NovelToon NovelToon

Air Terjun Pembawa Petaka

Bab 1 ( Kejadian Aneh )

Awal Petaka ini bermula ketika Arini bersama kedua teman baiknya yang bernama Ida dan Ani berencana untuk pergi berlibur ke tempat pariwisata Air terjun yang berada di kampung Neneknya Ida di daerah Sumedang.

"ARINIII...." terdengar suara cempreng kedua teman Arini dari arah luar. Mereka Sering dijuluki trio kwek kwek karena kemana pun mereka pergi selalu saja jalan bertiga.

Kini mereka berdua menerobos masuk ke dalam kamar Arini secara tiba-tiba, lalu kemudian menggoyang-goyangkan tubuhnya.

"Kamu kok masih tidur sih Rin, kami kira kamu sudah siap, ini kan sudah siang ayo cepetan bangun, masa kamu kalah sama ayam sih," ucap Ida teman Arini yang mempunyai badan montok.

"Iya kamu parah banget ih, masa anak perawan jam delapan belum juga bangun, pamali tau," tambah Ani, teman Arini yang mempunyai badan kurus.

"Kalian bawel banget sih, aku masih ngantuk tau, lagian aku juga lagi gak sholat, makanya jam segini belum bangun."

"Ah kamu mah kaya Kebo aja susah dibangunin," gerutu Ida.

"Ya iyalah dimana-mana juga kebo mah susah di bangunin, orang badannya juga gede, jadi berat kan? apalagi kalau yang ngangkat Ani, pasti tuh langsung masuk Rumah Sakit karena patah tulang," jawab Arini sambil berlari masuk ke dalam kamar mandi, karena Ani dan Ida sudah berbarengan melotot tajam kepada Arini.

"ARINIII...." lagi-lagi mereka pun berteriak bersamaan menyebut nama Arini dengan melempar bantal ke arahnya. Untung saja, Arini sudah mengambil langkah seribu dengan masuk ke kamar mandi.

Akhirnya, setelah berada dua jam di dalam kamar mandi, Arini pun keluar lalu memakai baju.

"Kamu tuh ngapain sih lama banget di kamar mandi? pasti kamu lanjutin tidur yah?" tanya mereka.

"Kok tau sih?" Arini pun hanya nyengir menanggapi mereka yang terlihat marah.

"Ayo ah cepetan jalan, nanti keburu siang," Ida kini menggusur tubuh Arini keluar dari kamarnya.

"Tunggu-tunggu, kayaknya aku ada yang lupa deh," ucap Arini hingga membuat Ida dan Ani kesal.

"Apalagi sih Rin...?"

"Aku lupa belum sarapan sayang-sayangku, makanya sekarang cacing di perutku lagi pada demo nih minta diisi," jawab Arini sambil nyengir.

Lalu Ida pun dengan cepat menimpali ucapan Arini, "Eh iya aku juga lupa Rin belum makan."

"Ah kamu mah Da ngomongin makanan aja langsung nyamber, baru juga dua jam yang lalu aku lihat kamu sarapan bubur sama kupat tahu, bahkan sampai dua piring lho Rin," ujar Ani.

"Iiiihh...Ani, Ida kan orang Indonesia, jadi kalau belum makan nasi, berarti belum termasuk makan, kalau yang tadi dua piring itu cuma ngemil doang, he..he.." Ida pun nyengir menjawab ucapan Ani.

"Udah-udah daripada kalian ribut, yuk mending kita makan aja, kayaknya tadi sebelum Bunda berangkat, sudah masakin dulu deh buat bekal kita," ajak Arini kepada kedua temannya.

"Bunda baik banget deh, tau aja satu jam sekali aku lapar," ucap Ida.

Akhirnya mereka bertiga pun memulai untuk sarapan.

"Eh..eh tunggu dulu," ucap Arini sehingga menghentikan mereka yang sudah bersiap untuk menyuapkan nasi.

"Ada apalagi sih Rin?" mereka nampak kesal menatap Arini.

"Kalian sudah pada baca do'a sebelum makan belum?" Arini mencoba mengingatkan mereka.

Mereka malah nyengir menatap Arini, karena katanya lupa baca do'a saking gak sabarnya menikmati makanan buatan Bunda.

"Ya sudah ayo cepetan baca do'a dulu !! emang mau disebelah kalian nanti setan pada ikutan makan?" ujar Arini.

"Makasih udah ngingetin kita Bu Ustadzah Arini yang cantik jelita tiada tara, baik hati dan rajin menabung," cerocos Ida.

Disaat Ani berniat untuk mengambil ayam, Ida malah mengambil piring yang berisi ayam tersebut, sampai-sampai Ani pun kini terlihat cemberut.

Arini sampai geleng-geleng kepala melihat tingkah mereka berdua yang selalu saja ribut.

"Stop Ani, Ida, kalian ngapain sih ribut terus? pamali tau di depan makanan juga masih aja pada ribut !!" tegur Arini pada kedua temannya.

"Habisnya Aku kesel banget Rin sama Ani, kamu tadi denger sendiri kan kalau Ani ngatain aku, karena kerjaanku makan terus?" ujar Ida.

"Ah kalian mah kaya Tom and Jerry deh kalau ketemu pada ribut mulu," ucap Arini pada mereka.

"Iiiiih...Rin kamu kok tega banget sih, masa kita disamain sama kucing dan tikus?" jawab Ida.

"Tapi Ida sayang, menurutku Arini ada benarnya kok, badan kamu kan gede tuh, jadi pantes kalau disamain sama si Tom, sedangkan aku kan kecil, jadi aku Jerry nya," jawab Ani yang nampak cekikikan.

"Ya sudah jangan pada ribut terus, mendingan cepetan kita selesain makannya, terus sisanya kita bungkus buat makan di jalan nanti, lumayan kan ngirit duit?" ujar Arini.

"Oh ya Rin, ngomong-ngomong orangtua kamu pada pergi kemana sih? padahal ini kan hari libur?" tanya Ida.

"Ayah dan Bunda lagi menghadiri seminar di Jakarta, mungkin minggu depan baru pulang," jawab Arini.

"Kasihan kamu ya Rin, padahal kamu anak tunggal, tapi Ayah dan Bunda kamu selalu sibuk bekerja," ujar Ida.

"Mereka juga sibuk kerja buat masa depan aku juga kan Da, apalagi sekarang aku mau masuk kuliah."

"Tapi kayaknya aku punya ide cemerlang deh Rin," ujar Ida.

"Ide apaan Da?" Arini dan Ani bertanya dengan serempak saking penasarannya dengan ide yang Ida miliki.

Sehingga Arini dan Ani pun sudah terlihat serius memasang kuping baik-baik untuk mendengarkan omongan Ida.

"Gini nih Rin, apa mending aku aja ya tinggal disini buat nemenin kamu? kasihan kan kamu jadi tinggal sendirian kalau orangtua kamu pada keluar kota. Atau Ayah dan Bunda bisa juga ngangkat aku jadi anak gitu," jelas Ida.

"IDAA...." Arini dan Ani berteriak serempak karena saking kesalnya dengan ucapan Ida yang sudah mereka tanggapi dengan serius.

"Biasa aja kali, lagian kuping aku juga gak budeg tau," jawab Ida dengan memegangi kupingnya.

"Bilang aja Da kamu mau makan gratis kan? awas jangan mau ya Rin, nanti Ida bisa ngabisin satu karung beras tuh sehari," ujar Ani.

"Enak aja ya..emang aku GENDEREWO apa?" Ida pun membalas ucapan Ani. Namun, tiba-tiba..

Wuuuuuuuussssssh.....

Angin bertiup dengan kencangnya menerpa wajah mereka bertiga, sehingga mereka pun saling tatap dengan wajah yang nampak memucat, karena mereka pikir tidak mungkin kan ada angin kencang masuk, sedangkan jendela dan pintu saja semuanya tertutup.

Disaat lagi tegang-tegangnya, mereka pun dikejutkan kembali oleh suara benda yang terjatuh dari luar rumah.

Prrrrrrraaaaaaaaaaaaang....

"Astagfirulloh....." ucap mereka secara bersamaan.

Dengan berpegangan tangan, mereka pun mencoba untuk membuka pintu, lalu melangkahkan kaki keluar rumah.

Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa....

Tiba-tiba Ida berteriak sehingga mengejutkan Arini dan Ani, karena diantara mereka bertiga Ida lah yang paling penakut.

"Ida ngapain sih pake teriak segala? kamu bikin kaget kami saja," ujar Arini.

"Itu..itu..tunjuk Ida dengan suara tergagap serta tangan yang gemetaran.

Arini dan Ani pun terkejut karena yang ditunjuk Ida adalah seekor kucing hitam dengan mulut yang berlumuran darah.

Lalu tanpa ba..bi..bu..mereka bertiga berlari dan masuk kembali ke dalam rumah dengan mengunci pintu.

"Eh..eh..tunggu deh," ucap Arini pada Ani dan Ida

"Apalagi sih Rin? kita masih ketakutan nih !" jawab mereka.

"Bukannya kita bertiga mau pergi liburan ke rumah Neneknya Ida ya?" tanya Arini lagi.

"Eh iya ya ngapain juga kita malah masuk lagi ke dalam rumah? mending yuk kita capcus berangkat sekarang aja !" ajak Ani.

"Tapi aku masih takut Rin," ucap Ida.

"Banyakin do'a aja Da, lagian derajat kita juga lebih tinggi dibandingkan dengan mereka," ucap Arini berusaha untuk menenangkan Ida. Dan akhirnya, mereka bertiga pun membereskan barang-barang yang akan dibawa untuk keperluan mereka nanti.

Bab 2 ( Nenek Misterius )

Pov Arini

Akhirnya kami bertiga sudah bersiap untuk berangkat. Namun, Ida masih sibuk dengan terus memasukan makanan ke dalam kantong dan juga ke dalam mulut pastinya, sehingga aku dan Ani sampai dibuat geleng-geleng kepala melihatnya.

Dikarenakan Ida susah sekali untuk kami ajak kerjasama, sampai akhirnya suara Adzan Dzuhur pun terdengar.

"Eh Ni, Da, kalian Sholat dzuhur dulu gih," ucapku pada mereka

"Kamu juga ayo sholat dulu Rin," jawab Ida sambil menarik tanganku.

"Ida, Ida, urusan makanan aja connect nya cepet, giliran hal lain dia lupa tuh Rin, efek faktor U kali ya makanya dia sudah pikun," sindir Ani.

"Lho emangnya kenapa Ni? kan saling mengingatkan dalam kebaikan itu tindakan bagus dong?" Ida masih terlihat bingung.

"Iya bagus kalau Arini gak lagi halangan, tadi dia kan udah bilang kalau lagi PMS, masa baru beberapa jam saja kamu sudah lupa sih Da?" sanggah Ani.

"Astagfirulloh, maaf-maaf Rin, kayaknya efek kekenyangan deh makanya aku jadi lupa," ujar Ida yang kini cengengesan mengingat kelakuannya.

"Udah-udah, kapan Sholatnya kalau kita ngobrol terus, cepetan sana wudhu dulu !" Aku pun berusaha mendorong mereka berdua untuk masuk ke dalam kamar mandi.

Beberapa saat kemudian mereka akhirnya keluar dari dalam kamar mandi dengan tubuh yang saling bersenggolan.

"Astagfirulloh, Ani, Ida, kalian tuh kaya bocah aja, tiap ketemu pasti aja ada yang diributin," Aku pun sampai kesal dibuatnya.

"Ni_Ni_sholatnya aku aja yang duluan ya, nanti wudhu ku keburu batal lagi deh kalau nungguin kamu dulu, tau sendiri kan kalau aku ga bisa nahan kentut, he..he.." Ujar Ida dengan cengengesan.

"Stop gak usah ribut lagi ! kalian mending Sholatnya barengan aja berjamaah, biar pahalanya juga lebih besar, lagian Aku juga sudah nyiapin sajadah sama mukena buat kalian berdua," ucapku.

"Thanks ya Rin, kamu emang perhatian banget deh sama kita," ujar Ida.

Akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari kamar, agar mereka segera melaksanakan Sholat.

Aku pun berniat untuk memeriksa satu persatu tas yang kami bawa, takutnya ada barang penting yang ketinggalan.

Kriet..kriet..kriet..

Aku mendengar suara seseorang seperti sedang mengecap makanan di dalam salah satu tas milik kami.

Saking penasarannya, akhirnya Aku memberanikan diri untuk membuka tas tersebut.

"Mungkin itu suara hamster milik Ida kali ya, tadi Ida kan bilang katanya mau bawa hamster peliharaannya," gumamku dengan mencoba melangkahkan kaki menuju ke arah tas kami.

"Tapi sepertinya suaranya bukan berasal dari tas Ida deh," hingga aku pun berusaha untuk membukanya satu persatu. Namun, disaat bersamaan Aku membuka tas bekal kami, Aku melihat sesuatu yang menyeramkan, sehingga Aku pun menjerit.

Aaaaaaaaaaaaaaaaaa....

kini Aku melihat sosok kepala yang berlumuran darah sedang memakan bekal makanan kami dengan lahapnya.

Aku berusaha untuk membaca do'a yang aku bisa. akan tetapi nihil, rasanya mulut ini tidak bisa mengucapkan satu patah kata pun.

Sampai akhirnya,

"Rin bangun Rin," Ida dan Ani berusaha menggoyang-goyangkan bahuku agar aku terbangun.

"Astagfirulloh," kemudian Aku pun terbangun.

"Kamu kenapa sih Rin? mimpi buruk ya? dari tadi kita bangunin juga susah banget," ujar Ani.

"Aku nggak mimpi buruk kok, perasaan Aku juga tadi gak ketiduran, tadi tuh Aku kaget karena melihat sesuatu yang menyeramkan di dalam tas bekal kita." jawabku pada mereka.

Ida pun kini berusaha membuka tas makanan tersebut, namun dia tidak menemukan sesuatu yang aneh di dalamnya.

"Ga ada apa-apa kok Rin, tuh lihat isinya cuma ada makanan yang tadi aku masukin aja kan?" ujar Ida.

Aku pun sampai heran dibuatnya.

"Kamu tadi mimpi buruk kali Rin, tadi kamu kan ketiduran, makanya kalau mau tidur tuh baca do'a dulu," ucap Ani.

Aku pun kini berpikir keras, Apa mungkin ya yang tadi aku alami cuma mimpi? tapi kenapa sepertinya semua itu terlihat nyata? hatiku kini bertanya-tanya.

"Ya sudah mending kita berangkat sekarang aja deh, biar nanti kita gak kemalaman sampai di rumah Nenek," ajak Ida dengan menarik tanganku karena aku masih terlihat bingung.

Setelah mengecek semua keadaan rumah, kami pun bergegas keluar, serta tidak lupa untuk mengunci pintu rumah dari luar.

"Eh guys selfi dulu yuk sebelum berangkat," ajak Ani kepadaku dan Ida.

"Huuuuuh dasar Ratu selfi, mau dimana aja pasti ngajakin selfi," sindir Ida.

"Ah kamu mah gak tau momen sih Da, nanti kan aku mau update tuh di sosmed, siapa tau yang like banyak, apalagi kalau pemuda tampan yang mirip opa-opa korea itu lihat fhoto aku yang cantik ini," dengan centilnya Ani membayangkan wajah pemuda tampan yang tempo hari sempat kita temui di Supermarket.

Pada saat itu juga, pemuda tersebut sudah menolongku ketika aku hampir saja tertabrak mobil disaat menyebrang.

"Ayo cepetan kalau mau fhoto," ujarku pada mereka, kami bertiga pun akhirnya selfi, seperti biasa Ida ingin berada di paling belakang, katanya biar kelihatan kurus. Akan tetapi, disaat kami melakukan selfi, aku seperti merasakan hal yang aneh, pundak ku terasa berat seperti ada yang memelukku, dan seketika bulu kuduk ku langsung merinding.

"Yuk ah kita berangkat, jangan lupa kita baca do'a dulu," ajakku pada Ani dan Ida.

"Bismillah..." kami pun akhirnya melangkahkan kaki bersama untuk keluar dari halaman rumah. Namun, hatiku merasa tidak tenang, aku merasakan firasat buruk yang akan terjadi kepada kami nanti

Disaat kami melangkahkan kaki untuk keluar dari gerbang rumahku, aku tidak sengaja bertabrakan dengan seorang Nenek.

"Astagfirulloh Nek, maaf ya saya gak sengaja, Nenek gak kenapa-napa kan?" tanyaku pada Nenek tersebut.

Entah darimana munculnya Nenek tersebut, karena sebelumnya kami tidak melihatnya.

Namun, tiba-tiba Nenek itu mengeluarkan suara dan memegang erat tanganku. "Cuuu_jangan pergi, Cuuu_jangan pergi !! Nenek tersebut hanya mengucapkan kata itu padaku.

"Maaf ya Nek saya harus pergi dulu," ucapku pada Nenek tersebut.

Mobil taksi yang kami pesan untuk berangkat menuju terminal Bus pun sudah sampai dan berada di hadapan kami. Ani dan Ida kini berusaha menarik tanganku untuk masuk ke dalamnya.

"Kalian gak sopan deh, malah narik-narik tanganku, padahal Nenek tadi masih memegangnya," omel ku pada Ida dan Ani.

Sopir taksi yang kami tumpangi kini terlihat heran mendengar perkataanku. Lalu akhirnya beliau memberanikan diri untuk berkata.

"Maaf ya Neng bukannya Bapak mau ikut campur, tapi sepertinya Bapak daritadi tidak melihat orang lain selain Neng bertiga saat tiba di depan rumah Neng tadi."

"Ah masa sih Pak?" tanyaku dengan heran.

karena penasaran kami bertiga pun akhirnya menengok ke belakang mobil, tepatnya ke depan gerbang rumahku.

Degg

"Lho kok gak ada sih?" ucap kami bertiga serempak.

Gak mungkin kan kalau Nenek tersebut pergi secepat itu? padahal jalannya saja sudah bongkok, bathinku terus bertanya-tanya.

"Rin, apa mungkin ya yang tadi kita lihat itu demit?" ucap Ida.

"Husss, jangan asal ngomong deh Da, kamu tuh nakut-nakutin aja sih," ucap Ani.

"Bukannya gitu Ni, aku juga sebenernya takut, tp coba deh kalian pikir, apa iya ada Nenek-Nenek udah bongkok gitu jalannya cepet banget kaya menghilang." cerocos Ida.

Ternyata Ida sepemikiran denganku, aku pun hanya termenung mendengar perdebatan mereka, sampai akhirnya tidak terasa kami sudah sampai di terminal bus tujuan kami.

Bab 3 ( Perjalanan Liburan )

"Alhamdulillah kita sudah sampai terminal nih," ucapku kepada Ani dan Ida.

Hingga akhirnya kami bertiga turun dari taksi.

"Makasih ya Pak," ucap kami serempak pada supir taksi online yang kami tumpangi tadi.

"Iya sama-sama Neng," jawab Bapak tersebut.

Beberapa saat kemudian kami pun berjalan mencari bus yang akan kami tumpangi.

"Da, bus yang lewat rumah Nenek kamu yang mana sih? panas tau," ujar Ani.

"Tuh..kayaknya yang mau berangkat itu deh," tunjuk Ida.

Kami akhirnya naik ke dalam Bus tersebut yang kebetulan hanya menyisakan tiga bangku kosong.

"Rin, kamu duduknya sama aku ya," ajak Ida.

"Enggak..enggak, Arini pokoknya duduknya harus bareng sama aku !" Ani pun gak mau kalah.

"Ya sudah, daripada kalian ngerebutin aku, mendingan kalian aja yang duduk berdua gih, aku duduk disini aja," ucapku pada mereka.

Kebetulan disebelah tempat duduk kedua temanku, ada satu bangku kosong yang sudah diduduki oleh seorang lelaki yang entah seperti apa wajahnya, karena tertutupi oleh topi yang iya pakai, dan dia juga nampaknya sedang melihat pemandangan ke arah luar jendela.

"Mas maaf saya ikut duduk disini ya," ucapku meminta ijin padanya. Namun, dia hanya diam tanpa menoleh sedikit pun ke arahku.

"Eh..Da..Ni, baca do'a naik kendaraan dulu biar kita sampai dengan selamat," ajakku pada mereka.

"Tapi aku lupa Rin, iya aku juga sama," ucap mereka berdua sambil cengengesan.

Kemudian aku pun memberitahu bacaannya :

Bismillahirrohmanirrohim

Subhanaladzi sahhara lana hadza wama kunna lahu mukrinin, wainna ila robbina lamungqalibbun

Artinya :

"Maha suci Alloh yang telah menundukan untuk kami kendaraan ini, padahal sebelumnya kami tidak mampu menguasainya, dan hanya kepada-Mu lah kami akan kembali."

Aku sangat heran karena pas aku baca do'a, badan lelaki yang ada disebelahku nampak memerah seperti kepanasan, tapi mungkin karena efek cuaca diluar juga kali ya yang lagi terik-teriknya.

Akhirnya, secara perlahan Bus yang kami tumpangi pun berjalan membelah jalanan kota yang ramai oleh pengendara.

Jarak dari Bandung ke Sumedang terasa cukup lama karena kita juga naik Bus umum, belum lagi rumah Neneknya Ida berada di Desa terpencil yang bahkan belum ada penerangan sama sekali, katanya.

"Da masih jauh ga?" rengek Ani.

"Baru juga satu jam Neng, palingan tiga jam lagi kita baru sampai," jawab Ida.

"Yuk ah mending kita bobo aja," ajak Ida.

Nampaknya Ani dan Ida sudah lelap tertidur,

aku pun berusaha memejamkan mata supaya perjalanan ini tidak terasa panjang. Namun, aku takut kalau nanti aku sampai ketiduran kepalaku malah gak sengaja bersandar sama bahu lelaki yang berada di sebelahku.

Aku sudah mencoba menahan rasa kantukku, Namun tak bisa dan akhirnya kini aku terlelap. Dan benar saja dugaan ku, karena tanpa sadar kepalaku pun malah dengan enaknya bersandar kepada bahu lelaki di sebelahku, tapi rasanya Aku susah untuk kembali membuka mata.

Aku merasakan usapan tangan seseorang di kepalaku yang tertutup hijab. mungkin saking lelapnya Aku pun sampai masuk ke alam mimpi.

Di dalam mimpiku aku merasa berada di tengah hamparan bunga yang indah, Aku merasa heran karena disini tidak ada siapa-siapa. Akan tetapi, aku merasakan ada sepasang mata yang mengawasi ku. sampai akhirnya aku kaget karena tiba-tiba ada seseorang yang menggenggam erat tanganku, kini Aku mencoba untuk melihatnya. Di sampingku kini telah berdiri seorang lelaki yang sangat tampan, sehingga Aku sampai tak bisa berkedip dibuatnya, lalu aku memberanikan diri untuk bertanya.

"Siapa kamu?" kemudian dia tersenyum dan menjawab pertanyaanku,

"Namaku ARGA..."

Beberapa saat kemudian aku akhirnya terbangun dari mimpi indah yang sedang aku alami, karena Ani dan Ida mencoba untuk membangunkan ku. pikirku Bus yang kami tumpangi sudah sampai tujuan, namun ternyata aku salah, karena Bus nya malah mogok di tengah hutan dikarenakan ban nya kempes.

Semua penumpang kini turun untuk menunggu ban Bus yang akan diganti terlebih dahulu.

"Rin kamu enak yah tadi kepala kamu tuh bersandar di bahu lelaki yang duduk di sebelahmu," ujar Ida dengan sewot.

"Masa sih? kayaknya enggak deh," aku pun menyangkalnya karena malu.

"Eh bentar deh, kayaknya aku pernah lihat cowok itu dimana gitu, wajahnya kaya gak asing," Ani pun berpikir sejenak.

Dengan antusias Ani kemudian berkata,

"Oh iya, dia mirip sama opa-opa korea yang tempo hari kita temui waktu belanja, inget gak?" tanya Ani.

"Ah itumah kamu aja yang mengingat dia terus, jadi semua cowok yang kamu lihat pasti mirip dia," sindir Ida.

"Udah ah gak usah ribut," aku pun mencoba melerai perdebatan mereka.

"Eh Da, berapa lama lagi sih sampai ke rumah Nenekmu? ini sudah masuk waktu ashar lho," tanyaku.

"Kayaknya satu jam lagi deh, duuuuuh... padahal aku udah gak kuat nih pengen pipis," ucap Ida.

"Udah pipis aja tuh di semak-semak, lagian sekarang kita berada di tengah hutan, jadi mana ada toilet umum, daripada nanti jadi penyakit," ujar Ani.

"Nih kamu bawa botol air mineral ini aja buat cebok, terus jangan lupa minta ijin dulu, Permisi... saya mau numpang buang air kecil gitu," ucapku dengan tersenyum.

Ida pun akhirnya menggusur Ani supaya memperhatikan sekeliling, karena katanya takut ada yang ngintip.

aku sempat melirik ke arah lelaki yang tadi duduk sebelahku, kalau dilihat-lihat emang bener sih kata Ani, dia mirip banget sama lelaki yang mirip opa-opa korea yang pernah kita temui.

Namun, tiba-tiba, Degg... aku teringat sebuah nama yang tadi ada dalam mimpiku, yaitu ARGA.

Lho kenapa dia mirip banget dengan wajah Arga yah? tanyaku dalam hati.

Jantungku pun kini berdegup kencang. Namun, tiba-tiba

"Dorrr.....lagi ngelamunin apa hayo?"

aku pun kaget karena keisengan kedua temanku yang sengaja mengagetkanku dari belakang.

"Ya ampun, Ani, Ida, ngapain sih kalian ngagetin aku, jantungku hampir aja copot tau," omelku pada mereka.

Beberapa saat kemudian, Bus yang kami tumpangi pun telah selesai diperbaiki, dan para penumpang dipersilahkan untuk segera naik kembali, dan secara perlahan Bus pun kembali melaju.

......................

Satu jam kemudian...

"Lho Da, itu bukannya Air Terjun yang mau kita datangi yah?" tanya Ani.

"Iya, makanya nanti kita berhenti di depan, tuh yang ada gapura, dari sana kita jalan kaki, paling jaraknya cuma 500 meteran ke rumah Nenek mah.

Akhirnya Ida meminta Pak sopir untuk menurunkan kami di depan gapura yang bertuliskan Wisata Curug Cilengkrang.

Kami bertiga pun turun dengan menggendong tas ransel yang kami bawa.

"Perjalanannya lumayan jauh juga ya Da, aku cape banget nih, apalagi bawaan kita berat begini lagi," rengek Ani.

"Bentar lagi juga sampai kok, tuh rumah Nenek sudah kelihatan dari sini," tunjuk Ida.

Sepanjang perjalanan, kami disuguhkan oleh pemandangan yang menyejukkan mata, Air Terjun yang terlihat masih sangat jernih, serta udara yang sejuk karena daerah sini masih sangat asri, dan gak banyak polusi seperti di Kota. Namun, tiba-tiba pandanganku terhenti, karena dari bawah air terjun sepertinya aku melihat seorang lelaki yang melambaikan tangannya padaku, dia terlihat sangat tampan dan gagah dengan mengenakan baju seperti pada jaman kerajaan.

"Eh Ida, Ani, kalian coba lihat deh kayaknya tadi aku melihat seseorang disebelah sana !!" aku pun menunjukan tempatnya pada mereka.

"Mana sih Rin? kamu salah lihat kali, gak ada siapa-siapa juga disana, noh yang ada monyet tuh lagi pada gelantungan di atas pohon," ucap Ida sambil cengengesan.

Dengan diiringi canda tawa kami pun terus berjalan menyusuri jalan setapak menuju rumah Neneknya Ida.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!