Pov Cinta
Namaku Cinta, hari ini usiaku 20 tahun, Aku terlahir dari keluarga yang kurang mampu jadi orangtuaku hanya mampu menyekolahkanku sampai SMP, meski pun begitu Aku sangat bersyukur karena mempunyai orangtua yang sangat menyayangiku.
Aku adalah Anak pertama dari tiga bersaudara, Aku mempunyai dua orang Adik yang bernama Tia dan Ahmad. Oleh karena itu, sebisa mungkin Aku harus bisa membantu ekonomi keluargaku supaya Tia dan Ahmad bisa melanjutkan sekolahnya sampai Perguruan Tinggi dan Aku juga ingin sekali memberangkatkan kedua orangtuaku naik Haji, karena saat ini itulah yang menjadi impianku. Semoga Allah SWT mengabulkan semua cita-citaku, Amin Yarobbal Alamin..🤲 Itulah do'a yang selalu Aku panjatkan dalam setiap sujudku.
Dari kecil Aku sudah terbiasa bekerja, bahkan hampir setiap hari Aku menjajalkan gorengan buatan Ibuku di Sekolah, terkadang Ibu juga bekerja menjadi buruh cuci baju tetangga untuk memenuhi kebutuhan kami sehari hari, karena saat ini pekerjaan Bapak hanyalah buruh serabutan.
Hingga kini Aku masih teringat disaat aku duduk di bangku SMP.
Flash back 5 Tahun yang lalu :
Pada saat Aku duduk di bangku SMP, Aku sering dibully oleh teman-temanku karena Aku anak orang gak punya. Akan tetapi, Aku tidak pernah patah semangat karena Aku harus membuktikan bahwa aku bisa membanggakan kedua orangtuaku.
Setiap hari Aku pergi ke sekolah dengan berjalan kaki, jarak dari rumah ke Sekolah sekitar 2 km, dengan melewati sawah serta melintasi sungai Aku pun berjuang untuk menuntut ilmu.
Hari ini sayangnya jembatan yang biasa Aku gunakan untuk menyebrang hanyut terbawa oleh arus sungai, sehingga mau tidak mau aku harus melepaskan sepatuku lalu menjinjing nya untuk melewati sungai, agar sepatu milikku satu satunya tidak basah.
Pada saat aku sudah bersiap untuk menyebrangi sungai, tiba-tiba ada segerombolan anjing yang berusaha untuk mengejarku, Aku pun akhirnya mencoba untuk berlari menyebrangi sungai. Namun, pada saat Aku menginjakan kakiku di sebuah batu aku terpeleset lalu kemudian terjatuh. Sehingga baju yang aku gunakan pun basah.
Belum lagi kini semua dagangan yang Aku bawa tumpah karena ditarik oleh hewan tersebut. Sudah jatuh tertimpa tangga pula, mungkin peribahasa itu yang tepat dengan keadaanku saat ini.
Ya Allah ujian apalagi ini, di rumah Bapak sedang sakit, jadi beliau tidak bisa pergi bekerja, aku harus bilang apa kepada orangtuaku padahal mereka sangat mengharapkan uang hasil jualanku hari ini, ucapku dalam hati.
Akhirnya, Aku pun memutuskan untuk tidak jadi berangkat ke Sekolah karena aku tidak mungkin hadir dengan keadaanku yang seperti ini. Aku bingung harus bagaimana, darimana hari ini aku bisa mendapatkan uang untuk makan keluargaku, Ya Allah berikanlah hamba pertolongan, Do'a ku dalam hati dengan tidak kuasa meneteskan airmata.
Pada saat Aku melewati pembuangan sampah, Aku melihat karung serta botol-botol bekas minuman yang sudah dibuang, dan Aku pun akhirnya berusaha mengumpulkannya untuk kemudian dijual. Lumayan nanti hasilnya bisa untuk makan keluargaku yang penting Aku mendapatkannya dengan cara halal.
Beberapa hari kemudian...
Hari ini adalah hari kelulusanku di SMP, semua teman-temanku bergembira karena mereka akan melanjutkan Sekolah ke jenjang SMA. Namun, Aku justru merasa sedih meskipun Aku mendapatkan nilai terbaik tapi Aku tidak mungkin melanjutkan Sekolahku dikarenakan ekonomi keluargaku yang tidak memungkinkan.
Jangankan untuk melanjutkan sekolah, untuk makan sehari-hari saja kami masih susah. Semua Guruku sangat menyayangkan dengan keputusanku karena aku tidak dapat melanjutkan Sekolah padahal aku mendapatkan beasiswa.
"Cinta, kamu itu Siswi yang pintar, sayang sekali lho kamu tidak mengambil beasiswa yang diberikan oleh pihak Sekolah," ucap salah satu Guruku.
"Iya Bu, bukannya saya tidak mau mengambil beasiswa tersebut tapi saya bingung darimana nanti saya akan mendapatkan biaya untuk keperluan yang lainnya, belum lagi untuk ongkos dan keperluan sehari-hari," jawabku.
"Maaf ya Cinta, kami atas nama jajaran Guru di Sekolah ini sangat menyesal karena tidak dapat membantumu untuk mengupayakan semua itu."
"Tidak apa-apa Bu, Pak, mungkin lebih baik saya mencari pekerjaan saja ke kota untuk membantu meringankan beban kedua orangtua saya, walau pun saya tidak tahu pekerjaan apa yang bisa saya dapatkan karena hanya lulusan SMP. Saya minta do'anya saja kepada Ibu dan Bapak guru semua," ujarku.
"Iya pasti Cinta, kami akan selalu mendo'akan yang terbaik untuk kehidupan kamu kedepannya."
"Amin, Kalau begitu saya pamit ya Bu, Pak, terimakasih karena Ibu dan Bapak telah membimbing saya dan maaf saya tidak punya apa-apa untuk diberikan sebagai kado perpisahan, hanya do'a yang akan selalu saya panjatkan semoga Alloh SWT membalas semua jasa Ibu dan Bapa Guru, Amin...🤲"
Akhirnya, Aku pun memutuskan untuk pulang setelah sebelumnya mengucapkan Salam.
Dengan langkah gontai, kini aku berjalan menyusuri jalan setapak menuju rumah. Namun, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya seakan mewakili perasaanku saat ini dan akhirnya airmataku pun tumpah.
Sedari tadi aku menahan sesak yang begitu sakit menghadapi kenyataan hidup yang pahit ini, Hujan kini turun tiada hentinya mengiringi langkahku dan airmata ini pun seakan susah untuk berhenti.
Pada saat aku melintasi sebuah gubuk, Aku melihat seorang pengemis yang tidak mempunyai tangan serta kaki, Aku melihatnya sedang duduk kelaparan, sehingga akhirnya aku memutuskan untuk menghampirinya dan berniat memberikan sisa gorengan jualanku.
"Assalamu'alaikum Pak, Maaf saya mempunyai gorengan sisa jualan, tapi itu pun sudah dingin, jika Bapak berkenan untuk memakannya dengan senang hati saya akan memberikannya."
"Tidak apa-apa Nak, Alhamdulillah Bapak sangat bersyukur serta berterimakasih karena dari kemarin Bapak belum mendapatkan makanan. Bapak kini hanya hidup sebatang kara, Seandainya Bapak punya tangan dan kaki Bapak pasti tidak akan menyerah menghadapi pahitnya hidup ini dan Bapak akan terus berusaha untuk mencari pekerjaan," ujar Bapak tersebut.
Degg
Aku merasa tertampar mendengar perkataan Bapak tersebut.
Astagfirulloh..Ya Allah ampunilah hambamu ini yang kurang bersyukur atas semua nikmat serta karunia-MU, Aku merasa malu karena selama ini hanya mengeluh dengan meratapi nasib yang menurutku tidak adil, padahal Aku sangat beruntung karena masih mempunyai kaki dan tangan untuk bekerja serta berusaha untuk merubah nasibku, sesalku dalam hati.
"Terimakasih ya Pak, ucapan Bapak barusan sudah menyadarkan saya untuk terus semangat menjalani hidup ini, saya akan terus berjuang untuk mengubah nasib saya agar kedepannya lebih baik lagi." Aku pun akhirnya pamit, kemudian bergegas pulang karena hari kini sudah semakin sore.
Dengan semangat baru, Aku terus berjalan menuju tempat tinggalku. Sepanjang perjalanan Aku tiada hentinya bersyukur karena Allah SWT sudah mengingatkanku melalui Bapak pengemis tersebut, karena sejatinya kita tidak dapat memilih ingin dilahirkan dari keluarga mana, akan tetapi jika kita mempunyai kemauan pasti akan ada jalan untuk merubah nasib kita agar lebih baik lagi dikemudian hari.
Pov Cinta
Sesampainya di rumah, aku mengetuk pintu lalu mengucapkan salam. Akan tetapi, tidak ada yang membukakan pintu, dan tidak biasanya pintu rumah di kunci juga, sehingga aku pun merasa khawatir. Kini jantungku berdetak kencang dengan pikiran-pikiran negatif yang saat ini menghampiri kepalaku, sampai akhirnya Ibu keluar untuk membukakan pintu serta menjawab ucapan Salamku.
"Alhamdulillah..." ucapku dengan mengelus dada.
Ibu terlihat heran melihatku, sehingga akhirnya beliau bertanya.
"Lho kenapa wajahmu pucat begitu Nak? dan kenapa pulangnya juga sudah sore?"
"Tadi hujan sangat deras Bu, akhirnya Cinta berhenti dulu untuk berteduh."
Tiba-tiba Ibu menangis melihat keadaanku yang basah kuyup serta mengenakan baju yang sudah lusuh, lalu aku pun bertanya kepada beliau.
"Bu kenapa Ibu menangis? apakah Cinta sudah melakukan kesalahan?"
"Tidak Nak bukan begitu, hanya saja Ibu kasihan dengan nasibmu, dari kecil kamu sudah bekerja keras membantu kami sehingga kamu tidak pernah ada waktu untuk bermain dengan teman-teman seusiamu." ucap Ibu padaku.
"Sudahlah bu, Ibu tidak boleh bersedih meratapi keadaan kita, bukankah kita harus selalu bersyukur dengan apa pun yang Allah berikan? meski pun di dunia ini kita ditakdirkan hidup sengsara, yang penting nanti kita di akhirat tidak sengsara kan bu? bukankah itu yang selalu Ibu ajarkan kepada kami? supaya kami juga selalu bersyukur karena harta tidak akan dibawa mati." ucapku pada Ibu.
"Astagfirulloh...ampuni hambamu ini Ya Allah, terimakasih kamu sudah mengingatkan Ibu Nak, dan Maafkankanlah orangtuamu ini karena belum bisa membahagiakan anak-anaknya."
"Jangan bicara seperti itu Bu, Cinta bahagia karena terlahir dari rahim ibu, seharusnya Cinta yang meminta maaf karena belum bisa membalas semua jasa Ibu dan Bapak," ucap ku pada Ibu hingga kami berdua berpelukan sambil menangis, dan kedua adikku pun menghampiri kami, dengan menangis serta ikut memeluk kami.
"Bu ini uang hasil jualan hari ini, tapi maaf tadi sisa dagangannya Cinta berikan kepada Bapak pengemis," aku pun memberikan uang receh dari hasil jualanku kepada Ibu.
"Iya, tidak apa-apa Nak, kamu memang anak yang baik, Ibu bangga sekali sama kamu, ayo cepat sekarang ganti baju dulu, nanti takutnya kamu malah masuk angin," ucap Ibu padaku.
Aku pun bergegas masuk ke dalam kamar untuk berganti baju.
Keadaan rumah kami memang jauh dari kata layak, atapnya hanya menggunakan anyaman ilalang, sehingga jika hujan turun air nya pun akan masuk ke dalam rumah, begitu juga dengan bawahnya yang hanya beralaskan bambu. Akan tetapi, aku tetap bersyukur karena mempunyai keluarga yang saling menyayangi.
"Oh iya Bu, Bapak kemana? daritadi perasaan Cinta gak lihat Bapak? bukannya Bapak masih sakit ya?" tanyaku pada ibu.
Belum juga ibu menjawab pertanyaanku, tiba-tiba kami dikagetkan dengan suara keributan yang terdengar dari arah luar, aku pun bergegas keluar bersama Ibu, mataku kini membulat disertai mulut yang menganga hingga aku menutup mulut dan berteriak melihat keadaan Bapakku sekarang ini.
"BAPAK..."
Aku dan Ibu langsung berlari memeluk Bapak, kami tak tega melihat kondisi Bapak yang babak belur dan tersungkur di atas tanah, dengan tiada hentinya Bapak nampak terus memohon kepada Juragan tanah, yang bernama Juragan Broto.
Semua tetangga disini hanya terlihat menonton saja, karena mereka takut dengan orang terkaya di kampungku ini.
"Ada apa ini Pak? kenapa dengan wajah Bapak?" tanya Ibu kepada Bapak ku.
Belum juga Bapak menjawab, juragan Broto sudah berteriak kepada kami.
"Hey Minah apa kamu lupa kalau suamimu sudah meminjam uang padaku? hutang kalian sangat banyak, belum lagi dengan bunganya, dan aku tidak mau tahu, hari ini juga kalian harus melunasi hutang-hutang kalian !" teriak Juragan Broto.
"Maafkan kami Juragan, untuk saat ini kami belum bisa melunasinya, Suami saya belum benar-benar sembuh sehingga belum bisa kembali bekerja, jangankan untuk bayar hutang, buat makan sehari-hari saja kami susah," jawab Ibuku.
"Alasan saja kalian, pokoknya aku tidak mau tahu, kalau sekarang uangnya tidak ada, maka kalian harus segera angkat kaki dari rumah ini, karena sertifikat nya sekarang sudah berada di tanganku, ha..ha..ha..ha.." terdengar suara tawa Juragan Broto begitu menggelegar.
Aku sudah tidak tahan lagi dengan tindakan semena-mena yang telah dilakukan oleh Juragan Broto terhadap keluarga kami, dan dengan kaki yang gemetar aku akhirnya memberanikan diri untuk melangkah ke hadapan Juragan Broto.
"Juragan, kami tau kami mempunyai hutang kepada Juragan, tapi saya mohon beri saya waktu untuk membayarnya, sekarang saya sudah lulus SMP dan saya akan secepatnya berangkat ke kota untuk mencari pekerjaan."
Tapi kini juragan Broto malah menertawakanku.
"Ha..ha..ha..dasar bocah ingusan, kamu pikir cari uang itu gampang hemmm? apalagi kamu hanya lulusan SMP, mau cari kerja apa kamu?" ucap Juragan Broto padaku.
Bapak pun tidak tinggal diam melihatku, beliau maju melindungiku walau pun wajahnya sudah babak belur.
"Sudah hentikan Juragan, saya minta maaf atas kelakuan anak saya, tolong jangan marahi anak saya, dia masih kecil dan belum tau apa-apa," Bapak nampak memohon kepada juragan Broto.
"Makanya ajari anakmu sopan santun Parto, jangan bisanya melawan kepada orang yang lebih tua," bentak Juragan Broto.
Bapak pun kini menyuruh Ibu untuk membawaku masuk kedalam rumah.
"Cepat bu bawa Cinta masuk, jaga dia baik-baik, jangan sampai kesini lagi !" ucap Bapak. Namun, tiba-tiba Juragan Broto berteriak hingga menghentikan langkahku dan Ibu.
"TUNGGU...jangan berani-beraninya kalian pergi tanpa seijinku, satu langkah saja kalian pergi dari sini, maka aku pastikan kedua anak kalian yang masih kecil ini akan aku bawa !" teriak Juragan Broto.
Aku pun terkejut melihat Adikku Tia dan Ahmad yang kini sudah dipegangi oleh anak buah Juragan Broto, padahal seingatku Ibu tadi sudah menyuruh kedua adikku untuk mengunci pintu dari dalam serta tidak membolehkannya untuk keluar dari rumah.
Mereka kini terlihat menangis ketakutan sehingga aku tidak tega melihatnya, aku pun akhirnya berkata kepada juragan Broto untuk melepaskan kedua adikku.
"Juragan saya mohon lepaskan adik-adik saya, mereka masih terlalu kecil, jadi kalau pun Juragan bawa mereka pasti tidak akan bisa melakukan pekerjaan apa-apa, lebih baik Juragan bawa saya saja sebagai gantinya, saya bisa menjadi pembantu di rumah Juragan."
"Tidak Nak jangan lakukan itu," teriak Ibu dan Bapak padaku.
Mereka sampai memegangi tanganku dengan erat supaya aku tidak melangkah mendekati anak buah Juragan Broto.
"Pak, Bu, Cinta mohon biarkan saja Cinta yang menggantikan Tia dan Ahmad dibawa oleh Juragan Broto, insyaAlloh Cinta bisa menjaga diri dengan baik," aku pun secara perlahan melepaskan pegangan Ibu dan Bapak.
"Jangan Nak, biarkan saja Bapak yang ikut juragan Broto, kamu tolong jaga Ibu beserta kedua adikmu," pinta Bapak padaku.
Aku pun menggelengkan kepala,
"Pak, Cinta sekarang sudah besar, kini saatnya Cinta membalas jasa Ibu dan Bapak. Bapak sekarang masih sakit, Cinta khawatir Bapak tidak akan kuat bekerja dengan Juragan Broto melihat keadaan Bapak yang seperti ini, terus bagaimana nanti nasib kita jika sampai Bapak yang pergi?" ucapku pada Bapak. hingga akhirnya aku berhasil melepaskan pegangan tangan kedua orangtuaku.
Pov Cinta
Aku berusaha berlari untuk menghampiri anak buah Juragan Broto, Bapak dan Ibu pun kini terlihat menangis, sebenarnya aku tidak tega meninggalkan keluargaku dengan kondisi mereka saat ini. Namun, apalah dayaku, mungkin hanya ini jalan satu-satunya yang bisa aku lakukan untuk menyelamatkan keluargaku dari lintah darat.
Aku akhirnya berhasil melepaskan kedua adikku dari pegangan anak buah Juragan Broto, kami bertiga berpelukan sambil menangis, hanya dengan membayangkannya saja aku tidak sanggup jika Juragan Broto sampai berhasil membawa Tia dan Ahmad lalu kemudian menjual mereka.
Astagfirulloh.. jangan sampai aku memiliki sifat suudzon ya Alloh, ucapku dalam hati.
Pikiran burukku terhadap Juragan Broto pun bukan tanpa alasan, karena dulu aku pernah mendengar bahwa Juragan broto sering melakukan perdagangan manusia, apalagi sasarannya adalah anak-anak. Namun, Polisi belum cukup bukti untuk menangkapnya, mungkin karena di jaman sekarang apa pun bisa dibeli dengan uang.
Dengan berat hati aku melepaskan pegangan tanganku terhadap kedua adikku, lalu berkata kepada mereka.
"Dek, Kakak pergi dulu yah, tolong kalian berdua jaga Bapak dan Ibu, kalian juga jangan sampai meninggalkan sholat dan mengaji, jadilah anak yang baik, dan maafkan kakak karena tidak bisa menjaga kalian lagi."
melihat keluarga kami yang berpelukan untuk yang terakhir kalinya, Juragan Broto malah bertepuk tangan sambil tertawa gembira.
Dasar manusia tidak punya hati, lagi-lagi aku hanya bisa mengumpatnya dalam hati.
"Lihatlah Parto anakmu memang cerdas, dia lebih pintar dibandingkan denganmu, aku bisa mempunyai pembantu gratis selama bertahun-tahun untuk melayani keempat Istriku," ucap Juragan Broto kepada Bapak ku.
Memang setahuku Juragan Broto sekarang mempunyai empat Istri, dan mereka tinggal dalam satu atap.
Juragan Broto pun akhirnya membuat kesepakatan dengan Bapak, kalau aku akan menjadi pembantunya selama 5 tahun dengan tinggal di rumahnya, dan satu pun dari keluargaku tidak boleh datang untuk menemuiku saat berada disana, maka dengan begitu anggap saja hutang Bapak sebanyak 20 juta lunas.
Kuatkan hamba Ya Alloh ini hanya 5 tahun, nanti saat usiaku 20 tahun Juragan Broto pasti akan mengembalikanku kepada keluargaku lagi, aku terus berucap dalam hati berusaha menghibur hatiku yang hancur ini.
Akhirnya aku pamit kepada keluargaku dengan mencium tangan kedua orangtuaku, serta berpelukan dengan mereka untuk yang terakhir kali sebelum aku pergi selama 5 tahun.
"Bu, Pak cinta pamit ya, jaga kesehatan kalian, serta do'akan Cinta ya, semoga Cinta kuat menghadapi cobaan ini." Mereka pun terdengar menjerit ketika melihatku yang kemudian dibawa pergi ke dalam mobil oleh Juragan Broto.
Mungkin hanya pengorbanan ini yang bisa Cinta lakukan untuk kalian, gumamku dalam hati.
......................
Aku mulai melangkahkan kaki mengikuti Juragan Broto untuk masuk ke dalam rumah nya. kaki ku gemetar melihat empat perempuan cantik yang kini berada di hadapanku. Mungkin mereka adalah Istri dari Juragan Broto.
Disaat masuk ke dalam rumah Juragan Broto, aku pun tidak lupa mengucapkan Salam yang hanya di jawab oleh satu orang saja, yaitu Bu Salma, Istri pertama dari Juragan Broto. Sedangkan ketiga istrinya yang lain hanya menatapku dengan jijik seperti melihat kotoran, mungkin karena penampilanku yang sangat berantakan dan kotor.
Juragan Broto akhirnya memperkenalkanku sebagai pembantu kepada keempat Istrinya, dan lagi-lagi hanya Bu Salma yang sudi menjabat tanganku. Aku pun merasa bahagia karena masih ada orang baik yang bersedia menerima kehadiranku.
Hari-hariku di rumah Juragan Broto aku jalani dengan sabar dan ikhlas, apalagi aku mempunyai Bu Salma yang diam-diam selalu membantuku, meski pun disini diibaratkan aku melakukan kerja rodi, tapi jika teringat keluargaku, aku terus memotivasi diri untuk semangat demi mereka.
......................
Dua tahun pun berlalu, usiaku kini sudah 17 tahun, setiap hari aku selalu berdo'a supaya secepatnya bisa bertemu dengan keluarga yang sangat aku rindukan.
sampai akhirnya lamunanku terhenti disaat aku tidak sengaja bertabrakan dengan seorang pemuda ketika aku membawa jemuran keluar rumah, aku tidak melihatnya karena tanganku membawa keranjang, sehingga aku jatuh terduduk.
Tanpa ragu pemuda itu menolongku memasukan baju kedalam keranjang cucian ku. Namun, disaat dia berusaha membangunkanku kami terkejut mendengar suara dari ketiga Istri Juragan Broto.
Mereka terlihat heboh menyambut kedatangan pemuda tersebut sambil memeluknya dan berkata bahwa Putra mahkota sudah datang. aku hanya terdiam melihatnya karena aku tidak tahu pemuda itu anak dari Istri yang mana, karena yang aku tahu Juragan Broto hanya mempunyai tiga anak perempuan yang tinggal disini.
Bu Salma kini terlihat menyusul pemuda tersebut dengan mengucapkan salam, lalu beliau berkata padaku kalau pemuda itu bernama Ilham, dia adalah putra Bu Salma dengan Juragan Broto, selama ini Mas Ilham tinggal di Pondok Pesantren selama 6 tahun. Namun, sekarang Mas Ilham diminta pulang untuk melanjutkan usaha Peternakan milik Juragan Broto yang berada disini.
"Cinta.. kamu jangan bengong saja, ayo kamu kenalan dengan Ilham" ucap Bu Salma.
Dengan menelungkupkan kedua tanganku di depan dada aku mengucapkan salam kepada mas Ilham. Namun, ada yang terasa aneh, kenapa hatiku berdesir melihatnya, mungkin karena ini pertama kalinya aku melihat seorang lelaki selain Juragan Broto di dalam rumah ini, karena sebelumnya aku tidak pernah keluar dan bertemu dengan lelaki manapun.
Setiap hari aku selalu dibully oleh ketiga Istri Juragan Broto beserta ketiga anak perempuannya. Namun, semenjak kedatangan Mas Ilham, aku selalu dibela olehnya sehingga mereka tidak berani menggangguku jika melihat Mas Ilham.
Mas Ilham adalah sosok lelaki soleh yang taat beribadah, dia berperilaku sangat baik terhadap semua orang tanpa melihat status.
Sudah menjadi kebiasaan mas ilham bertadarus seusai menunaikan sholat Maghrib. Suaranya terdengar sangat merdu, sampai aku sempat membayangkan seandainya dia kelak menjadi imam ku.
Astagfirulloh...apa yang aku pikirkan, bangun Cinta kamu jangan mimpi terlalu tinggi, nanti sakit kalau kamu sampai terjatuh, gumamku dalam hati.
Beberapa saat kemudian Mas Ilham membuka pintu kamarnya, aku pun kaget sehingga hampir saja terjatuh, karena ternyata aku tidak sadar sudah termenung di depan pintu kamar Mas Ilham, beruntungnya Mas Ilham keburu menangkap tanganku, sehingga mata kami pun tidak sengaja saling memandang.
Degg..perasaan apa lagi ini Ya Alloh, jangan sampai aku jatuh hati terhadap mas Ilham, aku sadar diri kalau kita bagaikan bumi dan langit.
Sampai akhirnya suara mas ilham menyadarkanku, dia mengucapkan istighfar karena tidak sengaja memegang tanganku.
"Maafkan aku cinta, karena sudah lancang memegang tanganmu, aku hanya ingin membantumu saja supaya tidak terjatuh dan tidak ada niat lain," ujar Mas Ilham.
"Iya Mas tidak apa-apa, seharusnya aku yang meminta maaf karena sudah lancang menguping mas Ilham mengaji."
Mas ilham pun terlihat mengerutkan keningnya,
"Lho emangnya kenapa kamu mendengarkanku mengaji?" tanya mas Ilham padaku.
"Saya sebenarnya mengagumi suara Mas Ilham yang merdu disaat membacakan ayat suci Al-qur'an," ucapku dengan malu-malu.
"Ya sudah, kalau begitu mulai besok kamu bisa ikutan belajar mengaji bersama dengan ketiga adikku," ajak mas Ilham padaku.
Namun, aku hanya terdiam dan tidak berani menjawab ajakan nya, karena aku takut dimarahi oleh ketiga Isteri Juragan Broto. beberapa saat kemudian Bu salma pun datang, beliau bertanya kepada Mas Ilham karena heran melihatku yang diam mematung.
"Ilham kamu apakan cinta sampai dia diam mematung begitu?" tanya Bu Salma.
"Ilham gak ngapa-ngapain Cinta kok Bu, Ilham hanya mengajaknya untuk belajar mengaji bersama Adik-adik," jawab Mas Ilham.
Akhirnya Bu salma berkata padaku, kalau beliau mengijinkanku untuk belajar mengaji bersama Mas Ilham dan juga ketiga saudarinya, dan rasanya bagiku ini semua seperti mimpi.
Alhamdulillah Ya Alloh, ternyata dibalik musibah selalu ada hikmah yang tersembunyi, aku pun tiada hentinya mengucap syukur di dalam hati.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!