Tokoh Utama :
Steven Arga Dirgantara,
Seorang CEO Muda, berkharisma, dan pastinya memiliki paras yang tak kalah cakap karna berdarah campuran luar negeri. sukses di usia 27 tahun yang masih terbilang sangat muda, Arga atau yang biasa disapa Pak Arga oleh seluruh karyawannya itu adalah CEO perusahaan pabrik kertas sekaligus CEO entertainment di sebuah kota besar. Garis tangan dan takdir yang sangat mulus membawanya hingga titik puncak kesuksesan saat ini. dengan gelar Magister Marketing, ia sekarang mengambil alih perusahaan pabrik kertas ayahnya dan mengawali karier tunggal dengan mendirikan cabang perusahaan entertainment sendiri yang juga tidak kalah popularitasnya.
Arga adalah anak yang pendiam namun tegas, tidak gampang senyum namun bukan kaku. Ia adalah orang yang serius ketika sedang mengejar suatu target, dan hanya akan mengeluarkan sifat kekanak-kanakan (manja dan cerewet) ketika berada dengan orang-orang terdekatnya saja.
ia menyelesaikan Sarjana nya di dalam negeri dan melanjutkan Magister nya di luar negeri tepatnya di Belanda.
.
.
.
Elsa Safira Wijaya,
wanita cantik dan mandiri yang sekarang meniti karier nya sebagai doktor ilmu komunikasi di sebuah universitas terkenal di Indonesia. wanita yang biasa disapa Elsa ini, adalah seorang Dosen Ilmu Komunikasi paling muda di universitasnya. Menamatkan sekolah Doktor hanya dalam jangka waktu 3 tahun, dan mulai bekerja di usia 26 Tahun.
Elsa adalah wanita yang kuat, mandiri, dan pekerja keras. Keadaan saat ia ditinggal oleh kedua orang tuanya karna kecelakaan tunggal, membuat Elsa tumbuh sebagai wanita yang tangguh. Tumbuh sebagai wanita berprestasi yang mudah menggapai impiannya tidak membuat Elsa merasa tinggi hati dan sombong.
Ia tinggal dengan kakaknya bernama Riko yang sekarang sedang mengurusi Mall-Mall besar mereka di berbagai kota. Biasa disapa kak Riko dan usia mereka hanya berjarak 1 tahun. Saat ini, mereka tinggal di rumah yang sama, meski sudah terbilang dewasa secara fisik, namun kak Riko masih tetap memberi banyak aturan untuk adik satu-satunya itu.
.
.
.
Putri Cahyani,
Wanita pemilik rambut ikal panjang dengan postur tubuh yang tidak terlalu tinggi, murah senyum, dan ramah kepada semua orang.
Ia adalah salah satu Dokter Dpesialis Bedah di rumah sakit swasta besar di sebuah kota. Usianya sekarang adalah 26 tahun.
Putri tinggal bersama ayahnya yang juga adalah pemilik rumah sakit itu. Ditinggalkan ibunya sejak usia 4 tahun membuat Putri tumbuh dengan segala keadaan yang akhirnya membawanya sampai titik ini . Berkarier di usia muda adalah impiannya.
Ia dibesarkan oleh ayahnya seorang diri.
Ibunya meninggalkan mereka pada saat itu karena terlalu konsumtif sehingga tidak bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan ekonomi mereka, masih teringat jelas di benak putri pada saat itu, saat ibunya pergi meninggalkan mereka, ia di ajak, namun ia memilih tinggal dengan ayahnya hingga waktu membawanya tumbuh seperti sekarang.
.
.
.
Tokoh Samping :
Pak Dirga -> Ayah Arga. pengusaha sukses (pemilik perusahaan pabrik kertas), humoris + tegas .
Bu Salsa -> Ibu Arga. pengusaha sukses (pemilik pabrik cosmetics), ramah + serius
.
.
Dikta :
Sahabat sekaligus asisten Arga.
karna Arga anak tunggal, Dikta sudah dianggap seperti anak sendiri oleh pak Dirga dan Bu Salsa. humoris + ramah + santai + penurut + kocak.
.
.
Bi Inah -> pembantu rumah tangga keluarga Dirgantara. Penurut + telaten.
.
.
Pak Surya -> supir keluarga Dirgantara. Penurut + telaten.
.
.
Riko Sebastian -> Kakak Elsa. Pengusaha sukses (Pemilik Mall besar di kota + cabang lainnya). Tegas + serius .
.
.
Fandi -> Teman Putri, Pintar + ramah
.
.
Tanta Ghea -> Kakak dari Ayahnya Elsa, sekaligus teman dari Bu Salsa. ramah + santai .
.
.
Pak French -> Ayah Putri. pengusaha sukses ( pemilik rumah sakit swasta terbesar + 3 cabang lainnya di wilayah. Humoris + ramah + santai.
.
.
Perawat Tari -> asisten dokter (PA) putri. penurut + teliti + ramah.
.
.
Mbo Lina ->pembantu rumah tangga keluarga Cahyani. penurut.
.
.
Pak Tono -> supir keluarga Cahyani. penurut + humoris.
.
.
dan tokoh-tokoh pendukung lainnya.
"bentar lagi sampai, bangun dong ay!" suruh Arga lembut ditujukan kepada Putri yang tertidur lelap dalam mobil. Arga terus menyetir menyusuri jalan yang membelah pegunungan luas dengan pemandangan kiri dan kanannya yang dipenuhi pepohonan asri dan sejuk. Ia melihat Putri masih saja pulas meski sudah dibangunkan, ia lalu menurunkan kaca mobil sehingga angin sejuk diluar langsung dirasakan, sentak putri pun terbangun, kedua matanya langsung tertuju pada pemandangan disampingnya itu yang tidak kalah jauh dengan pemandangan diluar.
"dingin?" tanya Arga lalu kembali menaikkan sedikit kaca mobil,
putri menggeleng lemas dan terus menatapnya,
"masih ngantuk? liat keluar deh, bagus pemandangan nya" tambah Arga sembari mengelus rambut pacarnya itu,
Putri hanya tersenyum dan memperbaiki duduknya menjadi tegap. Arga lalu memberinya sebotol air mineral yang sudah dibuka tutupnya untuk diminum.
"nah tu! itu namanya gunung jodoh" jelas Arga sambil menunjuk kearah pegunungan,
"haha.. mana ada gunung jodoh?" tanya putri merasa lucu,
"ada ay.. itu buktinya. konon katanya kalau kita kesana bareng pacar nanti baliknya nggak bisa dipisahin apapun kecuali maut" jelas Arga yang terus menyetir itu,
"haha.. ada-ada aja kamu ih, ngarang" sambung putri dengan wajah tak percaya,
"suatu saat nanti aku bawa kamu kesitu, biar kita nggak bisa dipisahin lagi. hehe" ucap Arga tersenyum,
"aku yang tidur kamu yang mimpi. emang.." kata putri mengucek kedua matanya yang dirasa masih belum terang (bangun dari tidur sepenuhnya).
Arga hanya tersenyum.
Beberapa menit, mereka pun sampai.
Sebuah hutan yang asri dan sejuk, salah satu tempat wisata yang tidak terlalu ramai dikunjungi, tersedia rumah pohon di setiap pohon yang berbatang besar, masih alami terdengar suara kicau burung hutan dan yang mampir di rumah-rumah pohon tersebut, di tambah terdengar bunyi aliran air terjun di bawah gunung membuat serasa tak ingin kembali ke kota lagi. Arga memarkirkan mobilnya dan langsung turun membukakan pintu untuk Putri.
"sini tangannya" ajaknya sambil menggenggam tangan Putri.
mereka menuju sebuah rumah pohon dan dengan hati-hati Arga menuntun Putri naik ke atas.
"haaaaaa lega ya!" kata Arga saat mereka sudah duduk, dan terus menggenggam tangan Putri.
Putri hanya tersenyum dan menghirup udara hutan yang sangat alami itu.
"besok jalannya jam berapa?" tanya Putri langsung,
"lusa ay, jam lima pagi" jawab Arga,
"lusa lagi? beneran nih aku nggak boleh nganterin sampai bandara?" tanya putri lagi,
Arga mengangguk lemah "kamu tau sendiri kan" jawab Arga seperti sesak di dada.
Hubungan mereka saat ini memang belum direstui kedua orang tua. Karna meski sudah menjalin hubungan 4 tahun lebih sejak saat pertama masuk kuliah, Arga belum mengenalkan putri ke kedua orang tua nya, berbeda dengan Putri yang sudah mengenalkan Arga ke Ayahnya dari setahun yang lalu. Alasan Arga belum mengenalkan Putri karena Arga memang hidup dibawah aturan orang tua yang sangat posesif soal pacaran. Meskipun anak laki-laki, Arga tidak diijinkan pacaran sebelum menyelesaikan sekolah S 2 nya, dan bahkan tidak diijinkan mempunyai teman perempuan sekalipun. Selama ini, hubungannya dengan putri adalah 'backstreet'. hubungan mereka saat ini hanya diketahui oleh Putri, Pak French, dan Dikta yang sudah merupakan sahabat Arga dari bangku SMA . Dan karna pemikiran yang dewasa, Putri memaklumi hal itu.
"kamu disini jangan macam-macam yah!" pesan Arga serius,
"ya kali, emang tampang ku tampang cewe yang suka macem-macem?" tolak putri,
"aku janji, bakal balik dengan perasaan yang masih sama" jelas Arga yang semakin erat menggenggam tangan kekasihnya,
Putri merasakan nya dan ia hanya menatap Arga dan tersenyum 'kenapa aku begitu mencintaimu Ar' tanyanya dalam batin.
Hawa hutan yang dingin semakin memperlengkap suasana hati yang akan sepi. Terlihat dari atas ada beberapa pengunjung yang berfoto-foto ria dibawah sana, Arga dan Putri terus mengobrol asik dan tertawa mengisi waktu sebelum perpisahan, karna Arga akan pergi keluar negeri melanjutkan sekolahnya.
mereka sampai lupa waktu yang sudah menunjukkan jam pukul empat sore,
"ay balik yuk!" ajak Putri yang lebih dulu menyadari,
"kamu nggak mau lama-lama lagi sama aku yah?" tanya Arga,
"hehe.. bukan begitu Arga, tapi kalo disini entar senjanya nggak dapat karna ketutup sama rimbun pohon ini tauu" jelas putri,
"ya udah senja apa aku?" tanya Arga tersenyum,
"haha ya kamu lah" jawab putri tertawa,
mereka pun turun dan kembali ke mobil.
tiba-tiba handphone Arga berdering, tak lain itu adalah telfon dari Bu Salsa
#📱
"ya ma" jawab Arga,
"argaaaa pulang kamu sekarang!" perintah Bu Salsa dengan nada datar. Arga mengerutkan keningnya, bingung apa yang sudah terjadi. Sedangkan Bu Salsa langsung mematikan telfonnya.
"ada apa?" tanya Putri,
Arga menggeleng, karna ia juga tidak tahu apa-apa. Dan Ia langsung menelfon Dikta,
#📱
"Woi dik" sapa Arga setelah Dikta mengangkat telfonnya,
"pa'an sih, aku lagi tidur" jawab Dikta dengan suara lemas,
"ke rumah skarang" suruh Arga,
"astagaa Ar, Ar, apa lagi sih?" tanya Dikta malas,
"dik, pokoknya lima belas menit kedepan, aku tau informasi dari kamu, okey?" jawab Arga yang langsung mematikan telfonnya.
"kok Dikta sih sasarannya? haha" tanya putri karena merasa lucu,
"nih anak bakal paling cepat kalo soal ginian" jawab Arga tersenyum puas karna sudah menambah pekerjaan untuk sahabat nya itu.
Ia pun melajukan mobil dan mereka pulang.
.
(Di kediaman Dirgantara)
.
Ada pak Dirga yang sudah dengan wajah memerah dan kesal, suasana tambah tegang ditambah Bu Salsa yang juga diam tak bicara apapun.
Dikta sampai dan turun dari mobil. Ia langsung menuju ruang tamu
"selamat soreeee om, Tante" sapanya ramai yang langsung melihat pak Dirga dan Bu Salsa sedang duduk diruang tamu, namun Dikta hening seketika, karena tidak mendapat respon apapun dari kedua orang tua itu. Dikta menggaruk kendok nya dan mulai mengerti kenapa Arga menyuruhnya datang.
"hehe.. orang ngasih salam kok nggak di balas" tambah nya yang langsung duduk meski belum disuruh.
"em... om, Arga nya ada?" tanya nya pura-pura tidak tahu, padahal ia tahu kalau hari ini memang Arga akan keluar dengan Putri ke desa.
"kamu kesini karna pasti disuruh Arga kan?" tanya Bu Salsa balik,
"hah? aku? enggak lah Tan, aku kesini nyari Arga juga" jawab Dikta masih dengan pura-pura tidak tahu,
"sudahlah dik, Tanta tau. Lebih baik kamu jujur sama tanta dan om, kamu tau kan kalau selama ini Arga punya pacar?" tanya Bu Salsa lagi,
"hah? Arga punya pacar? wahahahaha akhirnya ada juga yang mau sama si kulkas itu, hahahaha..." Dikta yang sudah ketahuan itu langsung respon dengan tawa yang pecah dan sok hebohnya, namun seketika terkatub saat pak Dirga dan Bu Salsa hanya menatapnya datar,
"eh salah ya? hehe maaf. aku juga kaget Tan, kalau Arga punya pacar" sambung nya mulai takut,
"Dikta, tolong jujur sama om dan Tanta!" suruh pak Dirga yang kali ini mulai bicara dengan nada tegas,
'arga sialan, aku disuruh duluan kesini buat ngadepin sidangnya lagi' kesal Dikta dalam hati,
"ah.. aku beneran nggak tau om, tadi aja aku kaget pas Tanta bilang Arga udah punya pacar. Kan selama ini kita semua tau, Arga nggak boleh pacaran, kok malah sekarang udah punya sih, hehe.. nggak mungkinlah" jelas Dikta mencoba menutupi. Ia langsung mengambil handphone nya dan mengirim pesan ke Arga tentang Apa yang sudah terjadi.
.
(Dirumah Putri)
.
Tepat sampai didepan gerbang rumah Putri, Arga menerima pesan masuk dari Dikta.
"sialan" cetusnya yang langsung memukuli stir mobil,
"kenapa ay?" tanya putri kembali bingung,
"nggak sayang. Ahm... aku nganternya sampe sini aja yah!" jawab Arga mengalihkan pembicaraan,
"nggak mau masuk dulu? mungkin papa nunggu loh" ajak Putri,
"ehm.. maaf ya ay, sampein maaf aku ke papa juga. aku buru-buru nih" tolak Arga berusaha menyembunyikan rasa cemasnya,
"oh ya udah lain kali aja! nanti pas berangkat kabarin yah!" pinta putri,
"ia siap Bu Bos. pintunya dibuka sendiri nggakpapa kan?" tanya arga,
"ia ay" jawab putri yang lalu memeluk Arga,
Arga langsung meraih tubuh pacarnya itu dan memeluknya erat, seperti tak ingin lepas
"aku sayang loh sama kamu" bisiknya,
Putri tersenyum dan kemudian melepas pelukannya, Arga langsung mencium keningnya sembari mengelus rambutnya.
"dah ay" pamit Putri yang lalu turun dari mobil, dengan mata berkaca. Ia tidak bisa membendung air matanya. Ini adalah pelukan terakhir dari orang yang selama ini memotivasinya selain Ayahnya.
Arga lalu menyetir menuju rumahnya dengan kecepatan yang lebih.
Air mata menetes di pipinya, Putri tertunduk dan melapnya, ia mengangkat wajahnya dan terus memandangi mobil Arga sampai hilang.
Ia menarik napasnya berusaha terlihat baik-baik saja lalu masuk.
"Arga kemana nak?" tanya pak French yang ternyata menunggu mereka di ruang tamu sambil membaca koran,
"papa nunggu?" tanya Putri yang langsung menyalami ayahnya,
"iya nak, papa pikir kalian bakal larut" jawab Pak French,
"hehe.. Arga minta maaf pah, katanya buru-buru" jelas putri yang langsung duduk di samping ayahnya dan menyandarkan kepalanya dipundak ayahnya,
"kalian berantam lagi?" tanya pak French yang curiga dengan wajah kusam Putri dan tingkahnya,
Putri menarik napasnya panjang dan menghembuskannya kembali "nggak kok pah" jawabnya singkat,
"cerita saja! siapa tau papa bisa bantu kasih solusi nak!" bujuk Pak French,
"Arga lusa udah keluar negri pah" sambung Putri lesu,
"oh yah? bagus dong! mau lanjutin S 2 ya? wahh.. mantap itu Put" kata pak French sedikit kaget,
"papa ih, kok bagus sih? orang lagi sedih" timpal putri,
"lah kok sedih sih put? justru bagus, sedih kalau dianya kesana dapat bule, entar kamu dapatnya soto kosong dong hahaha..." tambah pak French tertawa,
"tuh kan, papa mah.... ih, malah ngeledek" Putri mulai cengeng,
"haha.. bucin banget sih anak papah. udah sana mandi. papa tunggu buat makan yah!" kata pak French yang masih menertawakan anaknya,
"tau ah papa bikin bete" sambung Putri yang langsung bangun menuju kamarnya.
.
(Di Rumah Dirgantara)
.
Arga tiba dirumah.
turun dari mobil dan langsung masuk. Tepat diruang tengah, ada Bu Salsa, pak Dirga dan Dikta yang sedang duduk tanpa kata.
Pak Dirga menyadari datangnya Arga, "duduk kamu Ar!" suruhnya langsung,
Arga langsung duduk, dan melirik Dikta yang sudah duduk dengan memasang wajah pasrah.
"tolong jelaskan ke mama, apa maksud dari foto ini!" suruh Bu Salsa sambil menyodorkan handphone nya,
Arga menerima dan melihat foto itu, ternyata itu adalah foto barusan, terlihat jelas Arga sedang menggenggam tangan putri dan mereka tertawa, tidak bisa mengelak karna itu jelas-jelas wajah Arga.
"mama dapat foto ini dari siapa?" tanya Arga langsung,
"nggak penting dapat dari siapa. yang penting sekarang, jelaskan ke mama dan papa siapa perempuan dalam foto itu?"
"ini... ini..." Arga masih ragu untuk menjawab,
"coba aku liat Ar!" potong Dikta yang langsung menarik handphone ditangan Arga dan melihatnya,
"lah seliiiii, ini kamu sama Seli ya Ar? kok bisa?" kaget Dikta,
lebih kaget Arga, ia melototi Dikta, Dikta memberi kode agar Arga ikut saja cara mainnya,
"wahhhh bagus lah, akhirnya aku nggak capek-capek ke desa buat jemput dia. aduhhh makasih ya Ar" lanjut Dikta yang langsung mengembalikan handphone ke Bu Salsa,
"seli siapa dik?" tanya Bu salsa bingung,
"itu Seli Tan, sepupu ku yang di desa. katanya hari ini mau ke kota, tapi nggakpapa lah akhirnya Arga ketemu. kamu antar sampai rumah ku kan Ar?" jelas Dikta mengarang cerita,
"ya pasti dong, kita kan saudara" sambung Arga mencoba berbohong,
"Dikta, Arga, kami ini bukan anak kecil yang bisa kalian bohongi ya! lebih baik jujur saja!" sambung pak Dirga yang tidak percaya sama sekali,
"ia pah itu pacar aku" sambung Arga serius, kali ini Dikta yang kaget dan melototkan matanya,
Bu Salsa dan pak Dirga juga kaget
"kamu lupa Arga sama perjanjian kita?" tanya pak Dirga tegas,
Arga tertunduk diam tanpa jawaban,
"itu yang disebut laki-laki sejati? kamu sudah menepati janji mu yah?" tanya pak Dirga lagi,
"Arga kamu sedang bercanda kan?" sambung Bu salsa,
"tadi aku di suruh jujur kan ma, ia benar itu pacar ku" jawab Arga memperjelas,
"putuskan hubungan mu dengan dia sekarang juga atau mama yang turun tangan?" lanjut Bu salsa tegas,
Dikta hanya diam seribu bahasa dan tertunduk, kali ini ia tidak bisa membela apa-apa.
"nggak bisa kayak gitu dong ma, aku sayang sama dia" tolak Arga,
"Arga mama minta tolong sama kamu yah! tolong dengarkan kata mama" tegas Bu salsa lagi,
"dia nggak salah apa-apa masa mau diputusin gitu aja. lagian juga selama ini dia nggak bawa pengaruh buruk sama pendidikan aku ma, pa" tolak arga lagi,
"mama nggak mau tau, akhiri hubungan kalian sekarang atau nanti mama yang cari tau dan mama yang turun tangan ! kamu tau kan kalau mama sudah turun tangan?" tegas Bu salsa bersih keras,
Arga yang sudah diancam itu tidak bisa apa-apa lagi,
"sini handphone kamu!" minta Bu salsa,
"ma.." bantah Arga namun tetap memberikan handphone nya, ia memang saat itu ingin membela diri tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa ia pun tidak boleh melawan ibu nya,
"mulai hari ini hape kamu mama ganti, dan hape lama ini akan mama hancurkan setelah ini. kalau kamu masih sampai menghubungi perempuan itu lagi entah lewat Dikta atau lewat apapun itu dan mama sampai tau, kamu lihat saja sendiri! satu lagi jangan berani coba sembunyi apapun dari mama, kalau kamu mau perempuan itu aman. ngerti kan?" tegas Bu salsa yang langsung pergi ke kamarnya,
Arga yang dalam hati kecilnya ingin sekali melawan itu hanya diam, ia mengepalkan tangannya dan sangat marah.
"fokuslah dulu ke sekolah mu! masalah perempuan akan datang sendiri. kamu tau kan mama mu punya riwayat jantung? jangan buat mama mu kecewa" tambah pak Dirga dengan nada lembut,
seperti tak mendengar kata ayahnya, Arga langsung bangun dan menuju kamarnya.
"Dik, tolong buat dia tenang yah!" pesan pak Dirga ke Dikta kemudian menyusul Bu Salsa.
Dikta hanya terdiam, merasa sedih dengan Arga malam ini. ingin sekali menghibur Arga tetapi sepertinya Arga butuh waktu untuk sendiri dulu.
...
Bunyi pintu kamar yang dibuka oleh pak French membangunkan Putri, "anak cewe kok bangunnya keduluan sama matahari?" katanya yang langsung membuka gorden kamar Putri.
Putri mendengar suara ayahnya dan langsung terbangun. Ia mengucak matanya dan melihat ke arah masuknya cahaya setelah gorden dibuka. "ternyata sudah pagi" katanya sambil merenggangkan kedua tangannya,
"ayo sarapan nak!" pinta pak French yang singgah mengelus rambut anaknya lalu lebih dulu turun ke bawah,
"okeyyyy papa ku yang gemes" balas Putri tersenyum lebar.
Putri turun dari tempat tidur dan langsung merapikannya. ia kemudian mandi.
setelah itu bersiap-siap dan turun kebawah untuk sarapan.
ternyata pak French sudah menunggu dari tadi, sambil mengutak-atik handphone nya.
"nungguin yah?" tanya putri yang langsung duduk,
"hari ini nggak adalah jadwal operasi Put?" tanya pak French yang langsung melahap sarapannya,
"ya.. semoga nggak ada Pah, aku kayaknya cuman ngecek pemulihan pasien VVIP" jawab putri yang juga mulai sarapan.
*Dengan gelar Dokter Spesialis Bedah, Putri kembali mengabdikan diri di rumah sakit ayahnya. Meskipun begitu ia tidak masuk lewat jalur koneksi tetapi melewati jalur lamaran dan wawancara seperti beberapa temannya yang lain. Menyelesaikan spesialis nya hanya dalam jangka waktu 3 tahun lebih, dan Putri baru bekerja selama 8 bulan di rumah sakit ayahnya yang mau dibilang memang akan menjadi miliknya karna hanya dia satu-satunya pewaris tunggal dari Cahyani French Adittama, atau yang biasa disapa Pak French.
seluruh staf dirumah sakit mengetahui jelas status Putri, namun dengan paras yang cantik Putri tidak suka dianggap paling tinggi, ia sangat merendahkan hati dan bekerja sewajarnya bahkan ia meminta agar orang-orang tetap menganggap nya sebagai dokter yang sama seperti dokter lainnya, bukan sebagai anak pemilik rumah sakit dan calon direktur utama rumah sakit itu*
"papah hari ini mau kerumah sakit?" tanya putri,
"ia nak, ada beberapa urusan yang harus papa selesaikan, papah udah telfon pak Felix buat nanti kita ada meeting cepat" jelas pak French,
"aku duluan yah!" tambah putri yang sudah selesai melahap roti lapis nya "Salim pah" Putri berdiri dan menyalami ayahnya, lalu menghabisi susu di gelas. dan beranjak dengan sedikit terburu-buru.
"hati-hati!" pesan pak French yang masih asyik dengan sarapan nya.
.
(Dirumah Sakit)
.
🏥🏥🏥🏥
Putri tiba di rumah sakit. Turun di parkiran dan langsung menuju ruangannya di lantai 3.
"selamat pagi dok!" terdengar sapaan dari setiap orang yang ia temui, dan putri selalu membalasnya dengan senyum lebar dan ramah.
Ia masuk ke lift, dan ternyata berbarengan dengan temannya, Dokter Fandi yang merupakan spesialis penyakit dalam.
"morning put" sapa dokter Fandi .
*sedikit gambaran tentang dokter Fandi, dia adalah seorang dokter muda yang paling memikat di rumah sakit itu. memiliki paras tampan yang membuat setiap perawat, suster, maupun dokter wanita pangling. ia adalah orang yang ramah, rendah hati, dan pintar. Ia juga baru bekerja selama 8 bulan, waktu itu masuk bersamaan dengan putri. aAyahnya adalah sahabat pak french*
"baru datang fan?" tanya putri langsung
dokter Fandi mengangguk "tadi juga liat kamu diparkiran, aku panggil nggak nyahut" jelasnya
"masa? nggak dengar tuh" sambung Putri heran,
"hehe bercanda, aku dari Radiologi, ngambil hasil ronsen pasien" jelas Fandi lagi,
"dasar, makanya aku heran orang benaran nggak dengar ada yang manggil" kata putri,
"ia kan aku manggil nya make suara hati" kata Fandi tersenyum,
"haha mulai kan" Putri ikut tersenyum.
mereka tiba di lantai 3, ruangan mereka memang beda arah,
"dah" kata Putri yang sudah keluar,
"Yo.. semangat ya guys ya hehe.." sambung Fandi yang tidak lupa melemparkan senyum nya yang membuat Putri hampir lupa jalan.
ada beberapa perawat yang hendak masuk lift pun dibuat meleleh. mereka suka menjodoh-jodohkan Fandi dan Putri, dengan sebutan masa depan Rumah sakit. Dilihat dari semua segi, putri dan Fandi memang cocok.
"selamat pagi dok" sapa perawat Tari, asisten putri yang sudah sampai lebih dulu.
"pagi Tar, aman kan?" jawab Putri,
"hehe aman dok!" sambung Perawat Tari.
Putri langsung masuk, menggantungkan tasnya, memakai jas, dan mengalungkan stetoskop. sempurna! siap bekerja di hari baru ini.
Tari masuk membawa list kegiatan kerja putri hari ini.
"di mohon kerjasamanya ya!" pinta putri setelah membaca list-nya.
Tari tersenyum dan mengangguk.
seperti biasa, hari ini putri akan lebih dulu mengecek kondisi pasien VVIP, dan akan bermain dengan pisau bedah jika ada pasien gawat darurat yang harus di operasi.
*setelah kejadian 4 tahun yang lalu, putri memilih untuk menutup rapat-rapat pintu hatinya. sejak pulang dari desa hari itu, Arga sama sekali tidak menghubunginya sampai saat ini. Sampai sekarang pun Putri tidak mengerti dan tak paham apa alasannya. Ia terus mencari kabar tentang Arga namun seperti kresek yang ditiup angin kencang, Arga tak ditemui dalam sekejap bahkan mungkin sampai selamanya. Merasa di patahkan hatinya, Putri sempat depresi dan tak ingin melanjutkan sekolahnya saat itu, seperti kehilangan arah dan motivasi namun karna pak French berusaha dengan segala cara membujuk Putri dan akhirnya Putri bisa ada saat ini dengan kondisi yang saat ini juga. Putri sangat mencintai Arga. Arga sudah sebagai orang yang paling berharga setelah ayahnya, namun entah kenapa Arga menghilang tanpa kabar sedikit pun, tanpa alasan apapun. Seperti digantung, Putri memilih menutup diri kepada siapapun yang ingin mengajaknya serius. Bahkan sampai saat ini, perasaan nya terhadap Arga masih sama dan mungkin masih utuh.*
"dok, dipanggil Pak DirutFelix katanya penting" kata Tari,
"baiklah" Putri langsung keluar menuju ruang direktur
...
Jelang beberapa jam, Fandi datang, "dokter Putri didalam?" tanya nya ke Tari,
Tari menggeleng "tadi menghadap ke Pak Dirut dan belum balik dok" jawabnya,
"oh baiklah, udah jam makan soalnya. Titip pesan yah, bilangin aku nunggu di kantin" pesan Fandi yang kemudian langsung menuju kantin.
"baik dok" sambung tari.
Fandi memang sengaja ingin mengajak Putri makan siang bersama.
tak lama putri kembali,
"tadi di cariin dokter Fandi dok" kata Tari
"oh yah? ngapain?" tanya Putri,
"nggak tau dok, cuman nitip pesan katanya nunggu di kantin" jawab tari,
"benar yah, udah jam makan siang. Mana aku belum sempat ngecek lagi. lama ya ke pak Direktur nya?" tanya putri lagi,
"hehe lumayan lama dok. Nggakpapa nanti selesai makan aja kita ngceknya" jawab Tari,
"ia sih, tapi mereka udah pada makan kan?" tanya Putri,
"hehe sudah dong dok" Jawab tari,
"baiklah. yuk sekalian ke kantin!" ajak Putri langsung,
"aku udah selesai dok, hehe.." tolak Tari yang memang sengaja agar tidak mengganggu Fandi dan Putri,
"lah cepat kamu yah. yaudah aku ke kantin ya! kalau ada apa-apa langsung telfon aja" pesan Putri yang lalu menyusul ke kantin.
ia langsung menuju meja Fandi, "tadi aku keruangan kamu tapi katanya masih ngadap Pak Direktur" sambut Fandi yang memberikan kursi untuk Putri duduk,
"hehe iya. itu loh papa datang! kita ada meeting cepat" jelas putri,
"oh gitu. Pesen soto ayam kan? hehe" tanya Fandi,
"hehe kok tau?" tanya Putri balik,
"taulah, walaupun kita kenal baru beberapa bulan belakangan, aku hafal loh sama warna kesukaan kamu, makanan kesukaan kamu, tempat makan kesukaan kamu, bahkan apa lagi ya" jelas Fandi yang begitu antusias karna Putri mau menyusulnya ke kantin,
"haha benaran? pasti dapat bocoran dari Tari kan?" tanya putri penasaran
"nggak lah. dari om French sendiri haha" jawab Fandi santai,
"papa? haha.. emang yah" sambung putri tersenyum,
tak lama mengobrol, makanan pesanan mereka pun datang.
"mau disuapin nggak nih?" tawar Fandi bercanda,
"haha apaan sih fan, dikira aku anak kecil" tolak Putri tertawa,
"mungkin maksud dokter Fandi kecil dan menggemaskan kali" tambah Mba Isa pelayan kantin,
"nah tepat bangat Mba, menggemaskan hehe" timpal Fandi yang tidak dapat menyembunyikan rasa gemasnya terhadap putri,
"jangan lama-lama Dok, nanti diambil orang loh" goda Mba Isa Yang mengetahui jelas dari raut Fandi yang menyukai putri.
mendengar candaan mba Isa, Putri dan Fandi saling menatap karena kaget,
"tuh kan.. apa saya bilang" tambah Mba Isa yang ikutan gemas melihat kedua muda-mudi yang mulai malu-malu ini,
"Ahm.. hehe Mba Isa ada-ada saja" potong Fandi yang mulai salah tingkah, Putri hanya tersipu malu.
*sejak Fandi mulai dekat dengan putri, banyak yang sudah mulai curiga kalau mereka memang sudah berpacaran*
"eh yuk! keburu selesai waktunya" ajak Putri berusaha menutupi wajah malu-malu nya,
"eh benar loh haha" sambung Fandi yang juga berusaha menutupi salah tingkah nya. Sebenarnya ia sangat tersentuh dengan kata mba Isa tadi, ia memang takut jika Putri sampai diambil orang.
selesai makan, mereka langsung kembali ke ruangannya, "eh Fan, mau nggak aku kenalin ke sahabat ku!" tawar Putri di tengah jalan mereka,
pernyataan yang menyayat hati Fandi, ternyata Putri tidak tertarik dengannya, buktinya Putri malah ingin mencomblanginya dengan sahabat Putri.
Fandi hanya terdiam dan terus melangkah dengan tatapan kedepan,
"Fan, dengar nggak sih?" tanya Putri,
"hah? kenapa? sorry otak ku lagi kemana-mana" tanya Fandi balik,
"itu loh, aku ada sahabat, namanya Elsa. aku kenal dia 3 tahun yang lalu deh karna kita kan sekampus. masih jomblo loh dia, mau nggak?" jelas Putri lagi,
"ehm.. put, aku duluan yah. masih banyak pasien yang harus ku kontrol. sorry ya bahas nya lain kali aja" tolak Fandi yang memilih pergi duluan daripada semakin mendengar tawaran Putri yang sebenarnya sangat sesak di hati,
Putri pun bingung kenapa Fandi tiba-tiba dingin begini. 'apa lagi turun salju yah' tanyanya dalam batin. Ia pun langsung menuju ruangannya.
Fandi tiba di ruangannya, "sudah ada pasien yang menunggu disana Dok, saya arahkan ke ruangan bisa?" tanya PA-nya, Fandi mengangguk dan masuk lebih dulu.
'sial. aku ditolak bahkan sebelum nyatain' kesalnya dalam batin.
...
waktu berjalan begitu cepat dan sekarang menunjukkan jam sebelas malam, semua yang piket pagi sudah melepas piketnya diganti dengan yang piket malam.
Putri melepas jas dan stetoskop nya. Ia mengambil tassnya dan keluar.
"trimakasih Tar" katanya ke tari,
"terimakasih kembali dok" kata tari yang sudah selesai merapikan mejanya.
"yuk sekalian!" ajak Putri.
mereka pun bersama-sama menuju lift,
saat lift terbuka, didalam sudah ada Fandi yang hendak turun juga, Putri langsung masuk dan pikirnya akan diikuti oleh Tari, "eh aku kelupaan kunci rumah di meja dok. duluan aja" kata Tari yang sebenarnya sengaja karna lagi-lagi tak ingin mengganggu Fandi dan Putri.
"lah?" Putri kaget, namun lift langsung pelan-pelan tertutup,
ada satu staf yang buru-buru dan ingin sekalian, namun tari menghalangi nya
"et.... bentar-bentar" palangnya,
"why?" tanya staf itu,
"mohon jangan diganggu yah! dokter ku lagi harus love time banget hehe" bisiknya,
"haha oh masa Depan rumah sakit" sepertinya staf itu langsung mengerti dan membiarkan nya .
di dalam lift, Putri ingin bicara namun canggung takut salah bicara dan membuat mood Fandi lebih rusak lagi,
"baru mau balik?" tanya mereka barbarengan,
mereka kaget kenapa bisa bareng dan saling tatap lagi,
Fandi kembali salah tingkah, "ia maksudku, baru balik?" tanyanya ulang,
"hehe ia" jawab Putri mencoba tersenyum,
"udah makan?" tanya Fandi lagi,
putri mengangguk tersenyum,
membuat Fandi tidak bisa menahan rasa gemasnya, ia langsung mengelus rambut putri "kalau mau mandi pake air hangat ya!" pesannya perhatian,
kali ini jantung putri berhasil dibuat berdegup, sudah lama tidak mendapat perlakuan begini dari laki-laki selain ayahnya "iya Fan, tengs ya udah ngingetin" katanya tersenyum.
Fandi membalas nya dengan senyum yang tak kalah manis 'aku suka sama kamu put' katanya dalam batin. Ia langsung membuka sweteer nya dan membungkus tubuh Putri yang tanpa jeket itu.
"eh" Putri kaget, namun tidak bisa menolak,
"takut masuk angin" kata Fandi,
"makasih loh" sepertinya Putri kehabisan kata-kata karna gugup.
tak lama, lift terbuka.
mereka pun sama-sama menuju parkiran. Fandi menemani Putri sampai mobilnya, "mau sekalian?" ajak Putri,
"haha nggak lah, nanti mobil aku nganggur" tolak Fandi,
"hehe.. kan kamunya ikut sampai sini, aku pikir mau nebeng" jelas Putri,
"nebeng ke hati mu boleh lah" goda Fandi,
"haha" Putri hanya bisa tertawa kecil,
"gih masuk! hati-hati ya!" pesan Fandi, yang sudah membukakan pintu mobil untuk Putri,
"Yoo.. tengss" sambung Putri yang lalu masuk.
ia langsung menyetir dan pulang.
Fandi lalu menuju mobilnya.
'nggakpapa deh, pelan-pelan aja dulu' tukasnya dalam batin.
ia pun melajukan mobil dan pulang.
...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!