NovelToon NovelToon

Suamiku Autis

SA BAB 1 Sang Pengasuh

**BLURD**

Takdir hidup memang pilihan, tapi bagaimana kalau takdir itu yang memilih mu?

"Disaat takdir memilih mu, aku sudah siap dengan segala resikonya!'

Bekerja sebagai pengasuh anak berkebutuhan khusus, membuat Mia harus memiliki jiwa penyabar yang amat besar.

Bagaimana reaksi Mia, saat anak yang diasuhnya ternyata pria dewasa berusia 25 tahun?

HAPPY READING 😘😘😘

🍭🍭🍭

Almia Puspa Dewi

Gadis yang baru saja menyandang gelar sebagai Sarjana Sosial, tengah mengepak beberapa barang miliknya. Hari ini adalah hari terakhir dirinya menempati rumah kos yang selama 4 tahun terakhir menemaninya.

Besok, Mia- sapaan yang biasa di sematkan padanya, sudah mulai bekerja sebagai pengasuh anak berkebutuhan khusus.

Pengasuh anak berkebutuhan khusus?

Mungkin sebagian orang akan bertanya, kenapa Mia mau melakukan pekerjaan itu? padahal dengan pendidikan tinggi dan ijazah yang Mia punya- gadis itu bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih bagus.

Entahlah, Mia juga tidak tahu kenapa dia begitu excited saat ada beberapa yayasan menawarkan pekerjaan itu padanya, dan keluarga Rajendra- adalah pilihannya.

Mia menghela napas kasar, tangannya terulur meraih beberapa berkas yang tercecer di lantai. Bibir tipis itu menipis saat membaca profil calon anak asuhnya.

Januar Rajendra,

Nama anak yang akan Mia asuh, hanya ada nama dan beberapa catatan yang harus Mia hafal sebelum dia bekerja di sana. Tidak ada umur atau pun tempat tanggal lahir sang anak yang tertulis secara detail. Mia sebenarnya tidak peduli, yang terpenting untuknya adalah, catatan penting kebiasaan calon anak asuhnya nanti.

"Semangat Mia! ini adalah pekerjaan mulia," gumamnya pelan, Mia menyemangati dirinya sendiri.

Saat kuliah dulu, dia sering berkunjung ke sekolah luar biasa, atau yayasan sejenisnya hanya untuk berinteraksi dengan anak anak istimewa itu. Membuat jiwa sosial yang selama ini tertanam didalam dirinya menggebu, Mia bercita cita ingin memiliki anak asuh yang bisa dia rawat sendiri.

Walaupun dirinya harus berbohong pada Sang Kakak, yang tinggal jauh di luar kota bersama suaminya. Mia mengatakan kalau dia akan bekerja di dinas sosial, tanpa memberitahu pekerjaan apa yang akan dia ambil.

🍭

🍭

🍭

Mia menatap kagum pada rumah besar yang ada di hadapannya. Kedua mata bulat coklatnya terus saja membaca dengan teliti alamat yang di berikan Kepala Yayasan padanya.

Semuanya alamat yang tertera disana tidak ada yang salah. Mia bergidik ngeri saat melihat bangunan besar nan mewah yang menjulang tinggi di depannya.

"Ini mah bukan rumah namanya, tapi istana negara," gumamnya pelan.

Mia kembali memasukan ponsel andriod-nya kedalam tas. Gadis berusia 21 tahun itu menghela napas pelan, menggumankan banyak doa agar dia bisa diterima dengan mudah saat berkerja di rumah besar ini. Perlahan kedua tungkai jenjang itu melangkah, Mia sedikit tersentak saat pintu gerbang besar itu tiba tiba terbuka sendiri.

Untung saja Mia tidak senorak itu, kalau saja iya mungkin dia akan berteriak karena kaget.

"Dengan pengasuh Almia?"

Mia menelan saliva kasar, saat ada dua orang wanita menghampirinya. Dahi Mia mengernyit saat melihat pakaian yang di pakai kedua wanita itu, persis seperti para pelayan di film yang pernah dia tonton.

Pelayan istana?

Apa mungkin dia juga harus memakai pakaian seperti itu nanti? Mia tidak bisa membayangkan betapa susahnya dia bergerak saat mengasuh Janu.

Janu?

Mia menggigit bibirnya saat mengingat nama anak laki laki yang akan dia asuh.

"Pengasuh Almia?" panggil salah satu pelayan wanita itu.

"Ah iya, saya Almia Puspa Dewi," sahut Mia cepat.

Gadis itu tersenyum kikuk, Mia berusaha mengembangkan senyum saat melihat raut datar kedua pelayan wanita dihadapannya.

Ada apa dengan tatapan mereka? apa ada yang aneh pada dirinya?

Mia menelisik dirinya sendiri dari ujung kepala hingga kaki. Tidak ada yang salah menurutnya, sepatu flat dipadukan dengan celana bahan cream dan kemeja biru navy- tidak ada yang aneh dengan penampilannya.

"Mari ikut kami!" ajak salah satu pelayan itu.

Mia yang masih kikuk hanya mengangguk, dengan perasaan berdebar dia mengikuti langkah mereka. Kedua matanya menelisik setiap sudut istana keluarga Rajendra, sangat besar, luas dan mewah.

"Huufftt!" Mia kembali menghembuskan napas pelan, dia tengah berpikir negatif sekarang. Apa mungkin majikannya nanti, akan sama datar dan tak acuh seperti kedua pelayan wanita tadi?

Mia sampai bergidik ngeri saat membayangkannya.

HOLLA MET MALAM PAGI SIANG SORE EPRIBADEH

SELAMAT DATANG DI CERITA BARU AKU

INI KELUAR DARI DINASTI DUREN SAWIT, SEMOGA KALIAN TETAP SUKA YA

MOHON DUKUNGAN LIKE SETELAH MEMBACA, VOTE KOMEN HADIAH DAN FAVORITNYA

SEE YOU NEXT PART MUUUUAAACCHH😘**

ALMIA PUSPA DEWI😘

SA BAB 2 Pengasuh Tuan Muda

Mia berdehem pelan, saat merasakan aura panas di dalam ruangan yang saat ini tengah dia jejaki. Bukan karena AC di ruangan itu mati, tapi tatapan tajam beberapa mata yang mengarah ke padanya.

Kenapa sejak tadi banyak orang yang memindai nya? apa ada yang salah dengan penampilannya hari ini?

"Jadi kau yang akan menjadi pengasuh putra ku?"

Mia mengangguk canggung, gadis itu berusaha tersenyum pada wanita cantik, dengan berpenampilan biasa namun terlihat elegan, yang saat ini duduk di seberangnya.

"Iya Nyonya, saya Almia Puspa Dewi. Pengasuh yang di dipilih oleh Ibu Ambar dari Yayasan Kasih Bunda," sahut Mia tenang.

Lebih tepatnya berusaha tenang, padahal dalam hatinya ingin berteriak kalau dia tidak ingin di tatap seperti itu oleh mereka.

Mia merasa seperti buronan yang baru saja tertangkap.

"Kenapa kau mau menjadi pengasuh putra ku? bukannya pendidikan mu tinggi. Kau bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari ini, wanita karir misalnya?" wanita itu menjeda.

"Dari pada membantuku untuk mengurus Januar," sambungnya lagi.

Mia membasahi bibirnya sejenak, dia sudah menduga kalau dirinya akan di interogasi seperti ini sebelum resmi menjabat sebagai pengasuh anak yang bernama Januar.

Ini adalah wajar kalau keluarga Rajendra menginterogasinya sebelum Mia bekerja. Kedua orang tua Januar pasti ingin mendapatkan pengasuh yang profesional dan berpengalaman.

Mia sedikit insecure dengan kata berpengalaman. Dia memang belum memiliki pengalaman dalam mengasuh seorang anak berkebutuhan khusus secara pribadi. Tapi Mia sudah memiliki keprofesionalan bekerja saat dirinya membantu Ibu Ambar di yayasan.

"Tidak ada alasan untuk sebuah pekerjaan Nyonya. Mungkin untuk sebagian orang pekerjaan yang saya ambil tidak penting, tapi buat saya- ini adalah pekerjaan yang begitu mulia. Semoga anda mau menerima saya sebagai pengasuh putra anda, Nyonya,"

Mia menjawab seadanya, dia tidak akan membumi untuk melangit. Begitu pun sebaliknya, Mia berbicara apa adanya- menjelaskan semua yang selama ini ada didalam hatinya.

"Baiklah, mari kita buktikan keseriusan mu itu, Nona Almia,"

Sang Nyonya terlihat mengkode pada salah satu pelayannya agar mendekat. Dari tatapan mata Sang Nyonya, Mia dapat melihat betapa elegannya wanita ini. Sudah cantik, elegan, tidak basa basi, Mia jadi tidak sabar untuk melihat anak laki laki Sang Nyonya yang akan dia asuh nanti.

Seberapa tampan Januar? kalau ibunya saja sudah seperti aktris korea.

"Silahkan kau menandatanganinya, ini adalah kontrak kerja sama kita. Kau bisa membacanya terlebih dahulu," ujar Sang Nyonya lagi.

Sebuah map berwarna merah maroon tergeletak didepan mata Mia. Gadis itu sudah meyakinkan hati, perlahan Mia meraih benda itu- membacanya sejenak sebelum Mia membubuhkan tanda tangannya diatas materai.

"Kau sudah yakin dengan keputusan mu? tidak ingin membaca ulang?"

Mia menggeleng pelan, bibir tipis itu tertarik mengembangkan senyuman tipis nan tulus.

"Saya sudah paham, Nyonya!" sahut Mia yakin.

Dia meyakinkan dirinya sendiri, Mia harus yakin kalau dia mampu- dirinya akan mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik. Mia berusaha untuk tidak membuat orang tua dari anak asuhnya kecewa.

"Baiklah, Puri antar pengasuh Mia ke kamarnya. Biarkan dia istirahat hari ini, karena besok pagi dia harus memulai tugasnya!" titah Sang Nyonya.

"Baik Buk! ayo ikut aku pengasuh Mia!"

Mia mengangguk pelan dan terkesan canggung, apa lagi saat melihat Sang Nyonya bersikap acuh tak acuh padanya. Tapi Mia mengabaikan, dia hanya perlu membuktikan kalau dirinya mampu dan bisa.

Mia mengikuti langkah lebar sang pelayan wanita tadi, membawanya menyusuri lorong rumah bak istana itu.

Sementara Sang Nyonya besar, terlihat melamun- entah apa yang tengah dia pikirkan saat ini.

"Apa Nyonya yakin kalau gadis muda itu bisa menangani Tuan Muda?"

Sang Nyonya menoleh, tatapan tajam serta datarnya berubah menjadi sendu dan sayu.

"Kita akan melihatnya nanti! awasi dia selama aku tidak ada di rumah!"

"Baik Nyonya!" patuhnya.

GIMANA GIMANA MENURUT KALIAN, SEMAKIN PENASARAN APA STUCK DISINI AJA?

SA BAB 3 Salah Kamar?

Mia terperangah saat melihat kamar yang akan ditempati nya. Luas kamar ini bahkan dua kali luas rumah kos nya, dilengkapi dengan berbagai furniture mewah yang pasti harganya tidak murah.

"Ini adalah kamar mu, beristirahatlah. Karena mulai besok pagi- kau mulai melayani Tuan Muda. Jangan lupa baca kembali semua daftar kegiatan Tuan Muda, jangan sampai ada yang salah sedikit pun. Didalam laci ada sebuah card dan denah rumah ini, card itu bisa kau gunakan sebagai akses masuk ke dalam kamar Tuan Muda."

Mia mengangguk patuh, entah mengapa detak jantungnya memompa lebih cepat- saat pelayan wanita ini mengingatkannya untuk tidak melakukan kesalahan di hari pertama bekerjanya besok.

Semoga Tuhan melancarkan semuanya, aamiin.

"Apa kau mengerti, Pengasuh Mia?" tanyanya lagi.

"Mengerti- emm,"

"Puri, namaku Puri"

"Mengerti Puri, terimakasih atas bantuannya,"

Wanita yang bernama Puri itu tidak menyahut, dia lebih memilih berbalik meninggalkan Mia yang masih memindai area kamarnya.

Mia pun demikian, gadis itu tidak peduli saat melihat Puri mengabaikannya. Yang terpenting untuk Mia sekarang, dia harus menghapal seluruh catatan mengenai Tuan Muda Januar yang akan dia asuh besok.

"Jadwalnya padat sekali," gumamnya pelan.

"Satu- pukul 05.30 membangunkan Tuan Muda, kedua- merapihkan kamar Tuan Muda, menyiapkan segala keperluan Tuan Muda, memandikan Tuan Muda," Mia menjeda sejenak.

"Memandikan?" beonya, gadis itu termenung sejenak- sebelum kembali melihat catatan yang ada di tangannya.

Tapi bukankah itu hal wajar, dia kan memang bekerja disini untuk mengasuh Tuan Muda Januar Rajendra, jadi semua hal yang berhubungan dengan Sang Tuan Muda, sudah menjadi tugas serta kewajibannya.

"Memakaikan pakaian, memberinya sarapan, camilan buah, makan siang, makan malam dan-," Mia terlihat membaca tulisan itu dengan teliti.

"Mamastikan Tuan Muda Januar meminum obat dan vitaminnya,"

Mia menghempaskan diri di atas kasur, kedua tangannya mendekap erat catatan yang tadi dia baca. Sampai akhirnya Mia tertidur, karena hari ini tubuhnya benar benar sangat lelah.

🍭

🍭

🍭

Pagi menjelang, Mia terlihat sudah siap memakai seragam baby sitternya. Mia bersyukur karena seragamnya tidak seperti milik pelayan kemarin, Mia memakai celana panjang hitam sementara atasannya kemeja polos berwarna baby blue.

Sepertinya semua kebutuhannya sudah tersedia didalam lemari, hanya peralatan pribadinya saja yang harus Mia bawa sendiri.

"Semangat Mia, hari ini adalah hari pertama mu bekerja. Pertama buat Tuan Muda mu nyaman, dan setelah itu kalian berdua pasti bisa dekat." monolognya sendiri.

Mia segera meraih ponsel di nakas, dan memasukan benda itu ke saku kemejanya. Mia segera keluar dari kamar, dia memperhatikan denah rumah yang harus di hapalnya secepat mungkin.

Kamar Tuan Muda Januar ada di lantai 3, yang artinya Mia harus menaiki lift untuk menuju kesana. Untung saja lokasi lift masih bisa di ajak kerja sama, hingga Mia tidak perlu berkeliling mencarinya.

Waktu sudah menunjukan pukul 04.55 pagi, yang artinya Mia masih memilliki banyak waktu untuk mencari dimana kamar Tuan Mudanya.

Kenapa pelayan wanita kemarin tidak mau mengantarnya langsung, kenapa dia harus membaca denah- bukannya ini membuang waktu. Bersyukurlah Mia tidak terlalu buta membaca denah, hingga akhirnya dia sampai di lantai tiga.

Mungkin kalau Mia menaiki anak tangga, akan memakan banyak waktu lagi. Sekarang saja waktunya sudah berkurang beberapa menit, Mia masih di haruskan mencari pintu kamar berwarna emas milik Sang Tuan Muda.

"Kenapa pintunya berwarna emas semua?" gerutu Mia.

Bahu gadis itu melemas, saat melihat empat pintu ruangan berwarna emas di tempat itu. Haruskah dia mengetuk semua pintu itu? agar tahu ruangan mana yang dia cari.

Mia menghela napas kasar, tidak ada cara lain- dia harus memastikan dimana kamar Tuan Muda Januar yang sebenarnya. Mia menatap card yang ada ditangannya, dia harus mencoba card itu pada semua pintu kamar.

"Semoga saja aku tidak salah masuk kamar, ya Tuhan," gumamnya pelan.

**SEMOGA SAJA YA MIA

PENASARAN YA SAMA VISUAL SI TUAN MUDA JANU? SABAR YA NANTI AKU TAMPILIN😂😂😂**

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!