuk para pelayan dan yang lainnya mereka di sediakan rumah khusus yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah utama.
****
Hai, terimakasih sudah membaca AKU MENCINTAIMU 2, jangan lupa untuk like, coment dan juga votenya ya.
Biar ay lebih semangat dalam berkarya.
Mampir juga di novel karya Ay yang lainnya.
•TAKDIR CINTA
•TERJERAT CINTA si CUPU
Salam sayang dari Ay si Author recehan 😘😘😘😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!