NovelToon NovelToon

Diantara Dua Hati

Pebedaan Nayra dan Arfi

Sejak mulai kuliah Nayra sudah berpacaran dengan Arfi, awal awal pacaran Nayra merasa senang tapi lama kelamaan hati Nayra sering tersakiti.

Arfi adalah anak seorang pengusaha sukses dan kaya raya, hidupnya begelimang harta. sikapnya seakan akan ia adalah seorang raja, hanya dengan beberapa kata maka semua pelayan akan menuruti keinginannya.

Arfi bahkan tidak pernah memotong kukunya sendiri, cukup berkata kukuku sudah panjang. maka orang yang bekerja dirumahnya akan memotong kuku Arfi. Arfi juga tidak pernah melakukan apa apa sendiri semuanya serba dilayani, hanya dua hal yang arfi lakukan sendiri yaitu mandi dan berganti pakaian.

Berbeda dengan Nayra sejak kecil Nayra tinggal didesa bersama ayahnya. ayah Nayra adalah seorang petani, ibu Nayra sudah meninggal saat Nayra masih berumur empat tahun. didesa Nayra sudah terbiasa hidup sederhana dan mandiri, Nayra bisa kuliah satu kampus dengan Arfi karena mendapatkan bea siswa.

Ketika Nayra menerima cinta Arfi seisi kampus heboh, mereka menganggap Narya hanyalah gadis kampung yang beruntung. mereka juga mengatakan Nayra hanya memanfaatkan uang Arfi, Nayra tidak ingin mendengarkan suara suara sumbang yang menghinanya ia mencoba untuk bersabar.

Orang orang itu hanya berani bergosip dibelakang Nayra. mereka tidak berani mengatakan secara langsung didepan Nayra, karena mereka takut Arfi marah. orang orang yang bergosip tentang Nayra tidak tahu kalau Nayra tanpa sengaja pernah mendengar saat mereka sedang membicarakan Nayra.

Malam itu Nayra Tergesa gesa menuju hotel tempat dimana Arfi merayakan pesta ulang tahunnya, Sebenarnya Nayra enggan datang kepesta itu tapi karena Arfi memaksanya dengan berat hati Nayra akhirnya memenuhi permintaan Arfi.

Beberapa bulan sebelum Arfi berulang tahun, Nayra sudah mengumpulkan uang untuk membeli hadiah. Nayra berharap Arfi menyukai hadiah yang akan ia berikan.

Nayra akhirnya sampai dilantai tiga, tempat Arfi mengadakan pesta ulang tahun. Nayra sedikit canggung ketika melihat banyak tamu yang sudah datang.

Ini lebih mirip seperti resepsi pernikahan, entah berapa banyak uang yang Arfi hambur hamburkan hanya untuk sebuah pesta. Nayra mengelus dadanya

Nayra ingin menghampiri Arfi yang sedang asik ngobrol bersama teman temannya.Nayra menghentikan langkahnya, tiba tiba ia menjadi ragu. ia tidak ingin menggangu Arfi yang sedang bersama dengan teman temannya.

"Hey.. mana kado buat gue? lu semua dari tadi diem aja. jangan jangan lu semua enggak ada yang bawa kado." Arfi cengengesan.

"Bawa dong! ini kadonya." Steve salah satu teman Arfi memberikan sebuah kotak kecil.

"Apa ini? Kecil banget." Arfi tertawa mengejek.

"Jangan dilihat dari ukurannya, lihat isinya." Steve yang sudah terbiasa mendengar hinaan dari Arfi hanya terkekeh.

"Wow..kunci mobil." Arfi melongo setelah ia membuka dan melihat isi kotak itu.

"Bukan cuma kuncinya, mobilnya juga gue kasih buat lu haahaaa.." Ujar Steve.

"Lu serius kasih gue mobil?" Arfi seakan tidak percaya.

"Iya mobil sport keluaran terbaru. Kenapa?" Steve mengangkat satu alisnya.

"lu pikir gue engga mampu beli mobil?" ujar Arfi dengan nada sombong.

"Gue tau, lu anak sultan. lu bisa beli apa saja yang lu mau, tapi apa gue enggak boleh kasih kado buat lu? kalau lu enggak terima sini balikin!" Steve ingin mengambil kunci mobil yang dipegang Arfi.

"Barang yang udah jadi milik gue, enggak bisa diambil orang lain" Arfi memegang erat erat kunci mobil yang ia pegang, lalu dengan cepat ia memasukannya kedalam saku Celananya.

Steve hanya tertawa melihat tingkah laku Arfi.

"Nah kalau yang ini kado dari gue." Verdi yang juga merupakan teman dekat Arfi memberikan Arfi selembar amplop.

"Haahaaa... lu menghina gue? buat apa lu kasih gue amplop?" Arfi tertawa.

"Jangan dilihat amplopnya, lihat isinya" Verdi mengikuti gaya bicara Steve.

Arfi membuka amplop itu dan ternyata isinya adalah tiket pesawat keParis. Arfi tersenyum senang setelah tahu isi amplop yang diberikan verdi.

"Gue tau, lu mampu beli tiket sendiri. tapi masa iya, gue engga bawa kado. tadi lu sendiri kan yang minta kado. o iya bukan cuma tiket, semua biaya liburan lu diparis gue yang tanggung." Verdi menepuk nepuk dadanya ia merasa bangga.

Mobil, tiket pesawat. mungkin bagi mereka uang hanyalah butiran debu yang tidak ada artinya. Tanpa sengaja Nayra menjatuhkan paper bag yang ia bawa.

"Nayra!" Arfi melihat Nayra, ia lalu berjalan menghampiri Nayra.

"Nay, akhirnya kamu datang. ayo ikut aku." Arfi menggandeng tangan Nayra.

Nayra mengambil paper bagnya yang jatuh, ia lalu mengikuti langkah kaki Arfi.

Syukurlah isi paper bagnya tidak keluar. Nayra menarik nafas lega.

Untunglah Saat itu Arfi menghampiri Nayra. kalau tidak, beberapa teman Arfi yang lain pasti akan menghampiri Arfi dan memamerkan hadiah mereka yang harganya fantastic. itu akan membuat Nayra semakin rendah diri.

"Nayra kamu bawa kado apa buat Arfi?" Tanya Steve.

"Nayra itu orang yang spesial buat Arfi, gue yakin kado Nayra lebih bagus dari kita. Iya kan Nayra?" Verdi ikut bicara.

Entah kalimat itu hinaan atau hanya sekedar sindiran. mereka tahu Nayra hanyalah gadis biasa dan Nayra tidak mungkin memberikan Arfi hadiah yang lebih bagus dari mereka, tapi mereka tetap menanyakan sesuatu yang membuat Nayra sakit hati.

"Arfi maaf, aku engga bawa kado buat kamu" Nayra tidak ingin teman teman Arfi menghina hadiah yang akan ia berikan pada Arfi, karena itu Nayra berbohong.

"Kamu enggak bawa kado?" Arfi terlihat sedih dan kecewa.

"Aku udah siapin kado buat kamu, tapi karena aku buru buru jadi hadiahnya ketinggalan dirumah." Nayra alasan.

"Nayra, itu yang kamu bawa apa? bukannya itu kado?" Mata Steve menunjuk paper bag yang Nayra pegang.

"Bukan ini baju kotor." Nayra gugub.

"Baju kotor?" Arfi tidak habis pikir, mengapa Nayra membawa baju kotor keacara pestanya?

"Haahaaa... Nayra, Nayra kamu datang kesini itu buat ngerayain pesta ulang tahun Afri. bukan buat nyuci." Steve tertawa, melihat Steve tertawa Verdi juga ikut tertawa.

"Tadi dijalan baju aku basah kena keringat jadi aku ganti. aku memang sengaja pakai baju biasa dari rumah karena aku malu naik angkot pakai baju pesta." Jawaban polos Nayra membuat Steve dan Verdi semakin menertawakan Nayra.

"Kalian, bisa diam enggak?" Arfi sangat kesal, ia tidak suka teman temannya menertawakan Nayra.

Steve dan Verdi langsung terdiam, mereka tidak ingin Arfi marah sehingga merusak suasana pesta.

"Nayra aku mau ngomong sama kamu." Arfi menarik tangan Nayra dan membawa Nayra kesebuah balkon.

Setelah kepergian Nayra dan Arfi, Steve dan Verdi kembali tertawa.

"Nay, Kenapa sih? kamu enggak pernah mau dengerin kata kata aku." Ujar Arfi ketika mereka sudah sampai dibalkon.

"Aku udah bilang sama kamu, naik taksi jangan naik angkot. Kenapa kamu enggak nurut? Kamu itu, bikin malu aku aja." Arfi tidak sengaja mengeluarkan kata kata yang menyakiti hati Nayra.

"Bikin malu? kalau aku bikin malu kamu, terus kenapa kamu suruh datang? Arfi asal kamu tahu, aku kesini naik taksi dan ini! ini bukan baju kotor, ini kado buat kamu." Nayra meletakan Paper bag yang ia bawa diatas meja.

"Nayra, kenapa tadi kamu bohong?" Arfi merasa tidak enak karena sudah memarahi Nayra.

"Karena aku enggak mau kamu malu. Kado aku enggak ada artinya dibandingkan sama kado dari teman teman kamu itu." Mata Nayra berkaca kaca.

"Nayra, sayang. kamu jangan ngomong begitu. Nay, apapun yang kamu berikan aku akan terima dengan senang hati karena itu berarti kamu perhatian sama aku. aku enggak butuh kado yang mahal. karena aku udah punya segalanya." Arfi memegang kedua tangan Nayra.

"Arfi, aku mau kita putus." Kata kata Nayra membuat Arfi terkejut, Tanpa terasa Arfi melepaskan pegangan tangannya pada Nayra.

"Nay, kamu jangan bercanda." Arfi tidak percaya Nayra ingin berpisah dengannya.

"Aku enggak bercanda, aku serius." Nayra meyakinkan Arfi.

Bertemu kembali

"Nay, kamu masih ingat? kamu bilang kamu mau menikah denganku, kalau kita sudah lulus kuliah. sekarang kita sudah lulus. kita cuma nunggu diwisuda, tapi kenapa Nay? kenapa kamu mau kita putus?" Arfi tidak bisa menerima keputusan Nayra.

"Nay, apa salahku? sampai kamu tega mutusin aku, aku sudah menunggu kamu selama empat tahun." Arfi memegang bahu Nayra sambil menguncang guncangkan tubuh Nayra.

"Arfi kamu enggak salah tapi aku merasa kita enggak cocok, kita ini berbeda Arfi." Nayra menghapus air matanya.

"Berbeda apanya nay? Bagiku kita ini sama, sama sama manusia." Arfi melepaskan pegangan tangannya pada bahu Nayra.

"Disaat aku bekerja keras, mencari uang untuk membiayai hidupku. kamu sibuk menghambur hamburkan uang dan disaat aku mengumpulkan uang untuk membeli hadiah. teman temanmu memberikanmu hadiah yang tidak bisa aku beli, jadi aku merasa kita ini berbeda." Nayra mengungkapkan iai hatinya.

"Itu salah kamu sendiri, kenapa kamu selalu menolak uang yang kuberikan?" Arfi malah menyalahkan Nayra.

"Arfi, aku tidak mau dianggap sebagai perempuan matre."

"Nay, kamu itu jadi perempuan ribet banget. kalau kamu kurang uang. kamu ambil saja uangku, lagi pula buat apa kamu pikirin kata kata orang?" Arfi bingung dengan sifat Nayra yang menurutnya merepotkan.

"Sudahlah Arfi, kita tidak perlu membicarakan tentang uang lagi, aku cuma mau kita putus." Nayra sudah yakin dengan keputusannya.

"Baiklah kalau itu keinginanmu." untuk sesaat Arfi memejamkan matanya, ia mencoba mengendalikan perasaannya.

Arfi, dia langsung setuju. aku memang ingin putus tapi aku pikir Arfi tidak akan mau, aku pikir Arfi akan mengatakan. Nayra, aku tidak ingin berpisah denganmu. Nayra merasa sedih.

"Ya udah, kalau enggak ada lagi yang mau diomongin, aku pergi." Kata kata Arfi terdengar dingin ditelinga Nayra.

"Arfi tunggu!" Nayra berlari kecil mengejar Arfi.

Arfi berhenti lalu ia menoleh kebelakang. saat itu Arfi sudah kembali, ia berada diruangan tempatnya mengadakan pesta.

"Arfi ini kado dari aku, kamu enggak mau terima?" Tanya Nayra dengan wajah yang terlihat muram.

"Aku enggak butuh kado dari kamu, kita udah engga ada hubungan apa apa. jadi buat apa aku terima kado dari kamu?"

"Arfi, biarpun kita udah putus. aku berharap kamu terima kado dari aku." Nayra sangat berharap.

"Aku enggak mau." Arfi menolak

"Arfi, please terima. anggap saja ini sebagai kenang kenangan terakhir dariku." Nayra memohon.

"Aku enggak mau." Arfi tetap menolak.

Tapi Nayra keras kepala, ia tidak ingin hadiah yang ia beli menjadi sia sia. Nayra meraih tangan Arfi lalu memberikan hadiah itu pada Arfi.

"Aku bilang enggak mau, ya engga mau!" Arfi membentak Nayra sambil membanting paper bag yang diberikan Nayra.

Suara keras Arfi dan suara benda yang jatuh mencuri perhatian tamu tamu yang datang, mereka semua melihat kearah Arfi dan Nayra.

"Arfi ada apa ini?" Steve yang melihat kejadian itu langsung mendekati Arfi. Verdi juga ingin tahu apa yang terjadi, ia bejalan mengikuti Steve dari belakang.

"Perempuan ini mau kasih kado buat gue, gue udah bilang enggak mau tapi dia maksa." Jawab Arfi masih dengan nada suara yang tinggi.

"Arfi, Nayra itu calon istri lu. kenapa lu engga terima kado dari Nayra?" Verdi bingung.

"Siapa bilang dia calon istri gue, dia itu bukan siapa siapa. dia enggak lebih dari sekedar perempuan kampung." Kata kata Arfi sungguh menyayat hati.

Nayra hampir menangis mendengar kata kata Arfi, tapi ia berusaha menahan air matanya.

"Mba kesini sebentar." Arfi memanggil salah satu pegawai hotel yang bediri tidak jauh dari tempatnya.

"Tolong buang sampah ini." Arfi menunjuk paper bag yang diberikan Nayra dengan arah pandangan matanya.

Setelah mengucapkan kata kata yang menyakiti hati Nayra, Arfi meninggalkan ruangan itu begitu saja. Nayra berlari kecil, ia juga ingin meninggalkan ruangan itu.

"Mba tunggu sebentar!" Steve menghalangi pegawai hotel yang ingin membuang paper bag.

"Kemarikan paper bagnya, jangan dibuang." Steve meminta paper bag yang dibawa pegawai hotel itu.

Pegawai hotel itu memberikan paper bag yang ia pegang pada steve, kemudian ia kembali bekerja.

"Buat apa sih lu ambil kado Nayra?" Verdi merasa heran.

"Mau gue kasih Arfi." Jawab Steve.

"Arfi kan suruh buang?"

"Sekarang dia masih emosi, nanti kapan kapan kalau dia udah enggak marah. baru gue kasih."

Steve dan Verdi kemudian meninggalkan pesta itu.

Didalam taksi.

Arfi, kalau kamu mau marah. marah saja sama aku, kenapa kamu harus mempermalukan aku didepan umum? Nayra menangis tanpa suara.

Sampai dirumah Arfi langsung masuk kedalam kamarnya, untuk melampiaskan rasa sedih dan marahnya ia membanting semua barang barang yang ada dikamar itu. kamar yang semula rapi dalam sesaat berubah menjadi berantakan.

"Nay, jangan salahkan aku. jika aku menyakiti hatimu, karena kamu yang memulainya. seandainya kamu tahu? waktu kamu bilang,setelah kita lulus kuliah kamu mau menikah denganku. aku sangat senang dan setiap hari aku menghitung hari, detik demi detik. empat tahun bagaikan empat puluh tahun. waktu terasa sangat lama, aku tidak mengira penantian ku sia sia. setelah empat tahun aku menunggu, kamu malah minta putus." Arfi bicara sendiri, ia tidak dapat menahan air mata yang tiba tiba jatuh dari kedua belah matanya.

"Untunglah, aku mengadakan acara pesta ulang tahun hanya bersama teman teman ku."

Meskipun banyak tamu datang tapi mereka semua adalah teman teman Arfi, nenek Arfi sedang sakit karena itu kedua orang tua arfi pergi keluar kota untuk menjenguk nenek arfi dan Arfi mengadakan acara ulang tahun hanya bersama teman temannya.

Arfi sengaja tidak mengundang keluarga dekatnya, akan sangat canggung bila keluarga dekatnya datang tanpa kehadiran orang tuanya.

Aku sebenarnya ingin memperkalan Nayra pada orang tuaku, tapi Nayra memustuskan hubungannya denganku. sementara mama dan papa mereka sedang tidak ada.

Hari itu seharusnya Arfi bahagia tapi Nayra sudah membuat Arfi menjadi sedih.

Beberapa tahun kemudian

Perusaahaan tempat Nayra bekerja mengalami kebangkrutan, Nayra dan karyawan lainnya terpaksa mencari pekerjaan baru. Nayra diberi tahu oleh temannya kalau disebuah sekolah taman kanak kanak ada lowongan pekerjaan.

Karena kebetulan Nayra menyukai anak anak, Nayra melamar pekerjaan menjadi guru tk disekolah itu. Nayra sangat beruntung, Nayra diterima bekerja disana. Sekolah itu termaksud sekolah terbaik dan terfavorite dikota itu.

"Bu Nayra, bu Nayra" Panggil salah seorang petugas kebersihan disekolah.

"Ada apa bu Marni?" Nayra melihat bu Marni tergesa gesa menghampirinya.

"Kevin bertengkar lagi bu, tadi dia memukul Denis. sekarang Denis sedang menangis" Bu Marni cemas.

"Bu Marni, kenapa ibu diam saja? seharusnya ibu pisahin mereka?" Nayra menghela nafas.

"Maaf bu, Bu Nayra yang mengajar dikelas mereka jadi ini tugas ibu. saya ini kan cuma tukang bersih bersih bu, saya tidak berhak memisahkan mereka." Jawab bu Marni.

"Ibu benar ini tugas saya. ya sudah saya kekelas dulu, saya mau lihat mereka." Nayra berjalan meninggalkan bu Marni.

"Ditinggal ketoilet sebentar saja, Kevin sudah bertengkar. Kenapa anak itu suka sekali membuat masalah? Baru dua minggu bekerja disini, kevin sudah berkali kali bertengkar." Nayra menggerutu.

Sesampainya dikelas Nayra meminta murid murid yang lain untuk menunggu dikelas, sementara ia membawa Kevin dan Denis kekantor. Denis berhenti menangis saat Nayra datang, ia pikir Nayra akan menghukum Kevin.

Diruangan Nayra.

"Kevin, kenapa kamu memukul Denis?" Nayra duduk dihadapan Kevin dan Denis.

"Dia dulu bu yang mulai, dia ngatain aku. Dia bilang aku enggak punya ibu." Sorot mata Kevin memancarkan kesedihan. entah mengapa meskipun Kevin nakal Nayra menyukai anak itu, ada perasaan sayang yang sulit untuk Nayra ungkapkan.

"Bu aku enggak ngatain dia, aku cuma ngomong kenyataan. Kevin memang tidak punya ibu." Denis membela diri.

"Denis, biarpun Kevin tidak punya ibu tapi kamu tidak boleh bicara begitu, itu tidak sopan nak." Narya mengelus elus kepala Denis.

"Dan kamu Kevin, kamu juga tidak boleh memukul orang." Nayra juga mengelus elus kepala Kevin.

"Kevin kamu minta maaf sama Denis karena kamu sudah memukul Denis, Denis kamu juga minta maaf sama Kevin karena kamu sudah menghina Kevin." Kelembutan serta sikap sabar Nayra menbuat hati Kevin dan Denis melunak.

Kevin dan Denis sama sama tersenyum sambil berjabat tangan.

"Tidak bisa begini, ini namanya tidak adil." Seorang wanita cantik dan berpenampilan glamor tiba tiba masuk kedalam ruangan Nayra.

Wanita itu meletakan kaca mata hitamnya diatas meja, dengan sombongnya ia duduk menyilangkan kakinya.

Dari penampilan wanita ini. dia pasti orang penting. Batin Nayra.

"Maaf, ibu ini siapa ya?" Tanya Nayra.

"Apa kamu tidak tahu siapa saya? kamu sendiri siapa?" Ibu ibu itu sangat menyebalkan.

Dia itu bukan artis, kenapa aku harus tahu siapa dia? Nayra kesal.

"Saya Nayra, saya guru baru disini." Nayra tersenyum kecut.

"O..pantas kamu tidak tahu siapa saya. saya nyonya Clara saya ibunya Denis." Wanita itu memberi tahu siapa dirinya.

"Saya tidak terima anak saya dipukul" Nyonya clara protes.

"Nyonya Clara, Kevin sudah minta maaf dan Denis sudah memaafkan Kevin." Nayra tetap tersenyum meskipun ia ingin sekali mencabik cabik wanita yang ada dihadapannya.

"Kamu kira dengan minta maaf, anak saya langsung sembuh? lihat ini! muka anak saya biru biru." Nyonya Clara mengangkat sedikit dagu Denis untuk menunjukan wajah Denis yang masih biru.

"Pokoknya, saya tidak bisa terima!" lanjut nyonya Clara.

"Nyonya, lalu nyonya maunya bagaimana?" Nayra masih pura pura senyum.

"Panggil orang tua Kevin kemari! saya mau minta pertanggung Jawaban. sekalian saya mau memberi tahu, kalau anaknya nakal." Nyonya Clara terlihat marah.

"Baiklah, kalau itu mau nyonya." Nayra menuruti keinginan nyonya Clara.

"Kevin apa ibu boleh minta nomer handphone papa kamu?" Tanya Nayra pada Kevin.

"Boleh bu."Jawab Kevin.

"Bu Nayra, memangnya sekolah ini tidak punya nomer telphone papanya Kevin?" sindir Nyonya Clara.

"Kalau saya harus mencari nomer papanya Kevin itu terlalu lama." Nayra mengungkapkan alasanya.

"Tapi, apa kevin hafal nomer papanya?" Nyonya Clara merasa ragu.

"Saya hafal." ekspresi wajah kevin sangat meyakinkan.

Syukurlah, ternyata meskipun nakal Kevin itu anak yang pintar. Nayra merasa lega.

"Kevin, tolong kamu tulis nomer handphone papa kamu." Nayra memberikan selembar kertas dan bolpoint.

Selesai menulis Kevin mengembalikan kertas itu pada Nayra.

"Kevin nomer papa kamu ada dua?" Nayra melihat Kevin menulis dua nomer ponsel.

"Yang diatas nomer mama saya, yang dbawah nomer papa saya."

Mama? jadi kevin punya mama, tapi kenapa Denis bilang kevin tidak punya mama?kenapa aku jadi penasaran? Nayra melamun.

"Bu Nayra, cepat telphone! malah bengong." Nyonya Clara tidak sabar.

"Iya, bu sebentar ya." Nayra Mencoba menelphone mamanya Kevin tapi ponselnya tidak aktif.

Hpnya tidak aktif, ya sudah aku coba telphone papanya kevin. Satu tangan Nayra memegang ponsel dan satu tangannya lagi memegang kertas.

"Hallo selamat siang, dengan siapa ini" telphone Nayra dijawab.

"Saya, bu Nayra gurunya Kevin. apa ini papanya Kevin?" Nayra senang telphonenya tersambung.

"Bukan, saya Satria asistentnya. Kebetulan Pak Arfi, papanya Kevin sedang ketoilet."

Arfi? sudah lama sekali aku tidak mendengar nama ini, kenapa nama papanya Kevin sama seperti nama mantan pacar aku? Ada perasaan aneh dihati Nayra saat mendengar nama Arfi.

"Begini, tolong sampaikan pada Pak Arfi untuk datang kesekolah Kevin sekarang, karena ada masalah penting yang mau saya bicarakan." Nayra menjelaskan maksudnya menelphone Arfi.

"O..iya bu nanti saya sampaikan."

"Terima kasih." Nayra menutup telphonenya.

Arfi baru saja keluar dari toilet dan ia melihat Satria sedang memegang ponselnya.

"Ada telphone?" Arfi duduk dikursinya.

"Ada pak, maaf tadi saya lancang mengangkat telphone untuk bapak, karena hp bapak bunyi terus." Satria merasa tidak enak.

"Tidak apa apa! telphone dari siapa?" Arfi sudah menganggap Satria sebagai keluarga, bahkan ia tidak keberatan Satria meminjam barang barangnya.

"Telphone dari bu Nayra."

Arfi langsung terbatuk batuk saat Satria menyebutkan nama Nayra. Satria memberikan gelas berisi air pada Arfi, kebetulan gelas itu ada diatas meja Arfi.

Nayra? tidak mungkin Nayra menelphoneku. ini pasti Nayra yang lain, bukan Nayra yang aku kenal. Arfi tiba tiba merasa gelisah.

"Siapa kamu bilang? Nayra?" Arfi meminum air yang diberikan Satria.

"Iya pak, bu Nayra gurunya Kevin. dia meminta bapak untuk kesekolah Kevin sekarang, bu nayra bilang ada masalah penting."

"Kevin, masalah apa lagi yang dia buat? ayo kita kesekolah sekarang." Arfi berjalan meninggalkan ruangan itu.

"Apa bapak tidak ingin menelphone ibu Renata?" Satria mengikuti Arfi.

"Tidak usah." Arfi terus berjalan ketempat dimana mobilnya dipakrir.

Aku jadi penasaran ingin bertemu gurunya Kevin.

Sementara itu disekolah kevin.

"Kevin, sebenarnya papa kamu mau datang atau tidak? lama sekali." Nyonya Clara tidak sabar menunggu kedatangan Arfi.

"Sabar bu, kita tunggu sebentar." Nayra sebenarnya malas mendengarkan ocehan Nyonya Clara.

"Papa." Kevin tiba tiba berlari kedepan pintu, ia lalu memeluk Arfi. ternyata Arfi sudah datang.

Nayra berdiri, kemudian ia membalikan badannya. ia sangat terkejut melihat Arfi.

Arfi jadi dia papanya kevin.

Kebohongan Nayra

Sama seperti Nayra yang terkejut melihat Arfi, Arfi juga terkejut melihat Nayra.

Nayra, diantara banyaknya wanita didunia. kenapa harus kamu yang menjadi guru Kevin?

"O.. jadi bapak ini papanya kevin, ayo pak duduk disini. jangan berdiri saja." sikap nyonya Clara tiba tiba berubah, ia yang semula bersikap sombong dan judes mendadak menjadi ramah.

Kevin duduk disamping Nayra dan Denis jadi mau tidak mau Arfi duduk disamping nyonya Clara.

"Bu Nayra, ada masalah apa? sampai sampai ibu meminta saya datang kesekolah." Pandangan mata Arfi tidak lepas dari Nayra, ia terus menatap Nayra.

Dipandang seperti itu membuat Nayra salah tingkah tapi ia berusaha bersikap biasa.

"Kevin tadi memukul denis." Cerita Nayra belum selesai tapi nyonya Clara sudah menyela kata katanya.

"Kevin sudah minta maaf pak, Denis juga sudah memaafkan Kevin. sekarang sudah tidak ada masalah." Nyonya Clara memotong kata kata Nayra.

"Kalau tidak ada masalah, kenapa saya dipanggil kesini?" Arfi terlihat kesal, ia buru buru kesekolah Kevin dan ia juga meninggalkan pekerjaannya hanya demi sesuatu yang menurutnya tidak penting.

"Saya juga tidak tahu pak, Ibu Nayra yang menelphone bapak. itu artinya bu Nayra yang meminta bapak kesini." Nyonya Clara memutar balikan fakta.

Apa apaan ini. kenapa sikap nyonya Clara berubah? Batin Nayra.

"Bu Nayra, sebentar lagi jam pulang sekolah. saya dan Denis pulang duluan ya." Nyonya Clara menggandeng Denis.

"Sampai jumpa lagi, papanya Kevin yang ganteng." Nyonya Clara buru buru membawa anaknya keluar dari ruangan Nayra.

Aku tahu sekarang. sikap nyonya Clara berubah, hanya karena dia terpesona melihat Arfi. Nayra menghela nafas.

"Kevin sayang, tunggu papa dimobil. disana ada om Satria, o iya jangan lupa tutup pintunya." Perintah Arfi.

"Iya pa." Kevin menuruti keinginan Arfi.

Kenapa pintunya harus ditutup. Nayra betanya dalam hati.

"Pak Arfi karena sudah tidak ada masalah bapak boleh pulang, saya juga harus bekerja lagi." Nayra berdiri, ia ingin meninggalkan ruangan itu tapi kaki Nayra tersandung hingga ia jatuh dipangkuan Arfi.

Nayra, beberapa tahun aku tidak bertemu denganmu. sekarang kamu sudah berubah menjadi wanita dewasa yang cantik. Diam diam Arfi memuji Nayra.

"Kamu pasti sengaja." Arfi menatap Mata Nayra.

Deg..

Jantung Nayra berdebar debar, ada perasaan nyaman saat ia duduk diatas pangkuan Arfi. Tatapan mata Nayra terlihat sayu.

"Hey, bu Nayra. kenapa kamu menatapku seperti itu? kau seperti ingin memakanku hidup hidup." Arfi tersenyum mengejek.

Nayra baru sadar kalau ia masih berada dipangkuan Arfi, Nayra cepat cepat ingin berdiri tapi sayangnya ia jatuh kembali karena kakinya terpeleset.

"Nayra, kamu kangen ya sama aku? sampai sampai kamu betah duduk diatas pangkuanku."

Nayra malas meladeni Arfi, ia ingin segera pergi dari tempat itu, tapi saat ia baru berdiri ia merasa kakinya sakit

"Aww..." Nayra meringis kesakitan.

"Nay, kamu kenapa?" Arfi menjadi cemas.

"Aku tidak apa apa." Nayra bohong.

"Nay, kamu jangan bohong, aku tahu kamu sakit." Arfi tidak percaya dengan Nayra.

"Nay, kalau kamu tidak mau jujur, aku akan gendong kamu dan aku akan memaksa kamu kerumah sakit." Ancam Arfi.

"Aku tidak apa apa, cuma kakiku sedikit sakit. mungkin terkilir." Nay menahan rasa sakitnya.

"Kemarilah!" Arfi duduk dan ia menepuk nepuk tempat duduk yang masih kosong disebelahnya, Arfi ingin Nayra duduk disampingnya.

Nayra masih berdiri ia tidak bergerak dan itu membuat Arfi kesal ia menarik tangan Nayra hingga Nayra jatuh terduduk disampingnya.

Arfi, kenapa sikapmu seperti ini? kalau seperti ini, akan sulit bagiku untuk melupakanmu. Batin Nayra

"Naikan kakimu disini." Arfi memegang pahanya.

Nayra menggeleng.

"Nay, aku tidak ingin mengulang kata kataku. Cepatlah! " bentak Arfi.

Nayra menurut. ia menaikan kakinya diatas paha Arfi, Arfi membuka kedua sepatu Nayra ia melemparkannya begitu saja kelantai.

"Nay, kenapa kaki kamu bisa lecet lecet?" Arfi melihat kaki Nayra yang lecet.

"Sudah dua hari aku pakai sepatu hak tinggi, mungkin karena itu kakiku lecet." Nayra memberitahu Arfi.

"Nay bodoh, kalau kamu tidak terbiasa pakai sepatu hak tinggi. kenapa dipakai?" Arfi menggerutu.

"Pertama bekerja disini, aku juga tidak memakainya tapi tiga hari yang lalu pemilik sekolah memberiku sepatu ini. katanya ini sepatu seragam untuk guru karena itu aku terpaksa memakainya." Nayra mencurahkan isi hatinya.

"Dimana pemilik sekolah ini? biar aku labrak dia." Arfi emosi.

"Arfi, sudah jangan marah marah, ini memang keinginan ku sendiri, semua wanita bisa memakai sepatu ini, jadi aku juga ingin bisa memakainya." ucap Nayra.

"Aku harus kembali kekelas, ini waktunya murid muridku pulang. aku akan memberi tahu mereka, kalau mereka sudah boleh pulang" Nayra ingin pergi.

"Nayra kamu tidak boleh pergi?" Arfi melarang Nayra.

"Tapi, aku sudah terlalu lama disini, kasihan murid muridku sudah menunggu." Nayra menolak.

"Ya sudah biar aku saja yang kekelas dan meminta murid muridmu pulang." Arfi berinisiatif.

"Tapi, kalau ada guru lain aku akan ditegur karena tidak menjalankan tugasku."

"Selama ada aku, tidak akan ada yang berani menegurmu. kalau ada yang menanyakanmu akan aku bilang kamu sakit." Arfi mulai menunjukan sikap sombongnya.

"Sekolah ini, bukalah perusahaan milikmu" Arfi tidak mendengarkan Nayra, ia malah pergi meninggalkan Nayra.

Arfi datang kekelas tempat Nayra mengajar, ia mengatakan pada murid murid Nayra bahwa Nayra sedang sakit, karena sudah waktunya pulang Arfi meminta murid murid untuk pulang. Murid murid itu terlihat sangat senang.

Arfi mencari Nayra keruangannya tapi Nayra sudah tidak ada dan pintunya terkunci.

"Kabur kemana wanita keras kepala itu?" Arfi segera menghampiri Kevin dan Satria dimobilnya.

"Satria kamu tolong antarkan Kevin pulang naik taksi, saya ada urusan penting." Perintah Arfi.

"Baik tuan."

Arfi menatap tidak suka pada Kevin, ia memang tidak suka dipanggil tuan karena meskipun Satria bekerja dengannya Arfi sudah mengangapnya sebagai keluarga.

"Kevin, maaf ya sayang. papa tidak bisa mengantarmu pulang. papa ada urasan sebentar." Arfi lalu meminta Kevin turun dari mobilnya.

"Urusan apa pa?" Kevin terlihat kecewa.

"Sayang, bu Nayra sakit, papa mau antar bu Nayra kedokter."

"Ya sudah, papa antar saja bu Nayra." Wajah muram Kevin tiba tiba merubah menjadi ceria, entah mengapa anak itu senang melihat Arfi dekat dengan Nayra.

Nayra duduk dihalte sambil mengelus elus kakinya, ia melihat ada mobil berhenti tidak jauh hadapannya. mobil itu dibuka dan Nayra melihat Arfi keluar dari mobil itu, Arfi bahkan menghampiri Nayra.

Mau apa dia? Batin Nayra.

"Nayra cepat masuk kedalam mobilku." Arfi duduk lalu berbisik ditelinga Nayra.

"Aku tidak mau." Nayra berdiri.

"Kalau kamu tidak mau, aku akan memaksamu." Ancam Arfi.

"Benarkah? aku mau lihat, bagaimana caramu memaksaku?" Nayra menatang Arfi.

Tanpa basa basi Arfi langsung menggendong Nayra.

"Arfi turunkan aku!" Nayra memukul mukul dada Arfi.

Arfii tidak menghiraukan Nayra.

"Kamu itu, berisik sekali." Arfi cepat cepat menutup mobilnya ketika ia sudah menurunkan Nayra didalam mobilnya.

Nayra ingin keluar dari mobil itu tapi Arfi sudah menjalankan mobilnya terlebih dulu.

"Nay."

"Apa!" Nayra kesal.

"Aku akan mengantarmu kerumah sakit."

"Tidak perlu, aku tidak sakit." Nayra memasang wajah sinisnya.

"Kaki kamu sakit."

"Ini cuma lecet sedikit, nanti aku bisa obatin sendiri dirumah. besok juga sembuh." Nayra tidak ingin kerumah sakit.

"Tidak bisa Nay, kamu harus kerumah sakit." Arfi tetap ingin membawa Nayra kerumah sakit.

"Kalau kamu memaksa, aku akan turun sekarang dari mobil kamu." Kini ganti Nayra yang mengancam Arfi.

"Kalau begitu, aku antar kamu pulang."

Nayra hanya diam, ia tidak menanggapi kata kata Arfi.

"Nay jawab! jangan diam saja." Arfi melirik Nayra.

Kakiku masih sakit, aku juga terlanjur ada didalam mobil Arfi. pikir Nayra

"Ya sudah, kamu antar kamu pulang." Arfi tersenyum bahagia mendengar jawaban Nayra.

Didalam perjalanan.

"Nay "

"Hmmm"

"Kenapa kamu diam? kamu marah?"

"Engga, aku cuma lagi mikir, nanti sore aku masak apa? buat suami aku."

Srttt.....

Tiba tiba Arfi menghentikan mobilnya.

"Arfi kamu enggak apa apa?" Nayra khawatir.

"Enggak, aku enggak papa. Nay, jadi kamu udah nikah?" Arfi sangat kecewa.

"Iya, aku bukan abg lagi. umurku sekarang 27 tahun, jadi aku sudah pantas untuk menikah." Nayra sengaja membohongi Arfi.

"Sama seperti kamu, kamu juga sudah menikah." Nayra mengingatkan Arfi kalau dia sudah beristri.

"Nay, apa suami kamu itu orang miskin?"

"Memangnya kenapa?" Nayra merasa aneh mendengar kata kata Arfi.

"Dulu kamu membantalkan rencana pernikahan kita karena aku kaya, itu artinya kamu ingin punya suami orang miskin " Arfi asal bicara.

"Suami aku memang bukan orang kaya, tapi dia itu pekerja keras. bukan orang yang bisanya cuma mengandalkan kekayaan orang tua." Nayra mendindir Afri.

"Aku juga pekerja keras, sudah beberapa tahun ini aku bekerja diperusahaan papaku." Arfi tidak mau kalah.

Naya tidak membalas kata kata Arfi, ia memilih untuk diam.

"Nay, kamu diam lagi?"

"Ya.. habisnya kamu bahas masalah yang enggak penting. kamu mau kerja atau enggak itu kan bukan urusanku. Kenapa kamu harus memberitahu aku?" Omel Nayra.

"Kamu engga perduli lagi sama aku?" Arfi menjadi sedih.

"Arfi, kenapa kamu bicara begitu? kamu sudah punya istri dan aku sudah punya suami. jadi kenapa aku harus perduli padamu?"

"Tapi, aku masih mencintaimu Nay." Arfi tiba tiba mengenggam tangan Nayra.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!